Anda di halaman 1dari 57

First edition

Prodi Farmasi Fakultas Kedokteran


Universitas Islam Sultan Agung

MODUL
FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI (FR 2315)
BUKU MAHASISWA dan PRAKTIKUM

Prodi Farmasi Fakultas Kedokteran


Universitas Islam Sultan Agung
Alamat: JL. Raya Kaligawe Km. 4 Semarang 50112 PO Box 1054/SM
Telepon. (024) 6583584
Faximile: (024) 6594366

1
Modul : FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI (FR 2315)
Buku Modul Mahasiswa dan Praktikum

Copyright @ by School of Pharmacy, Faculty of Medicine


Islamic Sultan Agung University.
Printed in Semarang
First printed: November 2017
Designed by: tim modul
Cover Designed by: tim modul
Published by School of Pharmacy, Faculty of Medicine
Islamic Sultan Agung University
All right reserved

This publication is protected by permission should be obtained from publisher prior to


any prohibited reproduction, storage in a retrieval system, or transmission in any form
by any means, electronic, mechanical, photocopying, and recording or likewise

2
TIM MODUL

Willi Wahyu Timur, M.Sc., Apt (Koordinator dan Evaluasi)

Rina Wijayanti, M. Sc., Apt (Sekretaris dan Praktikum)

Asih Puji Lestari, M.Sc., Apt (Pelaksana dan Nilai)

3
KONTRIBUTOR

Core Disiplin:
1. Anatomi Fisiologi manusia
2. Farmasetika
3. Farmakologi dasar
4. Toksikologi
Suplementary disiplin:
1. Farmakoterapi
2. Biologi Sel
3. Biologi molekuler
4. Fisiologi
5. Bioetik
6. Anatomi-Histologi
7. Patologi klinik
8. Biokimia
9. Agama Islam

4
Kata Pengantar
Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT, Rob seluruh alam


yang telah memberikan karunia kepada kami hingga kami dapat menyelesaikan modul
Farmakologi Toksikologi yang pertama.
Modul Farmakologi Toksikologi adalah modul yang terdiri dari 5 lembar
belajar mahasiswa yang didalamnya terdapat materi farmakologi dasar yang
diintegrasikan dengan anatomi fisiologi manusia, farmakologi klinik, dan farmakologi
molekuler, toksikologi dengan uji-ujinya
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan modul
ini. Oleh karena itu, saran-saran baik dari tutor maupun dari mahasiswa akan kami
terima dengan terbuka.
Semoga modul ini dapat bermanfaat, dan membantu siapa saja yang
membutuhkannya.

Jazakumullhahi khoiro jaza’

Tim Penyusun Modul

5
Gambaran Umum Modul
Modul ini dilaksanakan pada semester 3, tahun ke 2 dengan waktu 5 minggu.
Pencapaian belajar mahasiswa dijabarkan dengan penetapan kompetensi utama,
kompetensi penunjang, learning outcome sebagaimana yang diatur dalam Standar
Kompetensi Apoteker serta sasaran pembelajaran yang didapat dari penjabaran
learning outcome.
Modul ini terdiri dari 5 Lembar Belajar Mahasiswa (LBM) dan masing-masing
LBM terdiri dari judul skenario, sasaran pembelajaran, skenario, konsep mapping,
materi, pertanyaan minimal dan daftar pustaka.
Modul ini akan dipelajari dengan mengunakan strategi Problem Based-
Learning, dengan metode diskusi tutorial menggunakan seven jump steps, kuliah,
praktikum laboratorium, dan belajar keterampilan klinik di laboratorium ketrampilan.
Hubungan dengan modul sebelumnya
1. Telah memahami modul cell and metabolisme
2. Telah memahami modul human structure and function
3. Telah memahami modul pharmaceutics
Hubungan dengan modul sesudahnya:
1. Pharmacotherapy of Organ Disorder
2. Biopharmaceutics and Pharmacocinetics
3. Hospital based pharmaceutical care
4. Community based pharmaceutical care

6
DAFTAR ISI

Kata pengatar............................................................................................. 5
Gambaran umum modul.......................................................................... 6
Hubungan dengan modul sebelumnya................................................. 6
Hubungan dengan modul sesudahnya.................................................. 6
Daftar Isi..................................................................................................... 7
Learning outcome..................................................................................... 8
Pemetaan pencapaian learning objective................................................. 8
Topik........................................................................................................... 10
Topik Tree.................................................................................................. 10
Materi “masalah” ...................................................................................... 10
Kegiatan pembelajaran............................................................................. 11
Assessment................................................................................................. 15
Sumber Belajar.......................................................................................... 20
Penjabaran Pembelajaran LBM............................................................... 22

7
Learning Outcome Modul Farmakologi Toksikologi:

Area kompetensi utama

1. Mampu Melakukan Praktik Kefarmasian secara Profesional Dan Etik


1.1. Menguasai Kode Etik yang Berlaku dalam Praktik Profesi.
1.1.1. Artikulasi Kode Etik dalam Praktik Profesi
1.2. Mampu menarapkan Praktik Kefarmasian secara Legal dan Profesional sesuai
Kode Etik Apoteker Indonesia.
1.2.1. Perilaku profesional sesuai dengan Kode Etik Apoteker Indonesia
1.2.2. Integritas personal dan professional
1.3. Memiliki Keterampilan Komunikasi
1.3.1. Mampu menerapkan prinsip-prinsip Komunikasi Terapetik
1.3.2. Mampu mengelola Informasi yang ada dalam diri untuk dikomunikasikan
1.4.1. Mampu menghargai pasien
1.5. Mampu Berkomunikasi dengan Tenaga Kesehatan
1.5.1. Mampu melaksanakan tahapan komunikasi dengan tenaga kesehatan
1.6. Mampu Berkomunikasi Secara Tertulis
2.1. Mampu Menyelesaikan Masalah Penggunaan obat yang rasional
2.1.1. Mampu Melakukan Penelusuran riwayat pengobatan pasien (patient medication
history)
2.1.2. Mampu Melakukan Tinjauan Penggunaan Obat Pasien
2.1.3. Melakukan Analisis Masalah Sehubungan Obat (DTPs/DrugTherapy Problem)
2.1.5. Mampu Monitoring Parameter Keberhasilan Pengobatan
2.1.6. Mampu Evaluasi hasil akhir terapi obat Pasien
2.2. Mampu Melakukan Telaah Penggunaan Obat Pasien
2.2.1. Melakukan Tindak lanjut Hasil Monitoring Pengobatan Pasien
2.2.3. Membuat Dokumentasi Obat Pasien
2.3. Mampu Melakukan Monitoring Efek Samping Obat
2.3.1. Melakukan Sosialisasi Pentingnya Pelaporan Efek Samping Obat
2.3.2. Mengumpulkan Informasi Untuk Pengkajian Efek Samping Obat
2.3.3. Melakukan Kajian data yang Terkumpul

8
Topic Tree

FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI

Farmakologi Farmakologi Faktor-faktor Uji


obat-obat sistem obat-obat yang Toksikologi
syaraf pusat dan kardiovaskuler, mempengaruhi
perifer renal, dan sistem toksisitas
endokrin

Farmakologi obat-obat
sistem pencernaan,
respirasi,otot polos,
muskuloskeletal dan
darah, antibiotik,
antiprotozoa,
antihelmintik, antiviral,
antifungal, dan
kemoterapi

Materi “masalah”:
1. Farmakologi obat antiadrenergik
2. Farmakologi obat antidiabetik
3. Farmakologi obat kemoterapi
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi toksisitas
5. Uji Toksikologi

9
Kegiatan pembelajaran

Pada modul ini akan dilakukan kegiatan belajar sebagai berikut:


1. Tutorial
Tutorial akan dilakukan 2 kali dalam seminggu. Setiap kegiatan tutorial
berlangsung selama 100 menit. Jika waktu yang disediakan tersebut belum
mencukupi, kelompok dapat melanjutkan kegiatan diskusi tanpa tutor di open
space area yang disediakan. Keseluruhan kegiatan tutorial tersebut dilaksanakan
dengan menggunakan seven jump steps.
Pada tutorial 1, langkah yang dilakukan adalah 1-5. Mahasiswa diminta untuk
menjelaskan istilah yang belum dimengerti pada skenario “masalah”, mencari
masalah yang sebenarnya dari skenario, menganalisis masalah tersebut dengan
mengaktifkan prior knowledge yang telah dimiliki mahasiswa, kemudian dari
masalah yang telah dianalisis lalu dibuat peta konsep (concept mapping) yang
menggambarkan hubungan sistematis dari masalah yang dihadapi, jika terdapat
masalah yang belum terselesaikan atau jelas dalam diskusi maka susunlah masalah
tersebut menjadi tujuan pembelajaran kelompok (learning issue) dengan arahan
pertanyaan sebagai berikut: apa yang kita butuhkan?, apa yang kita sudah tahu?
Apa yang kita harapkan untuk tahu?
Langkah ke 6, mahasiswa belajar mandiri (self study) dalam mencari informasi
Pada tutorial 2, mahasiswa mendiskusikan temuan-temuan informasi yang ada
dengan mensintesakan agar tersusun penjelasan secara menyeluruh dalam
menyelesaikan masalah tersebut.

2. Kuliah
Ada beberapa aturan cara kuliah dan format pengajaran pada problem based
learning. Problem based learning menstimulasi mahasiswa untuk
mengembangkan perilaku aktif pencarian pengetahuan. Kuliah mungkin tidak
secara tiba-tiba berhubungan dengan belajar aktif ini, Namun demikian keduanya
dapat memenuhi tujuan spesifik pada PBL. Adapun tujuan kuliah pada modul ini
adalah:
a. Menjelaskan gambaran secara umum isi modul, mengenai relevansi dan
kontribusi dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda terhadap tema modul.

10
b. Mengklarifikasi materi yang sukar. Kuliah akan lebih maksimum efeknya
terhadap pencapaian hasil ketika pertama kali mahasiswa mencoba untuk
mengerti materi lewat diskusi atau belajar mandiri.
c. Mencegah atau mengkoreksi adanya misconception pada waktu mahasiswa
berdiskusi atau belajar mandiri.
d. Menstimulasi mahasiswa untuk belajar lebih dalam tentang materi tersebut.
Agar penggunaan media kuliah dapat lebih efektif disarankan agar mahasiswa
menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab atau kurang jelas
jawabannya pada saat diskusi kelompok agar lebih interaktif.
Adapun materi kuliah yang akan dilaksanakan sebagai berikut:

a. Minggu 1
a.1. Dasar Farmakologi (prinsip kerja obat, interksi obat) (100 menit)
pengampu : Asih Puji Lestari, M.Sc., Apt
a.2. Farmakologi obat otonom (simpatik parasimpatik, kolinergik antikolinegik,
adrenergik antiadrenergik)(100 menit; Pengampu : Rina Wijayanti, M. Sc., Apt
a.3. Pengantar farmakologi molekuler (target aksi obat) (100 menit)
pengampu: Willi Wahyu Timur, M.Sc., Apt.
a.4 Farmakologi obat sedatif-hypnotic, antiseizure, anestesi (100 menit)
pengampu : Willi Wahyu Timur, M.Sc., Apt.
a.5. Farmakologi antidepressant & anti-psikotik (100 menit)
pengampu : Asih Puji Lestari, M.Sc., Apt

b. Minggu 2
b.1. Farmakologi sistem kardio (anti-angina, digitalis, anti-arrhythmias drugs) (100
menit), Pengampu : Willi Wahyu Timur, M.Sc., Apt.
b.2. Farmakologi sistem vaskuler-renal (antihypertension & diuretics agent) (100
menit), Pengampu : Rina Wijayanti, M. Sc., Apt
b.3. Farmakologi sistem endokrin III (Estrogen & Progestin, Ovulation Inducing
agents, dan Androgens) (100 menit)
pengampu : dr. Hj Nur Anna Chalimah Sa’dyah, Sp.PD
b.4 Farmakologi obat analgetik-antiinflamasi (NSAID, antipyretic, antihistamin dan
antiGout) (100 menit); Pengampu : Willi Wahyu Timur, M.Sc., Apt.

11
b.5 Smooth muscle ( serotonin, & ergot alkaloid & vasoactive peptides ) (100
menit), Pengampu : Asih Puji Lestari, M.Sc., Apt

c. Minggu 3
c.1. Farmakologi hematopoietic growth factors dan mineral & vitamin ) (100 menit),
Pengampu : Rina Wijayanti, M. Sc., Apt
c.2. Farmakologi sistem pencernaan ( drugs for diare, constipation, anti-maag) (100
menit) , Pengampu : Willi Wahyu Timur, M.Sc., Apt.
c.3. Farmakologi sistem respirasi (bronchodilator) (100 menit)
pengampu : Farah Bintang Sabiti, M.Pharm., Apt.
c.4 Farmakologi obat antibiotik, antifungi, antiviral (jenis, mekanisme kerja, dan
indikasi) (100 menit); Pengampu : Rina Wijayanti, M. Sc., Apt

d. Minggu 4
d.1 Pendahuluan : Sejarah, definisi, arti penting dan ruang lingkup Toksikologi
(100 menit); Pengampu : Dr. Atina Hussaana, M.Si., Apt.
d.2 Azas-azas umum Toksikologi : Nasib obat dalam badan dan kondisi efek Toksik
(Toksikokinetik); Mekanisme luka intrasel dan ekstrasel; Wujud efek toksik
gangguan fungsional, biokimia dan struktural; Sifat efek toksik terbalikkan dan
tak terbalikkan (100 menit) Pengampu : Dr. Atina Hussaana, MSi., Apt.
d.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi toksisitas : Faktor intrinsik zat Beracun dan
Faktor intrinsik mahluk hidup (100 menit);
Pengampu : Asih Puji Lestari, M.Sc., Apt.
d.4 Dasar-dasar Terapi Antidot : Takrif dan Makna; Sasaran Terapi;Strategi Terapi;
Tata cara pelaksanaan terapi antidot (100 menit)
Pengampu : Rina Wijayanti, M.Sc, Apt

e. Minggu 5
e.1 Tolok Ukur Toksisitas : Tolok ukur kualitatif, kuantitatif, Hubungan
kekerabatan dosis-respon, penerapan (100 menit)
Pengampu : Willi Wahyu Timur, S.Farm, Apt.
e.2 I D I penggunaan NAPZA dan Alkohol (100 menit)
Pengampu : tim IDI

12
e.3 Uji toksikologi (takrif dan makna dari uji toksikologi), system uji toksikologi,
jenis uji toksikologi. Evaluasi keamanan uji toksikologi, penilaian resiko uji
toksikologi (100 menit); Pengampu : Farrah Bintang Satibi, M.Farm., Apt.
e.4 Asas umum analisis toksikologi
Pengampu : Rina Wijayanti, M.Sc, Apt

3. Praktikum/ Skill Lab


Tujuan utama praktikum/Skill Lab pada PBL adalah mendukung proses belajar
lewat ilustrasi dan aplikasi praktek terhadap apa yang mahasiswa pelajari dari
diskusi, belajar mandiri, dan kuliah. Alasan lain adalah agar mahasiswa
terstimulasi belajarnya lewat penemuan sehingga dapat meningkatkan motivasi
belajar. Adapun Praktikum yang akan dilaksanakan adalah:
a. Minggu 1
a.1. Praktikum I : Uji aktivitas obat simpatik (miotik-midriatik) (200 menit)
b. Minggu 2
b.2. Praktikum II: Percobaan diuretika pada tikus putih (200 menit)
c. Minggu 3
c.1. Praktikum III: Percobaan anestesi umum (200 menit)
c.2. Praktikum IV: Percobaan obat analgetik pada tikus putih (200 menit)
d. Minggu 4
d.1. Skill Lab perhitungan berbagai macam uji statistik
d.2. Praktikum V: Terapi antidotum keracunan akut paracetamol
e. Minggu 5
e.1. skill lab penghitungan ED/LD 50 dengan metode probit dan metode FI
e.2. Praktikum VI: Uji Toksisitas Akut : Menentukan ED 50 dan LD 50

13
ASSESSMENT

Sistem penilaian mahasiswa dan aturan assesment adalah sebagai berikut:

a. Nilai Pelaksanaan diskusi tutorial (15% dari nilai modul)


Pada diskusi tutorial mahasiswa akan dinilai dari:
Nilai harian diskusi sebanyak 15% yang meliputi kehadiran, aktifitas interaksi dan
kesiapan materi dalam diskusi

Ketentuan mahasiswa terkait dengan kegiatan SGD:


 Mahasiswa wajib mengikuti 80% kegiatan SGD pada modul yang diambilnya.
 Apabila mahasiswa berhalangan hadir pada kegiatan SGD, maka mahasiswa
harus:
1. Mengganti kegiatan SGD pada hari lain dengan tugas, untuk penggantian
tersebut, mahasiswa harus berkoordinasi dengan tim modul
2. Mekanisme penggantian SGD adalah sebagai berikut:
- mahasiswa mengirimkan surat permohonan susulan SGD kepada
sekretaris prodi Farmasi, dilampiri alasan meninggalkan kegiatan SGD
tersebut, misalnya surat keterangan sakit dari dokter atau surat
keterangan dari orang tua/wali jika berhalangan karena urusan keluarga.
Surat permohonan susulan SGD harus disampaikan kepada sekretaris
prodi Farmasi maksimal 1 minggu setelah modul berakhir.
- Sekretaris prodi Farmasi memverifikasi surat permohonan susulan skill
lab
- Jika memenuhi persyaratan, maka sekretaris mengeluarkan surat
permohonan susulan atas nama mahasiswa tersebut kepada Tim Modul.
- Mahasiswa membawa surat dari sekretaris prodi Farmasi tersebut kepada
Tim modul/atau bagian untuk memohon kegiatan susulan. Tanpa
membawa surat dari sekretaris prodi Farmasi, kegiatan susulan tidak
dapat dilayani.
- Pelaksanaan kegiatan ulang SGD akan diumumkan oleh tim modul, dan
dilaksanakan maksimal 2 minggu setelah modul berakhir.
- Permohonan susulan setelah masa 1 minggu tersebut tidak akan
dilayani.

14
3. Setelah melaksanakan tugas pengganti SGD, maka mahasiswa telah
dinyatakan mengikuti kegiatan 100%
4. Nilai susulan SGD untuk yang izin karena mengikuti kegiatan kemahasiswaan
atau mengharumkan nama Prodi maka diberikan nilai maksimal 100 dan jika
izin karena alasan lain (sakit atau acara keluarga) maka diberikan nilai
maksimal 65

b. Nilai Praktikum/Skill lab (30% dari nilai modul)


Untuk aktivitas praktikum/Skill lab, mahasiswa akan dinilai dalam
pengetahuan dan kemampuannya secara tepat dan cepat dalam menyelesaikan
problem/masalah yang diberikan. Nilai Praktikum atau Skill lab bisa didapatkan
dari ujian response (OSPE) atau nilai harian yang dilaksanakan selama kegiatan
Praktikum atau skill lab.
Ujian Praktikum atau Skill Lab juga akan dilaksanakan untuk
mengkuantifikasi capaian knowledge mahasiswa pada materi dalam praktikum
maupun Skill lab. Untuk pembagian bobot penilaian pada masing-masing
komponen akan dilakukan oleh dosen pengampu praktikum atau tim modul.

Ketentuan mahasiswa terkait dengan kegiatan Praktikum atau Skill lab:


 Mahasiswa wajib mengikuti 100% kegiatan Praktikum atau Skill lab pada
modul yang diambilnya.
 Apabila mahasiswa berhalangan hadir pada kegiatan Praktikum atau Skill
lab, maka mahasiswa harus:
Mengganti kegiatan Praktikum atau skill lab pada hari lain, untuk penggantian
tersebut, mahasiswa harus berkoordinasi dengan dosen pengampu praktikum atau
tim modul.
1. Mekanisme penggantian Praktikum atau Skill lab adalah sebagai berikut:
- mahasiswa mengirimkan surat permohonan susulan Praktikum atau
skill lab kepada sekretaris prodi Farmasi, dilampiri alasan
meninggalkan kegiatan Praktikum atau skill lab tersebut, misalnya
surat keterangan sakit dari dokter atau surat keterangan dari orang
tua/wali jika berhalangan karena urusan keluarga. Surat permohonan
susulan Praktikum atau skill lab harus disampaikan kepada

15
sekretaris prodi Farmasi maksimal 1 minggu setelah modul
berakhir.
- Sekretaris prodi Farmasi memverifikasi surat permohonan susulan
Praktikum atau skill lab
- Jika memenuhi persyaratan, maka sekretaris mengeluarkan surat
permohonan susulan atas nama mahasiswa tersebut dialamatkan
kepada Tim Modul.
- Mahasiswa membawa surat dari sekretaris prodi Farmasi tersebut
kepada Tim modul atau bagian untuk memohon kegiatan susulan.
Tanpa membawa surat dari sekretaris prodi Farmasi, kegiatan susulan
tidak dapat dilayani.
- Pelaksanaan kegiatan ulang Praktikum atau skill lab akan diumumkan
oleh tim pengampu praktikum atau tim modul, dan dilaksanakan
maksimal 2 minggu setelah modul berakhir.
- Biaya susulan praktikum atau skill lab sebesar Rp.50.000 dan
dibayarkan kepada Kepala Laboratorium. Jika mahasiswa/anggota
keluarga sakit maka biaya susulan praktikum/skill lab menjadi Rp.
20.000
- Biaya susulan dalam bentuk kwitansi/slip diserahkan ke Kepala
laboratorium
- Permohonan susulan dilampiri kwitansi/slip pembayaran dan diajukan
maksimal 1 minggu setelah modul berakhir. Setelah lebih dari 1
minggu tidak akan dilayani.
2. Setelah melaksanakan tugas pengganti Praktikum atau skill lab, maka
mahasiswa telah dinyatakan mengikuti kegiatan 100%
 Jika sampai batas waktu yang ditetapkan mahasiswa tidak melakukan kegiatan
susulan Praktikum atau skill lab, maka nilai mid modul dan akhir modul tidak
dapat dikeluarkan dan mahasiswa dinyatakan tidak lulus modul sehingga
harus mengulang modul.

c. Nilai Ujian
1. Mid Modul (20% dari nilai modul)
2. Akhir Modul (35% dari nilai modul)

16
Merupakan ujian knowledge terhadap semua materi kuliah pakar yang telah
diberikan. Materi dan pelaksanaan ujian akan diatur secara teknis oleh tim modul.
Ketentuan bagi mahasiswa
 Siswa dapat mengikuti ujian susulan akhir modul jika memenuhi prasyarat
sebagai berikut:
1. mengikuti 80% dari keseluruhan SGD
2. mengikuti 100% dari keseluruhan skill lab
3. mengikuti 75% dari keseluruhan kuliah pakar
 Bagi mahasiswa yang berhalangan mengikuti ujian akhir modul wajib
mengajukan permohonan ujian susulan kepada sekprodi maksimal satu
minggu setelah ujian tersebut dilaksanakan. Tata cara permohonan ujian
susulan dilaksanakan sebagaimana yang berlaku, yakni siswa mengajukan
permohonan kepada Sekprodi dilampiri alasan ketidakhadirannya pada ujian
tersebut, selanjutnya surat permohonan ujian susulan dikeluarkan oleh
sekretaris prodi Farmasi untuk disampaikan kepada Tim modul terkait.
Pelaksanaan ujian susulan mid modul akan ditetapkan oleh Tim modul.

Ketentuan mahasiswa terkait dengan kegiatan kuliah pakar


1. Kehadiran kuliah harus memenuhi 75% dari total perkuliahan
2. Jika ada mahasiswa yang mengajukan izin maka harus membawa syarat-
syarat:
- Izin karena keluarga menikah harus membawa surat undangan dan Kartu
Keluarga yang masih berlaku
- Izin karena sakit harus membawa surat dokter
- Izin karena ada acara keluarga harus membawa surat izin yang
ditandatangani orang tua di atas materai
3. Jika pengisi kuliah pakar berasal dari dosen luar/praktisi maka kehadiran
mahasiswa tetap harus memenuhi kehadiran 75%
4. Pengajuan izin kuliah pakar maksimal 1 minggu setelah modul berakhir
5. Jika ada mahasiswa yang tidak masuk kuliah maka harus membuat tugas/paper
dari dosen atau tim modul. Setelah melaksanakan tugas pengganti kuliah,
maka mahasiswa telah dinyatakan mengikuti kegiatan 75%

17
6. Jika sampai batas waktu yang ditetapkan, mahasiswa tidak mengajukan izin
tidak mengikuti kuliah atau tidak mengumpulkan tugas, maka mahasiswa
dianggap tidak hadir dalam perkuliahan.

Penetapan Nilai Akhir Modul:


Nilai akhir modul dihitung dengan rumus sebagai berikut:

(Nilai harian SGD x 15) + (Nilai Skill lab x 30) + (Nilai ujian modul x 55)
100

Standar kelulusan ditetapkan dengan PAP (Penilaian Acuan Patokan) relatif

18
SUMBER BELAJAR

1. Craig, C.R., (Editor), 1990, Modern Pharmacology, 4th. Ed., Liyye Brown Co.,
New York
2. Dipama, J.R., (Editor), 1994, Basic Pharmacology in Medicine, 4th. Ed.,
Medicinal Surv.Inc., Philadelphia.
3. Laurence, L.B., (Editor), 2005, Goodman and Gilman’s The Pharmacological
Basis of Theurapeutics, 11th. Ed., McGraw Hill, New York.
4. Lullman, H., Mohr K., Hein L., Bieger, D., 2005, Color Atlas of Pharmacology,
3rd edition, Thieme, New York, USA
5. Katzung, B.B., 2004, Basic and Clinical Pharmacology, 9th. Ed., McGraw-
Hill.Inc., London.
6. Niesink, R.J.M., de Vries, J., and Hollinger , M.A., Toxicology, Principles and
Applications, CRC Press. Inc., New York.
7. www.rxlist.com
8. Donatus, I.A. 1990. Toksikologi Pangan (Bab IV, VI, VII). Edisi I. PAU Pangan
dan Gizi Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.
9. Dreistbach, R.H. 1980. Handbook of Poisoning (Chapter 16). 10th ed. Lenge
Medical Publications-Marugen Asia (Pte)Ltd : Pasir Panjang.
10. Lommis, T.A. 1978. (Edisi terjemahan, Alih Bahasa Imono Argo Donatus).
Toksikologi Dasar (Bab XI). Edisi III. Ikip press: Semarang.

19
JADWAL LBM I
13 – 18 November 2017

SENIN SELASA RABU KAMIS JUM’AT SABTU


WAKTU
13 14 15 16 17 18

06.45 – 7.35 Pend KWn


07.35 – 8.25 (A1)
08.25 – 9.15 Kulpak 3
Kulpak 1
09.15 –10.05 (8.3)
10.05– 10.55
SGD 1 SGD 2 Kulpak 5
10.55 –11.45
11.45 –13.00 ISTIRAHAT DAN SHOLAT
13.00 –13.50 Kulpak 2 Kulpak 4
Praktikum
13.50 –14.40 (8.3) (A1 Ki)
14.40 –15.00 SHOLAT
15.00 –15.50 Bhs Ind
Praktikum
15.50 –16.40 (305)

Keterangan :
KULPAK 1. Dasar Farmakologi (100 menit)
Pengampu : Asih Puji Lestari, M.Sc., Apt
KULPAK 2. Pengantar Farmakologi Molekuler : Target Aksi Obat (100 menit)
Pengampu : Willi Wahyu Timur, M.Sc., Apt.
KULPAK 3. Farmakologi obat otonom (simpatik parasimpatik, kolinergik antikolinegik,
adrenergik antiadrenergik) (100 menit)
Pengampu : Rina Wijayanti, M. Sc., Apt
KULPAK 4. Farmakologi obat sedatif-hypnotic, antiseizure, anestesi (100 menit)
Pengampu : Willi Wahyu Timur, M.Sc., Apt.
KULPAK 5. Farmakologi antidepressant & anti-psikotik (100 menit)
Pengampu : Asih Puji Lestari, M.Sc., Apt.
Praktikum I : Uji aktivitas obat simpatik (miotik-midriatik) (200 menit)

20
PENJABARAN PEMBELAJARAN LBM I
Lembar Belajar Mahasiswa

Judul : Obat agonis adrenergik apa saja ya...??

SKENARIO
Obat-obat yang bekerja pada sistem syaraf otonom dibagi menjadi menjadi
dua, yaitu sistem syaraf simpatik dan sistem syaraf parasimpatik. Salah satu
golongan obat pada syaraf simpatik tersebut adalah agonis adrenergik. Obat-
obatan agonis adrenergik adalah obat yang meningkatkan dan memacu syaraf
adrenergik. Obat-obat yang bekerja dengan cara ini bereaksi dengan reseptor
adrenergik, yaitu reseptor adrenergik alfa dan reseptor adrenergik beta.
Obat-obat yang bekerja berdasarkan agonis adrenergik ini dibedakan
berdasar mekanisme, yaitu agonis kerja langsung, agonis adrenergik tidak
langsung dan campuran langsung+tidak langsung. Terdapat banyak sekali contoh
obat pada golongan agonis adrenergik, seperti clonidine, epinephrine, selegiline,
entacapone, dsb. Dimana obat-obat tersebut memiliki indikasi masing-masing

Diskusikan skenario di atas menggunakan seven jump steps


1. Jelaskan istilah yang belum anda ketahui. Jika masih terdapat istilah yang belum
jelas cantumkan sebagai tujuan pembelajaran
2. Carilah masalah yang harus anda selesaikan
3. Analisis masalah tersebut dengan brainstorming agar kelompok memperoleh
penjelasan yang beragam mengenai persoalan yang didiskusikan, dengan
menggunakan prior knowledge yang telah anda miliki.
4. Cobalah untuk menyusun penjelasan yang sistematis atas persoalan yang anda
diskusikan
5. Susunlah persoalan-persoalan yang belum bisa diselesaikan dalam diskusi
tersebut menjadi tujuan pembelajaran kelompok (Learning issue/ learning
objectives)
6. Lakukan belajar mandiri untuk memperoleh informasi yang anda butuhkan guna
menjawab learning issue yang telah anda tetapkan
7. Jabarkan temuan informasi yang telah dikumpulkan oleh anggota kelompok,
sintesakan dan diskusikan temuan tersebut agar tersusun penjelasan yang
menyeluruh (komprehensif) untuk menjelaskan dan menyelesaikan masalah

21
JADWAL LBM 2
20–25 November 2017

SENIN SELASA RABU KAMIS JUM’AT SABTU


WAKTU
20 21 22 23 24 25

06.45 – 7.35 Pend.KWN


07.35 – 8.25 (A1 Ki)
08.25 – 9.15 Kulpak 2
Kulpak 5
09.15 –10.05 (8.3)
10.05– 10.55
SGD 1 SGD 2
10.55 –11.45
11.45 –13.00 ISTIRAHAT DAN SHOLAT
13.00 –13.50 Kulpak 1 Kulpak 3
Praktikum Kulpak 4
13.50 –14.40 (8.3) (A1 Ki)
14.40 –15.00 SHOLAT
15.00 –15.50 Bhs Ind
Praktikum
15.50 –16.40 (305)

Keterangan :

KULPAK 1. Farmakologi sistem kardio (angina pectoris, heart failure, anti arrhythmias
drugs) (100 menit);
Pengampu : Willi Wahyu Timur, M.Sc., Apt.
KULPAK 2. Farmakologi sistem vaskuler-renal (antihypertension & diuretics agent) (100
menit)
Pengampu : Rina Wijayanti, M.Sc., Apt.
KULPAK 3. Farmakologi sistem endokrin (Estrogen & Progestin, Ovulation Inducing
agents, dan Androgens) (100 menit);
Pengampu : dr. Hj Nur Anna Chalimah Sa’dyah, Sp.PD
KULPAK 4. Farmakologi obat analgetik-antiinflamasi (NSAID, antipyretic, antihistamin dan
antiGout) (100 menit);
Pengampu : Willi Wahyu Timur, M.Sc., Apt
KULPAK 5. Smooth muscle ( serotonin, & ergot alkaloid & vasoactive peptides ) (100
menit),
Pengampu : Asih Puji Lestari, M.Sc., Apt

Praktikum I: Percobaan diuretika pada tikus putih (200 menit)

22
Penjabaran Pembelajaran LBM II
Lembar Belajar Mahasiswa

Judul : Obat diabetes itu bisa dikombinasi lho

Skenario
Bahri mempunyai paman yang menderita penyakit diabetes. Bahri kebetulan
adalah mahasiswa semester awal pada prodi farmasi. Bahri hari ini memeriksakan
pamannya ke klinik terdekat. Sebelumnya Bahri mengetahui bahwa obat diabetes
yang selama ini dikonsumsi pamannya adalah Metformin 500 mg.
Ketika selesai diperiksa, paman Bahri mendapatkan 2 jenis obat antidiabetes
oral. Bahri yang penasaran kemudian menanyakan kepada pamannya, kenapa
mendapat 2 jenis obat AntiDiabetik Oral. Paman menjelaskan bahwa obat yang
didapatkan sekarang adalah kombinasi obat, yang pertama Metformin dan yang
satunya Glibenklamid. Menurut penjelasan singkat paman Bahri, beliau mendapat 2
jenis obat karena obat tunggal antidiabetik yang selama ini dikonsumsi tidak dapat
mengontrol kadar gula darah. Padahal paman Bahri terkadang sudah melakukan
olahraga dan diet.

Diskusikan skenario di atas menggunakan seven jump steps


1. Jelaskan istilah yang belum anda ketahui. Jika masih terdapat istilah yang belum
jelas cantumkan sebagai tujuan pembelajaran
2. Carilah masalah yang harus anda selesaikan
3. Analisis masalah tersebut dengan brainstorming agar kelompok memperoleh
penjelasan yang beragam mengenai persoalan yang didiskusikan, dengan
menggunakan prior knowledge yang telah anda miliki.
4. Cobalah untuk menyusun penjelasan yang sistematis atas persoalan yang anda
diskusikan
5. Susunlah persoalan-persoalan yang belum bisa diselesaikan dalam diskusi tersebut
menjadi tujuan pembelajaran kelompok (Learning issue/ learning objectives)
6. Lakukan belajar mandiri untuk memperoleh informasi yang anda butuhkan guna
menjawab learning issue yang telah anda tetapkan
7. Jabarkan temuan informasi yang telah dikumpulkan oleh anggota kelompok,
sintesakan dan diskusikan temuan tersebut agar tersusun penjelasan yang
menyeluruh (komprehensif) untuk menjelaskan dan menyelesaikan masalah

23
JADWAL LBM 3
27 November-2 Desember 2017

SENIN SELASA RABU KAMIS JUM’AT SABTU


WAKTU
27 28 29 30 1 2

06.45 – 7.35 Pend.KWN


07.35 – 8.25 (A1 Ki)
08.25 – 9.15 Kulpak 1 Kulpak 4 Maulid
09.15 –10.05 (8.3) (8.3) Nabi
10.05– 10.55 Kulpak 2
SGD 1 SGD 2
10.55 –11.45 (8.3)
11.45 –13.00 ISTIRAHAT DAN SHOLAT
13.00 –13.50 Kulpak 3 Bhs Indonesia
Praktikum1 Praktikum2
13.50 –14.40 (A1 Ki) (8.3)
14.40 –15.00 SHOLAT
15.00 –15.50
Praktikum1 Praktikum2
15.50 –16.40

Keterangan :
Kulpak 1. Farmakologi hematopoietic growth factors dan mineral & vitamin ) (100 menit)
Pengampu : Rina Wijayanti, M. Sc., Apt
Kulpak 2. Farmakologi sistem pencernaan ( drugs for diare, constipation,anti-maag) (100
menit)
Pengampu : Willi Wahyu Timur, M.Sc., Apt.
Kulpak 3. Farmakologi sistem respirasi (bronchodilator) (100 menit)
Pengampu : Farah Bintang Sabiti, M.Sc., Apt.
Kulpak 4. Farmakologi obat antibiotik, antifungi, antiviral (jenis, mekanisme kerja, dan
indikasi) (100 menit)
Pengampu : Rina Wijayanti, M. Sc., Apt

Praktikum I: Percobaan anestesi umum (200 menit)


Praktikum II: Percobaan obat analgetik pada tikus putih (200 menit)

24
Penjabaran Pembelajaran LBM
Lembar Belajar Mahasiswa 3

Judul : Seremnya yang lagi dikemo....?

Skenario
Siska mahasiswi farmasi semester 7 yang sedang praktek kerja lapangan di
salah satu Rumah Sakit A. Siska berserta teman kelompoknya mendapat tugas di
bagian onkologi. Pada saat visite pasien di bangsal, Siska dan kelompoknya
mengikuti dan memperhatikan apoteker yang sedang bertugas visite pasien bersama
dokter. Dia memperhatikan salah satu pasien dengan diagnosa Ca-Mamae/ kanker
payudara stadium II yang sedang menjalankan kemoterapi, kemudian pada saat
diskusi, apoteker yang sedang berjaga pun memberikan tugas terkait kemoterapi
secara umum, baik dari tujuan pemberian kemoterapi, prinsip kerja obat kemoterapi,
epidemiologi kanker terutama pada pasien wanita, indikasi kemoterapi, efek
samping kemoterapi, macam-macam kemoterapi baik dari segi fase atau stadium
kanker.
Diskusikan skenario di atas menggunakan seven jump steps
1. Jelaskan istilah yang belum anda ketahui. Jika masih terdapat istilah yang belum
jelas cantumkan sebagai tujuan pembelajaran
2. Carilah masalah yang harus anda selesaikan
3. Analisis masalah tersebut dengan brainstorming agar kelompok memperoleh
penjelasan yang beragam mengenai persoalan yang didiskusikan, dengan
menggunakan prior knowledge yang telah anda miliki.
4. Cobalah untuk menyusun penjelasan yang sistematis atas persoalan yang anda
diskusikan
5. Susunlah persoalan-persoalan yang belum bisa diselesaikan dalam diskusi tersebut
menjadi tujuan pembelajaran kelompok (Learning issue/ learning objectives)
6. Lakukan belajar mandiri untuk memperoleh informasi yang anda butuhkan guna
menjawab learning issue yang telah anda tetapkan
7. Jabarkan temuan informasi yang telah dikumpulkan oleh anggota kelompok,
sintesakan dan diskusikan temuan tersebut agar tersusun penjelasan yang
menyeluruh (komprehensif) untuk menjelaskan dan menyelesaikan masalah

25
JADWAL LBM 4
4-9 Desember 2017

SENIN SELASA RABU KAMIS JUM’AT SABTU


WAKTU
4 5 6 7 8 9

06.45 – 7.35 Pend.KWN


07.35 – 8.25 (A1 Ki)
08.25 – 9.15 Kulpak 2
Praktikum1
09.15 –10.05 (8.3)
10.05– 10.55
SGD 1 SGD 2 Praktikum1
10.55 –11.45
11.45 –13.00 ISTIRAHAT DAN SHOLAT
13.00 –13.50 Kulpak 1 MID Kulpak 3
Skill Lab Kulpak 4
13.50 –14.40 (8.3) MODUL (A1 Ki)
14.40 –15.00 SHOLAT
15.00 –15.50 Bhs Ind
Skill Lab
15.50 –16.40 (305)

Keterangan :
Kulpak 1. Pendahuluan : Sejarah, definisi, arti penting dan ruang lingkup toksikologi (100
menit); Pengampu : Dr. Atina Hussaana, M.Si., Apt.
Kulpak 2. Azas-azas umum Toksikologi : Nasib obat dalam badan dan kondisi efek Toksik
(Toksikokinetik); Mekanisme luka intrasel dan ekstrasel; Wujud efek toksik
gangguan fungsional, biokimia dan struktural; Sifat efek toksik terbalikkan dan
tak terbalikkan (100 menit)
Pengampu : Dr. Atina Hussaana, MSi., Apt.
Kulpak 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi toksisitas : Faktor intrinsik zat Beracun dan
Faktor intrinsik mahluk hidup (100 menit);
Pengampu : Asih Puji Lestari, M.Sc., Apt.
Kulpak 4. Dasar-dasar Terapi Antidot : Takrif dan Makna; Sasaran Terapi;Strategi Terapi;
Tata cara pelaksanaan terapi antidot (100 menit)
Pengampu : Rina Wijayanti, M.Sc, Apt

Skill Lab perhitungan berbagai macam uji statistic (Dr. Atina Hussaana, MSi., Apt.)
Praktikum : Terapi antidotum keracunan akut paracetamol

26
Penjabaran Pembelajaran LBM
Lembar Belajar Mahasiswa 4

Judul : Ternyata keracunan dapat diobati ya?


Skenario
Pada suatu hari ada seorang pasien yang diantarkan ke RSI Sultan Agung dalam
keadaan pingsan. Menurut informasi dari para pengantar (informasi pre-kasus),
pingsannya diakibatkan karena pasien telah banyak minum minuman beralkohol di
sebuah Kelab. Para pengantar sudah berusaha memberikan pertolongan pertama. Dari
gejala-gejala klinis dan pengamatan diduga pasien mengalami keracunan yang
diakibatkan oleh alkohol. Karena tidak diketahui faktor yang mempengaruhi toksisitas
seperti jumlah, kekerapan dan takaran alkohol yang sudah dikonsumsi, maka untuk
memastikan diagnose awal, dokter mengambil sampel darah dan urin pasien guna
selanjutnya dilakukan analisis toksikologi. Hasil analisis toksikologi dapat memastikan
diagnosa klinis, dimana diagnosa ini dapat dijadikan dasar dalam melakukan terapi
antidot terhadap intoksikasi alkohol yang cepat, tepat dan lebih terarah, sehingga
ancaman kegagalan pengobatan (kematian) dapat dihindarkan.
Diskusikan skenario di atas menggunakan seven jump steps
1. Jelaskan istilah yang belum anda ketahui. Jika masih terdapat istilah yang belum
jelas cantumkan sebagai tujuan pembelajaran
2. Carilah masalah yang harus anda selesaikan
3. Analisis masalah tersebut dengan brainstorming agar kelompok memperoleh
penjelasan yang beragam mengenai persoalan yang didiskusikan, dengan
menggunakan prior knowledge yang telah anda miliki.
4. Cobalah untuk menyusun penjelasan yang sistematis atas persoalan yang anda
diskusikan
5. Susunlah persoalan-persoalan yang belum bisa diselesaikan dalam diskusi tersebut
menjadi tujuan pembelajaran kelompok (Learning issue/ learning objectives)
6. Lakukan belajar mandiri untuk memperoleh informasi yang anda butuhkan guna
menjawab learning issue yang telah anda tetapkan
7. Jabarkan temuan informasi yang telah dikumpulkan oleh anggota kelompok,
sintesakan dan diskusikan temuan tersebut agar tersusun penjelasan yang
menyeluruh (komprehensif) untuk menjelaskan dan menyelesaikan masalah

27
JADWAL LBM 5
11-16 Desember 2017

SENIN SELASA RABU KAMIS JUM’AT SABTU


WAKTU
11 12 13 14 15 16

06.45 – 7.35 Pend.KWN


07.35 – 8.25 (A1 Ki)
08.25 – 9.15 Kulpak 2
Praktikum1
09.15 –10.05 (8.3)
10.05– 10.55
SGD 1 SGD 2 Praktikum1
10.55 –11.45
11.45 –13.00 ISTIRAHAT DAN SHOLAT
13.00 –13.50 Kulpak 1 Skill Lab Kulpak 3 Kulpak 4
13.50 –14.40 (8.3) (Lab.Farmasi) (A1 Ki) (A1 Ki)
14.40 –15.00 SHOLAT
15.00 –15.50 Bhs Ind Skill Lab
15.50 –16.40 (305) (Lab.Farmasi)

Keterangan
Kulpak 1. Tolok Ukur Toksisitas : Tolok ukur kualitatif, kuantitatif, Hubungan
kekerabatan dosis-respon, penerapan (100 menit)
Pengampu : Willi Wahyu Timur, S.Farm, Apt.
Kulpak 2. I D I penggunaan NAPZA dan Alkohol (100 menit)
Pengampu : tim IDI
Kulpak 3. Uji toksikologi (takrif dan makna dari uji toksikologi), system uji
toksikologi, jenis uji toksikologi. Evaluasi keamanan uji toksikologi,
penilaian resiko uji toksikologi (100 menit)
Pengampu : Farrah Bintang Satibi, M.Farm., Apt.
Kulpak 4. Asas umum analisis toksikologi
Pengampu : Rina Wijayanti, M.Sc, Apt

Skill lab penghitungan ED/LD 50 dengan metode probit dan metode FI


Praktikum VI: Uji Toksisitas Akut : Menentukan ED 50 dan LD 50

28
Penjabaran Pembelajaran LBM 5
Lembar Belajar Mahasiswa 5

Judul : Amankah obat tradisional ?


Skenario
Banyak masyarakat yang menyatakan bahwa penggunaan obat herbal tidak
menimbulkan efek samping dan pernyataan ini sering digabungkan dengan opini yang
mengklaim bahwa obat herbal tidak menimbulkan bahaya. Hal ini bertentangan dengan
adanya laporan kasus rhabdomiolisis setelah penggunaan obat herbal penurun berat
badan yang mengandung garnicia (tanaman Garnicia cambogia), fakta lain yaitu adanya
Alkaloid pirolizidin (PAs) yang dikandung beberapa tanaman keluarga Leguminosae,
seperti Crotalaria spp, Symphytum officinale L yang diketahui mempunyai efek
hepatotoksis, mutagenesis dan karsinogenesis.
Agar dapat digunakan dalam pengobatan, masih diperlukan serangkaian tahapan
uji untuk memastikan tingkat keamanan, dosis, cara penggunaan, efikasi, monitoring
efek samping dan interaksinya dengan senyawa obat lainnya. Suatu produk herbal
dinyatakan aman hanya apabila sudah dapat dibuktikan secara ilmiah keamanannya
melalui serangkaian uji keamanan, salah satunya adalah uji toksisitas, baik uji toksisitas
umum maupun uji toksisitas khusus.

Diskusikan skenario di atas menggunakan seven jump steps


1. Jelaskan istilah yang belum anda ketahui. Jika masih terdapat istilah yang belum
jelas cantumkan sebagai tujuan pembelajaran
2. Carilah masalah yang harus anda selesaikan
3. Analisis masalah tersebut dengan brainstorming agar kelompok memperoleh
penjelasan yang beragam mengenai persoalan yang didiskusikan, dengan
menggunakan prior knowledge yang telah anda miliki.
4. Cobalah untuk menyusun penjelasan yang sistematis atas persoalan yang anda
diskusikan
5. Susunlah persoalan-persoalan yang belum bisa diselesaikan dalam diskusi tersebut
menjadi tujuan pembelajaran kelompok (Learning issue/ learning objectives)
6. Lakukan belajar mandiri untuk memperoleh informasi yang anda butuhkan guna
menjawab learning issue yang telah anda tetapkan
7. Jabarkan temuan informasi yang telah dikumpulkan oleh anggota kelompok,
sintesakan dan diskusikan temuan tersebut agar tersusun penjelasan yang
menyeluruh (komprehensif) untuk menjelaskan dan menyelesaikan masalah

29
First edition

Prodi Farmasi Fakultas Kedokteran


Universitas Islam Sultan Agung

MODUL
FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI (FR 2315)
BUKU PRAKTIKUM

Prodi Farmasi Fakultas Kedokteran


Universitas Islam Sultan Agung
Alamat: JL. Raya Kaligawe Km. 4 Semarang 50112 PO Box 1054/SM
Telepon. (024) 6583584
Facsimile: (024) 6594366

30
Modul : FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI (FR 2315)
Buku Praktikum

Copyright @ by School of Pharmacy, Faculty of Medicine


Islamic Sultan Agung University.
Printed in Semarang
Frist printed: November 2017
Designed by: tim modul
Cover Designed by: tim modul
Published by School of Pharmacy, Faculty of Medicine
Islamic Sultan Agung University
All right reserved

This publication is protected by permission should be obtained from publisher prior to


any prohibited reproduction, storage in a retrieval system, or transmission in any form
by any means, electronic, mechanical, photocopying, and recording or likewise

31
TIM MODUL
Willi Wahyu Timur, M.Sc., Apt. (Koordinator)
Rina Wijayanti, M. Sc, Apt (Sekretaris, Praktikum)
Asih Puji Lestari, M. Sc., Apt (Evaluasi dan Nilai)

32
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI

a. Minggu 1
a.1. Praktikum I : Uji aktivitas obat simpatik (miotik-midriatik) (200 menit)
b. Minggu 2
b.2. Praktikum II: Percobaan diuretika pada tikus putih (200 menit)
c. Minggu 3
c.1. Praktikum III: Percobaan anestesi umum (200 menit)
c.2. Praktikum IV: Percobaan obat analgetik pada tikus putih (200 menit)
d. Minggu 4
d.1. Skill Lab perhitungan berbagai macam uji statistik
d.2. Praktikum V: Terapi antidotum keracunan akut paracetamol
e. Minggu 5
e.1. Skill lab penghitungan ED/LD 50 dengan metode probit dan metode FI
e.2. Praktikum VI: Uji Toksisitas Akut : Menentukan ED 50 dan LD 50

33
LEMBAR LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

Nama :.......................... KELOMPOK


:...................
NIM :............................ TGL PRAKTIKUM
:........

I. JUDUL :............................................

II. LATAR BELAKANG TEORI :

III. HASIL PERCOBAAN :


(Perhitungan, tabel, grafik, pembahasan)

34
PETUNJUK PRAKTIKUM I LBM I
PERCOBAAN AKTIVITAS OBAT SIMPATIK
(MIOTIKA – MIDRIATIKA)

 Tujuan
Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme kerja obat-obat
miotika/midriatika melalui pengamatan terhadap lebar pupil hewan coba
 Bahan
Hewan coba : Kelinci
Obat-obat yang digunakan
 Homatropin 1%
 Pilocarpin 2%

 Cara Kerja
 Bulu-bulu di sekitar mata dipotong sependek mungkin (agar tidak
mengganggu pengamatan). Kelinci dimasukkan ke dalam kotak khusus untuk
mempermudah pekerjaan dan ketepatan pemeriksaan, sehingga hasil
percobaan akan lebih mendekati kebenaran. Kelinci dihadapkan ke arah yang
tidak mendapat sinar secara langsung, supaya pemeriksaan perubahan pupil
dapat dilakukan dengan baik.
 Periksalah denga teliti dan catatlah :
o Lebar pupil kiri dan kanan (mm)
o Reflek cahaya (+/-)
o Keadaan pembuluh darah konjungtiva (hyperemia/tidak)
 Pemeriksaan pendahuluan ini, yang datanya akan dipakai sebagai
perbandingan/control, sebaiknya dilakukan tiga kali dengan jarak waktu
masing-masing 10 menit. Setelah data pembanding diperoleh, percobaan dapat
dilanjutkan dengan memberikan obat-obat yang akan diteliti.
 Teteskanlah obat pada salah satu mata sedemikian rupa sehingga obat yang
diteteskan tidak keluar dari mata. Caranya ialah dengan menarik kelopak mata
bagian bawah sedikit keluar dan teteskanlah obat pada bagian dalam kelopak
mata. Kemudian tutuplah mata untuk beberapa saat. Penetesan obat dilakukan
dengan pipet, dan teteskanlah 2 – 3 tetes obat yang akan diteliti.

35
 Lakukan pemeriksaan seperti di atas pada 10, 20, dan 30 menit setelah
pemberian obat, bandingkan juga dengan mata yang tidak ditetesi obat.
Setelah selesai pemeriksaan, mata yang ditetesi obat dicuci dengan larutan
garam fisiologis (untuk menghilangkan pengaruh obat). Lima menit kemudian
percobaan dapat dilakukan lagi dengan obat lain pada mata sebelahnya
(sebelumnya sebagai pembanding/control). Lakukan pemeriksaan lagi seperti
di atas pada 10, 20, dan 30 menit setelah pemberian obat.
 Demikian selanjutnya bergantian menggunakan mata yang sebelah untuk
pemberian obat, sedangkan sebelah lainnya sebagai pembanding sampai
percobaan selesai.
 Perhatikan hal-hal berikut
 Pada waktu melakukan pemeriksaan jangan sampai menyentuh bulu mata (bila
masih ada dibersihkan) dan jangan melakukan tindakan yang dapat
menakutkan binatang
 Pada pemeriksaan reflek cahaya selain memperlihatkan positif atau negatifnya
reflek, juga diperhatikan kecepatan atau kelambatan reflek

 Pertanyaan untuk didiskusikan


1. a. Bagaimanakah hasil dari percobaan dengan homatropine ?
b. Apakah homatropine masih digunakan di klinik?
c. Sebutkan beberapa keadaan yang menggunakan homatropine sebagai obat
tetes mata, dan jelaskan pula tujuan penggunaannya!
d. Apakah beda khasiat atropine dan homatropine pada mata?
2. Perubahan apakah yang didapatkan pada mata setelah ditetesi dengan larutan
pilocarpine? Bagaimanakah cara kerja pilocarpine pada mata? Sebutkan
keadaan/kelainan yang masih menggunakan pilocarpine!

36
PETUNJUK PRAKTIKUM II LBM II
PERCOBAAN DIURETIKA PADA TIKUS PUTIH

Praktikum : Percobaan diuretika pada tikus putih


Tujuan Praktikum:
 Mengamati pengaruh obat diuretika terhadap produksi urin tikus putih
 Membandingkan produksi urin tikus putih antara pengaruh obat diuretika
dengan kontrol
 Menjelaskan mekanisme kerja obat-obat diuretika
Waktu Praktikum 1 X 200 menit
Bahan
 Hewan coba : tikus putih
 Obat yang digunakan : 1. Furosemid 10 mg/cc
2. Furosemid 10 mg/2 cc
3. Larutan PZ
Alat : kandang metabolik
CARA KERJA :
1. Tikus dihidrasi dengan PZ 2,5 cc/100 g BB per oral
2. Tikus disuntik secara intraperitonial sebanyak 1 cc :
 Furosemid 10 mg/cc
 Furosemid 10 mg/ 2 cc
 Larutan PZ
3. Setelah disuntik, tikus tersebut masing-masing dimasukkan ke dalam kandang
metabolik kemudian jumlah urin diukur pada menit ke-5,10,15,30,45 dan 60
PERTANYAAN
1. Berapa volume urin yang diproduksi pada pemberian obat diuretika setelah 60
menit?
2. Bandingkan volume urin yang diproduksi akibat pengaruh obat diuretika
dengan kontrol! Mengapa demikian?
3. Jelaskan mekanisme kerja obat-obat diuretika
 Furosemid
 HCT

37
 Spironolakton
 Carbonic Anhidrase Inhibitor
 Osmotik diuretik

38
PETUNJUK PRAKTIKUM III LBM III
PERCOBAAN ANESTESI UMUM PADA KELINCI

 Tujuan :
Mahasiswa dapat menjelaskan stadium-stadium anastesi melalui
parameter-parameter (antara lain : respon nyeri, lebar pupil, jenis pernapasan,
frekuensi jantung dan tonus otot) yang terjadi pada percobaan menggunakan eter
pada kelinci coba.
 Bahan :
Hewan coba : Kelinci
Obat yang digunakan : Eter
 Cara Kerja:
 Pilihlah kelinci yang cukup besar dan sehat
 Sebelum melakukan percobaan periksa/amati dan catatlah :
o Keadaan pernapasan : frekuensinya, dalamnya pernapasan, teratur
atau tidak, jenis pernapasannya (dada atau perut)
o Keadaan mata : lebar pupil (mm), reflek kornea, konjungtiva,
pergerakan mata
o Keadaan otot/pergerakan : keadaan gerakan, tonus otot bergaris
o Keadaan saliva : saliva banyak atau sedikit
o Rasa nyeri : keadaan rasa nyeri (dengan mencubit telinga)
o Lain –lain : muntah, ronkhi, warna telinga
 Setelah hal tersebut dicatat, percobaan dapat dimulai.
 Pasanglah corong anastesi (mouth cap) pada moncong kelinci dengan baik dan
mulailah meneteskan eter dengan kecepatan kira-kira 60 tetes per menit.
 Catatlah waktu :
o Mulai meneteskan eter
o Adanya tanda-tanda dari tiap-tiap stadium
o Keadaan dimana binatang coba sudah berada dalam anastesi yang
cukup untuk memulai melakukan operasi
 Bila keadaan terakhir ini sudah tercapai (stadium of anesthesia)
pertahankanlah keadaan ini untuk beberapa saat (5 menit), dan
pertahankanlah/periksalah keadaan binatang coba (seperti di atas) tanpa

39
menambahkan eter lagi. Kemudian biarkanlah kelinci bangun/sadar kembali
dan catatlah waktunya. 10 – 15 menit kemudian percobaan dapat dimulai lagi.
Selama percobaan catatlah hal-hal yang perlu dan perhatikanlah keadaan tiap-
tiap stadium. Hitunglah jumlah eter yang digunakan.
 Perhatikanlah hal-hal berikut :
 Perhatikan hal-hal yang menentukan dari tiap-tiap stadium ( tanda-tanda)
 Perhatikan cara memasang corong anastesi sehingga pernapasan kelinci tidak
terganggu
 Amatilah keadaan binatang coba selama percobaan berjalan terutama pada
perubahan-perubahan stadium dengan sebaik-baiknya.

 Catatan/Hasil Percobaan :
Pengamatan Waktu
Mulai meneteskan eter
Tercapainya stadium I
Tercapainya stadium II
Tercapainya stadium III

Hasil Pemeriksaan :
Pengamatan Waktu
Pernapasan
Frekuensi
Irama teratur/tidak
Jenis torak/torakoabdominal/abdominal
Amplitudo dangkal/sedang/dalam
Lain-lain
Mata
Lebar pupil ……… mm (miosis, normal, midriasis)
Reflek Cahaya ada/tidak
Reflek kornea ada/tidak
Pergerakan mata
Gerakan/otot
Tonus otot ada tahanan/tidak ada tahanan

40
Gerakan ada/tidak ada eksitasi
Rasa nyeri ada/tidak
Salivasi hipersalivasi/tidak
Auskultasi
Ronchi ada/tidak
Lain-lain

Selama pemberian anastesi :


Keadaan /hal-hal yang didapatkan
selama pemberian anastesi
Hasil pemeriksaan selama binatang percobaan
berada dalam keadaan anastesi
Jumlah anastesi yang digunakan

 Diskusikan
1. Percobaan yang sama dapat dilakukan dengan terlebih dahulu memberi
premedikasi morphine-atropine (morphine 0,5 – 5 % mg/kgBB; atropine 0,5 –
5 % mg/kgBB) dan membandingkan dengan percobaan tanpa premedikasi.
Apakah keuntungan premedikasi morphine – atropine pada anastesi dengan
eter?
2. Apakah semua stadium pada anastesi umum dengan eter dapat terlihat pada
percobaan di atas?
3. Bila dapat terlihat dengan jelas, apakah tanda-tanda pada tiap stadium
didapatkan?
4. Tanda-tanda mana sajakah yang tidak didapatkan atau tidak terlihat dengan
jelas?
5. Pada auskultasi, apakah yang didapatkan? Kenapa hal ini dapat terjadi?
Jelaskan!
6. Pada stadium manakah rasa nyeri mulai hilang?
7. Pada stadium manakah terdapat relaksasi otot bergaris?
8. Bagaimana dengan salivasinya? Mengapa hal ini dapat terjadi?
9. Tanda-tanda/ perubahan apakah yang didapatkan pada waktu binatang coba
dari keadaan anastesi kembali ke keadaan bangun?

41
10. Cara pemberian anastesi pada percobaan ini disebut dengan cara apa?
11. Cara-cara apa saja yang dapat digunakan pada pemberian anastesi umum?
12. Apa kerugian/keuntungan eter sebagai anastesi umum?
13. Bagaimana dengan pemberian kloroform, halotan, siklopropan, nitrous oksida
dan pentolal?
14. Anastesi umum apa sajakah yang tidak boleh digunakan pada penderita yang
baru menderita hepatitis infektiosa?
15. Anastesi manakah yang baik/dapat digunakan pada penderita dengan
tuberculosis paru dupleks?
16. Apakah pemberian adrenalin dapat digunakan pada semua anstesi di atas?
Dengan anastesi apa yang tidak boleh? Jelaskan !

42
PETUNJUK PRAKTIKUM IV LBM III
PERCOBAAN OBAT ANALGETIKA PADA TIKUS PUTIH

 Tujuan
Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme kerja obat analgesic dengan
membandingkan hambatan respon nyeri pada kelompok hewan coba yang diberi
obat dengan kelompok control.

 Bahan
Hewan coba : Tikus Putih
Obat-obat yang digunakan
 Asam asetil salisilat (aspirin) 100 mcg/cc
 Asam asetat 0,6 %
 Larutan CMC 1%

 Cara Kerja
 Obat dinilai kemampuannya dalam menekan atau menghilangkan rasa nyeri
yang diinduksi secara kimia. Rasa nyeri diperlihatkan dalam bentuk respon
gerakan meliuk pada binatang coba. Frekuensi gerakan dalam waktu tertentu
menyatakan derajat nyeri yang dirasakan.
 Tikus ditimbang dan dikelompokkan sesuai jumlah obat yang dipergunakan.
Kelompok I (sebagai kontrol negatif) diberi CMC 1% dan Asam Asetat 0,6%
secara intra peritoneal. Setelah 5 menit amati dan catatlah jumlah liukan setiap
5 menit selama 30 menit.
Kelompok II diberi Asam Asetat 0,6% secara intra peritoneal, ditunggu selama
5 menit. Setelah 30 menit, diberi Aspirin 100 mcg/cc secara per oral. Setelah 5
menit amati dan catatlah jumlah liukan setiap 5 menit selama 30 menit.
 Bandingkan hasil yang diperoleh dari kelompok I dan kelompok II

 Perhatikan hal-hal berikut ini


 Memasukkan obat secara per oral dengan menggunakan sonde mulut
 Obat dimasukkan langsung dengan pelan-pelan
 Hati-hati jangan sampai obat masuk ke paru-paru2

43
 Hasil Percobaan
Hasil Pengamatan setelah (menit)
Kelompok Percobaan
5 10 15 20 25 30
Kelompok 1
Kelompok 2

44
PETUNJUK PRAKTIKUM V LBM IV
TERAPI ANTIDOT KERACUNAN AKUT PARASETAMOL

A. TUJUAN
Mahasiswa mampu memahami tujuan, sasaran, dan strategi terapi antidot,
berdasarkan contoh kemampuan N-acetylsistein menawaracunkan parasetamol.

B. DASAR TEORI
Terapi antidot ialah suatu tata cara yang secara khusus ditujukan untuk
membatasi intensitas efek toksik zat kimia atau untuk menyembuhkan efek toksik
yang ditimbulkannya sehingga bermanfaat untuk mencegah bahaya selanjutnya. Dari
takrif tersebut terkandung makna bahwa tujuan terapi antidot ialah membatasi
penyebaran racun di dalam tubuh, sedang sasaran terapinya berupa penurunan atau
penghilangan intensitas efek toksik.
Intensitas efek toksik suatu senyawa bergantung pada keberadaan (besar kadar
dan lama tinggal) senyawa terkait di tempat aksinya. Di mana keberadaan tersebut
ditentukan oleh keefektifan absorpsi, distribusi, dan eliminasi senyawa terkait. Bila
demikian upaya membatasi penyebaran racun tentunya harus dikaitkan dengan ketiga
proses tersebut. Karena itu, strategi terapi antidot di antaranya melibatkan
penghambatan absorpsi dan distribusi, serta peningkatan eliminasi racun terkait.
Parasetamol atau asetaminofen merupakan obat analgetik-antipiretik yang cukup
aman dalam dosis terapinya. Tapi jika dipakai dalam dosis besar bisa berbahaya
karena bagaimanapun juga, obat adalah racun. Karena relatif mudah diperoleh,
parasetamol merupakan salah satu obat yang sering disalahgunakan untuk bunuh diri.
Sebagian dari kasus kematian karena parasetamol disebabkan karena usaha bunuh
diri atau penyalahgunaan, selebihnya disebabkan karena ketidaksengajaan dan
biasanya karena digunakan bersama obat lain.
Overdosis parasetamol dapat terjadi pada penggunaan akut maupun penggunaan
berulang. Overdosis parasetamol akut dapat terjadi jika seseorang mengkonsumsi
parasetamol dalam dosis besar dalam waktu 8 jam atau kurang. Hepatotoksisitas
akan terjadi pada penggunaan 7,5-10 gram dalam waktu 8 jam atau kurang.
Kematian bisa terjadi (mencapai 3-4% kasus) jika parasetamol digunakan sampai 15
gram.

45
Pada dosis terapi (500-2 gram), 5-15% obat ini umunya dikonversi oleh enzim
sitokrom P450 di hati menjadi metabolit reaktifnya (aktivasi metabolik), yang disebut
N-acetyl-p-benzoquinoneimine (NAPQI). NAPQI berperan sebagai radikal bebas
yang memiliki lama hidup yang sangat singkat. Dalam keadaan normal, NAPQI akan
didetoksikasi secara cepat oleh enzim glutation dari hati. Pada paparan parasetamol
overdosis, jumlah dan kecepatan pembentukan NAPQI melebih kapasitas hati dan
ginjal untuk mengisi ulang cadangan glutation yang diperlukan. NAPQI kemudian
menyebabkan kerusakan intraseluler diikuti nekrosis (kematian sel) hati.
Saat ini, pengatasan overdosis parasetamol adalah dengan penggunaan N-
acetylcystein, baik oral atau secara intravena. Antidot (antiracun) ini mencegah
kerusakan hepar akibat keracunan parasetamol dengan cara menggantikan glutation
dan dengan ketersediaannya sebagai prekursor. Rekomendasi regimen dosis untuk N-
asetilcysteine secara per-oral adalah dengan loading dose sebesar 140 mg/kg, diikuti
dengan 70 mg/kg BB setiap 4 jam untuk 17 kali dosis, dengan total durasi terapi
adalah 72 jam.

C. TATA CARA PERCOBAAN


1. Bahan :
Tikus putih, parasetamol, N-asetilcysteine, larutan fisiologis (salin 0,9%).
2. Alat :
Spuit dan jarum injeksi, sonde oral, pengukur waktu, alat gelas, sarung tangan tebal.
3. Pengelompokan dan perlakuan terhadap hewan uji.
Kelas dibagi menjadi empat kelompok, tiap kelompok mendapatkan lima ekor tikus,
dengan perlakuan sebagai berikut:

Tikus I Diberikan peroral suspensi parasetamol dalam CMC-Na 10% dengan dosis
150 mg. Kemudian catat saat mulainya timbul gejala sianosis, hilang kesadaran,
kejang, kegagalan pernapasan dan kematian.

Tikus II Diberikan peroral suspensi parasetamol seperti kelompok I. Kemudian pada


saat gejala sianosis mulai nampak, berikan suspensi N-acetylcistein dengan dosis 176
mg. Catat saat timbulnya kejang, kegagalan pernafasan dan kematian.

46
Tikus III Diperlakukan sama seperti Tikus II. Bedanya, pemberian suspensi N-
acetylcistein dilakukan pada saat gejala kejang mulai nampak. Kemudian catat saat
timbulnya kematian.

Catatan : gejala sianosis ditandai dengan timbulnya warna biru pada daerah sekitar
mulut, leher, pantat, mata, perut.

4. Analisis dan Evaluasi Hasil


Buatlah tabel yang berisi data purata waktu yang diperlukan untuk timbulnya
gejala sianosis, kejang, kegagalan pernafasan dan kematian setelah perlakuan masing-
masing kelompok. Perbedaan waktu untuk masing-masing gejala antar kelompok
perlakuan, hitung secara statistik mengikuti tata cara analisis varian dengan taraf
kepercayaan 95%. Bila memungkinkan analisis statistika dilanjutkan dengan uji
Tukey atau uji lain yang sejenis.

D. PUSTAKA ACUAN
Donatus, I.A. 1990. Toksikologi Pangan (Bab IV, VI, VII). Edisi I. PAU Pangan dan
Gizi Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.
Dreistbach, R.H. 1980. Handbook of Poisoning (Chapter 16). 10th ed. Lenge Medical
Publications-Marugen Asia (Pte)Ltd : Pasir Panjang.
Lommis, T.A. 1978. (Edisi terjemahan, Alih Bahasa Imono Argo Donatus).
Toksikologi Dasar (Bab XI). Edisi III. Ikip press: Semarang.

47
PETUNJUK SKILL LAB LBM V
Skill Perhitungan ED/LD 50 dengan metode probit dan metode FI

Tujuan
- Tujuan utama adalah untuk menetapkan potensi ketoksikan akut, yakni kisaran
dosis letal atau dosis toksik obat terkait pada 1 jenis hewan uji atau lebih,
Sasaran
Tolok ukur kuantitatif : kisaran dosis letal/toksik
Tolok ukur kualitatif : gejala toksik, wujud, mekanisme efek toksik
Tolok ukur kuantitatif yang paling sering digunakan untuk menyatakan kisaran dosis
toksik atau letal adalah dosis letal tengah (LD - 50) atau dosis toksik tengah (TD - 50)
yaitu suatu besaran yang diturunkan secara statistik, guna menyatakan dosis tunggal
suatu senyawa yang diperkirakan dapat mematikan atau menimbulkan efek toksik
yang berarti pada 50% hewan uji.
Beberapa metode yang sering digunakan untuk menghitung harga LD – 50
1. Metode grafik Lithfield dan Wilcoxon
2. Metode kertas grafik probit logaritma (Miller - Tainter)
3. Metode rata-rata bergerak Thompson – Weil
4. Menurut Farmakope Indonesia
Kesemuanya didasarkan pada kekerabatan antara dosis dan % hewan yang
menunjukkan respon
Contoh perhitungan harga LD – 50 menurut FI:
Log LD – 50 = a – b ( pi – 0,5)
a = logaritma dosis terendah yang menyebabkan jumlah kematian 100% tiap
kelompok
b = beda logaritma yang berurutan
pi = jumlah hewan yang mati menerima dosis i dibagi dengan jumlah hewan
seluruhnya yang menerima dosis i.
Daya toksisitas suatu bahan toksik biasanya dihitung dari nilai LD50 (lethal
dose 50%). Dosis tersebut menggambarkan konsentrasi bahan bahan kimia yang dapat
menyebabkan kematian sampai 50% dari jumlah hewan yang di uji. Nilai LD50
digunakan untuk mengelompokkan dosis toksik dari bahan kimia yang baru
diproduksi. Hasil dari uji LD50 dari bahan kimia biasanya bervariasi untuk setiap

48
spesies hewan dan laboratorium penguji, sehingga nilai LD50 tersebut biasanya hanya
merupakan perkiraan (Tabel 1).
Tabel 1. Perkiraan dosis LD50 bahan kimia pada hewan percobaan
Bahan Hewan percobaan Pemberian LD50 (mg/Kg)
Ethil alkohol mencit oral 10.000
NaCl mencit i.p 4.000
FeSO4 Tikus oral 1.500
Morfin sulfat Tikus oral 900
DDT Tikus oral 100
Picrotoksin Tikus s.c. 5
Strychnin sulfat Tikus i.p. 2
Nicotin Tikus i.v. 1
d-tubocuravin Tikus i.v. 0,5
Hemicholinium-3 Tikus i.v. 0,2
Tetrodotoksin Tikus i.v. 0,10
Dioksin Marmot i.v. 0.001
Toksin Botulinum Tikus i.v. 0.00001
Oral= lewat mulut; i.p=intra peritoneal; s.c.=sub cutan; i.v.=intra vena, Sumber:
Loomis (1978)

Selama bertahun tahun skala toksisitas dari suatu bahan didasarkan pada
pengaruh terhadap manusia (Tabel 2). Dari skala tersebut pengelompokan bahan
kimia didasarkan atas pemberian secara oral terhadap orang yang dapat menyebabkan
kematian. Dalam table 2 tersebut terlihat bahwa obat atau bahan kimia dalam dosis
pemberian lebih dari 15g baru timbul gejala toksik termasuk dalam kategori bahan
yang praktis tidak beracun, tetapi sebaliknya bahan yang diberikan hanya kurang dari
5mg sudah menunjukkan gejala keracunan, disebut bahan yang sangat beracun. Dari
pengelompokan tersebut jelaslah bahwa bahan praktis tidak beracun bila dikonsumsi
berlebihan tetapi tidak memberikan efek keracunan dan sebaliknya bahan yang
diberikan sedikit sekali sudah berefek toksik bila bahan tersebut dikonsumsi sedikit
sekali sudah berefek racun.
Tabel 2. Kriteria dosis urutan daya toksisitas suatu bahan
Kriteria Dosis Dosis lethal peroral orang (bb~70Kg)
Praktis tidak toksik >15g Seperempat galon
Sedikit toksik 5-15g/Kg 1/8 s/d ¼ galon
Toksik sedang 0,5-5g/Kg Satu sendok makan-1/8galon
Sangat toksik 50-500mg/Kg Satu sendok teh s/d 1 sendok makan
Amat sangat toksik 5-50mg/Kg 7tetes s/d 1 sendok teh
Super toksik <5 mg/Kg Kurang dari 7 tetes
Sumber: Gosseelin dkk(1976)

49
Tabel 3. Volume maksimal larutan sediaan uji yang dapat diberikan pada
beberapa hewan uji
(Ritschel, 1974)

Jenis hewan uji Volume maksimal (ml) sesuai jalur pemberian


i.v i.m i.p s.c p.o
Mencit (20-30 g) 0,5 0,05 1,0 0,5 – 1,0 1,0
Tikus (100 g) 1,0 0,1 2–5 2–5 5,0
Hamster (50 g) - 0,1 1–2 2,5 2,5
Marmot (250 g) - 0,25 2–5 5,0
10,0
Kelinci (2,5 kg) 5 – 10 0,5 10 – 20 5 – 10
20,0
Kucing (3 kg) 5 – 10 1,0 10 – 20 5 – 10
50,0
Anjing (5 kg) 10 - 20 5,0 20 - 50 10,0
100,0

Tabel 4. Konversi perhitungan dosis antar jenis hewan (Laurence & Bacharach
1964)
Mencit Tikus Marmot Kelinci Kera Anjing
Manusia 20 g 200g 400g 1,5kg 4
kg 12 kg 70kg

Mencit 1,0 7,0 12,25 27,8 64,1 124,2


387,9
20 g
Tikus 0,14 1,0 1,74 3,9 9,2 17,8
56,0
200 g
Marmot0,08 0,57 1,0 2,25 5,2 10,2
31,5
400 g
Kelinci0,04 0,25 0,44 1,0 2,4 4,5
14,2
1,5 kg
Kera0,016 0,11 0,19 0,42 1,0 1,9 6,1
4 kg
Anjing0,008 0,06 0,10 0,22 0,52 1,0 3,1
12 kg
Manusia0,0026 0,018 0,031 0,07 0,16 0,32 1,0
70 kg

50
LATIHAN SOAL
1. Ingin diketahui ketoksikan akut dari suatu sediaan farmasi X, dalam bentuk
kemasan yang larut air. Dosis obat tersebut diminum sehari tiga kali bungkus.
Dimana berat rata – rata perbungkus 750 mg. Akan di ujikan pada hewan uji
mencit yang mempunyai berat rata – rata 30 mg. Hitung berapa dosis obat
tersebut yang harus diberikan kepada mencit?
2. Lanjutan no 2, dibuat Seri kelipatan dosis dari dosis 1 ke dosis ke 5, dimana
kelipatan antara dosisnya adalah 1,5 dan pada dosis ke 5 semua hewan uji adalah
mati. Data yang diperoleh hewan uji masing – masing mencit
Jawab :
1. Aturan pakai = 3 x 1 bungkus
1 bungkus = 750 mg
Dosis = 3 x 750 mg = 2250 mg / 50 kg BB (pada manusia indonesia)
Nilai konversi dari manusia (70 kg) ke mencit adalah 0,0026
Dosis pada manusia dengan BB 70 kg mg /70 kg

BB
Dosis pada mencit dengan BB 20 gram = 0,0026 x 3150 mg = 8,19 mg / 20
gram BB
Dosis pada mencit dengan BB 30 gram = mg / 30

gram BB
2. Perhitungan
Dosis Hewan uji yang mati pi
D1 = 8,19 0 0/5 = 0 x
D2 = 12,29 0 0/5 = 0
D3 = 18,44 2 2/5 = 0,4
D4 = 27,66 4 4/5 = 0,8
D5 = 41,49 5 5/5 = 1
pi = 2,2

 Metode FI
a = log dosis yang menyebabkan 100% kematian
= log 41,49 mg/20 gramBB = 1,62
b = beda logaritma dosis yang berurutan

51
= log 12,29 – log 8,19 = 0,18
pi =

Log LD 50 = a – b ( pi – 0,5)
= 1,62 – 0,18 (2,2 – 0,5)
= 1,314
LD 50 = 20,65 mg / 20gram BB mencit = 1032,5 mg / kg BB.

 Metode Probit Logaritma


Dosis Hewan uji yg Log Dosis % kematian Probit (y)
mati (x)
D1 = 8,19 0
D2 = 12,29 0 1,09 0

D3 = 18,44 2 1,27 4,7467

D4 = 27,66 4 1,44 5,8416

D5 = 41,49 5 1,62 8,7163

a = - 16,1988
b = 15,5171
y = bx + a  untuk y = LD 50 berarti 50%  probitnya adalah
5,00
5,00 = 15,5171. x – 16,1988  untuk x = log dosis LD 50

x = = 1,3947

x = log dosis LD 50 = 1,3947


jadi dosis LD 50 = 23,34 mg/ 20 gram BB = 1162 mg/kg BB

52
PETUNJUK PRAKTIKUM VI LBM V
DOSIS LETHAL, DOSIS EFEKTIF
DAN PENENTUAN “SIGMOID CURVE”

A. TUJUAN
Sesudah praktikum mahasiswa harus bisa menjelaskan prinsip cara penentuan
ED 50 (efek dose 50), LD 50 (Lethal Dose 50) suatu obat dan arti penentuan
tersebut.
B. LATAR BELAKANG
Pengertian mengenai dosis yang hubungannya dengan efek yang ditimbulkan
dapat dipahami dengan baik, demikian pula faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
B.1 POTENSI
Menunjukkan rentang dosis obat yang menimbulkan efek, besarnya ditentukan
oleh :
a. Kadar obat yang mencapai reseptor, tergantung dari sifat
farmakokinetik obat
b. Afinitas obat terhadap reseptornya
B.2 EFEK MAX
Respons max yang ditimbulkan obat bila diberikan pada dosis yang tinggi
Ditentukan oleh:
a. Aktivitas intrinsik obat dan ditunjukkan oleh dataran (plateau) pada DEC
(hubungan kurva dosis dengan efek
b. Aktivitas intrinsik obat/efektivitas obat adalah kemampuan intrinsik
kompleks obat reseptor untuk menimbulkan aktivitas atau efek
farmakologik
Misal : morfin dan aspirin
B.3 SLOPE/LERENG LOG DEC
Merupakan variabel yang penting karena menunjukkan batas keamanan obat.
Lereng curam
Pada fenobarbital
Dosis sedatif : lebih rendah
Dosis hipnotif : lebih tinggi

53
B.4 VARIASI BIOLOGIK
Variasi antar individu dalam besarnya respons terhadap dosis yg sama dalam
suatu obat
a. Garis horizontal ( ____ )
Menunjukkan bahwa untuk menimbulkan efek obat dengan intensitas
tertentu pada suatu populasi diperlukan sebuah rentang dosis
b. Garis vertikal ( | )
Menunjukkan bahwa pemberian obat dengan dosis tertentu pada populasi
akan menimbulkan suatu rentang intesnsitas efek.
ED 50 : Menyatakan dosis obat yang dapat timbulkan efek (ex: kejang-
kejang) pada 50% hewan percobaan
LD 50 : Menyatakan dosis obat yang dapat menyebabkan kematian pada
50% hewan percobaan
Margin of safety : jarak antara ED 50 sampai LD 50

Indeks terapi =
Intensit as efek

Efek Max

Variabilitas
Slope

C.
Potensi

Log Dosis

D. BAHAN DAN ALAT


1. Binatang coba : Ikan Seribu (Lebsites reticulanis)
2. Obat : alkhohol 70%
3. Alat-alat : Bekerglass 600 cc 22 buah
Gelas ukur 50 cc 5 buah

54
E. RENCANA KERJA
Sediakan dua deretan bekerglass 600 cc masing-masing terdiri dari 11 buah.
Pada deretan pertama tiap bekerglass diisi 200 cc air + 10 ekor ikan seribu
yang berukuran besar dan ukurannya sedapat mungkin sama
Pada deretan kedua bekerglass diisi alkhohol dengan pengenceran sebagai
berikut
1. Untuk ED 50
Bekerglass urutan kedua :
Nomor 1 diisi 10 cc alkhohol dan 190 cc air
Nomor 2 diisi 12 cc alkhohol dan 188 cc air
Nomor 3 diisi 14 cc alkhohol dan 186 cc air
Nomor 4 diisi 16 cc alkhohol dan 184 cc air
Nomor 5 diisi 18 cc alkhohol dan 182 cc air
Nomor 6 diisi 20 cc alkhohol dan 180 cc air
Nomor 7 diisi 22 cc alkhohol dan 178 cc air
Nomor 8 diisi 24 cc alkhohol dan 176 cc air
Nomor 9 diisi 26 cc alkhohol dan 174 cc air
Nomor 10 diisi 28 cc alkhohol dan 172 cc air
Pada waktu yang sama tuangkan masing-masing isi dari bekerglass pertama ke
bekerglass deretan kedua yang dihadapannya
Catatlah setelah 5 menit jumlah ikan (%) dalam tiap-tiap bekerglass yang ada
dalam keadaan eksitasi. Tentukan konsentrasi ED dengan rumus
2. Untuk LD 50
Bekerglass deretan kedua
Nomor 1 diisi 30 cc alkhohol dan 170 cc air
Nomor 2 diisi 32 cc alkhohol dan 168 cc air
Nomor 3 diisi 34 cc alkhohol dan 166 cc air
Nomor 4 diisi 36 cc alkhohol dan 164 cc air
Nomor 5 diisi 38 cc alkhohol dan 162 cc air
Nomor 6 diisi 40 cc alkhohol dan 160 cc air
Nomor 7 diisi 42 cc alkhohol dan 158 cc air
Nomor 8 diisi 44 cc alkhohol dan 156 cc air
Nomor 9 diisi 46 cc alkhohol dan 154 cc air
Nomor 10 diisi 48 cc alkhohol dan 152 cc air
Pada waktu yang bersamaan tuangkan isi masing-masing bekerglass deretan
pertama ke bekerglass deretan kedua yang berhadapan
Catatlah selama 5 menit jumlah ikan (%) dalam tiap-tiap bekerglass yang ada
dalam keadaan mati. Tentukan konsentrasi LD 50 dengan rumus

% konsentrasi (dosis alkhohol)


=
Misal pada pemberian alkhohol 10 cc ditambahkan air sebanyak 190 cc
kemudian dimasukkan ke dalam air yang berisi ikan sebanyak 200 cc,
perhitungannya :
% konsentrasi (dosis alkhohol) =
= 1.75%
% ikan responsif =

55
ED 50
Kelompok Jumlah Dosis Alkhohol Jml Ikan % Konsentrasi % ikan
ikan Mula- responsif (Dosis responsif
mula Alkhohol)
I 10 10 cc alkhohol+ 190 cc
air
12 cc alkhohol+ 188 cc
air
II 10 14 cc alkhohol+ 186 cc
air
16 cc alkhohol+ 184 cc
air
III 10 18 cc alkhohol+ 182 cc
air
20 cc alkhohol+ 180 cc
air
IV 10 22 cc alkhohol+ 178 cc
air
24 cc alkhohol+ 176 cc
air
V 10 26 cc alkhohol+ 174 cc
air
28 cc alkhohol+ 172 cc
air
LD 50
Kelompok Jumlah Dosis Alkhohol Jml Ikan % Konsentrasi % ikan
ikan Mula- yang (Dosis yang
mula mati Alkhohol) mati
VI 10 30 cc alkhohol+ 170 cc
air
32 cc alkhohol+ 168 cc
air
VII 10 34 cc alkhohol+ 166 cc
air
36 cc alkhohol+ 164 cc
air
VIII 10 38 cc alkhohol+ 162 cc
air
40 cc alkhohol+ 160 cc
air
IX 10 42 cc alkhohol+ 158 cc
air
44 cc alkhohol+ 156 cc
air
X 10 46 cc alkhohol+ 154 cc
air
48 cc alkhohol+ 152 cc
air

56
57

Anda mungkin juga menyukai