Anda di halaman 1dari 17

WEST NILE FEVER 1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Virus West Nile merupakan salah satu kelompok Flavivirus yang menyerang unggas,
terutama unggas liar yang tidak di kandang tertutup. Penyakit ini menyebabkan gejala syaraf
yang dapat berakibat fatal. Penularan penyakit harus melalui gigitan vektor serangga. Kontak
dengan burung yang terinfeksi tidak menimbulkan penyakit meskipun pada burung yang
terinfeksi. Antibody dan isolasi virus dapat diperoleh baik melalui feses maupun organ.
Unggas merupakan amplifier virus West Nile.
Centers for Disease Control (CDC) mengatakan bahwa Virus yang menularkan
penyakit lewat gigitan nyamuk ini, kasusnya telah meningkat hingga 60 persen dari tahun
1999 hingga 2003.

Tabel 1.Distribusi frekuensi kasus West Nile Fever di Amerika Serikat tahun
1999-2003
Sumber: Center of Disease Control (CDC, 2004)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwasanya kasus west nile fever cenderung
meningkat sejak tahun 1999 sampai dengan 2003. Dimana, kasus terbanyak dijumpai pada
tahun 2003 sebesar 9.862 kasus dengan jumlah kematian 264 kasus (CFR=2,7%), sedangkan
kasus terendah dapat dilihat pada tahun 2000 sebesar 21 kasus dengan jumlah kematian
sebanyak 2 kasus (CFR= 9,5%).
Lebih dari setengah kasus yang terjadi pada saat itu kebanyakan tercatat di Negara
bagian Texas, namun sekarang wabah ini meluas hingga ke 47 negara bagian Amerika
Serikat dan 38 negara bagian telah melaporkan kasus infeksi pada manusia, hanya di Alaska,
Hawaii dan Vermont yang melaporkan tidak ada kasus. Pihak medis Amerika Serikat sendiri
Tahun Kasus Kematian CFR(%)
1999 62 7 11,3
2000 21 2 9,5
2001 64 9 14,1
2002 3389 199 4,5
2003 9862 264 2,7
WEST NILE FEVER 2

hingga kini belum mengetahui penyebab jelas mengapa kasus wabah West Nile meningkat
tajam dalam waktu singkat. Sekitar 75 persen dari kasus di atas selain Texas juga terjadi di
Missisipi, Lousiana dan South Dakota. Pasien yang terinfeksi biasanya menderita demam dan
sakit yang dapat menjadi lebih parah atau menyebabkan kematian, terutama pada orang-orang
tua, anak-anak dan kelompok yang berisiko lainnya. Namun belum ada pengobatan khusus
untuk penyakit jenis ini.
Di Indonesia belum pernah dilaporkan dan diteliti tentang penyakit ini tetapi dengan
tingginya mobilitas hewan dan manusia dari dan ke Indonesia memungkinkan untuk
terjadinya penularan penyakit ini. Tetapi Pada awal Januari 2014, berdasarkan penelitian oleh
tim peneliti dari Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga Surabaya,
ditemukan 12 orang positif terjangkit virus West Nile dari 35 sampel yang diteliti pada pasien
yang terindikasi di daerah Surabaya. Sebelumnya, pada bulan Oktober 2013 juga pernah
dilaporkan bahwa tim peneliti dari ITD UNAIR telah menemukan 19 sampel positif virus
West Nile dari 59 sampel yang diteliti. Keberadaan virus West Nile mungkin sudah pernah
ada sebelumnya di Indonesia tetapi karena dahulu penyakit ini sulit didiagnosis maka
dimungkinkan tidak terdeteksi pada pasien.
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dalam hal ini adalah Unit Pelaksana Teknis
(UPT) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang bertanggung-jawab langsung kepada
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP&PL) yang
mempunyai tugas dan fungsi antara lain melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya
penyakit, penyakit potensial wabah, surveilans epidemiologi, kekarantinaan, pengendalian
dampak kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan, pengawasan OMKABA serta
pengamanan terhadap penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali, bioterorisme,
unsurbiologi, kimia dan pengamanan radiasi di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas
batas darat Negara (Pasal 2 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
356/MENKES/PER/IV/2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan
Pelabuhan).







WEST NILE FEVER 3

1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui penyakit west nile fever terkait
potensial PHEIC.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui defenisi, etiologi, epidemiologi west nile fever terkait potensial
PHEIC.
b. Untuk mengetahui gejala klinis, menegakkan diagnosa dan diagnosa banding dari
west nile fever terkait potensial PHEIC.
c. Untuk mengetahui penanggulangan PHEIC di pintu masuk negara.
1.3 Manfaat Penulisan
a. Bagi penulis untuk menambah wawasan dan pemahaman mengenai penatalaksanaan
west nile fever terkait potensial PHEIC
b. Bagi Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Medan sebagai sumber kepustakaan
sekaligus masukan untuk melaksanakan perannya dalam upaya pengendalian penyakit
west nile fever terkait potensial PHEIC.
c. Bagi pembaca sebagai informasi untuk menambah wawasan mengenai penyakit west
nile fever terkait potensial PHEIC.











WEST NILE FEVER 4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi
West Nile Fever merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus west nile
yang termasuk dalam famili Flaviviradae yang ditularkan kepada manusia maupun hewan
melalui gigitan nyamuk Culex. Virus west nile menjadikan nyamuk Culex sebagai vektornya
dan burung sebagai agents berkembang biaknya.
2.2 Etiologi
Virus West Nile digolongkan dalam kelompok Flavivirus yang mempunyai kedekatan
antigenik dengan virus Murray Valley Encephalitis (MVE) di Australia, St. Louis
Encephalitis (SLE) di Amerika dan Japanese Encephalitis(JE) di Jepang. Kedekatan antigenik
ini dapat dibuktikan secara eksperimental pada hamster yang telah diimunisasi dengan virus.
Virus ini juga memiliki benang RNA positif tunggal (single positive-stranded RNA) sebagai
genomnya dengan panjang sekitar 9 kilobasa.

2.3 Klasifikasi dari virus West Nile
Grup : Kelompok IV ((+) ssRNA)
Family : Flaviviridae
Genus : Flavivirus
Spesies : West Nile Virus

2.4. Epidemiologi
Virus West Nile sendiri pertama kali diisolasi dari darah seorang perempuan yang
sedang terserang demam di daerah Omogo, Propinsi West Nile (daerah delta Sungai Nil),
Uganda pada tahun 1937. Virus ini juga banyak ditemukan di Timur Tengah, Asia Barat,
Oceania, Amerika Utara dan juga daerah-daerah lainnya di Afrika pada perkembangan
selanjutnya. Epidemi pertama kali dilaporkan terjadi pada orang di Israel (1950 1954).
Antara tahun 1962 1964 ditemukan pada orang di daerah Camargue, Prancis dimana
beberapa penderita mengalami encephalitis. Wabah terbesar dilaporkan juga terjadi di Afrika
Selatan pada tahun 1974 dengan morbidity rate mencapai 55% namun bersifat ringan tanpa
encephalitis. Sejak tahun 1990-an jumlah kasus yang menimbulkan kematian semakin
WEST NILE FEVER 5

meningkat, dibuktikan dengan kasus di Rumania pada tahun 1996, di Rusia pada tahun
1999dan Israel pada tahun 2000.Tahun 1999, virus West Nile telah menyebar dengan cepat di
Amerika Serikat terutama New York mengikuti pola burung yang bermigrasi dan dengan
cepat menjadi wabah besar didaerah tersebut.

2.5. Mode of Transmission
Gigitan nyamuk yang mengandung virus WN merupakan kunci utama bagi penularan
infeksi westnile. Penelitian TURELL (Tahun 2000) menyatakan bahwa Cx. Pipens, Ae.
Japonicus, Ae. Sollicitans, Ae taeniorchynchus dan Ae. Vexans merupakan vektor west nile.
Bahkan Ae japonicus merupakan vektor yang paling potensial dalam menularkan virus west
nile. Nyamuk menjadi terinfeksi ketika mereka makan pada burung yang telah terinfeksi.
Nyamuk yang terinfeksi kemudian dapat menyebarkan virus ke manusia dan hewan lain
ketika mereka menggigit manusia dan hewan tersebut. West Nile virus tidak menyebar
melalui sentuhan atau melalui kontak langsung dengan orang telah terinfeksi virus tetapi
dalam beberapa kasus, virus dapat menyebar melalui transfusi darah, transplantasi organ,
menyusui dan bahkan selama kehamilan dari ibu ke bayi.

Gambar 1.0. Mode of Transmission from west nile virus

Sumber: kkpmerauke.blogspot.com

WEST NILE FEVER 6

2.6. Histopatologi west nile virus
Virus ini menjadikan nyamuk jenis Cullex sebagai vektornya, lalu burung sebagai
agentnya sedangkan manusia, kuda serta mamalia lainnya merupakan induk semang akhir
(dead-end). Virus ini dapat juga menyerang burung/unggas, anjing, kucing, kuda dan
mamalia lain seperti kelelawar, kelinci, lamma, bajing, skunks, domba, babi namun hewan
pada hewan tersebut tidak menimbulkan penyakit yang serius dan berdasarkan penelitian
TURELL (Tahun 2000) virus tidak dapat menular dari hewan-hewan tersebut.

Gambar 2.0.mikrograftransmisi electron dari virus west nile.






Sumber: kkpmerauke.blogspot.com
2.7. Gejala Klinis
Masa inkubasi virus west nile pada manusia umumnya berkisar antara 3 hingga 14
hari. Infeksi virus ini pada manusia muda umumnya tidak terlalu menimbulkan gejala klinis.
Namun, pada manusia dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah dapat timbul gejala
klinisberupa demam tinggi, lemah, sakit kepala, gangguan pencernaan seperti mual, muntah
dan diare, kaku kuduk, myalgia, arthralgia dan bahkan sampai perubahan mental (CDC,
2004). Sedangkan pada kuda, infeksi west nile menyebabkan ataksia, inkoordinasi motorik,
paresis dan tremor.
2.8. Cara mendiagnosa
Diagnosa standard yang dipakai adalah pengukuran antobodi IgM dengan teknik IgM
antibody-capture enzyme-linked immunosorbent assay (MAC-ELISA). Serum atau cairan
Cerebro Spinal (biasanya diambil di tulang punggung) dari pasien yang menunjukan gejala-
gejala diambil selambat-lambatnya dalam jangka 8 hari sejak timbul gejala dan antibodi IgM-
nya diukur. Dari hasil pengukuran IgM dari orang yang terinfeksi virus West Nile pada
WEST NILE FEVER 7

outbreak di New York tahun 1999 dan 2000, 95% diantaranya positif. Namun diagnosa ini
memerlukan waktu sekitar 1 minggu.
Selain itu, isolasi virus dari serum pasien juga merupakan salah satu cara untuk
memastikan diagnosa, namun cara ini memerlukan waktu yang cukup lama. Diagnosa lain
seperti Reverse Transcription PCR (Polymerase Chain Reaction) dan Real Time PCR juga
merupakan diagnosa yang praktis untuk mendeteksi RNA genom dari virus yang
bersangkutan, karena diagnose ini hanya memerlukan beberapa jam saja.

2.9. Differential Diagnosis
Penyakit ini sering disamakan dengan infeksi virus lainnya seperti Yellow Fever,
Japanese encephalitis, meningitis dan poliomyelitis. Hal ini dikarenakan orang yang terserang
penyakit tersebut di atas atau yang terinfeksi Flavivirus lainnya juga menunjukan hasil
pemeriksaan MAC-ELISA yang positif pada tes IgM dan menunjukkan gejala klinis yang
hampir sama.

2.10. Penanganan dan Pencegahan
Tidak ada pengobatan khusus untuk infeksi virus west nile dan pada kebanyakan
orang dengan gejala ringan seperti demam dan nyeri hanya dengan obat-obatan ringan yang
bahkan dibeli tanpa resep dokter. Dalam kasus dengan gejala klinis yang lebih serius
biasanya orang dirawat di Rumah Sakit dengan pengobatan supportif seperti cairan infus,
bantuan pernafasan, dan dirawat sesuai dengan gejala yang tampak.
Sedangkan pencegahan infeksi virus ini dengan cara mengurangi kontak dengan
nyamuk yang terinfeksi dan melakukan vaksinasi. Namun, vaksin pada manusia hingga saat
ini masih belum tersedia. Pencegahan pada manusia sebaiknya dengan meminimalkan gigitan
serangga vektor, seperti penggunaan repellent, memakai kelambu atau menyemprot ruangan
dengan anti nyamuk. Karantina yang ketat dalam pemasukan hewan terutama dari daerah
dimana infeksi west nile telah terjadi diperlukan. Unggas yang terinfeksi virus west nile dapat
dikonsumsi setelah dimasak hingga matang terlebih dulu.
Untuk mengurangi risiko terinfeksi west nile virus dapat juga dilakukan melalui
pendidikan, surveilans, prevention yang bekerja sama dengan departemen kesehatan,
departemen-departemen federal dan provinsi, serta kerjasama dengan Wildlife Health Centre.
Melalui pendidikan dapat dilakukan dengan memberikan informasi tentang west nile virus
melalui brosur, media pertemuan, berita dan websites. Sedangkan surveilans difokuskan
terutama untuk identifikasi keberadaan virus west nile pada burung, nyamuk dan kuda.
WEST NILE FEVER 8

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Overview International Health Regulations (IHR)
IHR adalah suatu instrumen internasional yang secara resmi mengikat untuk
diberlakukan oleh seluruh negara anggota WHO, maupun bukan negara anggota WHO tetapi
setuju untuk dipersamakan dengan negara anggota WHO. Mengingat terbatasnya ruang
lingkup aplikasi IHR(1969) yang hanya melakukan control terhadap 3 penyakit karantina,
yaitu kolera, pes dan yellow fever, maka pada Mei 2005 para anggota WHO yang tergabung
dalam World Health Assembly (WHA) melakukan revisi terhadap IHR (1969). IHR (1969)
ini digantikan dengan IHR (2005) yang diberlakukan pada 15 Juni 2007. Tujuan dan ruang
lingkup adalah untuk mencegah, melindungi, dan mengendalikan terjadinya penyebaran
penyakit secara internasional serta melaksanakan public health response sesuai dengan
risiko kesehatan masyarakat, dan menghindarkan hambatan yang tidak perlu terhadap
perjalanan dan perdagangan internasional, Pemberlakuan IHR (2005) ini akan diikuti dengan
pedoman, petunjuk dan prosedur untuk melaksanakan pemeriksaan rutin pada pelabuhan,
bandara dan lintas batas darat.

Tugas National IHR Focal Points

1. Bekerjasama dengan WHO dalam mengkaji risiko KLB dan PHEIC.
2. Melakukan diseminasi informasi kepada lintas sektoral terkait.
3. Memberi kewenangan sepenuhnya kepada petugas yang ditunjuk pada jalur kedatangan.
4. Bertindak sebagai koordinator dalam menganalisis kejadian dan risiko KLB.
5. Berkoordinasi secara intens dengan Bakornas Penanggulangan Bencana.
6. Memberikan saran kepada Menteri Kesehatan dan Departemen terkait dalam
melaksanakan notifikasi kepada WHO.
7. Memberikan saran kepada Menteri Kesehatan dan Departemen terkait dalam
melaksanakan rekomendasi dari WHO (sesuai Pasal 15) dan memberlakukan
rekomendasi sebagai aplikasi rutin atau periodik (sesuai Pasal 6).
8. Mengkaji sistem surveilans dan kapasitas dalam merespons serta mengidentifikasi
kebutuhan pengembangan, termasuk kebutuhan pelatihan di tingkat nasional.
9. Bekerjasama dengan WHO untuk menyiapkan dukungan program intervensi dalam
pencegahan atau penanggulangan KLB dan PHEIC lainnya.
WEST NILE FEVER 9

10. Melaporkan perkembangan melalui kajian, perencanaan dan pelaksanaan IHR(2005).
11. Bekerjasama dengan WHO dalam menyiapkan pesan umum.
12. Bekerjasama dan melakukan pertukaran informasi antar negara atau regional.

3.2 Public Health Emergency Of International Concern (PHEIC)
Kedaruratan Kesehatan (KLB) yang Meresahkan Dunia Adalah KLB yang :
Dapat menjadi ancaman kesehatan bagi negara lain
Kemungkinan membutuhkan koordinasi internasional dalam penanggulangannya secara
definisi, PHEIC dalam IHR (2005) diperluas jangkauannya dibandingkan IHR (1969) yang
hanya mencakup penyakit kolera, pes dan yellow fever. Perluasan ini dimaksudkan untuk
menjangkau penyakit new-emerging dan re-emerging termasuk gangguan atau risiko
kesehatan yang disebabkan bukan oleh infeksi (penyakit menular). KLB suatu penyakit tidak
secara otomatis memberikan informasi yang cukup untuk mengetahui apakah penyakit
tersebut menyebar secara internasional. Beberapa faktor, seperti letak geografi serta, jumlah
kasus, waktu, jarak batas internasional, kecepatan cara penyebarannya dan faktor-faktor
lainnya sangat relevan untuk dianalisis sehingga dapat ditentukan apakah suatu KLB
merupakan penyakit yang berpotensi dalam penyebaran internasional. Untuk membantu suatu
negara mengidentifikasi apakah suatu keadaan merupakan PHEIC, IHR(2005)
mempersiapkan instrumen (lampiran 2) yang mengarahkan negara untuk mengkaji suatu
kejadian di wilayahnya dan menginformasikan kepada WHO setiap kejadian yang merupakan
PHEIC sesuai dengan criteria sebagai berikut.
1. Berdampak/berisiko tinggi bagi kesehatan masyarakat.
2. KLB atau sifat kejadian tidak diketahui.
3. Berpotensi menyebar secara internasional.
4. Berisiko terhadap perjalanan ataupun perdagangan.

Pemberitahuan suatu kejadian kepada WHO secara tepat waktu dan transparan, yang
dikombinasikan dengan penelitian atas risiko bersama negara yang mempunyai kepedulian,
akan sangat mempertinggi keyakinan bahwa selama KLB akan mengurangi kecenderungan
kerugian unilateral terhadap larangan perjalanan dan perdagangan internasional. Apabila
suatu kejadian dianggap sebagai PHEIC, WHO akan membentuk Emergency Committee yang
independen untuk mengkaji dan menginformasikan perkembangannya dengan memberi saran
kepada Direktur Jenderal WHO.

WEST NILE FEVER 10

Gambar 3.0. Kriteria Penentuan PHEIC


Sumber: Buku Saku Kementerian Kesehatan, Tahun 2012.

3.3 TelaahWest Nile VirusTerkaitPotensial PHEIC
Virus West Nile adalah penyakit yang berpotensi serius yang hingga saat ini masih
belum ditemukan vaksin untuk manusia. Kemungkinan masuknya virus ini ke Negara lain
sangat besar karena dalam masa modern ini orang mudah pindah dari satu tempat ke tempat
lain, virus pun mudah untuk bermigrasi. Kalau orang pindah naik pesawat virus pun bias
naik pesawat, artinya kemungkinan virus west nile untuk mewabah ke Negara lain juga tidak
kecil sehingga memungkinkan terjadinya Kejadian Luar Biasa di seluruh dunia.

WEST NILE FEVER 11

Dalam hal tersebut ada suatu kepentingan terhadap waspada West Nile Virus yang
berpotensi PHEIC di ASIA, akibat virus ini yang menggunakan burung gagak dan nyamuk
culex sebagai agent tempat berkembangbiaknya. Dimana agent dari virus tersebut banyak
terdistribusi di Negara-Negara lain terutama wilayah Asia yang memiliki daerah bersifat
tropis.
Cara transmisi yang mudah menyebabkan virus tersebut sulit untuk diatasi dan
dicegah dan berpotensi besar sebagai PHEIC. Virus west nile fever ini yang dahulu
merupakan endemic di Israel tahun 1964, bahkan dapat menyebar dan mewabah hingga ke
America Serikat yaitu New York pada tahun 1999.
Penanganan dan pencegahan terhadap virus west nile ini yang sangat minim membuat
para ahli medis masih kesulitan untuk membrantas wabah tersebut. Gejala dari virus west nile
fever ini yang juga hamper mirip dengan beberapa penyakit PHEIC lainnya (seperti Yellow
fever, Japanese Ensephalitis, dll) menyebabkan tidak ada pemeriksaan dan penanganan
khusus untuk penyakit ini sebagai contoh pemeriksaan serum pengukuran antibody IgM
dengan teknik IgM antibody-capture enzyme-linked immunosorbent assay bahkan
menunjukan hasil pemeriksaan yang sama dengan penyakit PHEIC lainnya. Saat ini,
pemeriksaan spesifik yang bias dilakukan adalah dengan cara isolasi virus dari serum pasien
atau juga dengan Reverse Transcription PCR dan Real Time PCR.

3.4 Peran KKP dalam penanggulangan West Nile Fever terkait dengan Pheic

1. Fungsi KKP
Pelaksanaan Kekarantinaan
Pelaksanaan Upaya Kesehatan
Pelaksanaan Pengendalian Risiko Lingkungan
Pelaksanaan Investigasi KLB dan Kasus kasus tertentu

2. TUGAS KKP
Terdapat beberapa tugas KKP, yaitu (Permenkes RI, 2008) :
1. a. Melaksanakan pemantauan alat angkut, kontainer dan isinya yang datang dan pergi
dari daerah terjangkit, serta menjamin bahwa barang-barang yang diperlakukan dengan
baik dan tidak terkontaminasi dari sumber infeksi, vektor dan reservoar.
b. Melaksanakan dekontaminasi serta pengendalian vektor dan reservoar terhadap alat
angkut yang digunakan oleh orang yang berpergian.
WEST NILE FEVER 12

c. Melakukan pengawasan deratisasi, disinfeksi, disinsekdi dan dekontaminasi.
d. Menyampaikan saran/rekomendasi kepada operator alat angkut guna melakukan
pemeriksaan lengkap terhadap alat angkut atau kenderaannya.
e. Melakukan pengawasan pembuangan sisa-sisa bahan yang terkontaminasi (seperti air,
makanan dan sisa pembuangan manusia).
f. Melakukan pemeriksaan dan pemantauan terhadap pembuangan sisa-sisa bahan alat
angkut yang dapat menimbulkan pencemaran dan penyakit.
g. Melakukan pengawasan terhadap agen pelaksana perjalanan dan angkutan di wilayah
kedatangan.
h. Melakukan pemeriksaan yang dibutuhkan apabila terjadi hal-hal yang tidak
diharapkan, sesuai dengan kebutuhan (emergency case).
i. Melakukan komunikasi dengan National IHR Focal Point.
2. Melaksanakan pemeriksaan yang direkomendasikan oleh WHO untuk setiap kedatangan
dari daerah tertular apabila terindikasi bahwa pemeriksaan keberangkatan dari daerah
terinfeksi dianggap tidak benar/tidak sah.
3. Melaksanakan prosedur disinfeksi, deratisasi, desinfeksi, dekontaminasi, serta
pemeriksaan sanitasi lainnya dengan tiadk menyebabkan atau seminimalnya kecelakaan,
ketidaknyamanan dan kerusakan.
















WEST NILE FEVER 13

Gambar 4.0. Tugas KKP dalam IHR




























Sumber: Buku Saku Kementerian Kesehatan Tahun 2012




WEST NILE FEVER 14



Terdapat beberapa tugas KKP pada saat kapal dan pesawat berada di pintu masuk, yaitu
(PERMENKES RI NO. 238/MENKES/PER/IV/2008) :
a. Berdasarkan kesepakatan internasional dan pertimbangan kesehatan, kapal atau
pesawat tidak akan dihalangi pada pemberitaan di jalur kedatangan. Jika jalur
kedatangan (pelabuhan/bandara) tersebut tidak dilengkapi sarana/prasarana yang
memadai untuk melakukan pemeriksaan, kapal atau pesawat tersebut diperintahkan
untuk menuju pelabuhan/bandara terdekat yang mampu melakukan pemeriksaan.
Namun, hal tersebut tidak dianjurkan jika kapal atau pesawat memiliki masalah
operasional yang dapat menyebabkan pengalihan pemeriksaan ini tidak aman.
b. Sesuai dengan kesepakatan internasional, kapal atau pesawat tidak akan ditolak
kedatangannya di suatu negara anggota dengan alasan kesehatan masyarakat. Kapal
atau pesawat tidak akan dicegah untuk datang atau pergi, melakukan bongkar muat,
atau menambah bahan bakar, air dan makanan. Negara anggota dapat memberikan
Free Pratique untuk pemeriksaan jika di dalam kapal ditemukan sumber infeksi atau
kontaminasi, melakukan disinfeksi, dekontaminasi, disinseksi atau deratisasi atau
pemeriksaan-pemeriksaan lain yang diperlukan untuk mencegah penyebaran sumber
infeksi dan kontaminasi.
c. Apabila pihak pelabuhan menjamin bahwa kapal atau pesawat tidak berpotensi
menyebarkan penyakit, Free Pratique dapat diberikan melalui audio atau alat
komunikasi lain.
d. Setiap ditemukan kasus atau infeksi dengan risiko kesehatan masyarakat, maka pilot
atau nahkoda kapal wajib melaporkan kepada petugas pelabuhan/bandara dan
informasi ini harus diteruskan kepada petugas kesehatan pelabuhan di
pelabuhan/bandara. Dalam keadaan tertentu, pilot atau nahkoda kapal wajib
menyampaikan langsung kepada petugas kesehatan pelabuhan di pelabuhan/bandara
bersangkutan. (WHO, 2005)
e. Jika ditemukan kasus suspek dalam kapal atau pesawat dan tidak dapat ditangani oleh
pilot atau nahkoda kapal, kapal atau pesawat tersebut dapat mendarat di
pelabuhan/bandara lain dengan ketentuan :
1. Pilot atau nahkoda atau pihak berwenang lainnya berusaha secepat mungkin
memberitahukan kepada pelabuhan/bandara terdekat
WEST NILE FEVER 15

2. Setelah berita diterima oleh petugas kesehatan pelabuhan, harus langsung
dilaksanakan pemeriksaan sesuai dengan rekomendasi WHO atau IHR
3. Tidak boleh ada penumpang yang keluar dari kapal atau pesawat dan tidak ada
kargo yang boleh dipindahkan, kecuali untuk kepentingan darurat atau komunikasi
dengan petugas kesehatan pelabuhan atau atas seizin petugas kesehatan pelabuhan
4. Apabila seluruh pemeriksaan telah dilaksanakan oleh petugas kesehatan, kapal
atau pesawat dapat melanjutkan pendaratan atau sandar di pelabuhan/bandara
yang dituju. Jika tidak dapat dilakukan pemeriksaan, kapal atau pesawat tersebut
akan ditempatkan secara khusus di pelabuhan atau bandara lainnya.
f. Pilot atau nahkoda kapal dapat melakukan pemeriksaan kesehatan yang diperlukan
bagi penumpang. Kemudian, pilot atau nahkoda kapal tersebut harus memberitahukan
sesegera mungkin kepada petugas kesehatan pelabuhan tentang pemeriksaan yang
dilakukan.

3.5. Upaya KKP Kelas I Medan Dalam Persiapan Penanggulangan Dan Pencegahan
PHEIC Di Pintu Masuk Negara (Point Of Entry)
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Medan telah melakukan beberapa tindakan
dalam melaksanakan Standard Operating Procedure (SOP) untuk persiapan upaya
penanganan penyakit PHEIC, antara lain; simulasi penanggulangan PHEIC, melatih SDM
untuk penanggulangan kasus kegawatdaruratan yang disebabkan penyakit PHEIC. Selain itu,
telah dilakukan sosialisasi dengan lintas sektor terkait dalam penanggulangan PHEIC dan
membuat Letter of Supporting kepada rumah sakit rujukan dan instalasi terkait yang berada
di sekitar pelabuhan laut Medan dan Bandara Kualanamu.









WEST NILE FEVER 16

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. West nile disebabkan oleh virus west nile, family flaviviridae, genus flavivirus dan
nyamuk sebagai vektornya, dengan gejala demam, lemah, sakit kepala, gangguan
pencernaan, kaku kuduk, mialgia, atralgia, dan sampai menyebabkan perubahan mental.
2. Penularan west nile harus melalui vektor nyamuk. Burung yang terinfeksi berinteraksi
dengan vektor nyamuk dapat menularkan ke manusia dan hewan lain. Penularan west
nile juga dapat terjadi dari manusi ke manusi lain.
3. Kantor Kesehatan Pelabuhan Medan sudah melakukan beberapa tindakan dalam
melaksanakan Standard Operating Procedure (SOP) untuk penanganan penyakit
PHEIC antara lain, simulasi penanggulangan PHEIC, melatih SDM untuk
penanggulangan kasus kegawatdaruratan yang disebabkan penyakit PHEIC. Selain itu,
telah dilakukan sosialitas dengan sektor terkait dalam penanggulangan PHEIC dan
membuat Letter of Supporting kepada rumah sakit rujukan dan instalasi terkait yang
berada di sekitar pelabuhan laut medan dan bandara Kualanamu.

4.2 Saran
1. Bagi KKP Kelas I Medan
Meningkatkan sosialisasi kepada instansi terkait baik yang berada di pelabuhan laut
maupun udara, maskapai penerbangan, agen pelayaran tentang penyakit terkait
potensi PHEIC.
2. Bagi Instansi terkait
Dalam hal ini bagi dinas kesehatan, rumah sakit, puskesmas dan pelayanan kesehatan
lainnya untuk terus berkoordinasi dengan pihak KKP dalam menindak lanjuti
pencegahan dan penanggulangan terkait potensi PHEIC agar tidak masuk ke
Indonesia serta meningkatkan pengetahuan tentang penyakit-penyakit PHEIC.

3. Bagi Masyarakat
Perlu dilakukan edukasi kepada masyarakat yang akan bepergian di lintas masuk
negara tentang terkait potensi penyakit-penyakit PHEIC.

WEST NILE FEVER 17

DAFTAR PUSTAKA

1. www.westnile.state.pa.us/action/wnv_komar_adv_vir_res_61.pdf
2. CDC. (2004). West Nile virus: Background information for clinicians. 21 Desember 2004.
Pp.1- 12 . Http:/www.cdc.gov/ncidod/dvbid/ westnile/clinicians/background.htm.
3. Buletin Info KesPel. Vol. VIII. Edisi 3 Tahun 2013.
4. Buku Saku Kementerian Kesehatan. Tahun 2012.
5. http://idhki.org/karya-tulis-ilmiah/2/343/virus-west-nile-sebagai-salah-satu-penyakit-
emerging-zoonosis.html, diunduh pada tanggal 21 Juni 2014
6. http://itd.unair.ac.id/index.php/itd-news-archive/558-kini-saatnya-indonesia-mewaspadai-
penyakit-virus-west-nile.html
7. http://rismanismail2.wordpress.com/2010/12/09/west-nile-virus/
8. http://www.kamusilmiah.com/kesehatan/mengenal-virus-west-nile-virus-yang-ditakuti-
amerika-saat-ini/
9. kkpmerauke.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai