PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tritaeniorhynchus dan nyamuk yang termasuk dalam spesies Culex yang bertelur
pada tanaman padi dan sumber mata air. Virus ini dapat diperantarai oleh
burung dan babi. Virus Japanese Encephalitis ter masuk famili Flavivirus.1,2
Penyakit ini pertama dikenal pada tahun 1871 di Jepang, pada tahun 1924
dilaporkan sekitar 6000 orang terkena penyakit ini. Kemudian pada tahun 1935
Jepang. Setelah Jepang, penyakit ini mulai menyebar ke beberapa negara yaitu
Korea (1933), Cina (1940), Filipina (1950), India (1955), dan diikuti oleh
Sampai pada hari ini, Japanese Encephalitis sudah menyebar ke ~25 negara
di Asia, dimana ~60% dari populasi global mempunyai resiko terpapar virus
kejiwaan.4,5,6
1
Di Indonesia virus Japanese Encephalitis pertama diisolasi dari nyamuk pada
utama masyarakan Indonesia yaitu bertani dan berternak sehingga vektor virus
Encephalitis, kemudian diikuti oleh Kalimantan Barat 25%, dan Sulawesi Utara
22%.5,6,7
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pusat (SSP) yang di tularkan oleh nyamuk dari spesies Culex. Vektor penguat
dari virus JE adalah burung dan babi, dimana manusia merupakan dead-end
host. 6,7
virus dan ditularkan oleh artropoda. Virus JE termasuk dalam genus Flavivirus
B. Epidemiologi
Penyakit ini pertama dikenal pada tahun 1871 di Jepang, pada tahun 1924
dilaporkan sekitar 6000 orang terkena penyakit ini. Kemudian pada tahun 1935
virus JE berhasil diisolasi dari otak manusia di Tokyo, Jepang. Setelah Jepang,
penyakit ini mulai menyebar ke beberapa negara yaitu Korea (1933), Cina
(1940), Filipina (1950), India (1955), dan diikuti oleh negara-negara di Asia
Tenggara.1,2,3
3
tahun dan 10,000-15,000 kematian tiap tahunnya. Pada tahun 2000, insiden
orang, dimana kasus terbanyak adalah pada anak-anak Asia berusia 0-14 tahun
Selatan dan telah menyebar ke India Barat dan ke wilayah Pasifik Barat
termasuk kepulauan Indonesia Timur, Papua Nugini dan Australia Utara. Hal ini
paling sering dikaitkan dengan daerah pertanian padi intensif dan produksi babi.
Musim JE epidemik di daerah beriklim Asia Utara biasanya dimulai pada bulan
Mei atau Juni, dan berakhir sekitar bulan September atau Oktober. Virus JE
endemik beredar sepanjang tahun di daerah tropis Asia di antara burung, babi
ini selama musim hujan atau daerah penggunaan atau pengumpulan air. 2,3,6
pertengahan tahun 1950an. Wabah besar pertama JE terjadi pada tahun 1973 di
distrik Bankura dan Burdwan di Bengal Barat. di negara ini sejak tahun 1978.
Wabah terburuk yang pernah tercatat di India dilaporkan terjadi dari Uttar
Pradesh pada tahun 1988 ketika 4485 kasus dengan 1413 kematian dicatat dari
vektor tinggi. Pada gambar 1 kita bisa melihat negara-negara yang rawan
terkena JE.9,16
4
Gambar 1. Negara-negara dengan resiko terinfeksi Japanese Encephalitis16
Di Indonesia belum ada angka yang pasti mengenai kejadian JE. Literatur
yang ada menunjukan Indonesia adalah salah satu negara endemis JE di Asia
(Bali, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Selatan dan Papua). Survai di rumah sakit Sanglah Bali pada tahun 1990-1992
Survei sama pada 2001-2002 atas 262 kasus ensefalitis menemukan 112 kasus
(42,75%) positif dengan angka kematian (mortality rate) 16% dan angka
kecacatan (sequelae rate) 53,12%.4 Laporan dari rumah sakit yang sama (1997)
atas 12 pasien dengan diagnosis ensefalitis didapat 2 kasus positif JE. 4,5,6
5
C. Etiologi
dan mengandung sebuah elektron inti padat 30 nm, dikelilingi oleh selaput lipid.
inti viirion terdiri dari asam ribonukleat (RNA) berupa rantai tunggal yang sering
terdapat kapsid yang terdiri dari polipeptida tersusun simetri ikosahedral. Di luar
vertebrata sebagai reservoir dan nyamuk sebagai vektornya. Infeksi pada manusia
timbul secara kebetulan terutama pada orang yang tinggal dekat dengan reservoir
memakai irigasi pengairan, dan peternakan hewan vektor seperti babi atau
burung.6,7
Armigeres, Culex, dan genera Mansonia berpotensi membawa virus JE, tapi tidak
dapat bervariasi antara spesies nyamuk. Spesies Culex adalah vektor virus JE yang
paling kompeten sama seperti pada spesies Aedes yang paling kompeten pada
vektor virus Dengue. Dalam siklus liar, vektor virus JE, meski sangat zoofilik
sebagian besar pengumpan darah oportunistik dan pola makan mereka bergantung
pada ketersediaan host dalam suatu tempat daripada pada preferensi bawaan.
6
Dalam siklus domestik pedesaan virus JE, sapi, ayam, anjing, itik, kambing,
kuda, dan babi mungkin terinfeksi, tapi hanya beberapa di antaranya adalah
penguat virus yang efisien. Siklus domestik ini terjadi terutama di daerah
pedesaan, dengan babi bertindak sebagai yang reservoir utama. Beberapa mamalia
seroprevalensi yang tinggi, seperti yang dilakukan babi, namun, tubuh babi
mengenai siklus virus JE pada vektor, reservoir dan host dapat di lihat di gambar
2.6,7,9
Gambar 2. Siklus penularan virus JE antara vektor (nyamuk), reservoir (babi dan
7
D. Patogenesis
Masa inkubasi JEV berkisar antara enam dan 16 hari. Faktor-faktor yang
belum diketahui, tetapi kemungkinan karena faktor virus seperti rute masuk,
titer, dan neurovirulensi dari inokulum, dan faktor host seperti umur, susunan
kemudian diangkut ke kelenjar getah bening regional. Pada tingkat sel, setelah
virus JE menempel dengan sel inang, terjadi kerusakan membran lokal sehingga
pertama yang umumnya berlangsung sebentar dan sangat ringan. Bila viremia
pertama tetap berlangsung maka akan terjadi penyebaran melalui aliran darah
paru, hati, sistem retikuloendotelial dan SSP yang dapat menimbulkan penyakit
akan dilepaskan, masuk kedalam peredaran darah lagi, dan menimbulkan gejala
Bentuk ringan dari penyakit JE menghilang dalam beberapa hari, jika tidak
melibatkan SSP. Pada kasus tersebut, infeksi bisa tidak menimbulkan gejala dan
tetap tidak terdeteksi. Jika terjadi invasi virus JE ke SSP yang disebabkan oleh
sejumlah besar area di otak termasuk talamus, ganglia basal, batang otak,
8
Virus JE dapat meningkatkan terjadinya patologi sistem saraf pusat karena
Bagaimana cara virus dapat menembus sawar darah otak tidak diketahui
dengan pasti, namun diduga setelah terjadinya viremia, maka virus akan
menembus sawar darah otak dan berkembang biak pada sel endotel dengan cara
endositosis Setelah mencapai jaringan SSP, virus berkembang biak di dalam sel
dengan cepat pada retikulum endoplasma yang kasar serta badan Golgi dan
sel neuron, glia dan endotel meningkat, mengakibatkan cairan di luar sel mudah
masuk ke dalam sel dan timbullah edema sitotoksik. Adanya edema dan
E. Manifestasi Klinis
Infeksi karena JEV paling sering asimtomatik. Rata-rata hanya 1 dari 300
kasus yang menghasilkan gejala klinis. Pertama tanda infeksi muncul setelah
masa inkubasi antara 6-14 hari Biasanya dimulai dengan demam di atas 38 C,
menggigil, sakit otot, dan sakit kepala disertai dengan muntah. Presentasi awal
pada anak biasanya dimulai dengan gejala gastrointestinal: mual, muntah, dan
9
1. Stadium predormal
Stadium ini berlangsung selama 2-3 hari, mulai dari timbulnya keluhan
sampai timbulnya gejala SSP. Gejala yang sangat dominan ialah demam,
nyeri kepala dengan atau tanpa menggigil. Gejala lain berupa malaise,
kepala dirasakan pada sebagian atau seluruh kepala, biasanya hebat dan tidak
bisa dihilangkan dengan pemberian analgesik. Demam selalu ada dan tidak
ringan.8,10,14
2. Stadium akut
Stadium ini berlangsung selama 3-4 hari, ditandai dengan demam tinggi
yang tidak turun dengan pemberian antipiretik. Bila selaput otak telah
kesadaran dari apatis hingga koma. Berat badan menurun disertai dehidrasi.
nyeri kepala ringan, demam akan menghilang pada hari ke-6 atau ke-7 dan
10
Kelainan neurologik menyembuh pada akhir minggu ke-2 setelah mulainya
penyakit. Pada kasus berat, awitan penyakit sangat akut, kejang menyerupai
kardiorespirasi dan koma, diakhiri dengan kematian pada hari ke-7 dan ke-10
atau pasien hidup dan membaik dalam jangka waktu yang lama, kadang-
orang dewasa lebih jarang mengalami kejang. Pada stadium ini pemeriksaan
ortostatik, infeksi saluran kemih (ISK), dan dekubitus. Gangguan fungsi saraf
4. Stadium kovalesens
Stadium ini berlangsung lama, bisa 4-7 minggu dan ditandai dengan
yaitu pada saat suhu kembali normal. Gejala neurologik bisa menetap dan
11
penyembuhan lebih lambat, tidak jarang sisa gangguan neurologik
berlangsung lama. Gejala sisa yang sering dijumpai ialah gangguan mental
berupa emosi tidak stabil, paralisis upper atau lower motor neuron.14,15
Gejala sisa atau sekuele ditemukan pada 5%-70% kasus, umumnya pada
anak usia di bawah 10 tahun, dan pada bayi akan lebih berat. Kekerapan
abnormal (8%).
F. Diagnosis
1. Anamnesis1,9,10
peliharaan atau peternakan babi atau di daerah yang sedang masa tanam
- Anak menderita demam tinggi, nyeri kepala yang hebat yang tidak bisa
12
dihilangkan dengan obat antipiretik analgesik, disertai kejang.
Dapat juga ditanyakan mengenai gejala klinis yang muncul pada pasien
yaitu :
- Keluhan dan gejala yang timbul kemudian sekitar hari ke-3-5 berupa
2. Pemeriksaan fisik
10% pasien dan 33% pasien mengalami gejala-gejala saraf kranial seperti
3. Pemeriksaan penunjang
diikuti oleh leukopenia relatif. Anemia ringan juga dapat terjadi. Pada
13
satu studi, sebanyak 15% anak dengan JE mengalami
trombositopenia.14,15,17
- Isolasi virus
(CT) scan
- Electroencephalography (EEG)
kontinu dan difus serta pola gelombang delta difus dengan spikes,
penyakit.14,17
- Gambaran histologik
- Pungsi lumbal
14
dapat menyingkirkan diagnosis banding penyebab lain dari ensefalitis.
kasus, namun seringnya kurang dari 900 mg/dL. Kadar glukosa CSS
- Pemeriksaan serologik
Uji diagnostik baku yaitu IgM capture dengan cara ELISA dari serum
atau CSS. Sensitivitasnya mendekati 100% bila kedua bahan (serum dan
CSS) di periksa. Beberapa reaksi silang dapat timbul dari flavivirus lain
seperti virus dengue, West Nile virus serta sesudah vaksinasi JE dan
atau lebih terhadap virus JE. Uji HI dikatakan positif bila titer antibodi
15
flavivirus lain seperti infeksi dengue dan virus West Nile.10,14,17
spesimen serum dan CSS baik yang akut maupun konvalesens diperiksa
IgM anti dengue, IgG anti dengue, IgM anti JE dan IgG anti JE. Hasil
dinyatakan positif bila lebih besar dari 40 unit. Hanya spesimen dengan
anti JE IgM yang lebih besar atau sama dengan 40 unit dapat
diklasifikasikan berasal dari pasien JE. Hasil dari semua 4 uji serologik
ialah khas infeksi dengue, sedangkan bila hasilnya <1 ialah khas pada
JE.14,17
- Immunoassays
IgM ELISA dari sampel serum atau CSS ialah tes diagnostik standar
serum dan CSS diperiksa. Beberapa reaksi silang dapat timbul akibat
infeksi flavivirus lainnya seperti dengue dan virus West Nile dan juga
pada orang yang telah divaksinasi JE dan yellow fever. Fenomena ini
16
(sensitivitas 98,3% dan spesifisitas 99,2% ketika dibandingkan dengan
G. Diagnosis banding
lain terutama yang berkaitan dengan kelainan SSP seperti malaria serebral,
banding dapat disingkirkan dengan adanya tanda atau gejala yang khas atau
- Meningitis tuberkulosis: uji Mantoux positif, biakan basil tahan asam (BTA)
H. Penatalaksanaan
sampai hari ini belum ada pengobatan antivirus yang jelas efektif. Prinsip
Bila terjadi edema otak pada pasien dapat diberikan deksametasone IV dosis
17
20% dosis 0,25-1 g/kgbb melalui infus IV selama 10-30 menit dan dapat diulang
tiap 4-6 jam. Mempertahankan fungsi metabolisme otak dengan cara pemberian
cairan yang mengandung glukosa 10%, sehingga kadar gula darah menjadi
intravena, dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/kali dengan dosis maksimal pada anak yang
berumur kurang dari 5 tahun diberikan 5mg, anak 5-10 tahun diberikan 7,5mg
1mg/menit. Bila anak tetap kejang dosis di atas dapat diulang sekali lagi setelah
15 menit. Bila tidak tersedia diazepam intravena, bisa diganti dengan diazepam
atas. Bila kejang sudah berhenti dilanjutkan dengan pemberian fenobarbital oral
berumur 1 bulan-1 tahun, 75 mg untuk anak lebih dari 1 tahun. Kemudian setelah
lebih dari 4 jam disusul pemberian fenobarbital oral sebagai dosis rumatan
8mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis selama 2 hari dan untuk selanjutnya 4-5
mg/kgBB/hari.2,14
metabolisme yang meningkat akan menambah tinggi suhu tubuh, sehingga tinggi
rendahnya suhu tubuh antara lain sangat ditentukan oleh aktivitas otot. Dengan
18
demikian perlu istirahat untuk mengurangi peningkatan suhu.14
Perawatan jalan nafas terutama pada saat serangan kejang, anak diletakkan
dalam posisi miring ke arah kanan dengan kepala yang lebih rendah 20 dari
jalan nafas, pakaian dilonggarkan, bila perlu dilepaskan. Lilitan kain di leher
dilepaskan, isap lendir atau bersihkan mulut dari lendir. Perawatan pernapasan
dan elektrolit. Pemberian jumlah cairan harus ketat mengingat adanya tekanan
I. Pencegahan
Pencegahan pertama yang kita dapat lakukan adalah menjaga agar tidak
terpapar dengan vektor yaitu pada kasus ini adalah nyamuk culex. Nyamuk
Culex menggigit manusia mulai menjelang malam hari sampai besok paginya,
19
oleh karena itu perlu tidur memakai kelambu atau mempergunakan repelan
dalam bentuk cairan atau krim yang dipakai pada bagian tubuh manusia yang
Vaksin dibuat antara lain dari biakan sel ginjal hamster. Dari hasil uji
coba klinis pada manusia vaksin ini cukup aman dan efektif. Pemberian
vaksin pada anak umur kurang dari 1 tahun, pertama kali diberikan 2
Jepang, Thailand, Taiwan dan India. Imunisasi dasar, dosis dan cara
dari 3 tahun cara dan interval oemberiannya sama dengan anak yang
20
berumur kurang dari 3 tahun, hanya dosisnya berbeda yaitu 1 ml
anak yang berumur kurang dari 3 tahun dengan dosis 0,5 ml secara
b. Vaksin dibut dari kultur sel ginjal hamster. Produksi vaksin ini
J. Prognosis
dalam CSS dan level IgG virus JE yang tinggi di dalam CSS. Faktor risiko
kematian yang terbukti di antaranya ialah ditemukan virus di dalam CSS, kadar
protein yang tinggi pada CSS menyebabkan prognosis kurang baik, level IgG
dan/atau IgM rendah di dalam CSS atau serum dan penurunan sensorium.14
kurang dari 10 tahun karena gejala sisa biasanya lebih sering, Glasgow Coma
level tumor necrosis factor (TNF) dan adanya neurosistiserkosis. Selain itu
demam tinggi yang berlangsung lama, kejang hebat dan sering disertai depresi
21
Japanese Encephalitis mempunyai tinkat kematian sekitar 20-30%, dan ~30-
22
BAB III
KESIMPULAN
unggas merupakan reservoir virus ini. Tidak terjadi penularan dari manusia ke
bervariasi, mulai dari gejala ringan seperti demam flu biasa sampai berat bahkan
kematian. Pada kasus yang berat, ditemukan gejala sisa pada sekitar 40%-75%.
dengan cara ELISA dari serum atau CSS mempunyai sensitivitas hampir 100%.
23
DAFTAR PUSTAKA
2011; 89:766-774E.
24
June 2011; 52: 45-49.
2012; 30-35.
2007.
S10-S22.
25