I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penyakit zoonotik dewasa ini menjadi sorotan publik dan objek dari
sebagai studi untuk mengkaji segala aspek yang berkaitan dengan wabah
tersebut yang diharapkan nantinya akan diperoleh suatu sistem terpadu
untuk pemberantasan dan penanggulangannya. Kemunculan dari suatu
penyakit zoonotik tidak dapat diprediksi dan dapat membawa dampak
yang buruk bagi dunia terutama komonitas yang bergerak di bidang
kesehatan masyarakat veteriner. Banyak kejadian penyakit zoonosa baru
(emerging zoonosis) yang mulai muncul. Kasus penyakit tertentu yang di
suatu negara kemudian menyebar kenegara lain sehingga menjadi
penyakit eksotik yang sangat berbahaya. Penyebaran ini semakin cepat
terjadi dengan tingginya volume perdangangan antar negara, perpindahan
manusia dari satu negara ke negara lain yang dapat dilakukan dengan
mudah. Di era globalisasi, sektor parawisata telah menjadi salah satu
faktor tidak langsung semakin cepatnya penyebaran penyakit di dunia.
West Nile merupakan salah satu penyakit yang diakibatkan oleh virus,
pertama kali ditemukan pada manusia di daerah West Nile, Uganda.
Penyakit ini kemudian menyebar ke negara-negara Eropa, Amerika dan
Asia. Pada pertegahan tahun 1990-an. Penyakit West Nile adalah penyakit
serius yang ditularkan oleh nyamuk yang membawa virus West Nile. Virus
West Nile termasuk dalam golongan flavivirus. Demam West Nile dapat
menyebabkan penyakit pada manusia, kuda, dan beberapa spesies
burung. Pada manusia sebagian besar tidak menimbulkan gejala dan 20%
memiliki gejala ringan seperti flu, demam, sakit kepala dan ruam. Pada
kasus berat dapat menyebabkan ensefalitis. Tahun 2007 di Amerika
Serikat terdapat 121 orang meninggal karena demam West Nile (OIE
2011). Lebih dari 30.000 orang di Amerika Serikat telah dilaporkan
terinfeksi penyakit West Nile sejak tahun 1999, dan sekitar 13.000 sakit
serius dan lebih dari 1200 meninggal (CDC 2011).
2
Virus West Nile pada burung terjadi cukup cepat dan bisa berakibat
fatal. Tapi pada beberapa burung yang dapat bertahan maka dapat
menjadi reservoir. Spesies burung yang rentan seperti angsa,
menunjukkan berbagai gejala neurologis mulai dari terkulai dan
kelumpuhan sayap, tidak mampu bergerak dan mungkin inkoordinasi.
Tingkat mortalitas pada angsa mencapai 20-60% (OIE 2011). Selain
burung, kuda juga merupakan hewan yang rentan terhadap serangan virus
West Nile. Virus West Nile berasal dari daerah terpencil contohnya seperti
di Afrika, Eropa Timur, Asia Barat, dan Timur Tengah (CDC 2011). Isolat
virus West Nile yang baru menunjukkan sifat yang sangat virulen.
Sebelum tahun 1994 penyakit tersebut hanya terjadi secara sporadis pada
manusia dan kuda atau epidemi yang relatif kecil di daerah pedesaan.
Hingga sebelum tahun 1999 tidak pernah didokumentasikan terjadi di
Belahan bumi bagian Barat. Pada tahun 1999 virus West Nile terdapat
pada belahan bumi Timur dengan adanya laporan wabah yang terjadi di
Aljazair, Rumania, Maroko, Tunisia, Italia, Rusia dan Israel antara tahun
1994 dan 1999, dan virus West Nile menyebar ke Amerika Utara pada
tahun 1999 (CSFPH 2009).
West Nile merupakan penyakit zoonosis, yang dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 82 tahun 2014 tentang
penanggulangan penyakit menular bahwa West Nile merupakan jenis
penyakit tular vektor dan binatang pembawa penyakit (Kemenkes 2014).
Sedangkan menurut Keputasan Menteri Pertanian nomor 110/ Kpts
/TN.530/2/2008 bahwa West Nile merupakan penyakit zoonosis yang
masuk dalam penggolongan dan klasifikasi media pembawa, digolongkan
sebagai Hama Penyakit Hewan Karantina Golongan I. Penyakit yang
masuk dalam golongan I merupakan penyakit yang belum ada di
Indonesia, atau biasanya disebut sebagai penyakit eksotik (Kementan
2008).
Sehubungan dengan perubahan iklim dan kerusakan lingkungan,
perubahan gaya hidup dan moda transportasi modern, memungkinkan
penyakit yang belum terdeteksi di Indonesia akan menjadi ancaman untuk
3
Tujuan
Karakteristik Agen
Virus ini tersusun dari protein atau kapsul yang terdiri dari asam
nukleid sebagai intinya. Kapsul ini diselubungi dengan amplop dengan
diameter 50 nanometer (Rossi et al. 2010). Yang terdiri dari protein, lemak,
logam berat dan karbohidrat. Kapsul virus ini sendiri mempunyai diameter
dengan ukuran setengah dari diameter amplopnya. Amplop dari virus ini
5
tidak tahan dengan panas, sinar ultra violet dan detergen. Sekuen
nukleotida dari virus ini telah diketahui mengkode tiga protein struktural
yaitu kapsid (C), premembran (prM), enpelove (E). Selain itu genom virus
ini juga mengkode tujuh protein non-struktursl terdiri dari NS1
(glikoprotein), NS2A (inhibits IFN promotor), NS2B (kofaktor protease
virus), NS3 (protease virus helicase), NS4A (membrane alterasi), NS4B
(membrane alterasi, IFN inhibition), NS5 (methyltransferase, RdRP) (Rossi
et al. 2010).
Strain Virus West Nile dapat dibagi dalam 2 garis keturunan (lineage).
Lineage pertama dapat dibagi lebih lanjut dalam 3 clades (1a, 1b dan 1 c).
Varian dengan kekerabatan yang dekat dalam clade 1 bertanggungjawab
dalam wabah penyakit pada manusia, kuda dan atau burung-burung di
Afrika Utara, Israel, Eropa dan Amerika Utara. Clade 1b termasuk virus
Kunjing yang tersebar luas di Australia, Papua New Guinae dan Irian Jaya
dan clade 1c hanya diisolasi di India. Virus dari clade 1b dan 1c
menyebabkan sedikit penyakit pada manusia dan hewan. Virus West Nile
lineage 2 ada di Afrika Tenggara dan secara sporadis menyebabkan
penyakit pada manusia dan hewan, virus ini relatif nonpathogenic.
Cara Transmisi
Virus West Nile terutama ditularkan oleh nyamuk. Dari genus Culex
adalah vektor utama di seluruh dunia, meskipun genus nyamuk lain juga
menjadi terinfeksi. Di Amerika Utara saja, ada bukti infeksi di lebih dari 60
spesies nyamuk. Transmisi transovarial telah dibuktikan dalam beberapa
spesies nyamuk, dan mungkin penting dalam overwintering. Nyamuk juga
6
Virus West Nile memiliki inang yang beragam, serta dapat bereplikasi
pada burung, reptil, amfibi, mamalia, nyamuk dan kutu. Reservoir virus ini
ditemukan pada burung. Selain itu, nyamuk bertindak sebagai
vektor/pembawa virus yang menularkan dari burung yang terinfeksi
keburung maupun hewan lainnya. Telah diketahui bahwa beberapa
spesies burung lebih rentan terhadap virus West Nile terutama famili
corvidae (gagak). Infeksi di hewan lain, contohnya kuda dan manusia
merupakan kejadian insidentil sebab mamalia tidak mengembangkan virus
yang cukup dalam aliran darah untuk menyebarkan penyakit West Nile
(OIE 2011).
Hubungan antara manusia, hewan dan lingkungan di negara
berkembang, sangatlah dekat, karena hewan oleh manusia digunakan
sebagai alat angkut, diambil tenaganya, dibuat pakaian dan sebagai
7
Patogenesis
dapat sembuh maka antibodi akan terbentuk dan bertahan sangat lama
(Ikawati et al. 2014).
Virus west nile virus mampu bereplikasi di berbagai kultur sel dari
berbagai spesies (manusia, aves, amfibi dan serangga). Tahap pertama
dalam proses masuknya virus ke dalam sel inang adalah perlekatan
protein E virus pada molekul reseptor selular. Setelah melekat melalui
reseptor seluler, virus memasuki sel melalui clathrin mediated
endocytosisdan membentuk endosome. Endosoe tersebut berada dalam
kondisi pH rendah dan kemudian memicu konformasi molekul glikoprotein
dari protein E sehingga protein E berubah bentuk homodimer menjadi
monomer. Protein E memasukkan lekukan fusi ke dalam membran
endosome hingga membentuk lubang fusi. Lubang tersebut semakin
membesar sehingga nukleokapsid virus keluar dari enpelop virion dan
masuk ke sitoplasma sel inang. Lepasnya nukleokapsid dari envelop virion
dikenal dengan proses uncoating. RNA virus akan dikeluarkan kemudian
ditranslasi menhasilkan poliprotein dan dilanjutkan dengan proses
perakitan virion-virion baru yang siap dikeluarkan dari dalam sel inang.
(Ikawati et al. 2014).
Epidemiologi
Virus West Nile pertama kali diisolasi di Uganda pada tahun 1937,
penyakit ini juga merupakan penyebab epidemi pada manusia di Israel
pada tahun 1951. Kejadian di Mesir pada tahun 1950 telah menemukan
bahwa nyamuk merupakan salah satu penular virus dan burung liar
diidentifikasi sebagai reservoir virus dalam waktu yang sama. Kejadian
penyakit pada spesies burung peliharaan ditemukan pada tahun 1997
(Wahyuni 2015).
Pada tahun 1994 Virus West Nile hanya terjadi secara sporadis pada
manusia dan kuda atau epidemi yang relatif kecil di daerah pedesaan.
Sebelum tahun 1999 tidak pernah didokumentasikan terjadi di belahan
bumi bagian barat. Antara tahun 1994 dan 1999, virus West Nile terdapat
pada belahan bumi timur dengan adanya laporan wabah yang terjadi di
9
Studi yang dilakukan di Itali menunjukan bahwa virus West Nile telah
menjadi endemis di Itali melalui burung liar lokal dan nyamuk yang
memungkinkan virus bertahan dalam musim dingin. Kebanyakan terjadi
pada spesies Magpie, Eurasian jay, Carrion Crow dan C. pipiens dan
mungkin O. caspius (Monaco et al. 2010).
Kejadian wabah West Nile pada kuda telah dilaporkan di Italia,
Prancis sejak tahun 1998. Survei di beberapa bagian Eropa dan Timur
Tengah telah menunjukkan bahwa sampai sepertiga dari kuda yang
dilakukan pemeriksaan telah terinfeksi virus tanpa menunjukkan penyakit
klinis (OIE 2011).
Kuda
Virus West Nile pada kuda sangat berbahaya jika virus menginfeksi
otak. Hal ini dapat menyebabkan peradangan otak dan selanjutnya
mengganggu fungsi normal dari sistem saraf pusat kuda. Setelah sistem
saraf pusat adalah kuda terkena dampak serius, kematian mungkin dapat
terjadi. Gejala pada kuda menunjukkan adanya kelemahan kaki belakang,
ketidakmampuan berdiri, lesu dan gemetar (CDC 2011). Beberapa gejala
10
klinis yang ditemukan pada kuda yang menderita penyakit West Nile
antara lain hilangnya nafsu makan, depresi, kelumpuhan parsial,
gangguan penglihatan, kejang, berputar-putar, dan ketidakmampuan untuk
menelan (OIE 2011). Selain itu seringkali disertai kelemahan pada kaki
belakang serta diikuti kelumpuhan. Selanjutnya koma dan kematian dapat
terjadi. Kuda terinfeksi virus West Nile dengan gigitan nyamuk yang
terinfeksi. Melalui gigitan nyamuk tersebut virus masuk ke dalam sistem
darah kuda, terjadi replikasi atau perbanyakan virus dan menyebabkan
penyakit (CDC 2011).
Burung
Burung biasanya tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi sampai
tahap terakhir penyakit yaitu ensefalitis atau radang otak dan myocarditis.
Tanda lain yang kemungkinan dijumpai pada burung yang terinfeksi
adalah burung tidak dapat terbang, terkulai atau berjalan dengan baik.
Virus West Nile telah dilaporkan menyerang lebih dari 150 spesies burung
di Amerika Utara (CDC 2011). Spesies burung yang rentan seperti angsa,
menunjukkan berbagai gejala neurologis mulai dari terkulai dan
kelumpuhan sayap, tidak mampu bergerak dan mungkin inkoordinasi.
Tingkat mortalitas pada angsa mencapai 20-60% (OIE 2011).
Penyakit West Nile ini biasanya terjadi pada musim hangat, saat
nyamuk aktif di lingkungan. Infeksi di manusia jarang menunjukkan tanda
klinis, hanya sekitar 20% menunjukkan gejala demam West Nile dan 1%
neuroinvasive, dimana neuroinvasive ini kemungkinan lebih sering terjadi
12
Kejadian di Indonesia
III. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Amanna IJ, Slifka MK. 2014. Current trends in west nile virus vaccine
development. Expert Review of Vaccines. 13(5):589–608.
http://doi.org/10.1586/14760584.2014.906309
Bahri S, Syafriati T. 2011. Mewaspadai munculnya beberapa penyakit
hewan menular strategis di Indonesia terkait dengan pemanasan
global dan perubahan iklim. Wartazoa. 21:25-39.
[CDC] Centers for Disease Control and Prevention. 2011. West Nile
Infection [internet]. [diunduh 2017 Mei 10]. Tersedia pada:
http://www.cdc.gov/ ncidod/dvbid/ westnile/qa/symptoms.html
[CDC] Centers for Disease Control and Prevention. 2011. West Nile Virus
[internet]. [diunduh 2017 Mei 10]. Tersedia pada:
http://www.cdc.gov/Features/WestNileVirus/
[CDC] Centers for Disease Control and Prevention. 2010. West Nile Virus
[internet]. [diunduh 2017 Mei 10] Tersedia dari: http://www.cdc.gov/
westnile/index.html
[CDC] Center for Disease Control and Prevention. 2005. Virology,
Pathology, and Clinical Manifestations of West Nile Virus Disease
[internet]. [diunduh 2017 Mei 10] Tersedia dari: http://wwWest
nilec.cdc.gov/eid/ article/11/8/05-0289b_article.html
[CFSPH] The Center For Food Security and Public Health, 2013. West
Nile Virus
Infection. Iowa State University [internet]. [diunduh 2017 Mei 10].
Tersedia pada:
http://www.cfsph.iastate.edu/Factsheets/pdfs/west_nile_fever.pdf. 0
[ICVT] International Comitte on Toxonomy of Virus. 2014. Virus Toxonomy
2014. Release [internet]. [diunduh 2017 Mei 10]. Tersedia pada:
http://www.ictvonline.org
Ikawati B, Widiastuti D, Astuti P. 2014. Virus west nile: epidemiologi,
klasifikasi dan dasar molekuler. Balaba. 10:97-102.
[INDOHUN] IndonesiaOne Health University Network. 2015. Naskah
Akademik: Kalaborasi Multi-Sektoral Riset dan Surveilans Zoonosis
untuk Menigkat Derajat Kesehatan, Ketahanan dan Keamanan
Pangan serta Kemandirian Ekonomi Indonesia. Yogyakarta (ID):
INDOHUN.
Iyer AV, Kousoulas KG. 2013. A review of vaccine approaches for west
nile virus. Int J Environ Res Public Health. 10:4200-4223.
doi:10.3390/ijerph10094200
[Kemenkes] Kementerian Kesehatan. 2014. Peraturan menteri kesehatan
tentang penyakit menular nomor nomor 82 tahun 2014 [internet].
[diunduh 2017 Mei 10]. Tersedia pada:.