Anda di halaman 1dari 18

RANCANGAN FORMULA

Tiap 10 ml sediaan mengandung:

Lidokain HCl 4%

Gliserol 0,1%

NaH2PO4 0,56%

Na2HPO4 0,284%

HCl/NaOH q.s to pH 6,5

Purified Water ad 100%

MASTER FORMULA

Nama Produk : Lidoin®

Jumlah Produk : 10 botol @ 10 ml

Tanggal Formulasi : 7 Maret 2013

Rencana Produksi : 28 Maret 2013

No. Reg (Rencana) : DKL 1300100347 A1

No. Batch (Rencana) : D03001

Jumlah Perwadah Jumlah Perbatch


No Komposisi Kegunaan
(mg) (mg)
1 Lidokain HCl Zat Aktif 400 4000
2 Gliserol Pengental 10 100
3 NaH2PO4 Pendapar 56 560
4 Na2HPO4 Pendapar 28,4 284
5 HCl/NaOH Penyesuai pH q.s q.s
6 Purified Water Pembawa 9486 94860
BAB I

DASAR FORMULASI

I.1 Dasar Pembuatan Sediaan

a. Rute internasal cukup ideal untuk kenyaman dan kemudahan

pemberian terutama ketika dibutuhkan absorpsi obat pada kondisi saat

injeksi parenteral atau pemberian rektal yang tidak praktis. Pemberian

obat pada pasien yang mual dan muntah memiliki kerugian nyata yaitu

kesulitan menelan obat dan relatif lambat. (1)

b. Kebanyakan preparat hidung dalam bentuk larutan dan dipakai

sebagau tetes atau semprot hidung. (2)

c. Bentuk spray baik untuk penggunaan obat dengan efek sistemik.

d. Telah ditemukan botol spray bebas preservatif yang dilengkapi dengan

filter mikrobiologikal. Kombinasi dari tekanan yang tinggi dan diameter

kecil dari mulut/lubang memberikan cairan untuk meninggalkan sistem

dispersing pada kecepatan yang sangat tinggi. Sumber kontaminan

yang dapat terjadi harus berenang melawan aliran. (3)

e. Menggunakan bentuk sediaan tetes hidung lebih memerlukan

perhatian khusus terutama dalam mencegah tutup penetesnya dari

kontaminan mikroorganisme. Tutup penetes hendaknya dibilas dengan

air hangat dan dikeringkan dengan tissue sebelum menempatkannya

kembali ke botol penetes. Dan saat hendak digunakan perlu dibilas

dengan air dan kemudian dikeringkan dengna tissue sebelum

digunakan. Sehingga penggunaan tetes hidung kurang praktis. (4)


I.2 Dasar Pemilihan Zat Aktif

a. Lidokain praktis tidak larut dalam air sedangkan lidokain HCl sangat

larut dalam air. (5)

b. Lidokain HCl memiliki efek sebagai obat migren dan sakit kepala. (5)

c. Lidokain HCl sangat larut dalam air dan dalam alkohol; larut dalam

kloroform, tidak larut dalam eter. (6)

d. pH normal sekresi hidung kira-kira sekitar 5,5–6,5. Lidokain HCl

memiliki kestabilan larutan pada pH sekitar 5-7. (4,6)

I.3 Dasar Pembuatan Zat Aktif

Dasar pemhuatan zat aktif dalam bentuk sediaan hidung

I.4 Dasar Pemilihan Metode Kerja

dengan cara teknik aseptis


BAB II

DASAR PEMILIHAN BAHAN DAN WADAH

II.1 Uraian Penggunaan Zat Aktif

II.1.1 Farmakologi

a. Lidokain menstabilkan membran neuronal dengan penghambatan fluks

ionik untuk inisiasi dan konduksi dari implus. (5)

b. Lidokain cepat menghasilkan, lebih intens, lebih tahan lama dan

merupakan anastesi lebih luas daripada prokain dengan konsentrasi

yang sama. Tidak seperti prokain, senyawa ini merupakan suatu

senyawa aminoetilamida dan merupakan anggota prototipikal

golongan anestetik lokal amida. Lidokain adalah pilihan alternatif untuk

individual yang sensitif terhadap anestesi lokal tipe ester. Lidokain

digunakan pada perawatan ventricular cardiac arrhytmias dan tahanan

jantung dengan fibrilasi ventrikular, khususnya dengan iskemia akut,

tetapi tidak digunakan pada perawatan atrial arrhytmia. (10)

c. Obat ini tergolong obat antiaritmia kelas IB, yang sedikit sekali

mengubah depolarisasi fase 0 dan kecepatan konduksi di serabut

Purkinje bila nilai Vm normal. Akan tetapi efek penekanan obat kelas

ini terhadpa parameter ini sangat diperkuat bila membran

terdepolarisasi atau bila frekuensi eksilasi dinaikkan. Berlawanan

dengan obat kelas IA, obat kelas ini mempercepat repolarisasi

membran. (11)
II.1.2 Farmakokinetik

a. Lidokain sempurna diabsorbsi melalui rute parenteral. Laju

absorpsinya tergantung sebagai contoh berdasarkan dari tempat

pemberian dan kehadiran dari agen vasokontriktor kecuali untuk rute

intravaskular. Ikatan plasama dari lidokain terganrung pada

konsentrasi obat dan ikatan fraksi menurun dengan peningkatan

konsentrasi. Pada konsentrasi 1 mcg hingga 4 mcg dari bentuk bebas

per ml, 60-80 persen dari lidokain adalah berikatan dengan protein.

Ikatan ini juga tergantung pada konsentrasi plasma dari alpha-1-asam

glikoprotein. Lidokain melewati sawar darah otak dan plasenta melalui

difusi pasif. Lidokain dimetabolisme dengna cepat oleh hati dan

metabolit diekskresikan melalui ginjal. (5)

b. Lidokain di absorbsi secara cepat setelah pemberian parenteral serta

dari saluran gastrointestinal dan pernafasan. Walaupun senyawa ini

efektif jika digunakan tanpa vasokonstriktor, dengan adanya

epinephrine menurunkan laju absorbsinya, sehingga toksisitasnya

menurun dan lama kerjanya diperpanjang. (10)

c. Obat ini mengalami metabolism yang ekstensif sewaktu melewati hati,

dan hanya sepertiga yang dapat mencapai sirkulasi sistemik. (11)

II.1.3 Indikasi

a. Lidokain HCl ditemukan dapat diterima dalam manajemen pengobatan

migrain atau sakit kepala kluster. (5)

b. Lidokain HCl mengurangi rasa sakit kepala migren dan mual. (7)
c. Lidokain memiliki indeks terapi yang luas dari penggunaan klinik

sebagai anestesi lokal; ini digunakan pada sebahagian besar aplikasi

ketika diperlukan anestesi lokal dari durasi tingkat menengah. Lidocain

sering digunakan sebagai agen antiarrhytmia. (10)

II.1.4 Kontraindikasi

Lidokain dikontaindikasikan pada pasien yang diketahui memiliki

reaksi hipersensitivitas. (5,10)

II.1.5 Efek Samping

a. Perasaan terbakar atau kaku (mati rasa) pada lubang hidung atau

sekitar mata. Kaku (mati rasa) pada sekitar tenggorokan. Rasa tidak

enak pada mulut. (7)

b. Efek samping yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut; (10)

1) Pada SSP

Adanya reaksi psikotik dilaporkan terjadi pada 6 pasien dengan

pemberian lidokain IV untuk pengobatan penyakit jantung. Pada

kasus lain pasien mengalami gejala ataxia serebral setelah

penggunaan lidokain topikal untuk endoskopi.

2) Pada kulit

Eritema dan pigmentasi pada bibir atas terjadi pada anak-anak

setelah infiltrasi dental lokal dari lidokain. Eritema juga terjadi

setelah pemberian topikal pada beberapa formula lidokain seperti

transdermal patch.
3) Kehamilan

Efek samping serius dari anestesi epidural jarang terjadi tetapi

lidokain mungkin memberikan efek transient pada sistem auditory

neonatal.

c. Yang terpenting adalah rasa lena (surf.), juga pada dosis biasa. (12)

II.1.6 Dosis

a. Lidokain digunakan sebesar 4% dalam sediaan hidung. (7)

II.1.7 Perhatian

a. Kehamilan dan menyusui. (5)

II.1.8 Interaksi Obat

Klirens dari lidokain bisa menurun oleh propanolol dan simetidin.

Efek depresan kardiak dari lidokain dapat ditambahkan dengan beta

blokers dan antiaritmia lainnya. Efek kardiak juga bertambah dengan

pemberian bersama dengan fenitoin IV. Hipokalemia terjadi dengan

asetazolamida, diuretik, tiazida antagonis dengan efek dari lidokain. (5)

II.1.9 Stabilitas

a. Lindungi dari cahaya dan dapat dilakukan pengaturan pH antara 5 dan

7 dengan asam klorida atau natrium hidroksida. (5)

b. Penyimpanan dilakukan pada wadah tertutup baik. Berada pada

rentang pH antara 5 dan 7. (6)

c. Hindari dari preparasi bahan perak, pengoksidasi kuat, dan sumber

panas dan nyala api. (8)

d. Tidak bercampur dengan kondisi basa kuat, metil vinil eter, zink. (9)
II.1.10 Cara Sterilisasi

Zat aktif perlu dihindari dari sumber panas dan nyala api sehingga

dapat diketahui bahwa zat aktif tidak disterilkan dengan menggunakan

metode sterilisasi panas kering ataupun lembab. Selain itu, Lidokain HCl

merupakan senyawa yang tergolong dalam jenis senyawa amida berarti

dengan adanya pemanasan dapat merusak zat aktif tersebut. Sehingga

dilakukan sterilisasi dengan menggunakan metode radiasi pengion

dengan menggunakan sinar γ. (5,8)

II.1.11 Inkompabilitas

Tidak bercampur dengan amphoterisin B, natrium sulfadiazin,

natrium methohexital, natrium sefazolin, atau natrium fenitoin. (5)

II.2 Dasar Penggunaan Bahan

a. Gliserol

- Pada sediaan spray hidung peningkat viskos yang sering

digunakan adalah metilselulosa. (2)

- Untuk menghasilkan viskositas larutan yang seimbang dengan

viskositas mukus hidung (agar silia tidak terganggu).

b. Buffer Fosfat (Na2HPO4 dan NaH2PO4)

- Zat pendapar yang dapat digunakan dapar fosfat yang cocok

dengan pH 6,5. (13)

- Buffer fosfat memiliki rentang pH antara 5,9 dan 8. (14)

- pH sekresi hidung orang dewasa antara 5,5 - 6,5 dan pH sekresi

anak-anak antara 5,0 - 6,7. (4)


c. Purified Water

- Pembawa yang sering digunakan dalam sediaan steril dan lebih

efektif dalam mengurangi kontaminan dari mikroorganisme. (15)

II.3 Dasar Pewadahan

Lidokain HCl harus dilindungi dari pengaruh cahaya sehingga

digunakan botol coklat. Digunakan botol spray dengan sistem bebas

preservatif. Botol spray yang dilengkapi dengan filter mikrobiologikal.

Kombinasi dari tekanan yang tinggi dan diameter kecil dari mulut/lubang

memberikan cairan untuk meninggalkan sistem dispersing pada

kecepatan yang sangat tinggi. Sehingga sumber kontaminan yang dapat

terjadi harus bergerak berlawanan dengan alirannya. (3)

II.4 Uraian Bahan

a. Lidokain HCl (5)

Nama Resmi : Lidocaine Hydrochloride

Sinonim : Lidokain Hidroklorida

RM/BM : C14H22N2OHCl. H2O/288,8

Pemerian : putih atau hampir putih, serbuk kristal.

Kelarutan : Sangat larut dalam air, sangat larut dalam alkohol.

Stabilitas : lindungi dari cahaya, stabil pada pH antara 5 dan 7.

Incompabilitas : tidak bercampur dengan amphoterisin B, natrium

sulfadiazin, natrium methohexital, natrium sefazolin,

atau natrium fenitoin.

Penyimpanan : Simpan pada wadah tertutup baik.


b. Gliserol (15)

Nama Resmi : Glycerolum

Sinonim : Gliserol, Gliserin

Pemerian : putih , serbuk fibrous atau granul, praktis tidak

berbau dan tidak berasa.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam aseton, kloroform, metanol,

etanol (95%), eter, toluene, dan air panas. Larut

dalam asam asetat glacial dan campuran dengan

volume sama antara kloroform dan etanol.

Stabilitas : serbuk yang stabil walaupun agak higroskopis,

seharusnya di simpan pada wadah yang kedap

udara dalam tempat yang dingin dan kering. Larutan

dari metilselulosa stabil hingga suasana alkalis dan

asam encer pada pH 3-11 pada temperatur ruangan.

Incompabilitas : tidak bercampur dengan aminacrine hidroklorida;

klorokresol; merkuri klorida; fenol; resorsinol; asam

tannin; perak nitrat; setilpiridinium klorida; p-

hydroxybenzoic acid; paminobenzoic acid;

metilparaben; propilparaben; and butilparaben.

c. Dinatrium Fosfat (15)

Nama Resmi : Sodium Phosphate, Dibasic

Sinonim : Anhydous Disodium Hidrogen Phosphate

RM/BM : Na2HPO4/141,96
Pemerian : serbuk putih , kristal tidak berbau tidak berwarna

atau kristal transparan.

Kelarutan : sangat larut dalam air, lebih pada air panas atau

mendidih, praktis tidak larut dalam etanol.

Stabilitas : serbuk yang stabil walaupun agak higroskopis,

seharusnya di simpan pada wadah yang kedap

udara dalam tempat yang dingin dan kering. Larutan

dari metilselulosa stabil hingga suasana alkalis dan

asam encer pada pH 3-11 pada temperatur ruangan.

Incompabilitas : tidak bercampur dengan aminacrine hidroklorida;

klorokresol; merkuri klorida; fenol; resorsinol; asam

tannin; perak nitrat; setilpiridinium klorida; p-

hydroxybenzoic acid; paminobenzoic acid;

metilparaben; propilparaben; dan butilparaben.

d. Natrium Bifosfat (15)

Nama Resmi : Sodium Phosphate, monobasic

Sinonim : Anhydous Sodium Dihidrogen Phosphate

RM/BM : NaH2PO4/119,98

Pemerian : tidak berbau, tidak berasa atau putih atau agak

kristal transparan.

Kelarutan : larut dalam satu bagian air, sangat agak larut dalam

etanol (95%)
Stabilitas : secara kimia stabil, walaupun agak kristal. Pada

pemanasan pada 100oC, dihidrat kehilangan air dari

kristal. Larutan cairannya stabil dan bisa disterilkan

dengan autoklaf.

Incompabilitas : tidak bercampur dengan bahan basa dan karbonat,

larutan cairan dari monobasic sodium phosphate

bersifat asam dan akan menyebabkan carbonat

membuih.

e. Purified Water (15)

Nama Resmi : Purified Water

Sinonim : Aqua, Aqua purificata

RM/BM : H2O/18,02

Pemerian : tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna

Stabilitas : secara kimia stabil pada segala kondisi (beku, cair

dan uap)

Incompabilitas : dalam formulasi farmasetika, air dapar bereaksi

dengan obat dan zat tambahan lainnya yang rentan

mengalami hidrolisis (dekomposisi dalam kehadiran

air atau kelembaban).

Penyimpanan : Simpan pada wadah tertutup baik


BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat

Alat-alat yang digunakan adalah batang pengaduk, botol coklat,

buret, cawan porselin, erlenmeyer, gelas ukur, kertas saring, kertas

timbang, lumpang dan alu, pipet tetes, pipet volume, pinset, sendok

tanduk.

III.1.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah air suling, deterjen, lidokain

HCl, gliserol, HCl, HgCl, NaHCO3, Na2HPO4, NaH2PO4, NaOH, Natrium

Lauril Sulfat, dan Purified Water.

III.2 Cara Kerja

A. Persiapan

1. Dicuci botol dengan deterjen, dibebas alkalikan dengan cara direndam

dengan HCl 0,1 N panas selama 30 menit lalu dibilas dengan air

suling, lalu disterilkan dengan autoklaf

2. Dibersihkan tutup karet dan dibebas sulfurkan dengan cara direndam

dalam NaHCO3 2% yang mengandung 0,1% Natrium Lauril Sulfat

dipanaskan selama 15 menit, kemudian dibilas dengan air suling.

3. Direndam buret dengan HgCl2 1% selama 24 jam lalu dibilas dengan

API.
4. Disterilkan alat dan bahan sesuai dengan metode yang sesuai.

B. Pencampuran

1. Dibuat dapar fosfat:

- Dimasukkan Na2HPO4 1,848 gram dalam 20 ml purified water

- Dimasukkan NaH2PO4 0,138 gram dalam larutan Na2HPO4

2. Dimasukkan gliserol 1 gram dalam 10 ml purified water

3. Dilarutkan lidokain HCl dalam sebagian purified water kemudian

dicampur dengan larutan gliserol dan larutan dapar fosfat.

4. Dicek pH larutan (pH 6,5) kemudian dicukupkan volumenya hingga 100

ml, dan diadjust dengan NaOH atau HCl bila perlu.

5. Disaring larutan yang diperoleh dengan menggunakan kertas saring.

6. Dibilas buret dengan 5 ml larutan sediaan kemudian dimasukkan 95 ml

larutan sisanya.

C. Pengemasan

1. Dimasukkan dalam wadah plastik sebanyak 10 ml dan disterilisasi

akhir dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121 oC selama 12

menit.

2. Diberi etiket dan dikemas

III.3 Perhitungan

III.3.1 Perhitungan Bahan

1. Lidokain HCl = 4% x 10 ml = 400 mg

2. Metilselulosa = 0,3% x 10 ml = 30 mg

3. NaH2PO4 = 0,56% x 10 ml = 56 mg
4. Na2HPO4 = 0,284% x 10 ml = 28,4 mg

5. Purified Water = 10.000 mg – (400+30+56+28,4) mg = 9,5 ml

III.3.2 Perhitungan Perbatch

1. Lidokain HCl = 400 mg x 10 = 4000 mg

2. Gliserol = 10 mg x 10 = 100 mg

3. NaH2PO4 = 56 mg x 10 = 560 mg

4. Na2HPO4 = 28,4 mg x 10 = 284 mg

5. Purified Water = 9,5 ml x 10 = 95 ml

III.3.3 Perhitungan Tonisitas

0,52−(𝑎.𝑐) 0,52−{(0,12 𝑥 4)+(0,09 𝑥 0,01)+(0,26 𝑋 0,56)+(0,24 𝑥 0,284)


PTB = =
0,576 0,576

0,52−(0,695) −0,175
= = = - 0,303 (Hipertonis)
0,576 0,576
DAFTAR PUSTAKA

1. Martin., (1971), Dispensing of Medication, Marck Publishing Company,

Pensilvania. Hal. 915

2. Howard, C. Ansel. 1989. “ Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi ” Edisi

IV. UI Press. Jakarta. Hal. 570

3. Swarbrick, James. Encyclopedia Pharmaceutical Technology, Third

Edition. New York: PharmaceuTech, Inc. 2007. Hal. 1205

4. King, R.E., (1984), Dispensing of Medication, Ninth Edition, Marck

Publishing Company, Philadelphia. Hal. 156, 158

5. Parfitt,K., (1994), Martindale The Complete Drug Reference, 32nd

Edition, Pharmacy Press. Hal. 1862-1865

6. Anonim. US Pharmacopeia 30, The Standard of Quality. Official

Compendia of Standard. 2007.

7. www.headachewellnesscenter.com. Lidocaine Nasal Drops. New York:

Yanceyville St. 2007.pdf

8. Anonim. Manufacturing Safety Data Sheet, Lidocaine Hydrochloride.

New York: Altana Inc. 2012. Hal. 1-2

9. Anonim. Manufacturing Safety Data Sheet, Lidocaine HCl Injection

USP. New York: Hospira Inc. 2008. Hal. 4

10. Katzung BG & Miller RD. Anestetik Lokal. Di dalam : Katzung BG,

editor. Farmakologi Dasar dan Klinik. Ed. 8, vol.2. Salemba Medika.

Jakarta. 2002. Hal.162-163


11. Ganiswarna. S. A. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Bagian

Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

2005. Hal.328-330

12. Tan HT dan Rahardja K. Obat-obat penting. Ed. 5. Kelompok

Gramedia. Jakarta. 2002. hal. 605

13. Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III Jakarta: Dep Kes RI.

Hal. 10

14. Jenkins, G.L., (1969), Scoville's:The Art of Compounding, Burgess

Publishing Co,USA.

15. Kibbe,A.H., (1994), Handbook of Pharmaceutical Excipient, The

Pharmaceutical Press, London.


LAMPIRAN

Tabel Sterilisasi Alat dan Bahan

No Nama Alat Jumlah Metode Sterilisasi Pustaka Bebas Bebas


Sulfur Alkali
1 Pipet Tetes 5 bh Oven, 170oC, 2½ jam Parrot: 286 √
2 Erlenmeyer 2 bh Oven, 170oC, 2½ jam Parrot: 298 √
3 Sendok Tanduk 2 bh Autoklaf,121oC, 15 mnt Parrot: 298
4 Kertas Timbang 5 bh Oven, 150oC, 2½ jam Parrot: 286
5 Kertas Saring 1 lbr Oven, 150oC, 2½ jam Parrot: 286
6 Cawan Porselin 2 bh Oven, 150oC, 1 jam Parrot: 286
7 Lumpang dan Alu 1 psg Oven, 150oC, 2 jam Parrot: 298
8 Pinset 2 bh Oven, 180oC, 2½ jam Parrot: 286
9 Gelas Arloji 3 psg Oven, 180oC, 2 jam Scoville: 404 √
10 Buret 1 bh Bilas dengan HgCl2, Scoville: 203
rendam dengan API
11 Batang Pengaduk 3 bh Oven, 150oC, 2 jam Lachman: √
266
12 Tutup Karet 5 bh Autoklaf, 121oC, 15 mnt Scoville: 407 √
13 Wadah Gelas 8 bh Autoklaf, 121oC, 15 mnt Scoville: 407

No Nama Bahan Jumlah Metode Sterilisasi Pustaka


1 Lidokain HCl 5g Radiasi sinar γ Exp : 58
2 Na2HPO4 0,3 g Autoklaf, 121oC, 30 mnt Excp: 657
3 NaH2PO4 0,66 g Autoklaf, 121oC, 30 mnt Excp: 657
4 Gliserol 0,5 g Autoklaf, 121oC, 30 mnt Exp: 284
5 NaOH/ HCl 50 ml Autoklaf, 121oC, 30 mnt Excp: 649
6 Purified Water 100 ml Autoklaf, 121oC, 30 mnt SDF: 309
7 Produk Akhir 100 ml Radiasi Sinar γ Exp : 379

Anda mungkin juga menyukai