Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN MASALAH


KEPERAWATAN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUANG BOUGANFIL
RSUD CILACAP

Di susun oleh:
Hengky Hikmawan Nugraha
(200102023)

Pembimbing akademik Pembimbing klinik

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
PURWOKERTO
A. Definisi

CKD (Chronic Kidney Disease) atau gagal ginjal kronis (GGK) merupakan
kondisi di mana terjadi penurunan fungsi ginjal secara signifikan selama beberapa
waktu (lebih dari 3 bulan), sehingga CKD juga sering dianggap sebagai gagal ginjal
kronis. Ginjal berfungsi sebagai penyaring ‘limbah’ dan kelebihan cairan dari dalam
tubuh kita yang nantinya akan diekskresikan sebagai urine. Ketika gangguan ginjal
sudah cukup berat,maka‘limbah’dan kelebihan cairan akan mengendap pada tubuh
dan menyebabkan berbagai penyakit.sebagai kondisi dimana ginjal mengalami
penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana
kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan
keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia.

B. Etiologi

Penyebab gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Indonesia tahun


2000 menunjukkan glomerulonefritis menjadi etiologi dengan prosentase tertinggi
dengan 46,39%, disusul dengan diabetes melitus dengan 18,65%, obstruksi dan
infeksi dengan 12,85%, hipertensi dengan 8,46%, dan sebab lain dengan 13,65%
(Sudoyo, 2006).

C. Manifestasi Klinis

1. Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem


reninangiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki, tangan, sakrum), edema
periorbital, Friction rub perikardial, pembesaran vena leher.

2. Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis, kuku
tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.

3. Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul

4. Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia,


mual,muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
5. Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai,
panas pada telapak kaki, perubahan perilaku

6. Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop

7. Amenore dan atrofi testikuler

D. Patofisiologis
Pada awal perjalanannya, keseimbangan cairan, penanganan garam, dan
penimbunan produk sisa masih bervariasi dan bergantung pada bagian ginjal yang
sakit. Sampai fungsi ginjal menurun < 25% normal, manifestasi klinis gagal ginjal
kronis mungkin minimal karena nefron yang sehat mengambil alih nefron yang rusak.
Seiring dengan makin banyak nefron yang mati, nefron yang tersisa menghadapi
tugas yang semakin berat, sehingga nefron akan rusak dan mati. Sebagian dari siklus
kematian ini tampaknya berkaitan dengan tuntuan pada nefron-nefron yang ada
untuk meningkatkan reabsorpsi protein. Pada saat penyusutan progresif nefron-
nefron, terjadi pembentukan jaringan parut dan 21 aliran darah ginjal akan
berkurang. Pelepasan renin akan meningkat bersama dengan kelebihan beban cairan
sehingga dapat menyebabkan hipertensi. Hipertensi akan memperburuk kondisi
gagal ginjal, dengan tujuan agar terjadi peningkatan filtrasi protein-protein plasma.
Kondisi akan bertambah buruk dengan semakin banyak terbentuknya jaringan parut
sebagai respon dari kerusakan nefron dan secara progresif fungsi ginjal menurun
drastis dengan manifestasi penumpukan metabolit-metabolit yang seharusnya
dikeluarkan dari sirkulasi sehingga akan terjadi sindroma uremia berat yang
memberikan banyak manifestasi pada setiap organ.
E. Pemeriksaan penunjang
1. Radiologi : Menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi ginjal.

a. Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya


massa kista, obtruksi pada saluran perkemihan bagian atas.

b. Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan untuk
diagnosis histologis.

c. Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.


d. EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam
basa.

2. Foto Polos Abdomen : Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau
obstruksi lain.

3. Pielografi Intravena : Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi


penurunan faal ginjal pada usia lanjut, diabetes melitus dan nefropati asam urat.

4. USG : Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal , anatomi sistem
pelviokalises, dan ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem
pelviokalises dan ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.
5. Renogram : Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri , lokasi gangguan (vaskuler,
parenkhim) serta sisa fungsi ginjal.

6. Pemeriksaan Radiologi Jantung : Mencari adanya kardiomegali, efusi perikarditis.

7. Pemeriksaan radiologi Tulang : Mencari osteodistrofi (terutama pada falangks


/jari) kalsifikasi metatastik.

8. Pemeriksaan radiologi Paru : Mencari uremik lung yang disebabkan karena


bendungan.

9. Pemeriksaan Pielografi Retrograde : Dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi


yang reversible.

10. EKG : Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri, tandatanda
perikarditis, aritmia karena gangguan elektrolit (hiperkalemia).

11. Biopsi Ginjal : Dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal ginjal
kronis atau perlu untuk mengetahui etiologinya.

12. Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal

a. Laju endap darah


b. Urin
- Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine tidak ada
(anuria).
- Warna : Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan oleh pus /
nanah, bakteri, lemak, partikel koloid,fosfat, sedimen kotor, warna kecoklatan
menunjukkan adanya darah, miglobin, dan porfirin.

- Berat Jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan
ginjal berat).

- Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular,


amrasio urine / ureum sering 1:1.
c. Ureum dan Kreatinin

- Kreatinin: Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin 10 mg/dL


diduga tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5).

F. Penatalaksanaan Medis

1. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya.

2. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid (comorbid condition).

3. Memperlambat perburukkan fungsi ginjal.

4. Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular.

5. Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi.

6. Terapi pengganti ginjal berupa dialysis atau transplantasi ginjal.

Pedoman Untuk Gaya Hidup Pasien Dengan Gagal Ginjal Kronik


1. Berhenti merokok

2. Mengurangi berat badan

3. Kontrol protein diet

4. Asupan alcohol

5. Olahraga

6. Asupan garam
G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan gagal ginjal kronik adalah sebagai
berikut:
a. Hipertensi
b. Infeksi traktus urinarius
c. Obstruksi traktus urinarius,
d. Gangguan elektrolit dan
e. Gangguan perfusi ke ginjal.
H. Pathway

I. Diagnosa keperawatan
- Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas
- Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan pentilasi-perfusi
- Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorsi nutrien

J. Fokus rencana intervensi

N Diagnosa SLKI SIKI


O

1 Pola napas tidak Setelah dilakukan Observasi


efektif b.d asuhan keperawatan • monitor
hambatan upaya selama 3x24 pola napas frequensi’irama,kedalama
napas dapat membaik dengan n dan upaya napas
Kriteria hasil: • monitor pola napas
indikator Awal Ahir • monitor adanya
Tekanan 2 4 sumbatan jalan napas
ekspirasi
• monitor saturasi oksigen
Frequens 2 4
i napas Teraupetik
Ekskursi 2 4
dada • atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
Keterangan: pasien
• Menurun • dokumentasikan hasil
• Cukup menurun pemantauan
• Sedang Edukasi
• Cukup meningkat • jelaskan tujuan dan
• meningkat prosedur pemantauan

2. Gangguan Setelah dilakukan Observasi


pertukaran gas asuhan keperawatan • Monitor kecepatan aliran
b.d 3x24 jam pertukaran oksigen
ketidakseimbanga gas dapat meningkat • Mengatur posisi alat
n ventilasi perfusi dengan kriteria hasil: terapi oksigenmonitor
Indikator Awal ahir tanda tanda hipoventilasi
pusing 2 5 • Monitor aliran oksigen scr

Pola 2 5 priodik
napas
• Monitor tingkat
kecemasan akibat terapi
Keterrangan:
oksigen
• Membuuruk
• Monitor integritas
• Cukup memburuk
mukosa hidung akibat
• Sedang
pemasangan oksigen
• Cukup membaik
Teraupetik

• Pertahankan kepatenan
jalan napas
• Siapkan dan atur
peralatan pemberian
oksigen
• Gunakan perangkat
oksigen yg sesuai dengan
tingkat mobilitas pasien

Edukasi

• Kolaborasi penentuan
dosis oksigen

3. Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan Observasi


ketidak mampuan tindakan keperawatan  Identifikasi status nutrisi
mengabsorsi selama 3x24 Jm status  Identifikasi makanan yg
nutrien nutrisi dapat membaik disukai
dengan kriteria hasil:  Identifikasi kebutuhan
kalori dan jenis nutrien
indikator Awa ahi  Monitor asupan makanan
l r
Pengetahua 2 4  Monitor hasil
n tentang
standar
pemeriksaan
asupan laboratorium
nutrisi yg
tepat Teraupetik
Nafsu 2 4
 Lakukan oral hygine
makan
Fraquensi 2 4 sebelum makan
makan
 Fasilitasi menentukan
Keterangan:
pedoman diet
 Memburuk
 Berikan makanan tinggi
 Cukup memburuk
serat utk mencegah
 Sedang
konstipasi
 Cukup membaik
 Berikan makanan tinggi
 membaik
kalori dan tinggi protein

Edukasi

 Anjurkan posisi duduk jika


mampu
 Anjurkan diet yg di
programkan

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
DAFTAR PUSTAKA

https://askepevery.blogspot.com/2017/07/laporan-pendahuluan-ckd.html

https://www.indonesiare.co.id/id/article/chronic-kidney-disease
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnose
Medis dan Nanda Nic-Noc Jilid 2 Edisi Revisi. Yogyakarta : Mediaction Publising. 2015
rahayu, oktaviani. laporan pendahuluan chronic kidney disease (ckd).

Anda mungkin juga menyukai