Anda di halaman 1dari 20

BAGIAN TELIINGA, HIDUNG, DAN TENGGOROKAN REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN
SEPTEMBER 2017
UNIVERITAS MUSLIM INDONESIA

LARINGOFARINGEAL REFLUX

OLEH:
Rama Yasdi Sinrang
111 2015 0143
PEMBIMBING:
dr. Amira Trini R, Sp. THT-KL

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN TELINGA, HIDUNG, DAN TENGGOROKAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2017
PENDAHULUAN

LPR merupakan manifestasi ekstraesofageal dari


gastroesofageal refluks (GERD).
Patofisiologi dan gejalanya berbeda sehingga perlu
pengelolaan secara berbeda.
Pada GERD kejadian refluks terjadi pada malam hari, adanya nyeri
pada epigastrium, periode terpapar cairan asam lambung lebih lama,
serta adanya gangguan dismotilitas esophagus, juga terdapat defek
terdapat di LES (lower esophageal spinchter).
Pada pasien LPR kejadian refluks terjadi siang hari, tidak terdapat
nyeri epigastrium, periode terpapar cairan asam lambung lebih
singkat serta tidak adanya gangguan dismotilitas esophagus, defek
terdapat di LES (lower esophageal spinchter).1,2
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI PHARYNX
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI LARYNX
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Laringofaringeal refluks (LPR) adalah suatu keadaan
adanya refluks asam lambung ke ruang laringofaring, di
mana laringofaring merupakan bagian yang berdekatan
dengan jaringan di traktus aerodigestive atas.
Beberapa sinonim untuk LPR dari beberapa literature
kedokteran: Reflux Laryngitis, Laryngeal Reflux,
Gastropharyngeal Reflux, Pharyngoesophageal Reflux,
Supraesophageal Reflux, Extraesophageal Reflux,
Atypical Reflux.
TINJAUAN PUSTAKA
ETIOLOGI


Faktor
Ggn fungsional spinchter esophagus
Hiatal hernia
Abnormalitas kontraksi asam lambung
Fisik Lambatnya pengosongan asam lambung

Infeksi
Faktor

Vocal abuse
Alergi
non-fisik

Obat-obatan
Life style
TINJAUAN PUSTAKA
Patofisiologi
Patofisiologi LPR masih menjadi kajian banyak ilmuan.
Terdapat dua kesimpulan yang diambil oleh ilmuan untuk
proses terjadinya LPR.
Pertama yaitu asam lambung secara langsung mencederai laring
dan jaringan sekitarnya.
Kedua menyatakan bahwa asam lambung dalam esofagus distal
merangsang refleks vagal bronkokontriksi dan gerakan
mendehem dan batuk kronis lesi pada mukosa saluran napas
atas
TINJAUAN PUSTAKA
Patofisiologi
Terdapat 4 jenis pertahanan fisiologis yang melindungi
traktus aerodigestif dari cedera refluks yaitu :
1. LES (Lower Esophageal Spinchter),
2. Fungsi motorik esofageal dengan pembersihan asam
lambung,
3. Spingter esofageal atas, dan
4. Resistensi jaringan mukosa esofageal
TINJAUAN PUSTAKA
Patofisiologi
Terdapat 4 jenis pertahanan fisiologis yang melindungi
traktus aerodigestif dari cedera refluks yaitu :
1. LES (Lower Esophageal Spinchter),
2. Fungsi motorik esofageal dengan pembersihan asam
lambung,
3. Spingter esofageal atas, dan
4. Resistensi jaringan mukosa esofageal
TINJAUAN PUSTAKA
Gejala Klinik
Pasien LPR biasanya memiliki gejala seperti halitosis,
suara serak, batuk, disfagia, post nasal drip, sakit
tenggorokan.
Gejala lain yang menyertai adalah: eksaserbasi asma,
sakit leher, odinofagia, otalgia, lendir tenggorok berlebih
Survey internasional oleh American
Bronchoesophagological Association memaparkan
gejala yang tersering dari LPR, yaitu mendehem (98%),
batuk lama (97%), globus faringeus (95%) dan suara
serak (95%).
TINJAUAN PUSTAKA
Diagnosis
Anamnesis,
Refluks laringofaringeal dapat ditegakkan berdasarkan
gejala klinis. Riwayat penyakit penting untuk menilai
potensi dari suara serak dan adanya laringitis non
spesifik.
Belafsky dkk, telah mengenalkan Indeks Gejala Refluks
yang dapat membantu klinisi untuk menilai derajat gejala
LPR pada awal evaluasi dan setelah pengobatan.
TINJAUAN PUSTAKA
Diagnosis
Refluks laringofaringeal dapat ditegakkan berdasarkan
gejala klinis. Riwayat penyakit penting untuk menilai
potensi dari suara serak dan adanya laringitis non
spesifik.
Belafsky dkk, telah mengenalkan Indeks Gejala Refluks
yang dapat membantu klinisi untuk menilai derajat gejala
LPR pada awal evaluasi dan setelah pengobatan.
TINJAUAN PUSTAKA
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik,
Pemeriksaan laringoskopi prosedur utama dalam
mendiagnosis LPR.
Kemerahan
Edema
Ventricular obliteration

Pemeriksaan Penunjang,
Endoskopi
Pemantauan pH faringofaring
TINJAUAN PUSTAKA
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik,
Pemeriksaan laringoskopi adalah prosedur utama dalam
mendiagnosis LPR. Pada pemeriksaan laringoskopi
tidak ada tanda yang spesifik dari iritasi laring dan
inflamasi yang dapat dilihat, tetapi beberapa penemuan
dapat meningkatkan dugaan ke LPR. Meskipun tidak
khas, adanya penebalan, kemerahan dan edema
terutama di posterior laring (laringitis posterior) paling
sering ditemukan.
TINJAUAN PUSTAKA
Diagnosis Banding
Larinigtis akut dan laryngitis kronik
Alergi
Tumor dapat berupa tumor jinak yaitu laring papiloma,
hemangioma, tumor ganas berupa squamous cel
carcinoma, tiroid carcinoma,
Trauma dapat berupa vokal abuse, tercekik, inhalasi,
intubasi, radioterapi
Immunocompromised
Granulomatous diseases
Autoimmune diseases
TINJAUAN PUSTAKA
Penatalaksanaan
Nonmedikamentosa
Edukasi
Disarankan untuk merubah kebiasaan-kebiasaan
Menaikan posisi kepala lebih tinggi dari badan
Jadwal pemberian obat PPI yang bekerja optimal bila diberikan
30-60 menit sebelum makan.
TINJAUAN PUSTAKA
Penatalaksanaan
Medikamentosa
Obat-obatan yang digunakan untuk LPR terdiri dari 4
kategori yaitu :
PPI,
antagonis reseptor H2,
agent prokinetik, dan
mucosal cytoprotectans.
TINJAUAN PUSTAKA
Penatalaksanaan
Pembedahan
Indikasi : apabila manajemen dengan obat-obatan
gagal, refluks cairan dengan volume yang tinggi, dan
adanya inkompetensi dari LES perlu dilakukan intervensi
pembedahan.
Tujuan : mengembalikan kompetensi dari LES yang
pada akhirnya berkurangnya episode refluks ke faring.
KESIMPULAN
1. Laringofaringeal refluks (LPR) adalah suatu keadaan adanya
refluks asam lambung ke ruang laringofaring, di mana
laringofaring merupakan bagian yang berdekatan dengan
jaringan di traktus aerodigestive atas.
2. Laringofaringeal refluks (LPR) dapat disebabkan karena faktor
fisik yaitu adanya gangguan fungsional dari sphincter esophagus,
hiatal hernia, abnormalitas kontraksi esophagus, lambatnya
pengosongan dari lambung, sedangkan dapat juga disebabkan
karena infeksi, vocal abuse, alergi, merokok, iritasi dari polusi
udara, alkohol dan gaya hidup, misalnya, diet makanan berlemak,
kopi, coklat, NSAID, makanan pedas, merokok, minuman
beralkohol.
3. Refluks laringofaringeal dapat ditegakkan berdasarkan gejala
klinis. Pada suara serak yang persisten atau progresif lebih dari
2-3 minggu, perlu pemeriksaan laryngopharyng untuk
menyingkirkan adanya kanker dan kondisi serius lainnya.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai