Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Analisis farmasi adalah studi pemisahan, identifikasi dan kuantifikasi
komponen. Kimia dalam bahan alam maupun buatan. Analisis terbagi menjadi
dua bagian yaitu kualitatif dan kuantitatif. (Svehla 1985).
Analisa volumetrik adalah suatu cara menentukan jumlah (kuantitatif) suatu
zat. Analisa ini tergantung pada pengukuran volume yang tepat dari dua macam
larutan yang bereaksi sempurna. salah satu larutan harus di ketahui konsentrasi
nya, larutan ini di sebut larutan standar sedangkan larutan yang lain akan di
tentukan konsentrasinya oleh larutan standar. Proses penentuan konsentrasi ini di
sebut titrasi.

Salah satu aplikasi stoikiometri adalah titrasi, yaitu suatu metode yang
bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang
telah diketahui, agar tepat habis bereaksi dengan sejumlah larutan yang dianalisis
atau ingin diketahui kadarnya atau konsentrasinya. Suatu zat akan ditentukan
konsentrasinya disebut sebagai titran dan konsentrasinya disebut titer atau titrat
dan biasanya diletakkan di dalam buret. Baik titer maupun titran biasanya berupa
larutan.

Titrasi asam basa disebut juga titrasi adisi alkalimetri. Kadar atau konsentrasi
asam basa larutan dapat ditentukan dengan metode volumetri dengan teknik titrasi
asam basa. Volumetri adalah teknik analisis kimia kuantitatif untuk menetapkan
kadar sampel dengan pengukuran volume larutan yang terlibat reaksi berdasarkan
kesetaraan kimia. Kesetaraan kimia ditetapkan melalui titik akhir titrasi yang
diketahui dari perubahan warna indicator dan kadar sampel untuk ditetapkan
melalui perhitungan berdasarkan persamaan reaksi.
Titrasi asam basa merupakan teknik untuk menentukan konsentrasi larutan
asam atau basa. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi asam basa (netralisasi).
Larutan yang kosentrasinya sudah diketahui disebut larutan baku. Titik ekuivalen
adalah titik ketika asam dan basa tepat habis bereaksi dengan disertai perubahan
warna indikatornya. Titik akhir titrasi adalah saat terjadinya perubahan warna
indicator.
Titik ekivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana sejumlah asam
tepat di netralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi berlangsung terjadi perubahan
pH. pH pada titik equivalen ditentukan oleh sejumlah garam yang dihasilkan dari
netralisaasi asam basa. Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah
yang memiliki rentang pH dimana titik equivalen berada. Pada umumnya titik
equivalen tersebut sulit untuk diamati, yang mudah dimatai adalah titik akhir
yaang dapat terjadi sebelum atau sesudah titik equivalen tercapai. Titrasi harus
dihentikan pada saat titik akhir titrasi tercapai, yang ditandai dengan perubahan
warna indikator. Titik akhir titrasi tidak selalu berimpit dengan titik equivalen.
Dengan pemilihan indikator yang tepat, kita dapat memperkecil kesalahan titrasi.
Titrasi asam basa merupakan contoh analisis glumetri, yaitu suatu cara atau
metode yang menggunakan larutan yang disebut titran dan dilepaskan dari
perangkat gelas yang disebut buret. Titik dalam titrasi dimana titran yang telah
ditambahkan cukup untuk bereaksi secara tepat dengan senyawa yang ditentukan
disebut titik ekivalen atau titik stoikhiometri, titik ini sering ditandai dengan
perubahan warna senyawa yang disebut indicator (Keenan, 1977).
Pada praktikum ini dilakukan percobaan titrasi asam basa untuk menentukan
kadar atau konsentrasi larutan asam dengan larutan basa yang sudah diketahui
konsentrasinya atau sebaliknya.
1.1 Maksud Dan Tujan
1.1.1 Maksud Percobaan
Adapun maksud dari praktikum ini agar mahasiswa mampu mengetahui dan
memahami penentuan kadar atau konsentrasi larutan asam dengan larutan basa yang
sudah diketahui konsentrasinya
1.1.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari praktikum ini ialah untuk melatih mahasiswa dalam
menentukan kadar atau konsentrasi larutan asam dengan larutan basa yang sudah
diketahui konsentrasinya atau sebaliknya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Titrasi Asam Basa


Titrasi asam basa sering disebut asidi-alkalimetri, sedang untuk titrasi
pengukuran lain-lain sering dipakai akhiran-ometri mengggantikan –imertri. Kata
metri berasal dari bahasa yunani yang berarti ilmu proses seni mengukur. I dan O
dalam hubungan mengukur sama saja, yaitu dengan atau dari (with or off).
Akhiran I berasal dari kata latin dan O berasal dari kata Yunani. Jadi asidimetri
dapat diartikan pengukuran jumlah asam ataupun pngukuran dengan asam (yang
diukur dalam jumlah basa atau garam) (Harjadi, W. 1990).
Reaksi penetralan asam basa dapat digunakan untuk menentukan kadar larutan
asam atau larutan basa. Dalam hal ini sejumlah tertentu larutan asam ditetesi
dengan larutan basa, atau sebaliknya sampai mencapai titik ekuivalen (asam dan
basa tepat habis bereaksi). Jika molaritas salah satu larutan (asam atau basa)
diketahui, maka molaritas larutan yang satu lagi dapat ditentukan.
Jika larutan asam ditetesi dengan larutan basa maka pH larutan akan naik,
sebaliknya jika larutan basa ditetesi dengan larutan asam maka pH larutan akan
turun. Grafik yang menyatakan perubahan pH pada penetesan asam dengan basa
atau sebaliknya disebut kurva titrasi.Kurva titrasi berbetuk S, yang pada titik
tengahnya merupakan titik ekuivalen(Michael, 1997).
Titrasi asam basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk
itu digunakan pengamatan dengan indikator bil pH pada titik ekuivalen 4-10.
Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titirasi asam atau basa lemah,
jika penitrasian adalah basa atau asam kuat dengan perbandingan tetapan
disosiasi asam lebih besar dari 104 .pH berubah secara drastis bila volume
titrannya. Pada reaksi asam basa, proton ditransfer dari satu molekul ke molekul
lain. Dalam air proton biasanya tersolvasi sebagai H30.Reaksi asam basa bersifat
reversibel.Temperatur mempengaruhi titrasi asam basa, pH dan perubahan
warnaindikator tergantung secara tidak langsung pada temperatur (Khopkar, S.M.
1990).
Titirasi asam-basa merupakan cara yang tepat dan mudah untuk menentukan
jumlah senyawa-senyawa yang bersifat asam dan basa. Kebanyakan asam dan
basa organik dan organik dapat dititrasi dalam larutan berair, tetapi sebagian
senyawa itu terutama senyawa organik tidak larut dalam air. Namun demikian
umumnya senyawa organik dapat larut dalam pelarut organik, karena itu senyawa
organik itu dapat ditentukan dengan titrasi asam basa dalam pelarut inert. Untuk
menentukan asam digunakan larutan baku asam kaut misalnya HCl, sedangkan
untuk menentuan basa digunakan larutan basa kuat misalnya NaOH. Titik akhir
titrasi biasanya ditetapkan dengan bantuan perubahan indikator asam basa yang
sesuai atau dengan bantuan peralatan seperti potensiometri, spektrofotometer,
konduktometer (Rivai, H, 1990).
2.1.1 Prinsip Titrasi Asam Basa
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun
titrant.Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan.Kadar larutan asam
ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.Titrant
ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen (
artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini
disebut sebagai “titik ekuivalen”.Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi
dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk
mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titrant, volume
dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant (RivaiH, 1990).
2.1.2 Cara Mengetahui Titik Ekuivalen
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan,
kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh
kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalent”.
2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum
proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik
ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak
diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis (Rivai, H 1990).
2.2 Uraian Bahan
1. Natrium Hidroksida (Depkes RI, 1979)
Nama resmi : NATRIUM HYDROXYDIUM
Nama Lain : Natrium hidroksida
Rm/Bm : NaOH/40.00
Pemerian : Bentuk batang,massa hablur atau keping-keping,
rapuh dan mudah meleleh basah,sangat
Alkalis dan korosif,
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol,
mengandung tidak kurang dari 97,5% akali jumlah.
Dihitung sebagai NaOH dan tidak lebih dari
2,5% NaCO3
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai Titran (Zat penitrasi)
2. Asam Oksalat (Depkes RI, 1979)
Nama Resmi : Asam Oksalat
Nama Lain : Asam Oksalat
Rm/Bm : H2C2O4 / 1,6-1,7
Pemerian : Hablur, tidak berwarna.
Kelarutan : Larut dalam air dan dalam etanol (95%) P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Zat tambahan
3. Fenoftalein(Depkes RI, 1979)
Nama Resmi : FENOLFTALEIN
Nama Lain : PP
RM/BM : C20H14O4
Reaksi : Tidak berwarna dalam suasana asam dan alkali lemah dan
memberikan warna merah dalam larutan alkali kuat
Kegunaan : Indikator
4. Asam Asetat (Depkes RI, 1979)
Nama Resmi : ACIDUM ACETICUM GLACIALE
Nama Lain : Asetil hidroksida
RM/BM : C2H2O2 / 60,05
Pemerian : cairan jernih tidak berwarna, bau khas, tajam, jika
diencerkan dengan air rasa asam
Kelarutan : dapat campur dengan air denga etanol (95%) P dan
gliserol P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Zat tambahan
BAB III
METODE KERJA
3.1Alat Dan Bahan
3.1.1Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu, Buret, Erlenmeyer,
Gelas ukur, pipet tetes statif dan klem.
3.1.2Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu, asam asetat, asam
oksalat, indikator fenoftalein dan NaOH.
3.2Prosedur Kerja
3.2.1Penentuan konsentrasi NaOH dengan larutan baku asam oksalat
a) Buret bersih dibilas dengan larutan NaOH yang akan dipakai lalu diisi
dengan larutan NaOH tersebut.
b) Pipet sebanyak 25 ml, larutan baku asam oksalat dan dimasukan kedalam
labu erlenmeyer dan ditambahkan indikator PP.
c) Catat kolom dalam buret kemudian diteteskan NaOH dari buret kedalam
larutan asam dengan hati-hati sampai terjadi perubahan warna.
d) Catat keadaan akhir buret dan jumlah ml NaOH yang dipakai yaitu selisih
keadaan semula dengan keadaan akhir buret.
e) Tentukan konsentrasi NaOH
3.2.2 Penentuan Asam asetat dalam NaOH
a) Timbang botol masukan kira-kira 5 ml cuplikan dan timbang lagi
b) Tuangkan cuplikan semuanya kedalam labu ukur 100 ml dan encerkan
dengan aquadest aduk hingga homogen
c) Pipet 25 ml larutan tersebut kemudian tambahkan 3 tetes indikator PP
d) Titrasi dengan larutan baku NaOH sampai timbul warna merah jingga
e) Lakukan titrasi secara duplo
f) Hitung persen berat asam asetat dalam cuplikan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Penentuan konsentrasi NaOH dengan larutan baku asam oksalat
Percobaan 1
Perlakuan Volume asam Volume NaOH Perubahan warna (3
oksalat tetes indikator PP)
I 25 ml 14 ml Pink Pekat (PH 11)

II 25 ml 5 ml Pink (PH 8)

III 25 ml 2,5 ml Pink Pudar (PH 7)

Percobaan 2
Perlakuan Volume asam Volume NaOH Perubahan warna (3
oksalat tetes indikator PP)
I 25 ml 15 ml Pink Pudar (PH 12)

II 25 ml 9 ml Pink (PH 13)

III 25 ml 3 ml Pink Pudar (PH 12)

4.1.2 Penentuan Asam asetat dalam NaOH

Perlakuan Volume Asam Volume NaOH Perubahan warna


Asetat
I 25 ml 3 tetes Pink muda

II 25 ml 3,5 ml Pink pucat/ungu muda

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan titrasi asam basa dimana titrasi
asam basa merupakan suatu metode untuk menentukan konsentrasi suatu larutan
yang belum diketahui konsentrasinya dengan menggunakan larutan lain yang
telah diketahui konsentrasinya(Keenan, 1977).
Pada praktikum Analisis Volumetri ini dilakukan titrasi asam basa, dimana
yang dititrasi adalah asam lemah dengan basa kuat serta indikator
phenolphthalein. Dalam hal ini asam lemah sebagai titrat (larutan yang dititrasi),
sedangkan basa kuat sebagai titrannya (larutan penitrasi). Selain hal tersebut,
Normalitas atau jumlah gram ekivalen zat terlarut dalam satu liter larutan juga
ditentukan. Praktikum analisis volumetri ini dibagi menjadi tiga, percobaan 1
yaitu membuat larutan baku primer asam oksalat, percobaan 2 adalah Pembakuan
larutan baku sekunder NaOH, sedangkan percobaan 3 adalah Penentuan kadar
asam asetat.
Percobaan selanjutnya adalah Pembakuan larutan sekunder NaOH. Dalam
percobaan ini normalitas larutan sekunder NaOH ditentukan. Percobaan ini
dilakukan titrasi asam basa. Dalam titrasi asam basa ini, asam lemah yaitu asam
oksalat bertindak sebagai titrat (larutan yang dititrasi), sedangkan basa kuat yaitu
NaOH sebagai titran (larutan penitrasi). Larutan asam oksalat sebanyak 25 ml
dimasukkan kedalam Erlenmeyer, kemudian ditambahkan dengan indikator
phenolphthalein sebanyak 2-3 tetes, lalu larutan tersebut dititrasi dengan NaOH.
Reaksi yang terjadi saat asam oksalat direaksikan dengan NaOH adalah :
H2C2O4 + 2 NaOH Na2C2O4 + H2O. Percobaan ini dilakukan sebanyak tiga kali.
Untuk pengamatan pertama, volume NaOH yang diperlukan agar timbul warna
merah muda yaitu 14 ml. Sedangkan untuk pengamatan kedua volume NaOH
yang diperlukan agar timbul warna merah muda yaitu 5 ml, dan pengamatan
ketiga volume NaOH yang diperlukan agar timbul warna merah muda yaitu 2,5
ml. Dimana tujuan penambahan indikator PP pada percobaan ini untuk
mengetahui terjadinya suatu titik ekivalen dalam proses penitrasian dengan
terjadinya perubahan warna pada larutan (Achmad, 1980).
Selanjutnya pada penentuan konsentrasi asam asetat dalam NaOH dilakukan 2
perlakuan dengan menggunakan volume asam asetat sebanyak 25 ml dan NaOH
sebanyak 25 ml. Pada perlakuan 1 asam asetat 25 ml ditambahkan dengan
indikator PP sebanyak 3 tetes, kemudian pada saat titrasi dilakukan perubahan
warna yang dihasilkan yaitu pink mudasaat tetes ke 3 setelah titrasi dilakukan.
Kemudian pada perlakuan 2 menggunakan volume asam asetat dan NaOH
masing-masing sebanyak 25 ml, kemudian asam asetat ditetesi dengan indikator
PP sebanyak 3 tetes, sehingga pada saat dititrasi pada volume 3,5 ml terjadi
perubahan warnalarutan dari bening menjadiwarna pink pucat/ungu muda.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan :
1. Untuk mengukur kadar konsentrasi yang terdapat dalam sampel (CH3COOH)
digunakan suatu metode titrasi asam – basa.
2. Asam oksalat dan asam asetat mengalami perubahan warna dari tak
berwarna(bening) menjadi merah muda pada titik ekuivalen dengan penambahan
indikator phenolphthalein.
3. Pada titrasi asam lemah dengan basa kuat indikator yang sesuai adalah
phenolphthalein.
4. Metode titrasi asidi-alkalimetri dapat digunakan untuk menentukan kadar zatyang
bersifat asam ataupun basa dalam sampel.
5. Larutan baku yang digunakan dalam titrasi asidi-alkalimetri adalah asam kuat
ataupun basa kuat yang telah diketahui konsentrasinya secara tepat.
6. Pada titrasi asam lemah dan basa kuat, pH larutan akan terus meningkat seiring
dengan bertambahnya volume larutan dari basa kuat, dimana jika suatu larutan
asam ditetesi dengan larutan basa, ph larutan yang ditetesi tersebut akan menjadi
besar dan sebaliknya.
5.2 Saran
Adapun saran yang saya ajukan setelah mengikuti praktikum ini yaitu pada
saat praktikum berlangsung diharapkan praktikan melakukan percobaan dengan
teliti.

Anda mungkin juga menyukai