Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

GAGAL GINJAL KRONIK

A. Definisi
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan
tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain
dalam darah).

Gagal ginjal kronik merupakan kegagalan fungsi ginjal (unit nefron) yang
berlangsung perlahan-lahan karena penyebab berlangsung lama dan menetap
yang mengakibatkan penumpukan sisa metabolit (toksin uremik) sehingga
ginjal tidap dapat memenuhi kebutuhan biasa lagi dan menimbulkan gejala
sakit.

Gagal ginjal kronik (GGK) adalah salah satu penyakit tidak menular,
merupakan keadaan gangguan fungsi ginjal yang bersifat menahun
berlangsung progresif dan irreversible (tidak dapat kembali ke keadaan
semula). Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit yang menyebabkan
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).

Gagal ginjal kronik adalah ginjal sudah tidak mampu lagi mempertahankan
lingkugan internal yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi
sudah tidak ada.
B. Mekanisme fisiologis
Gagal ginjal merupakan sebuah fenomena kehilangan secara bertahap fungsi
dari nefron. Kerusakan nefron merangsang kompensasi nefron yang masih
utuh untuk mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit. Mekanisme
adaptasi pertama adalah dengan cara hipertrofi dari nefron yang masih utuh
untuk meningkatkan kecepatan filtrasi, beban solut dan reabsorpsi tubulus.

Apabila 75 % massa nefron sudah hancur maka kecepatan filtrasi dan beban
solute untuk tiap nefron sangat tinggi sehingga keseimbangan glomerolus dan
tubulus tidak dapat dipertahankan. Terjadi ketidakseimbangan antara filtrasi
dan reabsorpsi disertai dengan hilangnya kemampuan pemekatan urin.
C. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah
b. Pemeriksaan urin
2. Pemeriksaan EKG
3. Pemeriksaan USG
D. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
a. Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b. Dialysis
- peritoneal dialysis biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut
adalah CAPD (Continues Ambulatori Peritonial Dialysis )
- Hemodialisis Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di
vena dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan
melalui daerah femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung (vaskularisasi ke
jantung )
c. Operasi
- Pengambilan batu
- transplantasi ginjal

E. Diagnosa keperawatan yang muncul


1. Kelebihan Volume Cairan b.d Kerusakan Fungsi ginjal
Krateriahasil :
Nilai elektrolit serum dalam rentang normal, bunyi nafas bersih, tak
ada edema, tekanan darah sistolik (TD) diantara 90-140 mmHg,
peningkatan berat badan saat ini dua pon dari berat badan tidak edema.

Intervensi :

a) Pantau kreatinin dan BUN serum


b) Rujuk pasien ke ahli diet untuk penyuluhan diet dan bantu dalam
merencanakan kebutuhan makanan dengan modifikasi dalam
protein, kalium, fosfor, natrium dan kalori.
c) Jangan memberikan obat-obatan sampai setelah dialisat, bila
tekanan darah tetap di bawah 90/60 mmHg, jangan berikan obat
anti hipertensi.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia dan nyeri sendi


sekunder terhadap gagal ginjal.
Keteria Hasil :
Berkurangnya keluhan lelah, peningkatan keterlibatan pada aktivitas
sosial, laporan perasaan lebih berenergi, frekuensi pernafasan dan
frekuensi jantung kembali normal setelah penghentian aktivitas,
berkurangnya nyeri sendi.

Intervensi :
a. Pantau berat badan setiap hari, kreatinin dan BUN serum,
jumlah makanan yang dikonsumsi dalam setiap makanan, hasil
laporan JDL, terutama hemoglobin dan hematokrit, kadar besi
dan feritin serum, nilai protein serum, masukan dan haluaran,
hasil kalsium serum dan kadar fosfat.
b. Konsul dokter bila keluhan kelelahan menetap
c. Mungkin periode istirahat sepanjang hari

3. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi,


pemeriksaan diagnostik, rencana tindakan dan prognosis.
Kateria Hasil :
Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi, pemeriksaan diagnosik
dan rencana tindakan; sedikit melaporkan perasaan gugup dan takut.

Intervensi :
a. Bila mungkin atur untuk kunjungan dari individu yang
mendapat terapi
b. Berikan informasi tentang :
(1) Sifat gagal ginjal
(2) Pemeriksaan diagnostik termasuk tujuan, deskripsi singkat,
persiapan yang diperlukan sebelum tes.
(3) Tujuan terapi yang diprogramkan.
c. Sediakan waktu untuk pasien dan orang terdekat untuk
membicarakan tentang masalah dan perasaan tentang
perubahan gaya hidup yang akan diperlukan untuk memilih
terapi.
DATAR PUSTAKA

Kapantow, Nova. 2008. Bahan Ajar Ilmu Gizi Klinik. Bagian Ilmu Gizi Fakultas
Kedok-teran, Universitas Sam Ratulangi. Manado.

Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses


Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan

Mubin, Halim. 2007. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis dan Terapi
Edisi 2. EGC. Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC

Sukandar, Enday. 2006. Gagal Ginjal dan Panduan Terapi Dialisis. Pusat Informasi
Ilmiah Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK.UNPAD. Bandung.
Banjarmasin, 13 November 2019

Preseptor Akademik Ners Muda

( Yurida Olviani, Ns., M.Kep ) (Muja Amelia, S.Kep)

Anda mungkin juga menyukai