Anda di halaman 1dari 17

Refluks

Laringofaring
Pembimbing: dr. Fauzan Abdillah, SpTHT – KL

Oleh : Yandi Senjaya (406202005)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT THT – KL


RS SUMBER WARAS JAKARTA
PERIODE 20 JUNI – 16 JULI 2022
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
FARING
Refluks Laringofaring

Refluks laringofaring (RLF) adalah penyakit akibat berbaliknya isi lambung ke


daerah laringofaring.

• Negara barat:10-30% dan akan


meningkat seiring dengan perubahan
gaya hidup dan kebiasaan diet yang
buruk.
• Asia Barat dan Asia Timur: 70%
• Indonesia (2018): 20-30%
• Rasio pria:wanita = 55% : 45% dan
meningkat pada usia lebih dari 44
tahun.
Patofisiologi
Kegagalan pertahanan fisiologis:
1. Kelemahan lower esophageal spingter
Refluks secara retrograd
(LES)
dari asam lambung ke
2. Fungsi motorik esofageal dengan
saluran esofagus atas
pembersihan asam lambung
3. Resistensi jaringan mukosa esofageal
4. Kelemahan spingter esofageal atas. Cedera mukosa karena
trauma langsung

Epitel pernapasan yang bersilia Iritasi langsung dari zat


pada laring posterior menjadi refluks → batuk dan
rentan → disfungsi dari silia tersedak (laringospasme)

Akumulasi dari mukus → post-nasal


drip dan menstimulasi “throat clearing”
PENILAIAN GEJALA KLINIS

• Skor total maksimum 45


• RSI dengan nilai > 13 dicurigai
penyakit refluks laringofaring
• Gejala tersering pada refluks
laringofaring:
✓ suara serak sekitar 71%
✓ batuk sekitar 51%
✓ rasa mengganjal di tenggorok
(globusfaringeus) sekitar 47%.
Kelainan pada Laring

• RFS yang terdiri dari delapan skala penilaian


dalam menentukan beratnya gambaran
kelainan laring yang dilihat dari pemeriksaan
nasofaringolaringoskopi serat optik lentur.
• Skala ini bervariasi dari nilai 0 (tidak ada
kelainan) sampai dengan nilai maksimum 26
dan RFS > 7 yang dianggap tidak normal.
• Keadaan patologis laring tersering yang
dijumpai adalah hipertrofi laring posterior
sebesar 85%.
Ventrikular obliterasi Granuloma bilateral dan pseudosulkus vokalis

Edema laring
Pemeriksaan Penunjang

pasien dengan keluhan LPR tetapi pada


berbasis
pemeriksaan klinis tidak ada kelainan
kateter

nirkabel • Pemantauan pH bebas kateter yang


pemeriksaan pH bekerja melalui kapsul diposisikan
secara transoral yang melekat pada
+: bisa membedakan RLF dan GERD kerongkongan distal, dan mengirimkan
pembacaan pH kerongkongan ke
-: Kelemahan pemeriksaan ini adalah penerima eksternal melalui telemetri
mahal, invasif dan tidak nyaman dan
dapat ditemukan hasil negatif palsu • Toleransi baik shg memungkinkan
sekitar 20%. pemantauan selama periode yang
lama (hingga 96 jam)
refluks diidentifikasi sebagai asam ketika • meningkatkan akurasi hasil diagnostik
pH <4 dan asam lemah ketika pH >4. paparan asam kerongkongan yang
abnormal
Diagnosis Banding

• Laringitis + gejala demam, letargi, dengan onset


yang lebih singkat → infeksi
• Edema laring dalam periode akut tanpa adanya
demam atau letargi → anafilaksis atau
angiodedema
• Laringitis kronis lainnya dapat disebabkan oleh
alergi, penyakit granulomatosa (tuberkulosis, lepra,
skleroma), autoimun, trauma inhalasi, dan terapi
radiasi.
Modifikasi Gaya Hidup

• Pasien dengan keluhan ringan dan/atau intermitten


dapat ditangani dengan modifikasi gaya hidup dan
pola makan serta pemberian H2 Antagonis seperti
Ranitidin.
• Pada umumnya modifikasi gaya hidup meliputi
pengaturan pola makan, menurunkan berat badan,
berhenti merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, dan
menghilangkan kebiasaan makan sesaat sebelum
tidur.
• Pengaturan jenis makanan termasuk menghindari
konsumsi kafein, coklat, minuman bersoda,
makanan berlemak, saus tomat, dan anggur merah.
Terapi Medikamentosa
1. Proton pump inhibitor (PPI)

• Tujuan: menekan produksi asam lambung melalui aktivasi H+-K+


ATPase pada sel parietal dan mengurangi kerusakan yang diakibatkan
oleh aktifitas enzimatik pepsin, yang membutuhkan perantara asam
untuk aktivasi
• Penghambatan sekresi asam berlangsung selama 24 jam, sehingga
lambung menjadi kosong dan volume refluks berkurang.
• Contoh obat PPI yaitu omeprasol, pantoprasol, rabeprasol, lansoprasol,
dekslansoprasol dan esomeprasol.

• Terapi PPI dua kali sehari, alasannya golongan PPI tidak mampu
bekerja mensupresi asam >16,8 jam (intragastrik pH >4).
• Perbaikan gejala menurut RSI dan perbaikan RFS dapat dinilai dalam 8
minggu, sedang perbaikan proses inflamasi secara mikroskopik dapat
ditemukan dalam 6 bulan pemberian.
2. Antagonis reseptor H2
• Fungsi: mengurangi sekresi asam dengan menghambat
reseptor H2 pada sel parietal
• Ranitidin yang diberikan 2mg/kg per kali mengurangi waktu
pH gaster < 4,0 sebesar 44 % apabila diberikan 2 kali
sehari, dan 90 % bila diberikan 3 kali sehari.
• +: sifat penyembuhan esofagitis erosif dan perbaikan gejala
lebih cepat dibandingkan PPI. Selain itu, penggunaan PPI
dalam jangka waktu lama tidak dianjurkan dan harus
diberikan dalam dosis rendah.

3. Agen prokinetik
Metoklopramid dan domperidon berfungsi untuk mengurangi
motilitas lambung sehingga dapat mengurangi frekuensi
refluks.
Prosedur Bedah

• Dipertimbangkan bila dalam pemberian terapi farmakologi


tidak memberikan respon yang signifikan.
• Pendekatan yang biasa digunakan seperti fundoplikasi
parsial atau fundoplikasi total melalui operasi laparoskopi.
• Funduplikasi total umumnya dianggap aman dan efektif,
dengan prevalensi mortalitas < 1%.
• Prosedur funduplikasi dapat menimbulkan komplikasi berupa
“gas bloat syndrome”, disfagia, jaringan parut berlebihan,
cedera nervus vagus, dan yang jarang terjadi yaitu akalsia.
• Upaya untuk meminimalkan komplikasi pasca operasi dapat
dilakukan funduplikasi parsial, yang menurut penelitian
dalam 10 tahun, 89,5% pasien masih bebas gejala.
Komplikasi dan Prognosis
Jika tidak diobati dengan baik, dapat menyebabkan terjadinya
obstruksi napas termasuk laringospasme, gerakan pita suara
paradoksal, granuloma, stenosis, dan karsinoma laring.

• Butuh waktu beberapa bulan sampai semua gejala dan


kelainan laring hilang.
• Walaupun beberapa pasien memiliki kemajuan setelah
terapi selama dua bulan, pemeriksaan laring tetap akan
dilakukan selama enam bulan dari pemberian obat anti
refluks.
• Pada penelitian yang dilakukan Belafsky dkk, sebanyak
50% pasien RLF dengan pemberian PPI dua kali sehari
dapat mengalami kemajuan selama dua bulan dan 22%
mengalami kemajuan selama 2-4 bulan. Terapi bedah
fundoplikasi dapat menunjukkan perubahan pada gejala
dan temuan laring setelah 4-14 bulan.
TERIMA KASIH ☺

Anda mungkin juga menyukai