Anda di halaman 1dari 19

PRESENTASI KASUS

Kejang Demam pada Anak

Pembimbing:
dr. Lily Zulkarnain , Sp.A

Disusun Oleh :
Limastani Febriana
030.12.129

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RSAL DR. MINTOHARDJO JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 18 FEBRUARI 2019 – 26 APRIL 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan presentasi kasus yang berjudul
“Kejang Demam pada Anak”. Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi salah
satu tugas dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak di RSAL Dr.
Mintohardjo Jakarta. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian
presentasi kasus ini, terutama kepada dr. Lily Zulkarnain, Sp.A selaku
pembimbing yang telah memberikan waktu dan bimbingannya sehingga
presentasi kasus ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan presentasi kasus ini tidak lepas
dari kesalahan dan kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan berbagai
saran dan masukan untuk perbaikan selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap
semoga presentasi kasus ini dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya dalam
bidang kedokteran, khususnya untuk bidang ilmu kesehatan anak.

Jakarta, 6 Maret 2019

Limastani F
030.12.129

i
LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS

Judul:
Kejang Demam pada Anak

Penyusun:
Limastani Febriana
030.12.149

Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing :


dr. Lily Zulkarnain, Sp.A

Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan kepanitraan klinik
Dapartemen Ilmu Kesehatan Anak di RS TNI AL Dr. Mintohardjo
Periode 18 FEBRUARI – 26 APRIL 2019

Jakarta, Maret 2019

Pembimbing :
dr. Lily Zulkarnain, Sp.A

ii
STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien
• MR No. : 214294
• Nama : An. H
• Umur : 14 bulan
• Jenis kelamin : laki-laki
• Agama : islam
• Alamat : Jl. Karet pasar baru II

II. Identitas Orang Tua


Ayah Ibu
Nama Tn. H Ny. S
Umur 36 thn 33 thn
Pekerjaan Wiraswasta Ibu rumah tangga
Agama Islam Islam
Perkawinan 1 1
Hubungan dengan orang tua : anak kandung

III. Anamnesa

Keluhan Utama :
Kejang

Keluhan tambahan :
Demam

3
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dibawa oleh orang tuanya ke UGD RS AL Mintohardjo dengan
keluhan kejang sejak kurang lebih 30 menit sebelum masuk RS. Kejang yang
terjadi sebanyak 2 kali. Lamanya kejang sekitar +4 menit. Saat kejang tangan
pasien kanan dan kiri mengepal dan kedua lengan atas dan kedua tungkai bawah
bergetar seperti orang menggigil. mata tidak mendelik keatas, pasien seperti
menyeringai, tidak keluar busa dari mulut pasien dan lidah tidak tergigit. Saat
kejang pasien tidak sadar dan setelah kejang pasien sadar tapi badannya menjadi
lemes. Ibu pasien mengaku sebelum kejang pasien mengalami demam 1 hari
sebelumnya. Dan ini merupakan serangan kejang yang pertama kali. Demam
terjadi sejak kurang lebih 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam muncul
tiba-tiba dan dirasakan terus menerus.Tidak ada batuk dan pilek, sakit telinga
maupun cairan yang keluar dari telinga. Buang air besar dan air kecil tidak ada
keluhan.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien belum pernah ada riwayat kejang sebelumnya.
Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur
Alergi - Difteri - Peny. Jantung -
Cacingan - Diare - Peny. Ginjal -
Demam berdarah - Kejang - Peny. Darah -
demam
Demam tifoid - Kecelakaan - Radang Paru -
Otitis - Morbili - Tuberculosis -
Parotitis - Operasi - Asma -

Riwayat Penyakit Keluarga


Kedua orangtua pasien tidak memiliki riwayat kejang demam pada masa kanak
kanaknya. Tetapi kakak pasien memunyai riwayat kejang demam waktu umur 2
tahun.

4
Riwayat Kehamilan :
Ibu pasien memeriksakan kehamilannya kebidan, namun tidak setiap bulan.
Sakit selama hamil (-), demam (-), kuning (-), keputihan (-), perut tegang (-),
BAK sakit dan anyang-anyangan (-), kencing manis (-), dan darah tinggi (-).

Riwayat Kelahiran :
Cara lahir : spontan
Tempat lahir : rumah bersalin
Ditolong oleh : bidan
Masa gestasi : cukup bulan
Berat lahir : 3100 gram
Panjang lahir : 50 cm
Lahir normal, langsung nangis, sianosis (-), kejang (-)

Kelainan bawaan :
(-)
Riwayat imunisasi :
Ibu pasien mengaku rutin membawa anaknya untuk imunisasi sesuai jadwal.
Vaksin Umur
0 bulan 1 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan 9 bulan 18 bulan
BCG √
DPT √ √ √ √
Polio √ √ √ √ √
Campak √
Hepatitis B √ √

Riwayat tumbuh kembang:


• Pertumbuhan gigi pertama : 6 bulan
• Gangguan perkembangan mental : Tidak ada
• Psikomotor :
* Duduk : 8 bulan
5
* Berdiri : 9 bulan
* Berjalan : 13 bulan
Riwayat makanan :
 ASI sejak lahir sampai umur 6bulan
Frekuensi 4-6 kali perhari
 Makan pisang sejak umur 6 bulan
Frekuensi 2 hari sekali
 Makan nasi tim umur 7 bulan
Frekuensi 2 kali sehari

Kesimpulan : kualitas dan kuantitas cukup

Data Perumahan
Kepemilikan rumah adalah rumah milik orangtua ibu pasien. Keadaan rumah
adalah dinding rumah tembok, kamar mandi di dalam rumah. Sumber air bersih
dari air pam. Limbah buangan ke saluran atau selokan yang ada. Keadaan
lingkungan jarak antara rumah berdekatan, cukup padat. Penyinaran matahari,
pertukaran udara dan kebersihan rumah kurang. Terdapat penerangan listrik.

IV. PEMERIKSAAN FISIK

Tanggal 03 Maret 2019


 Keadaan umum : Tampak sakit sedang,
 Kesadaran : kompos mentis
 Frekwensi Nadi : 143 x/menit (reguler,kuat angkat)
 Frekwensi Pernafasan : 26 x/menit

 Suhu tubuh : 37,8 °C

 Data Antropoemetri
√ Berat Badan : 10,2 kg
√ Tinggi Badan : tidak diketahui
 Kepala
• Kepala : bulat, normocephli
6
• Rambut : Hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
• Mata : Konjungtiva tidak pucat,
sklera tidak ikterik, pupil isokor, simetris,
refleks cahaya +/+, edem palpebra -/-
• Telinga : Normotia,liang telinga lapang/lapang, serumen -/-,
sekret -/-
• Hidung : Lapang, sekret -/-, deviasi septum (-),
pernafasan cuping hidung (-)
• Bibir : Mukosa bibir kering, sianosis (-)
• Gigi geligi : tidak ada kelainan
• Lidah : tidak kotor
• Tonsil : T1 – T1, tenang : tenang, tidak hiperemis
• Faring : tidak hiperemis
• Leher : Kelenjar Getah bening tidak teraba membesar
Toraks
• Inspeksi : Pergerakan dinding dada kiri dan kanan simetris
Retraksi (-)
• Palpasi : Vokal fremitus kiri dan kanan sama
• Perkusi : Perkusi perbandingan kiri dan kanan sama sonor
• Auskultasi : Bising napas dasar vesikuler
Ronki -/-, Wheezing -/-
Bunyi Jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
• Inspeksi : Perut tampak datar
• Auskultasi : Bising usus (+) normal : 4x/menit
• Palpasi : supel, nyeri tekan (-), undulasi (-), turgor kembali cepat,
limpa dan hepar tidak teraba membesar
• Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-), pekak alih (-)
Kulit : ikterik (-), petechie (-)
Ekstremitas : Bentuk biasa, deformitas (-),Akral hangat,
sianosis tidak ada, capillary refill < 2 detik
7
IV. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium 20 Februari 2013
Jenis Pemeriksaan Hasil
 Leukosit  12,200
 HB  11,0
 Hematokrit  34
 Eritrosit  4,39
 Trombosit  245,000
 Basofil  0
 Eosinofil  1
 Neutrofil batang  1
 Neutrofil segmen  69
 Limfosit  22
 Monosit  7

V. RESUME
Pasien datang dibawa oleh orang tuanya ke UGD RS AL Mintohardjo dengan keluhan
kejang sejak kurang lebih 30 menit sebelum masuk RS. Kejang yang terjadi sebanyak 2
kali. Lamanya kejang sekitar +4 menit. Saat kejang tangan pasien kanan dan kiri
mengepal dan kedua lengan atas dan kedua tungkai bawah bergetar seperti orang
menggigil. mata tidak mendelik keatas, pasien seperti menyeringai, tidak keluar busa dari
mulut pasien dan lidah tidak tergigit. Saat kejang pasien tidak sadar dan setelah kejang
pasien sadar tapi badannya menjadi lemes. Ibu pasien mengaku sebelum kejang pasien
mengalami demam 1 hari sebelumnya. Dan ini merupakan serangan kejang yang pertama
kali. Demam terjadi sejak kurang lebih 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam
muncul tiba-tiba dan dirasakan terus menerus. Tidak ada batuk dan pilek, sakit telinga
maupun cairan yang keluar dari telinga. Buang air besar dan air kecil tidak ada keluhan.

VI. Diagnosa Kerja


• Kejang demam sederhana

8
VII. Diagnosa Banding
• Kejang demam kompleks

VIII. Penatalaksanaan
- Rawat inap
• Diet : biasa
• IVFD : RL 20 tetes per menit
• MM : - Sanmol syr 3x 0,8ml
- Injeksi cefotaxim 2x400mg
- Stesolid bila kejang

IX. PEMERIKSAAN ANJURAN


 Cek darah rutin ulang
 EEG setelah 1 minggu bebas demam  untuk mencari penyebab lain dari kejang

X. PROGNOSIS
 Ad Vitam : Dubia ad bonam
 Ad Fungsionam : Dubia ad bonam
 Ad Sanationam : Dubia ad bonam

9
TINJAUAN PUSTAKA

KEJANG DEMAM

DEFINISI

Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi. Suhu
badan yang tinggi ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial.(1) Kejang demam dapat juga
didefinisikan sebagai kejang yang disertai demam tanpa bukti adanya infeksi intrakranial,
kelainan intrakranial, kelainan metabolik, toksin atau endotoksin seperti neurotoksin
Shigella.(7) Kejang demam pertama kali pada anak biasanya dihubungkan dengan suhu
yang lebih dari 38ºC, usia anak kurang dari 6 tahun, tidak ada bukti infeksi SSP maupun
ganguan metabolic sistemik akut.(3)

Pada umumnya kejang demam terjadi pada rentang waktu 24 jam dari awal mulai
demam(1). Pada saat kejang anak kehilangan kesadarannya dan kejang dapat bersifat fokal
atau parsial yaitu hanya melibatkan satu sisi tubuh, maupun kejang umum di mana
seluruh anggota gerak terlibat. Bentuk kejang dapat berupa klonik, tonik, maupun tonik-
klonik. Kejang dapat berlangsung selama 1-2 menit tapi juga dapat berlangsung lebih dari
15 menit (1,8).

EPIDEMIOLOGI

Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang terjadi pada 2-4 % populasi
anak berusia 6 bulan-5 tahun dan 1/3 dari populasi ini akan mengalami kejang berulang
(4)
. Kejang demam dua kali lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan dengan
anak perempuan (1).

ETIOLOGI

Etiologi dan patogenesis kejang demam sampai saat ini belum diketahui, akan
tetapi umur anak, tingginya dan cepatnya suhu meningkat mempengaruhi terjadinya
kejang (1). Faktor hereditas juga mempunyai peranan yaitu 8-22 % anak yang mengalami

10
kejang demam memiliki orangtua yang memiliki riwayat kejang demam pada masa
kecilnya (1).

Kejang demam biasanya diawali dengan infeksi virus atau bakteri. Penyakit yang
paling sering dijumpai menyertai kejang demam adalah penyakit infeksi saluran
pernapasan, otitis media, dan gastroenteritis (6).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. dr. Lumantobing pada 297
anak penderita kejang demam, infeksi yang paling sering menyebabkan demam yang
akhirnya memicu serangan kejang demam adalah tonsillitis/faringitis yaitu 34 %.
Selanjutnya adalah otitis media akut (31 %) dan gastroenteritis (27%) (1).

PATOFISIOLOGI (1,5)

Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh natrium (Na+). Akibatnya konsentrasi K+ dalam
sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah. Keadaan sebaliknya terjadi di luar sel
neuron. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka
terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk
menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi yang berasal dari
glukosa yang melalui proses oksidasi oleh oksigen.

Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan


metabolisme basal 10%-15% dan meningkatnya kebutuhan oksigen sebanyak 20%.
Akibatnya terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel otak dan dalam waktu
singkat terjadi difusi dari ion kalium dan ion natrium melalui membran, sehingga terjadi
lepasnya muatan listrik. Lepasnya muatan listrik yang cukup besar dapat meluas ke
seluruh sel maupun membran sel di dekatnya dengan bantuan neurotransmiter dan
menyebabkan terjadinya kejang.

Setiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda tergantung dari tinggi
rendahnya ambang kejang seorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu.
Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38oC,
11
sedangkan pada anak dengan ambang kejang tinggi kejang baru dapat terjadi pada suhu
40oC atau lebih.

Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya. Tetapi
pada kejang yang berlangsung lama biasanya disertai terjadinya apnoe sehingga
kebutuhan oksigen untuk otak meningkat dan menyebabkan terjadinya kerusakan sel
neuron otak yang berdampak pada terjadinya kelainan neurologis.

MANIFESTASI KLINIS

Kejang demam dapat dimulai dengan kontraksi yang tiba-tiba pada otot kedua sisi
tubuh anak. Kontraksi pada umumnya terjadi pada otot wajah, badan, tangan dan kaki.
Anak dapat menangis atau merintih akibat kekuatan kontraksi otot. Kontraksi dapat
berlangsung selama beberapa detik atau beberapa menit. Anak akan jatuh apabila sedang
dalam keadaan berdiri, dan dapat mengeluarkan urin tanpa dikehendakinya (1).

Anak dapat muntah atau menggigit lidahnya. Sebagian anak tidak bernapas dan
dapat menunjukkan gejala sianosis (1).

Pada akhirnya kontraksi berhenti dan digantikan oleh relaksasi yang singkat.
Kemudian tubuh anak mulai menghentak-hentak secara ritmis (pada kejang klonik),
maupun kaku (pada kejang tonik). Pada saat ini anak kehilangan kesadarannya dan tidak
dapat merespon terhadap lingkungan sekitarnya (8).

KLASIFIKASI

Klasifikasi kejang demam menurut Livingstone (1)

A. Kejang Demam Sederhana:


1. Kejang bersifat umum
2. Lamanya kejang berlangsung singkat (kurang dari 15 menit)
3. Usia saat kejang demam pertama muncul kurang dari 6 tahun
4. Frekuensi serangan 1-4 kali dalam 1 tahun
5. Pemeriksaan EEG normal
12
B. Epilepsi yang Dicetuskan oleh Demam:
1. Kejang berlangsung lama atau bersifat fokal
2. Usia penderita lebih dari 6 tahun saat serangan kejang demam yang pertama
3. Frekuensi serangan kejang melebihi 4 kali dalam 1 tahun
4. Pemeriksaan EEG yang dibuat setelah anak tidak demam lagi hasilnya
abnormal

Sedangkan menurut Fukuyama kejang demam dibagi menjadi (1):

A. Kejang Demam Sederhana:


1. Riwayat penyakit keluarga penderita tidak ada yang mengidap epilepsi
2. Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyebab apapun
3. Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan-6 tahun
4. Lamanya kejang berlangsung tidak lebih dari 20 menit
5. Kejang tidak bersifat fokal
6. Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang
7. Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologis atau abnormalitas
perkembangan
8. Kejang tidak berulang dalam waktu singkat

B. Kejang Demam Kompleks


Kejang demam yang tidak memenuhi kriteria di atas digolongkan sebagai kejang
demam kompleks

Sekitar 80-90 % dari keseluruhan kasus kejang demam adalah kejang demam sederhana
(1)
.

13
1. Kejang demam sederhana
- Kejang berlangsung singkat < 15 menit
- Kejang umum tonik dan atau klonik
- Akan berhenti sendiri
- Tanpa gangguan fokal atau berulang dalam waktu 24 jam
2. Kejang demam kompleks
- Kejang lama > 15 menit
- Kejang fokal atau parsial 1 sisi (kejang umum didahului kejang
parsial)
- Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

DIAGNOSIS

Diagnosis kejang demam hanya dapat ditegakkan dengan menyingkirkan


penyakit-penyakit lain yang dapat menyebabkan kejang, di antaranya: infeksi susunan
saraf pusat, perubahan akut pada keseimbangan homeostasis air dan elektrolit, dan
adanya lesi struktural pada sistem saraf misalnya epilepsy(4). Diperlukan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang menyeluruh untuk menegakkan
diagnosis ini.

Anamnesis (5)

1. Kesadaran sebelum dan sesudah kejang (menyingkirkan diagnosis meningitis


encephalitis)
2. Riwayat gangguan neurologis (menyingkirkan diagnosis epilepsi)
3. Riwayat demam (sejak kapan, timbul mendadak atau perlahan, menetap atau naik
turun)
4. Menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam (infeksi saluran napas,
otitis media, gastroenteritis)
5. Waktu terjadinya kejang, durasi, frekuensi, interval antara 2 serangan kejang
6. Sifat kejang (fokal atau umum)
7. Bentuk kejang (tonik, klonik, tonik-klonik)

14
8. Riwayat kejang sebelumnya (kejang disertai demam maupun tidak disertai
demam atau epilepsi)
9. Riwayat keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan
10. Trauma

Pemeriksaan Fisik (5)

1. Temperature tubuh
2. Pemeriksaan untuk menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam
(infeksi saluran napas, otitis media, gastroenteritis)
3. Pemeriksaan reflex patologis
4. Pemeriksaan tanda rangsang meningeal (menyingkirkan diagnosis meningitis,
encephalitis)

Pemeriksaan Penunjang (5,6)

1. Pemeriksaan elektrolit, pemeriksaan fungsi hati dan ginjal untuk menyingkirkan


gangguan metabolisme yang menyebabkan perubahan homeostasis apabila pada
anamnesis ditemukan riwayat muntah, diare, gangguan asupan cairan, dan gejala
dehidrasi.
2. Pemeriksaan Cerebro Spinal Fluid (CSF) untuk menyingkirkan diagnosis
meningitis encephalitis apabila anak berusia kurang dari 12 bulan, memiliki tanda
rangsang meningeal positif, dan masih mengalami kejang beberapa hari setelah
demam
3. CT Scan cranium pada umumnya tidak diperlukan pada kejang demam sederhana
yang terjadi pertama kali, akan tetapi dapat dipertimbangkan pada pasien yang
mengalami kejang demam kompleks untuk menentukan jenis kelainan struktural
berupa kompleks tunggal atau multipel.
4. EEG pada kejang demam tidak dapat mengindentifikasi kelainan yang spesifik
maupun memprediksikan terjadinya kejang yang berulang, tapi dapat
dipertimbangkan pada kejang demam kompleks.

15
TATALAKSANA (1,10)

A. Antipiretik dan Antibiotik


Antipiretik diberikan sebagai pengobatan simptomatis terhadap demam. Dapat
diberikan paracetamol dengan dosis untuk anak yang dianjurkan 10-15 mg/kgBB/hari
tiap 4-6 jam atau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/hari tiap 4-6 jam. Antibiotik untuk
mengatasi infeksi yang menjadi etiologi dasar demam yang terjadi.

B. Penanganan Kejang pada Neonatus


Hal pertama yang harus diperhatikan adalah tersumbat atau tidaknya jalan napas.
Selanjutnya dilakukan pemberian oksigen, dan menghentikan kejang dengan cara:
KEJANG
30 menit Luminal IM 20 mg/kg/BB dalam 5 menit

KEJANG (+)
Ulangi luminal IM 10 mg/kg/BB. Dapat
diulangi lagi jarak 30 menit bila masih
kejang.
KEJANG (+)
Fenitoin bolus IV 20 mg/kgBB dalam 15 ml
NaCl, berikan dalam 30 menit (kecepatan
0.5-1 mg/kgBB/menit)
KEJANG (-)

Bila kejang berulang dalam 2 hari, berikan luminal 5 mg/kg/hari per oral sampai bebas
kejang 7 hari. Bila kejang berulang setelah bebas kejang 2 hari, ulangi pemberian luminal
dari awal.

16
C. Penanganan Kejang pada Anak
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah tersumbat atau tidaknya jalan napas.
Selanjutnya dilakukan pemberian oksigen, dan menghentikan kejang dengan cara:
KEJANG
5 menit Diazepam rectal 0.5 mg/kgBB atau:
Berat badan ≤ 10 kg: 5 mg
Berat badan > 10 kg: 10 mg
KEJANG (+)
Ulangi diazepam rektal seperti sebelumnya.

DI RS
Cari akses vena
Periksa laboratorium (darah tepi, Na, Ca, Mg, Ureum, Kreatinin)

KEJANG (+)
Diazepam IV dosis 0.3-0.5 mg/kgBB
(kecepatan 0.5-1 mg/menit)

KEJANG (-) KEJANG (+)


Berikan terapi rumatan bila Fenitoin bolus IV 10-20
penyebab kejang diperkirakan mg/kgBB (dengan
kecepatan 0.5-1 mg/menit)
infeksi intrakranial. Berikan
fenobarbital 8-10
mg/kgBB/hari, dibagi 2 dosis.
KEJANG (-)
Selama 2 hari selanjutnya 4-5 KEJANG (+) Rumatan fenitoin IV
Transfer ke 5-7 mg/kgBB/hari 12
mg/kgBB/hari sampai resiko
ICU jam kemudian
kejang tidak ada.
.

17
Koreksi Hipokalemia (FCCS)
Kadar K Koreksi
3-3,5 mEq/L KCL per oral 75 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis (1-3mEq.kg.hari) atau 0,25
mEq/kg IV KCL dalam 1 jam
2,5-3 mEq/L 0,5 mEq/kg IV KCL dalam 2 jam (rogers: dalam 1 jam)
<2,5 mEq/L 0,75 mg/kg IV KCL dalam 3 jam

PROGNOSIS
Penelitian yang dilakukan Tsunoda mendapatkan bahwa dari 188 penderita kejang
demam yang diikutinya selama sekurang-kurangnya 2 tahun dan tanpa pengobatan
dengan antikonvulsan, 97 penderita mengalami kekambuhan (1).

Secara umum dapat dikatakan bahwa sekitar 1/3 penderita kejang demam akan
mengalami kekakmbuhan 1 kali atau lebih. Kemungkinan kambuh lebih besar bila kejang
demam pertama pada usia kurang dari 1 tahun. 3/4 dari kekambuhan ini terjadi dalam
kurun waktu 1 tahun setelah kejang demam pertama, dan 90 % dalam kurun waktu 2
tahun setelah kejang demam pertama. 1/2 dari penderita yang mengalami kekambuhan
akan mengalami kekambuhan lagi. Pada sebagian terbesar penderita kambuh terbatas
pada 2-3 kali. Hanya sekitar 10 % kejang demam yang akan mengalami lebih dari 3 kali
kekambuhan (1,9).

Anak yang mengalami kejang demam pertama pada usia sebelum 1 tahun
kemungkinan kekambuhan ialah 50 %, dan bila berusia lebih dari 1 tahun kemungkinan
kekambuhannya 28 % (1).

Kejang demam sederhana pada umumnya tidak menyebabkan kerusakan otak


yang permanen dan tidak menyebabkan terjadinya penyakit epilepsi pada kehidupan
dewasa anak tersebut. Sedangkan pada anak-anak yang memiliki riwayat kejang demam
kompleks, riwayat penyakit keluarga dengan kejang yang tidak didahului dengan demam,
dan memiliki riwayat gangguan neurologis maupun keterlambatan pertumbuhan,
memiliki resiko tinggi untuk menderita epilepsi pada kehidupan dewasa mereka (1).

18

Anda mungkin juga menyukai