Pembimbing:
dr. Lily Zulkarnain , Sp.A
Disusun Oleh :
Limastani Febriana
030.12.129
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan presentasi kasus yang berjudul
“Kejang Demam pada Anak”. Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi salah
satu tugas dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak di RSAL Dr.
Mintohardjo Jakarta. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian
presentasi kasus ini, terutama kepada dr. Lily Zulkarnain, Sp.A selaku
pembimbing yang telah memberikan waktu dan bimbingannya sehingga
presentasi kasus ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan presentasi kasus ini tidak lepas
dari kesalahan dan kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan berbagai
saran dan masukan untuk perbaikan selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap
semoga presentasi kasus ini dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya dalam
bidang kedokteran, khususnya untuk bidang ilmu kesehatan anak.
Limastani F
030.12.129
i
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
Judul:
Kejang Demam pada Anak
Penyusun:
Limastani Febriana
030.12.149
Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan kepanitraan klinik
Dapartemen Ilmu Kesehatan Anak di RS TNI AL Dr. Mintohardjo
Periode 18 FEBRUARI – 26 APRIL 2019
Pembimbing :
dr. Lily Zulkarnain, Sp.A
ii
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
• MR No. : 214294
• Nama : An. H
• Umur : 14 bulan
• Jenis kelamin : laki-laki
• Agama : islam
• Alamat : Jl. Karet pasar baru II
III. Anamnesa
Keluhan Utama :
Kejang
Keluhan tambahan :
Demam
3
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dibawa oleh orang tuanya ke UGD RS AL Mintohardjo dengan
keluhan kejang sejak kurang lebih 30 menit sebelum masuk RS. Kejang yang
terjadi sebanyak 2 kali. Lamanya kejang sekitar +4 menit. Saat kejang tangan
pasien kanan dan kiri mengepal dan kedua lengan atas dan kedua tungkai bawah
bergetar seperti orang menggigil. mata tidak mendelik keatas, pasien seperti
menyeringai, tidak keluar busa dari mulut pasien dan lidah tidak tergigit. Saat
kejang pasien tidak sadar dan setelah kejang pasien sadar tapi badannya menjadi
lemes. Ibu pasien mengaku sebelum kejang pasien mengalami demam 1 hari
sebelumnya. Dan ini merupakan serangan kejang yang pertama kali. Demam
terjadi sejak kurang lebih 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam muncul
tiba-tiba dan dirasakan terus menerus.Tidak ada batuk dan pilek, sakit telinga
maupun cairan yang keluar dari telinga. Buang air besar dan air kecil tidak ada
keluhan.
4
Riwayat Kehamilan :
Ibu pasien memeriksakan kehamilannya kebidan, namun tidak setiap bulan.
Sakit selama hamil (-), demam (-), kuning (-), keputihan (-), perut tegang (-),
BAK sakit dan anyang-anyangan (-), kencing manis (-), dan darah tinggi (-).
Riwayat Kelahiran :
Cara lahir : spontan
Tempat lahir : rumah bersalin
Ditolong oleh : bidan
Masa gestasi : cukup bulan
Berat lahir : 3100 gram
Panjang lahir : 50 cm
Lahir normal, langsung nangis, sianosis (-), kejang (-)
Kelainan bawaan :
(-)
Riwayat imunisasi :
Ibu pasien mengaku rutin membawa anaknya untuk imunisasi sesuai jadwal.
Vaksin Umur
0 bulan 1 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan 9 bulan 18 bulan
BCG √
DPT √ √ √ √
Polio √ √ √ √ √
Campak √
Hepatitis B √ √
Data Perumahan
Kepemilikan rumah adalah rumah milik orangtua ibu pasien. Keadaan rumah
adalah dinding rumah tembok, kamar mandi di dalam rumah. Sumber air bersih
dari air pam. Limbah buangan ke saluran atau selokan yang ada. Keadaan
lingkungan jarak antara rumah berdekatan, cukup padat. Penyinaran matahari,
pertukaran udara dan kebersihan rumah kurang. Terdapat penerangan listrik.
Data Antropoemetri
√ Berat Badan : 10,2 kg
√ Tinggi Badan : tidak diketahui
Kepala
• Kepala : bulat, normocephli
6
• Rambut : Hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
• Mata : Konjungtiva tidak pucat,
sklera tidak ikterik, pupil isokor, simetris,
refleks cahaya +/+, edem palpebra -/-
• Telinga : Normotia,liang telinga lapang/lapang, serumen -/-,
sekret -/-
• Hidung : Lapang, sekret -/-, deviasi septum (-),
pernafasan cuping hidung (-)
• Bibir : Mukosa bibir kering, sianosis (-)
• Gigi geligi : tidak ada kelainan
• Lidah : tidak kotor
• Tonsil : T1 – T1, tenang : tenang, tidak hiperemis
• Faring : tidak hiperemis
• Leher : Kelenjar Getah bening tidak teraba membesar
Toraks
• Inspeksi : Pergerakan dinding dada kiri dan kanan simetris
Retraksi (-)
• Palpasi : Vokal fremitus kiri dan kanan sama
• Perkusi : Perkusi perbandingan kiri dan kanan sama sonor
• Auskultasi : Bising napas dasar vesikuler
Ronki -/-, Wheezing -/-
Bunyi Jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
• Inspeksi : Perut tampak datar
• Auskultasi : Bising usus (+) normal : 4x/menit
• Palpasi : supel, nyeri tekan (-), undulasi (-), turgor kembali cepat,
limpa dan hepar tidak teraba membesar
• Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-), pekak alih (-)
Kulit : ikterik (-), petechie (-)
Ekstremitas : Bentuk biasa, deformitas (-),Akral hangat,
sianosis tidak ada, capillary refill < 2 detik
7
IV. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium 20 Februari 2013
Jenis Pemeriksaan Hasil
Leukosit 12,200
HB 11,0
Hematokrit 34
Eritrosit 4,39
Trombosit 245,000
Basofil 0
Eosinofil 1
Neutrofil batang 1
Neutrofil segmen 69
Limfosit 22
Monosit 7
V. RESUME
Pasien datang dibawa oleh orang tuanya ke UGD RS AL Mintohardjo dengan keluhan
kejang sejak kurang lebih 30 menit sebelum masuk RS. Kejang yang terjadi sebanyak 2
kali. Lamanya kejang sekitar +4 menit. Saat kejang tangan pasien kanan dan kiri
mengepal dan kedua lengan atas dan kedua tungkai bawah bergetar seperti orang
menggigil. mata tidak mendelik keatas, pasien seperti menyeringai, tidak keluar busa dari
mulut pasien dan lidah tidak tergigit. Saat kejang pasien tidak sadar dan setelah kejang
pasien sadar tapi badannya menjadi lemes. Ibu pasien mengaku sebelum kejang pasien
mengalami demam 1 hari sebelumnya. Dan ini merupakan serangan kejang yang pertama
kali. Demam terjadi sejak kurang lebih 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam
muncul tiba-tiba dan dirasakan terus menerus. Tidak ada batuk dan pilek, sakit telinga
maupun cairan yang keluar dari telinga. Buang air besar dan air kecil tidak ada keluhan.
8
VII. Diagnosa Banding
• Kejang demam kompleks
VIII. Penatalaksanaan
- Rawat inap
• Diet : biasa
• IVFD : RL 20 tetes per menit
• MM : - Sanmol syr 3x 0,8ml
- Injeksi cefotaxim 2x400mg
- Stesolid bila kejang
X. PROGNOSIS
Ad Vitam : Dubia ad bonam
Ad Fungsionam : Dubia ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam
9
TINJAUAN PUSTAKA
KEJANG DEMAM
DEFINISI
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi. Suhu
badan yang tinggi ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial.(1) Kejang demam dapat juga
didefinisikan sebagai kejang yang disertai demam tanpa bukti adanya infeksi intrakranial,
kelainan intrakranial, kelainan metabolik, toksin atau endotoksin seperti neurotoksin
Shigella.(7) Kejang demam pertama kali pada anak biasanya dihubungkan dengan suhu
yang lebih dari 38ºC, usia anak kurang dari 6 tahun, tidak ada bukti infeksi SSP maupun
ganguan metabolic sistemik akut.(3)
Pada umumnya kejang demam terjadi pada rentang waktu 24 jam dari awal mulai
demam(1). Pada saat kejang anak kehilangan kesadarannya dan kejang dapat bersifat fokal
atau parsial yaitu hanya melibatkan satu sisi tubuh, maupun kejang umum di mana
seluruh anggota gerak terlibat. Bentuk kejang dapat berupa klonik, tonik, maupun tonik-
klonik. Kejang dapat berlangsung selama 1-2 menit tapi juga dapat berlangsung lebih dari
15 menit (1,8).
EPIDEMIOLOGI
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang terjadi pada 2-4 % populasi
anak berusia 6 bulan-5 tahun dan 1/3 dari populasi ini akan mengalami kejang berulang
(4)
. Kejang demam dua kali lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan dengan
anak perempuan (1).
ETIOLOGI
Etiologi dan patogenesis kejang demam sampai saat ini belum diketahui, akan
tetapi umur anak, tingginya dan cepatnya suhu meningkat mempengaruhi terjadinya
kejang (1). Faktor hereditas juga mempunyai peranan yaitu 8-22 % anak yang mengalami
10
kejang demam memiliki orangtua yang memiliki riwayat kejang demam pada masa
kecilnya (1).
Kejang demam biasanya diawali dengan infeksi virus atau bakteri. Penyakit yang
paling sering dijumpai menyertai kejang demam adalah penyakit infeksi saluran
pernapasan, otitis media, dan gastroenteritis (6).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. dr. Lumantobing pada 297
anak penderita kejang demam, infeksi yang paling sering menyebabkan demam yang
akhirnya memicu serangan kejang demam adalah tonsillitis/faringitis yaitu 34 %.
Selanjutnya adalah otitis media akut (31 %) dan gastroenteritis (27%) (1).
PATOFISIOLOGI (1,5)
Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh natrium (Na+). Akibatnya konsentrasi K+ dalam
sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah. Keadaan sebaliknya terjadi di luar sel
neuron. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka
terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk
menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi yang berasal dari
glukosa yang melalui proses oksidasi oleh oksigen.
Setiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda tergantung dari tinggi
rendahnya ambang kejang seorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu.
Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38oC,
11
sedangkan pada anak dengan ambang kejang tinggi kejang baru dapat terjadi pada suhu
40oC atau lebih.
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya. Tetapi
pada kejang yang berlangsung lama biasanya disertai terjadinya apnoe sehingga
kebutuhan oksigen untuk otak meningkat dan menyebabkan terjadinya kerusakan sel
neuron otak yang berdampak pada terjadinya kelainan neurologis.
MANIFESTASI KLINIS
Kejang demam dapat dimulai dengan kontraksi yang tiba-tiba pada otot kedua sisi
tubuh anak. Kontraksi pada umumnya terjadi pada otot wajah, badan, tangan dan kaki.
Anak dapat menangis atau merintih akibat kekuatan kontraksi otot. Kontraksi dapat
berlangsung selama beberapa detik atau beberapa menit. Anak akan jatuh apabila sedang
dalam keadaan berdiri, dan dapat mengeluarkan urin tanpa dikehendakinya (1).
Anak dapat muntah atau menggigit lidahnya. Sebagian anak tidak bernapas dan
dapat menunjukkan gejala sianosis (1).
Pada akhirnya kontraksi berhenti dan digantikan oleh relaksasi yang singkat.
Kemudian tubuh anak mulai menghentak-hentak secara ritmis (pada kejang klonik),
maupun kaku (pada kejang tonik). Pada saat ini anak kehilangan kesadarannya dan tidak
dapat merespon terhadap lingkungan sekitarnya (8).
KLASIFIKASI
Sekitar 80-90 % dari keseluruhan kasus kejang demam adalah kejang demam sederhana
(1)
.
13
1. Kejang demam sederhana
- Kejang berlangsung singkat < 15 menit
- Kejang umum tonik dan atau klonik
- Akan berhenti sendiri
- Tanpa gangguan fokal atau berulang dalam waktu 24 jam
2. Kejang demam kompleks
- Kejang lama > 15 menit
- Kejang fokal atau parsial 1 sisi (kejang umum didahului kejang
parsial)
- Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
DIAGNOSIS
Anamnesis (5)
14
8. Riwayat kejang sebelumnya (kejang disertai demam maupun tidak disertai
demam atau epilepsi)
9. Riwayat keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan
10. Trauma
1. Temperature tubuh
2. Pemeriksaan untuk menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam
(infeksi saluran napas, otitis media, gastroenteritis)
3. Pemeriksaan reflex patologis
4. Pemeriksaan tanda rangsang meningeal (menyingkirkan diagnosis meningitis,
encephalitis)
15
TATALAKSANA (1,10)
KEJANG (+)
Ulangi luminal IM 10 mg/kg/BB. Dapat
diulangi lagi jarak 30 menit bila masih
kejang.
KEJANG (+)
Fenitoin bolus IV 20 mg/kgBB dalam 15 ml
NaCl, berikan dalam 30 menit (kecepatan
0.5-1 mg/kgBB/menit)
KEJANG (-)
Bila kejang berulang dalam 2 hari, berikan luminal 5 mg/kg/hari per oral sampai bebas
kejang 7 hari. Bila kejang berulang setelah bebas kejang 2 hari, ulangi pemberian luminal
dari awal.
16
C. Penanganan Kejang pada Anak
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah tersumbat atau tidaknya jalan napas.
Selanjutnya dilakukan pemberian oksigen, dan menghentikan kejang dengan cara:
KEJANG
5 menit Diazepam rectal 0.5 mg/kgBB atau:
Berat badan ≤ 10 kg: 5 mg
Berat badan > 10 kg: 10 mg
KEJANG (+)
Ulangi diazepam rektal seperti sebelumnya.
DI RS
Cari akses vena
Periksa laboratorium (darah tepi, Na, Ca, Mg, Ureum, Kreatinin)
KEJANG (+)
Diazepam IV dosis 0.3-0.5 mg/kgBB
(kecepatan 0.5-1 mg/menit)
17
Koreksi Hipokalemia (FCCS)
Kadar K Koreksi
3-3,5 mEq/L KCL per oral 75 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis (1-3mEq.kg.hari) atau 0,25
mEq/kg IV KCL dalam 1 jam
2,5-3 mEq/L 0,5 mEq/kg IV KCL dalam 2 jam (rogers: dalam 1 jam)
<2,5 mEq/L 0,75 mg/kg IV KCL dalam 3 jam
PROGNOSIS
Penelitian yang dilakukan Tsunoda mendapatkan bahwa dari 188 penderita kejang
demam yang diikutinya selama sekurang-kurangnya 2 tahun dan tanpa pengobatan
dengan antikonvulsan, 97 penderita mengalami kekambuhan (1).
Secara umum dapat dikatakan bahwa sekitar 1/3 penderita kejang demam akan
mengalami kekakmbuhan 1 kali atau lebih. Kemungkinan kambuh lebih besar bila kejang
demam pertama pada usia kurang dari 1 tahun. 3/4 dari kekambuhan ini terjadi dalam
kurun waktu 1 tahun setelah kejang demam pertama, dan 90 % dalam kurun waktu 2
tahun setelah kejang demam pertama. 1/2 dari penderita yang mengalami kekambuhan
akan mengalami kekambuhan lagi. Pada sebagian terbesar penderita kambuh terbatas
pada 2-3 kali. Hanya sekitar 10 % kejang demam yang akan mengalami lebih dari 3 kali
kekambuhan (1,9).
Anak yang mengalami kejang demam pertama pada usia sebelum 1 tahun
kemungkinan kekambuhan ialah 50 %, dan bila berusia lebih dari 1 tahun kemungkinan
kekambuhannya 28 % (1).
18