Anda di halaman 1dari 16

Methicillin-Resistant

Staphylococcus aureus (MRSA)


Pendahuluan
 Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah bakteri
Staphylococcus aureus yang mengalami kekebalan terhadap
antibiotik jenis metisilin.
 Pada beberapa dekade belakangan, insiden infeksi MRSA terus
meningkat di berbagai belahan dunia. Di Asia, prevalensi infeksi
MRSA kini mencapai 70%, sementara di Indonesia pada tahun 2006
prevalensinya berada pada angka 23,5% (Sulistyaningsih, 2010).
 Pada 50 bahan pemeriksaan dari fasilitas atau lingkungan di ruang
perawatan intensif ditemukan 26 galur MRSA (52%).
 Pada pemeriksaaan terhadap 70 personil (cuping hidung dan
tangan) ditemukan 43 galur MRSA (61.4%), dan dari 30 penderita
dengan bakteremia yang dirawat di ruang perawatan intensif
ditemukan 17 galur MRSA (56,6%).
Staphylococcus aureus
-Bakteri Gram positif
-Berbentuk bulat berdiameter
0,7-1,2 μm, seperti buah anggur,
-Fakultatif anaerob, tidak
membentuk spora, dan tidak
bergerak.
-Tumbuh pada suhu optimum 37
ºC, tetapi membentuk pigmen
paling baik pada suhu kamar
(20-25 ºC).
-Koloni pada perbenihan padat
berwarna abu-abu sampai
kuning keemasan
Klasifikasi
• Domain : Bacteria
• Kerajaan : Eubacteria
• Filum : Firmicutes
• Kelas : Bacilli
• Ordo : Bacillales
• Famili : Staphylococcaceae
• Genus : Staphylococcus
• Spesies : S. aureus
• Nama binomial : Staphylococcus
aureus
Faktor virulensi
Koagulase:
nantinya kan
mengahsilkan Toksin eksfoliatif:
Esterase dapat Enterotoksin:
Katalase: meningkatkan Hemolisin: Toksin eksfoliatif
penyebab utama
aktivitas Leukosidin: merupakan
enzim yang dapat dalam keracunan
penggumpalan, penyebab
berperan pada membentuk Toksin ini dapat makanan,
sehingga Staphylococcal
daya tahan suatu zona mematikan sel terutama pada
terbentuk Scalded Skin
bakteri terhadap hemolisis di darah putih pada makanan yang
deposit fibrin Syndrome, yang
proses sekitar koloni beberapa hewan. mengandung
pada permukaan ditandai dengan
fagositosis. bakteri. karbohidrat dan
sel bakteri yang melepuhnya
protein.
dapat kulit.
menghambat
fagositosis.
Metichilin-Resistant Staphylococcus
aureus (MRSA)
• Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus
(MRSA) merupakan salah satu agen penyebab
infeksi nosokomial yang utama.
• Lebih dari 80% strain S. aureus menghasilkan
penicilinase, dan penicillinase-stable
betalactam seperti Methicillin, cloxacillin, dan
fluoxacillin yang telah digunakan sebagai
terapi utama dari infeksi S. aureus selama
lebih dari 35 tahun.
Epidemiologi
• Di Inggris sampai dengan tahun 2004 didapatkan data
prevalensi bahwa MRSA menjadi masalah yang
predominan pada usia lanjut 82% usia > 60 tahun
• di Libya didapatkan 128 (22%) positif MRSA
berdasarkan hasil laboratorium dan 109 (19%)
dikonfirmasi sebagai MRSA dengan PCR dari 569 subjek
penelitian.
• MRSA paling banyak ditemukan di tangan, hidung, dan
perineum. Hidung dan bagian nares anterior adalah
bagian yang paling penting dari koloni stafilokokus dan
berpotensi sebagai sumber MRSA.
Faktor resiko MRSA
faktor faktor
community- healthcare-
acquired: acquired

Kondisi tempat tinggal


Perawatan di rumah
: penjara, barak
sakit dalam 1 tahun
militer, penampungan
terakhir
gelandangan

Dilakukan operasi
Populasi (penduduk sebelumnya (rawat
kepulauan pasifik, asli inap atau rawat jalan
Alaska, asli Amerika). dalam 1 tahun
terakhir).

Riwayat abses yang


Kontak olahraga
rekuren, folikulitis,
(sepakbola, rugby,
furunkulosis atau
gulat).
infeksi kulit lainnya

Berbagi handuk, alat- Pengguna obat


alat olahraga, barang- intavena, Terpasang
barang pribadi. kateter.
Mendeteksi MRSA??

• dasar gel dan real-time


Metode PCR,
molekuler • penyelidikan DNA

• media Mannitol Salt Agar


Metode (MSA)
konvensional • media Agar Darah Domba
(ADD)
Mekanisme Resistensi MRSA
• Mekanisme kerja obat antimikroba, yaitu
inhibisi sintesis dinding sel, inhibisi fungsi
membrane sel, inhibisi sintesis protein, dan
inhibisi sintesis asam nukleat.
S. aureus

memproduksi enzim β-
laktamase

merusak cincin β-laktam

antibiotik menjadi tidak


aktif

S. aureus yang telah resisten terhadap antibiotik metisilin disebut


Metichilin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA)
 Mekanisme resistensi S. aureus terhadap metisilin dapat
terjadi melalui pembentukan Penicillin-Binding Protein (PBP)
lain yang sudah dimodifikasi, yaitu PBP2a yang mengakibatkan
penurunan afinitas antimikroba golongan β-laktam. Suatu
strain yang resisten terhadap metisilin berarti akan resisten
juga terhadap semua derivat penisilin, sefalosporin dan
karbapenem.
 Penisilin bekerja dengan berikatan pada beberapa PBP dan
membunuh bakteri dengan mengaktivasi enzim autolitiknya
sendiri. Pembentukan PBP2a ini menyebabkan afinitas
terhadap penisilin menurun sehingga bakteri tidak dapat
diinaktivasi. PBP-2a ini dikode oleh gen mecA yang berada
dalam transposon (Salmenlina, 2002).
 Resistensi terhadap penisilin dapat ditentukan oleh
pembentuk enzim perusak penisilin (β-laktamase) oleh
organisme.
 Beta-laktamase membuka cincin β-laktam penisilin dan
sefalosporin serta menghilangkan aktivitas
antimikrobanya.
 Asam klavulanat, sulbaktam, dan tazobaktam adalah
inhibitor beta-laktamase yang mempunyai afinitas yang
tinggi untuk beta-laktamase dan dapat mengikat
betalaktamase (misal penisilinase Staphylococcus
aureus) secara ireversibel tetapi tidak dihidrolisis oleh
beta-laktamase.
 Asam klavulanat dapat dijadikan sebagai pengobatan
MRSA secara kombinasi dengan obat-obatan golongan
penisilin.
Quinolon

Kloramfenikol Metisilin
S.aureus
telah
resisten

Penisilin Vankomisin
KESIMPULAN
 Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah bakteri Staphylococcus
aureus yang mengalami kekebalan terhadap antibiotik jenis metisilin.
 MRSA mengalami resistensi karena perubahan genetik yang disebabkan oleh
paparan terapi antibiotik yang tidak rasional.
 Untuk mengetahui adanya MRSA, terdapat dua metode, yaitu metode molekuler
dengan menggunakan dasar gel dan real-time PCR, penyelidikan DNA, serta
penyelidikan asam nukleat peptida (peptide nucleic acid) dan metode
konvensional dengan beberapa media agar, antara lain media Mannitol Salt Agar
(MSA) dan media Agar Darah Domba (ADD).
 Asam klavulanat, sulbaktam, dan tazobaktam adalah inhibitor beta-laktamase yang
mempunyai afinitas yang tinggi untuk beta-laktamase dan dapat mengikat
betalaktamase. Asam klavulanat dapat dijadikan sebagai pengobatan MRSA secara
kombinasi dengan obat-obatan golongan penisilin.
DAFTAR PUSTAKA
• Katzung BG, Chambers HF. Farmakologi Dasar dan Klinik: Jakarta. EGC; 2010
• Kejela T, Bacha K. Prevalence and Antibiotic Susceptibility pattern of Methicillin-resistance
Staphylococcus aureus (MRSA) Among Primary School Children and Prisoners in Jimma Town: Anal
of Clinical Microbiology and Antimikrobials. Southwest Ethiophia; 2013
• Setiabudi R, Mariana Y. Sulfonamid, Kotrimoksazol dan Antibiotik Saluran Kemih: Jakarta .
Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Indonesia; 2007. Edisi 5
• Stanaway S. et al. Methicillin- Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) Isolation from diabetic
ulcers correlates with nasal MRSA carriage. Diabetes Res Clin Pract; 2007 jan;75(1):47-50. Epub
2006 sep 11
• Vahdani P. et al. Antibiotic Resistant Pattern in MRSA Isolates From Patient Admitted in ICU and
Infectious war. Tanaffos; 2004. 3(11). 37-44
• Wirahjasa IGN dan Panji PAS. Pengelolaan Infeksi Akibat MethicillinResisten Staphylococcus aureus.
Lab SMF Anestsi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana /RSUD Sanglah. 2012; Vol 2.[Diakses 20
april 2013]. Tersedia dalam: http://perdici.org/wp-content/uploads/mkti/2012-02- 03/mkti2012-
0203-135143
• Yuwono H. Pandemi Resistensi Antimikroba: Belajar dari MRSA: Palembang. Departemen
Mikrobiologi FK Unsri; 2010
• Yuwono. et al. Identifikasi Staphylococcal Cassette Chromosome Mec Methicillin Resistant
Staphylococcus aureus dengan Polymerase Chain Reaction.Palembang : Universitas
Sriwijaya/Rumah Sakit Moch. Hoesin; 2011

Anda mungkin juga menyukai