Anda di halaman 1dari 22

LITERATUR REVIEW

MetodeTes Cepat Molekuler (TCM) dalam Mendiagnosis


Tuberculosis

Disusun Oleh :
Shania Nur Astina 04021281924037
Popy Dwi Kusuma 04021281924038
Dini Dwi Puspita 04021281924039
Chandeni Khoirunnisa 04021281924040
Rivansyah 04021281924042
Mutiara Rajab Bani Annisa M.04021281924043
Asrid Patrisia 04021281924044
Fitra Aliya Rahma 04021281924045
Alifah Miftahul Jannah 04021281924046
Almuslimiati R 04021281924047
Gita Aprili 04021281924048
Dosen Pengampu :
Karolin Adhisty, S.Kep., Ns., M.Kep

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW. yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Makalah ini membahas tentang review jurnal yang telah didapat tentang
pemeriksaan TCM untuk mendiagnosa Tuberculosis, kami menyadari bahwa makalah
ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun guna perbaikan di masa mendatang. Dalam penyelesaian
makalah ini, kami banyak mendapat bantuan bimbingan dan saran. Pada kesempatan
ini, kami ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :
1. Allah SWT, yang telah memberikan kehidupan dengan sejuknya keimanan,
2. Dosen pengampu Ibu Karolin Adhisty, S.Kep., Ns., M.Kep
3. Teman – teman sejawat PSIK UNSRI.

Semoga Allah SWT. memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan
kepada semua orang yang telah mendukung kami dan semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah
SWT.

Indralaya, Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan .....................................................................................................2
1.4 Metode.......................................................................................................2
BAB II HASIL
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Definis Metode TCM................................................................................15
3.2 SOP TCM.....................................................................................................15
3.3 Kelebihan dan Kekurangan Metode TCM................................................16
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan................................................................................................18
4.2 Saran..........................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman M.
tuberculosis atau dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Tuberkulosis
merupakan masalah kesehatan yang besar di dunia. Sampai sekarang ini belum
ada satu negara pun di dunia yang bebas dari tuberkulosis (TB). Jumlah Angka
kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis cukup tinggi. Pada tahun 2009 sekitar 1,7 juta orang meninggal
karena menderita tuberkulosis (TB) (600.000 diantaranya perempuan) sementara
jumlah kasus baru tuberkulosis (TB) sebanyak 9,4 juta (3,3 juta diantaranya
perempuan). Sepertiga dari jumlah penduduk di dunia sudah tertular dengan
tuberkulosis (TB) di mana sebagian besar penderita TB terjadi pada usia
produktif 15-55 tahun (Kemenkes, 2011).
Untuk mencegah terjadinya penularan dan semakin banyaknya kasus
tuberkulosis, salah satu langkah yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan
adalah mencari cara bagaimana mendeteksi TB secara cepat dan akurat sehingga
penderita bisa tau dan menjaga dirinya agar tidak menularkan kepada oranglain.
Metode deteksi yang banyak digunakan adalah dengan pemeriksaan
mikroskopis. Pemeriksaan mikroskopis memiliki keunggulan murah dan cepat.
Namun kekurangannya adalah sensitivitas yang rendah, tidak dapat mendeteksi
kepekaan terhadap obat dan mempunyai kualitas yang berbeda-beda oleh karena
hasilnya sangat dipengaruhi oleh tingkat ketrampilan teknisi dalam melakukan
pemeriksaan / pembacaan. Akhirnya saat ini telah ada pemeriksaan dengan
menggunakan Tes Cepat Molekuler (TCM) dengan Xpert MTB/RIF untuk
menggantikan metode deteksi yang lama. Hasil penelitian skala besar yang
pernah dilakukan menunjukkan bahwa pemeriksaan dengan TCM ini mempunyai
sensitivitas dan spesifisitas untuk diagnosis TB yang jauh lebih baik
dibandingkan pemeriksaan dengan metode mikroskopis dan mendekati kualitas
diagnosis dengan pemeriksaan biakan.

Untuk mengetahui lebih banyak informasi dan manfaat yang akan di


dapatkan dari metode Tes Cepat Molekuler yang telah ditemukan oleh beberapa

1
peneliti, kami membuat literaur review dengan tema “Metode Tes Cepat
Molekuler untuk mendiagnosis Tuberkulosis” dengan mencari dan membahas
tujuan-tujuan yang telah kami tetapkan. Sehingga hasil dari literatur review ini
dapat menjadi saran kepada tenaga kesehatan khususnya perawat memilih Tes
Cepat Molekuler (TCM) untuk mendiagnosis tuberkulosis agar hasil yang
didapatkan lebih cepat, tepat, dan akurat .

1.2 Rumusan Masalah


1. Metode apakah yang terbaru yang dapat digunakan untuk menentukan
diagnosis tuberkulosis dengan tepat dan cepat?
2. Metode apa saja yang dapat digunakan dalam mendiagnosis penyakit
tuberkulosis ?
3. Bagaimana perbandingan yang terdapat pada metode baru (Metode TCM)
dan metode lama yang digunakan dalam diagnosis tuberkulosis?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada metode baru
(Metode TCM) yang digunakan dalam mendiagnosis tuberkulosis?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui metode terbaru (Metode TCM) yang digunakan dalam
mendiagnosis tuberkulosis
2. Untuk mengetahui metode apa saja yang digunakan dalam menentukan
diagnosis tuberkulosis
3. Untuk menemukan dan mengetahui perbandingan metode baru (Metode
TCM) dan metode lama dalam doagnosis tuberkulosis
4. Untuk mengetahui dan menemukan kelebihan dan kekurangan dari metode
baru (metode TCM) yang digunakan dalam mendiagnosis tuberkulosis

1.4 Metode
Metode yang kami gunakan dalam literatur review yaitu mencari jurnal dengan
pendekatan kuntitatif yang akan dijabarkan secara kompleks.

2
BAB II
HASIL

Pada literature review ini, kami menggunakan metode pencarian jurnal dengan
pendekatan data kuantitafif. Dari beberapa jurnal yang telah kami kumpulkan, kami
mendapatkan 5 jurnal yang akan kami bandingkan dan gunakan sebagai bahan untuk
membuat kesimpulan yang konkrit tentang metode terbaru dan efektif dalam
mendiagnosis Tuberkulosis.
Judul Penulis Metode Hasil Pembahasa
Perbedaan Hasil Endah Alat yang digunakan Berdasarkan penelitian Metode pemeriksaan
Pemeriksaan Sayumi, Sri dalam penelitian ini dapat disimpulkan tepat sangat diperluk
Mikroskopis dan Sinto Dewi, meliputi: pot sputum, bahwa hasil mendiagnosa TB sup
Genexpert Pada Enny kaca sediaan, pemeriksaan pasien segera menda
sputum Suspek Romawati mikroskop, cartridge, mikroskopis dengan pengobatan yang ses
TB Kambuh. buffer dan alat pewarnaan Zielh sehingga bisa menur
GeneXpert. Bahan Neelsen adalah hasil angka penularan dan
atau sampel yang negatif sebanyak 20 akibat penyakit TB.
digunakan dalam (66,67 %), hasil scanty yang dilakukan dari
penelitian ini adalah sebanyak 2 (6,67 %), ditemukan sebanyak
sputum suspek TB hasil positif 1 sebanyak negatif dengan peme
kambuh. Reagen 5 (16,67 %), hasil mikroskopis, setelah
yang digunakan positif 2 sebanyak 1 pemeriksaan GeneX
adalah cat Ziehl (3,32 %) serta hasil diperoleh hasil nega
Neelsen A, cat Zielh positif 3 sebanyak 2 sebanyak 15 sampel
Neelsen B dan cat (6,67 %). Hasil terdapat 5 sampel ne
Zielh Neelsen C dan pemeriksaan pemeriksaan mikros
minyak imersi. GeneXpert yang terdeteksi positif (M
Penelitian ini teridentifikasi sebagai detected very low) d
dilakukan dari bulan MTB Not Detected pemeriksaan GeneX
Januari – Mei 2018 di sebanyak 15 (50,00 %), sehingga ditemukan
RSUD RAA hasil yang 25 % hasil negatif pa
Soewondo Pati yang teridentifikasi sebagai pemeriksaan mikros
dimbil secara MTB Detected Very terdeteksi positif yai

3
Purposif sebanyak 30 Low sebanyak 5 (16,67 detected very low. P
sampel, kemudian %), hasil yang yang dilakukan oleh
dilakukan teridentifikasi sebagai Kurniawan (2016) ju
pemeriksaan MTB Detected Low mendapatkan hasil y
mikroskopis dengan sebanyak 2 (6,66 %), dimana dari 40 pasie
pewarnaan Ziehl hasil yang BTA negatif dengan
Neelsen dan teridentifikasi sebagai RT-PCR GeneXpert
pemeriksaan MTB Detected Medium didapatkan hasil pos
GeneXpert. Hasil sebanyak 5 (16,67 %) orang (40%) dan neg
yang diperoleh dan hasil yang sebanyak 24 orang (
dikumpulkan, teridentifikasi sebagai Hasil ini menunjukk
dipaparkan secara MTB Detected High pemeriksaan GeneX
deskriptif dan sebanyak 3 (10,00 %). sensitif di bandingka
dilakukan analisa pemeriksaan mikros
perbedaan hasil dari karena dengan peme
kedua metode. Hasil GeneXpert didapatk
pemeriksaan positif lebih banyak
mikroskopis dibaca dibandingkan denga
dengan skala pemeriksaan mikros
IUALTD sedangkan
hasil pemeriksaan
GeneXpert
dinyatakan dalam
MTB not detected,
MTB detected very
low, MTB detected
low, MTB detected
medium dan MTB
detected high
(Sukraningsih. 2017).

Performa Tes Nurlia Naim Metode penelitian ini Hasil penelitian ini Pada jurnal ini didap
Cepat Molekuler dan Novi menggunakan cross didapatkan data bahwa hasil pemeriksaan
Dalam Diagnosa Utami Dewi sectional study TCM memiliki Laboratorium denga

4
Tuberkulosis Di dengan teknik sensitivitas 73,33%, melakukan pemeriks
Balai Besar pengambilan sampel spesifitas 90,12 % , Mycobacterium tube
Kesehatan Paru secara purposive Nilai Ramal Positif metode tes cepat mo
Masyarakat sampling sebanyak (NRP) 73,33% dan (TCM), dekontamin
Makassar 111 sampel di Balai Nilai Ramal Negatif Kultur. Dari hasil pe
Besar Kesehatan Paru (NRN) 76,86% dan didapatkan bahwa ti
Masyarakat Makassar pada Uji Wilcoxon terdapat perbedaan y
didapatkan nilai signifikan antara me
signifikansi (p) sebesar dengan kultur dan m
0,920 (P>0,05) proporsi namun deng
sedangkan dalam uji metode BTA terdapa
resistensi metode TCM perbedaan yang sign
memiliki sensitivitas sehingga TCM lebih
sebesar 89,47%, dalam mendeteksi pa
spesifitas 25%, Nilai benar-benar terinfek
Ramal Positif (NRP) dibandingkan denga
85% dan Nilai Ramal dekontaminasi. Dari
Negatif (NRN) 33,33% tersebut juga didapa
dan pada Uji Fishers bahwa TCM dapat d
Exact didapatkan nilai untuk screening uji r
signifikansi 0,453. Pada terhadap Rifampisin
pemeriksaan BTA didapatkan hasil nila
metode dekontaminasi sensitivitas yang ting
pada penelitian ini dapat disimpulkan b
memiliki spesifisitas metode TCM efektif
95,06% dibandingkan digunakan sebagai a
dengan metode gold diagnosis MTB.
standar kultur namun
untuk sensitifitasnya
lebih rendah
dibandingkan dengan
metode TCM yaitu
53,30% dibanding

5
TCM yaitu 73,33%.

Validitas Nurlina Penelitian ini Pada penelitian Pemeriksaan PCR G


Metode Sirait, Ida merupakan penelitian didapatkan 39 dari 40 MTB/RIF ini menila
Polymerase Parwati, potong lintang sampel yang resisten pada regio hot spot g
Chain Reaction Nina Susana dengan bentuk Rif juga resisten yang menunjukkan r
GeneXpert Dewi, Nida deskriptif terhadap INH terhadap Rif. Bebera
MTB/RIF pada Suraya observasional. berdasarkan hasil uji penelitian sebelumn
Bahan Analisis statistik kepekaan metode menyatakan bahwa 9
Pemeriksaan yang dipakai yaitu uji proporsi media tuberculosis mengal
Sputum untuk diagnostik Lowenstein Jensen pada region hot spot
Mendiagnosis (sensitivitas, sebagai baku emas akan menyebabkan r
Multidrug spesifisitas, nilai pemeriksaan, atau terhadap obat Rif, na
Resistant prediksi positif, nilai terdapat 98% penderita diperkirakan sebany
Tuberculosis. prediksi negatif, dan yang resisten terhadap tuberculosis yang re
akurasi). Rif, resisten juga terhadap Rif mengal
Pemeriksaan PCR terhadap INH. Keadaan di luar regio hot spo
GeneXpert MTB/RIF ini ternyata tidak jauh rpoB.14-17 Negatif
menggunakan tabel berbeda dengan didapatkan pada pen
2x2 untuk mengukur penelitian yang mungkin disebabkan
validitas pemeriksaan dilakukan Caws dkk.8 luar regio hot spot g
PCR GeneXpert di Vietnam sehingga dibutuhkan
MTB/RIF yang mendapatkan 98% yang lebih lanjut unt
dibandingkan dengan penderita yang membuktikan penye
baku emas mengalami resistensi negatif palsu ini.
pemeriksaan terhadap Rif, resisten Penelitian yang dilak
resistensi dengan juga terhadap INH. Yue dkk.18 di Cina
mempergunakan Berdasarkan hasil ini, 2003, mendapatkan
metode proporsi pada pemeriksaan PCR sampel yang resisten
media Lowenstein GeneXpert MTB/RIF Rif dengan pemeriks
Jensen. pada penelitian ini kepekaan pada medi
dapat digunakan Lowenstein Jensen,
sebagai pemeriksaan 7 sampel (9,7%) me
untuk menentukan mutasi di luar regio

6
MDR-TB. Tiga dari 51 gen rpoB. Kemungk
sampel penelitian penyebab negatif pa
menunjukkan hasil yang didapatkan pad
sensitif terhadap Rif penelitian Lawn dan
pada pemeriksaan PCR tahun 2011, bila terj
GeneXpert MTB/RIF, campuran M. tuberc
namun menunjukkan yang masih sensitif d
hasil resisten terhadap yang resisten Rif. Jik
Rif dan INH pada uji tuberculosis yang se
kepekaan metode jumlahnya lebih ban
proporsi, hal ini disebut resistensi Rif tidak d
negatif palsu pada hasil dideteksi. Spesifisita
pemeriksaan PCR GeneXpert MTB/RI
GeneXpert MTB/ RIF. dibandingkan denga
Nilai negatif palsu ini emas kultur metode
memengaruhi nilai pada media Lowenst
sensitivitas pada untuk mendeteksi M
penelitian ini yaitu nilainya sampai sebe
92,3%. Nilai ini berbeda den
beberapa penelitian
yang pernah dilakuk
antaranya oleh Boeh
yang mendapatkan s
98,0%. Nilai spesifis
GeneXpert MTB/RI
ditentukan oleh nilai
palsu, yaitu bila hasi
pemeriksaan PCR G
MTB/RIF menunjuk
resisten terhadap Rif
hasil uji kepekaan m
proporsi menunjukk
sensitif terhadap Rif

7
Perbandingan uji Erizka Penelitian ini 1) Pada Perbandingan Pada penelitian ini, t
diagnostik Rivani, Tia merupakan studi Hasil Uji GeneXpert perbandingan yang d
GeneXpert Sabrina, observasional analitik Terhadap Yaitu, pada Perband
MTB/RIF untuk Venny di laboratorium Mikroskopis BTA antara uji GeneXpe
mendeteksi Patricia dengan pendekatan menunjukkan bahwa mikroskopis BTA d
resistensi purposive sampling. lebih banyak yang Sensitifitas dan Spe
rifampicin Tahapan penelitian ditemukan (+) dari pada Uji GeneXpert Ter
Mycobacterium adalah pengumpulan (-) pada uji GeneXpert Mikroskopis BTA
tuberculosis sampel, isolasi DNA (+ terdapat 664 dan – membuktikan bahwa
pada pasien Tb sputum, menganalisis terdapat 439) Terhadap MTBC masih menja
paru di RSUP dan membandingkan dengan uji Mikroskopis standard dari diagno
dr. Moh. Hoesin spesifisitas dan BTA (+ terdapat 652 Bagaimana pun, tekn
Palembang sensitifitas metode dan – terdapat 451). konvensional tidak d
preparat BTA, memberikan hasil di
GeneXpert, PCR 2) Pada Sensitifitas yang cepat dan mem
MTB dan NTM dan dan Spesitifitas Uji prosedur dan fasilita
kultur pada pasien GeneXpert Terhadap laboratorium BSL II
TB di RSMH. Mikroskopis BTA tidak dapat dipenuhi
1. Preparat Basil menunjukkan bahwa semua pelayanan ke
Tahan Asam (BTA) Pada Perbandingan
tingkat sensitifitas
Pewarnaan Ziehl- GeneXpert Terhad
(97%) dan spesitifitas
Neelsen untuk MTBC, Sensitifitas
(93%) lebih tinggi serta
pembacaan
tingkat keakuratan yang Spesitifitas Uji Gen
mikroskopis Terhadap Kultur M
diperoleh pun tinggi
mengikuti prosedur Deteksi Rifampicin
(95%) dengan Uji
standar dari WHO. MTBC Dengan Uji
GeneXpert terhadap
Xpert MTB/RIF Expert dan Kultur
Mikroskopis BTA serta
Tahapan
tingkat keakuratannya Resistensi MTBC te
pemeriksaaannya
pun tinggi. banyak faktor yang d
sebagai berikut :
mempengaruhi (mis
a. Pengolahan sampel
3) Pada Perbandingan yang tidak mencuku
sputum. (Sputum
tambahkan reagen Hasil Uji GeneXpert sehingga waktu di k
Terhadap Kultur tumbuh atau pun ada

8
dengan perbandingan 1 MTBC menunjukkan kontaminasi) sehing
: 2, lalu kocok dengan bahwa lebih banyak dapat di uji resistens
kuat 10-20 kali sampai yang ditemukan (-) ini sejalan dengan pe
homogen. Biarkan
dari pada (+) pada uji terdahulu yang meny
selama 10 menit pada
Uji GeneXpert (+ bahwa GE merupaka
suhu kamar. Kocok
terdapat 566 dan – yang sederhana dan
kembali dengan kuat
terdapat 756) Terhadap digunakan rutin deng
10-20 kali, Diamkan
selama 5 menit pada Kultur MTBC (+ penggunaan yang pr

suhu kamar sampai terdapat 147 dan – GE tidak kalah sensi


dahak benar- benar terdapat 1175). kultur MTBC denga
homogen. BTA positif.
1. Persiapan Cartridge. 4) Pada Sensitifitas
Isap sampel dengan dan Spesitifitas Uji
menggunakan pipet
GeneXpert Terhadap
steril dari kit uji
Kultur MTBC
sampai menicous
menunjukkan bahwa
diatas tanda minimum
tingkat sensitivitas
(> 2 ml), Buka
penutup cartridge, (97%) lebih tinggi
Masukan contoh uji dibandingkan dengan
yang telah diproses tingkat spesifisitas
seperti diatas kedalam (62%) dan tingkkat
lubang cartridge Xpert keakuratan yang
MTB/RIF, diperoleh pun tidak
2. Tes GeneXpert.
terlalu tinggi (66%)
Setelah masuk ke
dengan Uji GeneXpert
aplikasi genexpert DX
Terhadap Kultur
sistem, scan barcode
MTBC.
cartride sampel, ketik
nama pasien dan
identitas contoh uji 5) Pada Deteksi
pastikan identitas Rifampicin Resisten
benar. dipakai kedalam MTBC Dengan Uji
wadah limbah Gen Expert dan
infeksius. Apabila ada Kultur & Resistensi

9
sampel sputum yang MTBC menunjukkan
menyatakan dipreparat bahwa Rifampisin
positif, sedangkan Resisten MTBC lebih
pada tes geneXpert
banyak di deteksi
dinyatakan negatif
dengan Uji Gen Expert
akan di konfirmasi
(31%) dibandingkan
ulang dengan uji
dengan Kultur &
realtime PCR untuk
mengetahui apakah
Resistensi MTBC

sampel tersebut (21.7%)


memang benar positif
MTBC
(Mycobacterium
tuberculosis) atau
MOTT
(Mycobacterium Other
Than tuberculosis).
3. Isolasi DNA Sampel
Sputum. Isolasi
dilakukan dengan
menggunakan metode
ekstraksi DNA chelex-
100 dengan
menggunakan
Phospate Buffer Saline
(PBS) pH 7,4; safonin
0,5% dalam PBS; an
chelx 20% dalam
ddH2O pH 10,5
4. PCR Gen IS6110 dan
Gen hsp65. Ada dua
gen yang akan
diidentifikasi dengan
PCR untuk mendeteksi
gen IS61106 Yang
menyatakan positif

10
MTBC dan gen hsp657
yang menyatakan
positif MOTT. Volume
total reaksi PCR ini
adalah 25 µl terdiri
atas: 10 mM Tris-HCl
(pH 8.3), 50 mM KCl,
2.5 mM MgCl2, 0.01%
gelatin, 0.2 mM
dNTPs, 1U enzim taq
polymerase, 5 µl DNA
template dan ddH2O.

Pemanfaatan Novianti, Pengumpulan data Proporsi penemuan Terkait dengan pema


Tes Cepat Oster Kuantitatif kasus positif TBC TCM sebagai alat d
Molekuler Suriani Dilakukan dengan dengan pemeriksaan TB Paru di RSUD W
pengumpulan data
(TCM) Simarmata, mikroskopis (satu tahun jumlah pemeriksaan
sekunder, meliputi:
Genexpert Dina Bisara sebelum TCM TBC yang diperiksa
Data individu
sebagai Alat Lolong GeneXpert) dan TCM lebih kecil bila
suspek/terduga TBC
Diagnostik TB pemeriksaan dibandiing dengan
yang diperiksa dengan
Paru di RSUD TCM GeneXpert,
menggunakan TCM pemeriksaan mikros
Wangaya Kota mikroskopis, jumlah GeneXpert (sejak dalam kurun waktu y
Denpasar suspek/terduga TBC beroperasi) didapatakan yaitu 1 tahun.
yang yang diperiksa hasil jumlah terduga Tantangan dalam pe
dengan mikroskopis 3 TBC yang diperiksa TCM GeneXpert seb
tahun sebelum antara pemeriksaan diagnostic TB Paru y
penggunaan alat TCM mikroskopis jangka relative baru salah sa
GeneXpert dan hasil
waktu satu tahun adalah tantangan dal
pemeriksaan.
sebelum TCM sensitivitas dan spes
Kemudian data tersebut
GeneXpert dengan yang tidak jaaraang
diolah menggunakan
pemeriksaan TCM masih diragukan ole
SPSS.21.
GeneXpert jangka dokter/klinisi yang t

Pengumpulan data waktu Juli 2017 sampai memanfaatkan peme


Kualitatif dengan Juli 2018, lebih TB Paru secara mikr
Dilakukan terhadap 12 tinggi dengan Hal ini yang kemudi

11
informan penelitian pemeriksaan berimplikasi logis pa
dengan melakukan mikroskopis. rendahnya pemanfaa
wawancara, Kasus pasien terduga GeneXpert untuk pe
pengamatan atau
TB Paru yang diagnose TB Paru pe
observasi dengan
dilakukan pemeriksaan pemamfaatannya. D
menggunakan daftar
ganda baik TCM penelitian ini, TCM
tilik.
GeneXpert dan menunjukan sensitiv
Data yang terkumpul
selanjutnya dianalisis
mikroskopis (10,1% 75,9%, spesifisitas 9

dengan menggunakan dari total 633 kasus). dibandingkan denga


analisa konten. Dari hasil pemeriksaan pemeriksaan mikros
mikroskopis negatif (BTA). Studi lain pu
diketahui bahwa menunjukkan bahwa
ternyata dengan pemeriksaan TB den
pemeriksaan TCM GeneXpert memiliki
GeneXpert terdapat sensitivitas yang leb
hasil Rifampisin dibandingkan peerik
sensitif (14,6%) dan mikroskopis.
Rifampisin resisten
(2,4%). Beberapa kasus Dalam penelitian ini
pemeriksaan TCM menunjukkan bahwa
GeneXpert memberikan rendahnya pemeriks
hasil positif disaat hasil dengan TCM GeneX
pemeriksaan dikarenakan puskesm
mikroskopis puskesmas masih
menunjukkan negatif. menggunakan peme
Sehingga hal ini sangat mikroskopis sebagai
membantu dalam utama diagnosa TB
penegakan diagnose. Rendahnya pemerik
Didapatkan bahwa Paru dalam pemafaa
TCM GeneXpert GeneXpert khususny
menunjukkan RSUD Wangaya me
sensitivitas 75,9%, menjadi tantangan te
spesifisitas 97,1%, karena kecanggihan

12
NRP (Nilai Ramal klaim bisa mendetek
Positif) 95,6% dan hanya dalam waktu
NRN (Nilai Ramal sangat singkat dan h
Negatif) 82,9%. diperoleh pada hari y
Terduga TB hampir
semuanya berasal dari
pasien internal RSUD
Wangaya (99,4%). Bila
dilihat dari tujuan
pemeriksaan, terbanyak
adalah TB paru baru
(77,4%) diikuti untuk
pemeriksaan terduga
TB pada penderita HIV
(13,7%). Jenis
spesimen yang
diperiksa semuanya
berasal dari sputum
(100%).

Dari kelima jurnal yang telah kami bandingkan diatas, didapatkan hasil bahwa
metode yang paling efektif dalam pemeriksaan TB adalah menggunakan metode
TCM. Jika dibandingkan metode Pemeriksaan lainnya metode TCM memiliki
spesifisitas dan sesnsitivitas yang lebih tinggi untuk mendeteksi MTBC, serta
Pemeriksaan dengan metode TCM ini terbilang efisien karena hasilnya didapatkan
dengan cepat dan akurat.

13
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Definisi Metode TCM


Tes cepat molekuler merupakan metode penemuan terbaru untuk diagnosis TB
berdasarkan pemeriksaan molekuler yang menggunakan metode Real Time
Polymerase Chain Reaction Assay (RT-PCR) semi kuantitatif yang menargetkan
wilayah hotspot gen rpoB pada Mycobacterium tuberculosis, yang terintegrasi dan
secara otomatis mengolah sediaan dengan ekstraksi deoxyribo nucleic acid (DNA)
dalam cartridge sekali pakai.

3.2 SOP TCM


SOP TEST CEPAT MOLEKULER

1. Pengertian : Suatu Tes Cepat Melekuler untuk mendeteksi pesien RO atau pasien
resisten obat.Metoda penemuan kasus tubercolosis ( TB ) dan menegakkan
diagnosa TB baru maupun tubercolosis kebal obat ( TB Resisten Obat - TB RO ).
2. Tujuan : Pembentukan jejaring rujukan Fasilitas Kesehatan ke fosyankes Test
Cepat melukuler,beserta standar operasional yang yang disepakati antara
posyankes TCM dan Posyankes yang merujuk.
3. Alat/Bahan : Col book, pot sputum, Book tempat pengirim sampel, Paraflim,
Lakban  bening besar, Tissue, Plastik ½ kg, karet, Masker, Plastik 1 kg,
Handkund, Tb 05, Alkohol 70 %, Spidol permanen.
4. Langkah-Langkah
1) Petugas memasang Handkund dan masker

14
2) Petugas membersih kan pot sputum bagian luar yang berisi sampel dengan
Alkohol 70%.
3) Petugas memberi Nama,Tanggal,kode puskesmas Pada bagian luar  pot
sputum.
4) Petugas menutup rapat tutup pot sputum dan melapisi dengan  parafilm
dengan erat sepaya sputum tidak tumpah.
5) Petugas memasukkan pot sputum kedalam plastik ½ kg dan mengikatnya
dengan rapi.
6) Petugas Memasukan pot sputum yang sudah diikat rapi kedalam  book
tempat pengiriman sampel.
7) Petugas Memasukkan bangko pengiriman sampel kedalam book  pada
bagian tutup book yang diplaster dengan rapi.
8) Petugas memberi label diluar book tempat pengiriman sampel.Tujuan labor
RSAM. Dari puskesmas pakan kamis.

3.3 Kelebihan dan Kekurangan metode TCM


Metode deteksi yang banyak digunakan adalah dengan pemeriksaan
mikroskopis. Pemeriksaan mikroskopis memilki keunggulan mura dan cepat, namun
kekurangannya adalah sensitivitas yang rendah, tidak dapat mendeteksi kpekaan
terhadap obat dan mempunyai kualitas yang berbeda-beda oleh karena hasilnya
sangat dipengaruhi oleh tingkat keterampilan teknisi dalam melakukan pemeriksaan/
pembacaan. Sementara itu,metode konveksional yang digunakan untuk mendeteksi
adanya TB-RO adalah dengan biakan dan uji kepekaan terhadap obat. Pemeriksaa
biakan ini membutuhkan waktu yang lama, yaitu 3-4 bulan, dan menggunakan
prosedur khusus, sehingga tidak dapat dilakukan pada semua laboratorium yang ada
di fasilitas pelayanan kesehatan. Hal ini menyebabkan pasien mungkin mendapatkan
obat yang kurang sesuai sehingga meningkatkan risiko kejadian resistensi dan
penyebaran.
Untuk mengatasi masalah tersebut, saat ini telah ada pemeriksaan dengan
menggunakan Tes Cepat Molekuler (TCM) dengan Xpert MTB/RIF. Hasil penelitian
skala besar yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa pemeriksaan dengan TCM
ini mempunyai sensitivitas dan spesifitas untuk diagnosis TB yang jauh lebih baik

15
dibandingkan pemeriksaan dengan metode mikroskopis dan mendekati kualitas
diagnosis dengan pemeriksaan biakan.
Pemeriksaan TCM merupakan metode deteksi molekuler berbasis nested real-time
PCR. Penggunaan TCM menjadi prioritas pemeriksaan TB oleh karena mempunyai
beberapa kelebihan, di antaranya :
 Sensitivitas tinggi
 Cepat: hasil dapat diketahui dalam waktu kurang lebih 2 jam.
 Dapat mendeteksi secara simultan/ bersamaan adanya bakteri MTb dan resisteni
terhadap rifampisin, yang merupakan salah satu obat antituberkulosis yang paling
sering digunakan.
Walaupun pemeriksaan TCm banyak memilki kelebihan, namun saat pemeriksaan
dengan metode TCM memiliki batasan yaitu hanya dapat melakukan pemeriksaan maksimal
16 orang perhari atau sebanyak 320 pasien selama perbulan.

16
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Penyakit TB ( Tuberkulosis ) merupakan penyakit yang menyebabkan
kematian terbesar karena infeksi tunggal setelah AIDS dan penyakit TB
menduduki peringkat kedua penyebab kematian dari seluruh penyakit infeksi di
dunia. Dalam mendiagnosis TB terdapat tes yang dinamakan Tes Cepat
Molekuler ( TCM ) atau GeneXpert MTB/RIF , tes ini memiliki nilai spesifisitas
yang tinggi untuk mendeteksi MTB ( Mictobacterium Tuberculosis ) dan
memiliki nilai sensitifitas yang tinggi untuk digunakan sebagai alat screening uji
resistensi terhadap Rifampisin, tes ini juga dinilai mudah dan cepat.

4.2 Saran
Pada saat pembuatan makalah Penulis menyadari bahwa banyak sekali
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Dengan sebuah pedoman yang bisa
dipertanggungjawabkan dari banyaknya sumber Penulis akan memperbaiki
makalah tersebut . Oleh sebab itu penulis harapkan kritik serta sarannya
mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

17
DAFTAR PUSTAKA

dr. Novia Reswita, 2017. SOP TEs Cepat Molekuler. No.


Dokumen:204/SOP/lab/X/2017 No. Revisi : 00 , 10/10/2017. PUSKESMAS
PAKAN KAMIS

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral Pengendalian


Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Direktorat Pengendalian Penyakit Menular
Langsung Sub Direktorat Tuberkulosis. TB MDR. 2015.
http://www.tbindonesia.or.id/tb-mdr/

Kenedyanti, E. & Sulistyorini, L. ANALISIS MYCOBACTERIUM


TUBERCULOSIS DAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN
TUBERKULOSIS PARU. Jurnal Berkala Epidemiologi. 5(2) : 152 - 162.
http://eprints.ums.ac.id/

Naim N dan Dewi NU, 2018. Performa Tes Cepat Molekuler Dalam Diagnosa
Tuberkulosis Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Makassar. Jurnal Media
Analis Kesehat. Vol. 9, No.2 : 113–22. http://journal.poltekkes-
mks.ac.id/ojs2/index.php/medianalis

Novianti,Oster SS, dan Dina BL. 2019. Pemanfaatan Tes Cepat Molekuler (TCM)
GeenExpert sebagai Alat Diagnostik TB Paru di RSUD Wangaya Kota
Denpasar. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 18 No 3, Desember 2019 :135-148

18
Sayumi Endah, 2018. perbedaan Hasil Pemeriksaan Mikroskopis dan GenExpert
pada Sputum Suspect Tb Kambuh. Semarang. Manuscript Fakultas Ilmu
Keperawatan dan Kesehatan. http://repository.unimus.ac.id

Sirait N, Parwati I, Dewi NS, Suraya N. 2013. Validitas Metode Polymerase Chain
Reaction GeneXpert MTB/RIF pada Bahan Pemeriksaan Sputum untuk
Mendiagnosis Multidrug Resistant Tuberculosis. Majalah Kedokteran
Bandung. Vol 45 No 4. Desember 2013:234–9.

Rivani E, Sabrina T, dan Patricia VP. 2019. Perbandingan Uji Diagnostik GeneXpert
MTB/RIF untuk Mendeteksi Resistensi Rifampicin Mycobacterium
Tuberculosis pada Pasien Tb Paru di RSUP dr. Moh. Hoesin Palembang.
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan. Vol. 6, No. 1, Januari 2019:23-28

19

Anda mungkin juga menyukai