I. PENDAHULUAN
Penyakit Kaki, Tangan, dan Mulut (KTM), atau Hand, Foot and
Mouth Disease (HFMD) dan dikenal juga dengan istilah “Flu Singapura”
merupakan salah satu penyakit infeksi akut, disebabkan oleh enterovirus
nonpolio yang biasanya bersifat ringan. Penyakit ini sangat menular,
ditandai adanya lesi pada mulut serta lesi kulit pada ekstremitas bagian
distal. Coxsackievirus A tipe 16 (CV A16) adalah penyebab tersering
HFMD dan biasanya berhubungan dengan manifestasi klinis yang
ringan, EV 71 yang bersifat neurotropik juga sering menjadi penyebab
HFMD dan dikaitkan dengan manifestasi yang berat.1,2
Beberapa tahun terakhir ini epidemic HFMD yang berkaitan dengan
EV 71 lebih banyak ditemukan di Asia Tenggara termasuk Malaysia
(1997) Taiwan (1998) dan Singapura (2000). Epidemi HFMD juga terjadi
di Jepang tahun 2000, 2005, dan 2007 serta Cina pada tahun 2008.
Epidemi terbesar terjadi pada tahun 1998 di Taiwan yang menginfeksi
lebih dari 120.000 orang dan menyebabkan kematian.1
Dari berbagai sumber dilaporkan bahwa akhir-akhir ini penyakit
tersebut sudah banyak penderitanya di Indonesia. Penyakit ini banyak
berjangkit pada musim panas dan kering, dan pada masa awal turunnya
hujan. Meskipun di Indonesia penyakit ini dinyatakan bukan merupakan
penyakit yang digolongkan berbahaya, namun wabah yang terjadi
selama April sampai Juli 1998 di Taiwan, dimana Enterovirus 71 (EV71)
telah diidentifikasi sebagai agen etiologi yang utama.(6,7)
Infeksi Hand, Foot, and Mounth disease dimulai dengan adanya
demam dan sakit tenggorokan lalu timbul lesi dimukosa oral dan lesi
kutaneus berupa makula dan vesikel.6 Penyakit ini merupakan salah satu
infeksi virus dari beberapa kasus dapat sembuh sendiri dalam waktu
tujuh sampai sepuluh hari.3
1
II. EPIDEMIOLOGI
HFMD memiliki pola penyebaran di seluruh dunia. HFMD
dipengaruhi oleh cuaca dan iklim dimana lebih sering terjadi selama
musim panas dan musim gugur (pada negara-negara dengan iklim
sedang) serta sepanjang tahun di negara tropis. Wabah dapat terjadi
secara sporadic atau epidemik.1
Laporan HFMD tidak ada predileksi seksual. Beberapa data
epidemic yang terlihat kebanyakan laki-laki dibanding perempuan 1,2-
1,3:1. Anak-anak lebih muda dari 10 tahun yang paling sering terkena
HFMD, dan biasanya menular di sekitar keluarga dan kontak dekat.4
2
Faktor risiko pada daerah epidemik ini termasuk pada tempat penitipan
anak, kontak dengan HFMD, jumlah keluarga yang banyak, dan
pemukiman liar.4
Transmision HFMD melalui jalur fekal-oral, dan jarang didapatkan
melalui inhalasi respiratori. Transmisi ini sering terjadi pada pengurus
rumah tangga. Setelah virus tertelan atau terhirup, virus bereplikasi di
orofaring atau gastrointestinal tract, masa inkubasi HFMD diperkirakan
sebentar, 3-6 hari.6
Secara umum, penyakit ini biasa menyerang anak-anak dan balita,
tetapi dilaporkan terjadi juga pada orang dewasa. Untuk pasien dengan
kondisi tubuh yang baik, penyakit ini akan menghilang dengan sendirinya
selama 7-10 hari sejak gejala timbul. Namun komplikasi yang berbahaya
juga dilaporkan meliputi miokarditis, pneumonia, meningitis, ensefalitis,
hingga kematian. Penyakit KTM juga dapat menjangkit kembali, terutama
oleh virus dengan jenis yang berbeda. Infeksi pada kehamilan trimester
pertama dapat menyebabkan keguguran spontan atau pertumbuhan
janin yang tidak normal. Di Taiwan dengan kasus penjangkitan oleh
enterovirus 71 menyebabkan 20 % kematian pada penderitanya. Tidak
dilaporkan adanya perbedaan reaksi pada jenis kelamin dan ras
penderita yang berbeda.7,8
III. PATOFISIOLOGI
HFMD disebabkan oleh sejumlah enterovirus nonpolio termasuk
Coxackievirus A5, A7, A9, A10, A16, B1, B2, B3, B5, echovirus dan
enterovirus lainnya. Paling sering penyebabnya adalah CV A16 dan EV
71.1
3
Gambar 1. Virus Coxackievirus A16
Sumber: Coxsackie virus. Available from URL:
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Coxsackievirus
4
Pada beberapa penelitian disebutkan bahwa virus dapat
berada dalam feses hingga 5 minggu. Higiene dari anak-anak yang
tidak adekuat juga dikaitkan dengan meningkatnya viral load dan
menyebabkan penyakit yang lebih parah.1
Patogenesis tentang HFMD sendiri belum sepenuhnya
dapat dijelaskan, namun secara umum pathogenesis enterovirus
nonpolio sebagian telah terungkap. Setelah virus masuk melalui jalur
oral atau pernapasan akan terjadi replikasi awal pada faring dan
usus, kemungkinan dalam sel M mukosa. Masing-masing serotype
memiliki reseptor yang digunakan untuk masuk menuju sel inang. 1
Replikasi awal pada faring dan usus diikuti dengan
multiplikasi pada jaringan limfoid seperti tonsil, Peyer patches dan
kelenjar limfe regional. Penyebaran ke kelenjar limfe regional ini
berjalan dalam kurun waktu 24 jam yang diikuti dengan viremia.
Adanya viremia primer (viremia minor) menyebabkan penyebaran ke
sistem retikuloendotelial yang lebih jauh termasuk hati, limpa,
sumsum tulang, dan kelenjar limfe yang jauh. Respon imun dapat
membatasi replikasi dan perkembangannya di luar sistem
retikuloendotelial yang menyebabkan terjadinya infeksi subklinis.
Infeksi klinis terjadi jika replikasi terus berlangsung di sistem
retikuloendotelial dan virus menyebar melalui viremua sekunder
(viremia mayor) ke organ target seperti susunan saraf pusat (SSP),
jantung dan kulit. Kecenderungan terhadap organ target sebagian
ditentukan oleh serotype yang menginfeksi. Coxsackie, echovirus
dan EV 71 merupakan penyebab tersering penyakit virus dengan
manifestasi pada kulit. HFMD yang disebabkan oleh coxsackievirus
A16 biasanya berupa lesi mukokutan ringan yang menyembuh
dalam 7-10 hari dan jarang mengalami komplikasi. Namun
enterovirus juga dapat merusak berbagai macam organ dan sistem.
Kerusakan ini diperantarai oleh nekrosis lokal dan respon inflamasi
inang.1
5
Penelitian yang dilakukan oleh Kuo dkk disebutkan bahwa
infeksi EV 71 memberikan cytopathic effect yang luas, menyebabkan
kerusakan sel dan akhirnya sel mati. Ekspresi adanya EV 71 2A
protease (2Apro) sendiri dapat menginduksi terjadinya perubahan
apoptotic.1
Hasil otopsi yang melibatkan penduduk Cina, Malaysia,
Singapura, da Taiwan sudah sangat berguna dalam
mengembangkan pengertian mengenai pathogenesis penyakit berat
dan penyebab patologi yang menyebabkan kematian. Respons
inflamasi terlihat pada EV71 ensefalomielitis merupakan tipikal untuk
infeksi virus, yang mana termasuk neuronofagia, pervascular cuffing,
edema fokal, dan infiltrasi makrofag/microglia. Area utama inflamasi
muncul untuk dilokalisasi menuju ke hipotalamus, batang otak,
medulla spinalis, dan nukleus cerebelaris dentate. Meskipun
inflamasi ringan dapat terlihat di korteks serebri (khususnya korteks
motorik), namun tidak ada dari nukleus pontine anterior dan hemisfer
serebellar. Distribusi topografi dari inflamasi dan virus menuju ke
nervus motorik perifer retrograde, virus menyebar menuju ke
susunan saraf pusat.9
6
diikuti nyeri tenggorok (59%), kulit gatal (32%), gejala saluran napas atas
(27%), muntah dan diare (17%), dan mialgia (2%).10
7
Gambar 2. Lesi HFMD di telapak kaki.
Sumber: Huang WC, Huang LM, Lu CY, Cheng AL, Chang LY. Atypical hand-foot-
mouth disease in children: a hospital-based prospective cohort study. Virology journal
vol 10: 209; Jan 2013.
8
Penyakit dengan gejala simtomatis yang fatal dapat terjadi dalam
2 hingga 5 hari infeksi, dimana merupakan waktu yang sangat terbatas
untuk memberikan terapi yang efektif, jika tersedia. Berdasarkan
beberapa penelitian klinis infeksi EV 71 simtomatik dapat berkembang
melalui empat stadium seperti dijelaskan pada tabel.1
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Secara umum, tidak ada pemeriksaan laboraturium yang
dibutuhkan untuk HFMD. Jika dicurigai terjadi epidemi atau wabah dapat
dilakukan biakan dari feses atau dahak. 6
A. Isolasi Virus
Standar kriteria untuk mendiagnosis infeksi enterovirus adalah
dengan isolasi virus. Virus dapat diisolasi dan diidentifikasi melalui
kultur dan teknik immunoassay dari lesi kulit, lesi mukosa atau bahan
feses. Spesimen oral memiliki angka isolasi tertinggi. Pada penderita
dengan kelainan kulit berupa vesikel, swab dari vesikel merupakan
bahan yang baik. Pada penderita tanpa vesikel, dapat diambil swab
dari rektum. Untuk isolasi virus pengumpulan 2 swab dianjurkan yaitu
dari tenggorok dan yang lain dapat dari vesikel atau rektum.1
B. Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi biasanya tidak diperlukan karena
kebanyakan infeksi enterovirus memberikan gambaran nonspesifik.
Pada pemeriksaan histopatologis terdapat gambaran degenerasi
retikuler pada epidermis yang menghasilkan terbentuknya celah
intraepidermal diisi oleh neutrofil, sel mononuclear dan bahan
eosinofilik protein. Vesikel ini memiliki atap yang nekrotik dengan
diskeratosis dan akantolisis. Pada lapisan dermis bagian atas
9
Nampak edem dan terdapat infiltrat sel campuran perivaskuler. Tidak
ditemukan viral inclusion atau multinucleated giant cell.
D. Pungsi Lumbal
Pungsi lumbal merupakan pemeriksaan yang penting jika terjadi
meningitis. Profil cairan serebrospinalis pada penderita dengan
meningitis aseptic akibat enterovirus adalah leukosit yang sedikit
meningkat, kadar gula yang normal atau sedikit menurun, sedangkan
kadar protein normal atau sedikit meningkat.1
10
VI. DIAGNOSIS
Diagnosis infeksi enterovirus seringkali berdasarkan anamnesis
dan pemeriksaan fisik. Diagnosis laboratories dapat ditegakkan
melalui tes serologis, isolasi virus dengan kultur.1
Secara klinis, ruam yang tampak biasanya pada tangan, kaki, dan
mulut pada anak dengan demam dianggap diagnostik infeksi virus
Coxsackie. Biasanya, diagnosis HFM dibuat pada kombinasi dari
sejarah klinis dan temuan fisik karakteristik. 13
Konfirmasi laboratorium jarang diperlukan kecuali pada komplikasi
berat. Namun, dalam kasus yang jarang terjadi, tes virus dapat
dilakukan untuk mengidentifikasi virus.13,14
Dipertimbangkan :
Varisela
Stomatitis Aphthous
Erupsi obat
Eritema multiform
Ragu-Ragu :
Herpes gingivostomatos
11
VIII. PENATALAKSANAAN
Tujuan pemberian farmakoterapi adalah mengurangi morbiditas dan
mencegah komplikasi. Pengobatan HFMD bersifat suportif dan ditujukan
untuk meredakan gejala. Sampai saat ini belum ada pengobatan dengan
antivirus yang efektif. Tidak adanya antivirus ini menyebabkan penderita
bergantung pada sistem imun untuk mengatasi infeksinya.1,16-8
Asupan cairan yang adekuat perlu diperhatikan untuk mencegah
dehidrasi akibat lesi oral yang nyeri. Cairan yang dingin biasanya lebih
disukai. Hidrasi intravena mungkin diperlukan jika penderita mengalami
dehidrasi sedang hingga berat atau jika ketidaknyamanan membatasi
asupan oral. Untuk mengatasi demam dapat diberikan antipiretik. Nyeri
dapat diobati dengan dosis standar asetaminofen atau ibuprofen.
Anestesi topikal atau analgesia juga dapat diberikan pada rongga mulut
melalui mouthwash atau spray. Solusio lidokain 2% mungkin dapat
membantu. Obat-obatan lain untuk meredakan nyeri pada lesi oral
adalah dyclonine solution, difenhidramin, magnesium hidroksida dan
sukralfat. Lesi pada penderita HFMD tidak memerlukan perawatan
khusus. Antibiotik topikal atau oral dapat diberikan terutama jika terjadi
infeksi sekunder.1
Secara umum, untuk menekan gejala dan rasa sakit akibat timbulnya
luka di mulut dan untuk menurunkan panas dan demam, digunakan obat-
obatan golongan analgetika dan antipiretika. Dari aspek farmakoterapi,
hal penting untuk diperhatikan dalam pengobatan penyakit KTM adalah
bahwa beberapa golongan obat dapat menimbulkan sindroma Stenven-
Johnson yang menunjukkan gejala mirip dengan penyakit KTM dan
dapat memperparah ulser. Golongan obat tersebut adalah : barbiturat,
karbamazepin, diflusinal, hidantoin, ibuprofen, penisilin, fenoftalein,
fenilbutazon, propranolol, kuinin, salisilat, sulfonamida, sulfonilurea,
sulindac, dan tiazida.17
12
Kemajuan klinis biasanya dapat dilihat setelah 3 hingga 5 hari.
Lesi kulit dan mukosa menyembuh dalam 7 hingga 10 hari. Penderita
dapat terus menyebarkan virus melalui feses untuk beberapa minggu.1
IX. KOMPLIKASI
Pasien jarang sekali mengalami komplikasi dari HFMD.
Komplikasi yang paling serius dari HFMD adalah meningitis aseptik.
Meningitis adalah radang pada jaringan yang menutupi otak dan
sumsum tulang belakang. Meningitis virus lebih ringan daripada
meningitis bakteri, dan kebanyakan orang sembuh sendiri (tanpa
pengobatan), namun sangat penting untuk deperhatikan karena
beberapa jenis meningitis bisa sangat serius. Bayi berusia lebih muda
dari 1 bulan dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah lebih
mungkin untuk memiliki prognosis lebih parah dari meningitis viral.1,6
X. PROGNOSIS
Kebanyakan kasus HFMD diharapkan dapat sembuh secara total.
HFMD biasanya merupakan penyakit swasirna, dimana kenaikan
antibodi serum mengeliminasi viremia dalam waktu 7 hingga 10 hari.
Komplikasi serius jarang terjadi. Terkadang kasus yang berkaitan
dengan demam yang berkepanjangan, gejala sistemik, diare, dan nyeri
sendi telah dilaporkan.1
Infeksi HFMD menyebabkan imunitas terhadap virus yang
spesifik. Jika terjadi episode penyakit yang kedua kemungkinan besar
terjadi karena infeksi dengan virus strain yang lain dalam grup
enterovirus.1
13
XI. KESIMPULAN
Hand-Foot-and-Mouth Disease merupakan penyakit yang
disebabkan oleh enterovirus nonpolio yang menunjukkan gejala pada
tangan, kaki, dan mulut. HFMD paling banyak menyerang anak-anak
kurang dari 10 tahun dan wabah dapat terjadi di antara anggota keluarga
dan kontak erat. Adanya sanitasi yang buruk dan kebersihan yang
kurang menjadi penyebab penyakit ini. Persebarannya banyak terjadi di
daerah Asia Tenggara. Terdapat beberapa serotipe virus, namun
penyakit paling berat disebabkan oleh Enterovirus 71. Lesi yang muncul
sering diawali dengan demam, nyeri tenggorok, kulit gatal, gejala saluran
napas atas, muntah, diare, dan mialgia. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang
yang dilakukan adalah laboratorium melalui tes serologis, isolasi virus
dengan kultur, dan teknik PCR. Tatalaksana yang diberikan hanya
suportif, tidak ada tatalaksana yang spesifik. Komplikasi-komplikasi yang
terjadi pada HFMD ini adalah dehidrasi, eksema, meningitis, ensefalitis,
ensefalomielitis, polio-like syndromes, miokarditis, edema pulmonum,
perdarahan di paru-paru dan kematian. Karena itu perlu dilakukan
pencegahan berupa personal hygiene karena belum ada vaksin untuk
penyakit ini.
14
Daftar Pustaka
15
12. Nervi SJ. Hand Foot and Mouth Disease. Available from URL :
http://emedicine.medscape.com/article/218402-overview#a0199.
13. Mersch J. Hand Foot and Mouth Syndrome. Available from URL :
http://www.medicinenet.com/hand-foot-and-
mouth_syndrome/page3.htm.
14. NHS Choice. Psoriasis; Pompholyx. Available from URL:
http://www.nhs.uk/Conditions/Psoriasis/Pages/Symptoms.aspx#.
16