Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PADA KLIEN DENGAN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI


RUANG CEMPAKA RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE
SAMARINDA

disusun guna memenuhi tugas Program Pendidikan Ners


Stase Keperawatan Medikal Bedah

oleh
Ria cahyati
1911102412022

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR(UMKT)

2019
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP PENYAKIT
1. PENGERTIAN
Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi
ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal ini terjadi bila
laju filtrasi glomerular kurang dari 50 mL/min. (Suyono, et al, 2001).
Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel
dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia. (Smeltzer & Bare, 2001).
2. ETIOLOGI
a. Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis)
b. Penyakit peradangan (glomerulonefritis)
c. Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis)
d. Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa, sklerosis sitemik)
e. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal)
f. Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme)
g. Nefropati toksik
h. Nefropati obstruktif (batu saluran kemih)
(Price & Wilson, 1994)
3. TANDA DAN GEJALA
Gagal ginjal kronis sering kali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal dan
berkembang secara perlahan-lahan. Namun, umumnya tanda dan gejala tahap
akhir dari penyakit gagal ginjal kronis adalah:
a. Gangguan pernafasan
b. Udema
c. Hipertensi
d. Anoreksia, nausea, vomitus
e. Ulserasi lambung
f. Stomatitis
g. Proteinuria
h. Hematuria
i. Letargi, apatis, penuruna konsentrasi
j. Anemia
k. Perdarahan
l. Turgor kulit jelek, gatak gatal pada kulit
m. Distrofi renal
n. Hiperkalemia
o. Asidosis metabolic
4. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin timbul akibat gagal ginjal kronis antara lain :
a. Hiperkalemia
b. Perikarditis
c. Hipertensi
d. Anemia
e. Penyakit tulang

(Smeltzer & Bare, 2001)

5. PATOFISIOLOGI
Gagal ginjal kronik Terjadi bila GFR menjadi kurang dari 5% dari normal. Hanya
sedikit nefron fungsional yang tersisa. Di seluruh ginjal ditemukan jaringan parut dan
atrofi tubuluS. Akumulasi sisa metabolic dalam jumlah banyak seperti ureum dan
kreatinin dalam darah. Retensi natrium akan mempengaruhi kerja jantung sehngga
kerja jantung semakin meningkat. Pada sekresi eritropoetin mengalami penurunan dan
transport O2 akan menurun sehingga mempengaruhi pernafasan. jika Ginjal sudah tidak
mampu mempertahankan homeostatis dan pengobatannya dengan dialisa atau
penggantian ginjal.
6. PATHWAY
Terlampir
7. PENATALAKSANAAN

a. Terapi konservatif
Tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah memburuknya faal ginjal
secara progresif, meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi toksin
azotemia, memperbaiki metabolisme secara optimal dan memelihara
keseimbangan cairan dan elektrolit.
1) Peranan diet
Terapi diet rendah protein (DRP) menguntungkan untuk mencegah atau
mengurangi toksin azotemia, tetapi untuk jangka lama dapat merugikan
terutama gangguan keseimbangan negatif nitrogen.
2) Kebutuhan jumlah kalori
Kebutuhan jumlah kalori (sumber energi) untuk GGK harus adekuat
dengan tujuan utama, yaitu mempertahankan keseimbangan positif
nitrogen, memelihara status nutrisi dan memelihara status gizi.
3) Kebutuhan cairan
Bila ureum serum > 150 mg% kebutuhan cairan harus adekuat supaya
jumlah diuresis mencapai 2 L per hari.
4) Kebutuhan elektrolit dan mineral
Kebutuhan jumlah mineral dan elektrolit bersifat individual tergantung
dari LFG dan penyakit ginjal dasar (underlying renal disease).
b. Terapi pengganti ginjal
Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu
pada LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut dapat berupa hemodialisis,
dialisis ginjal, transplantasi ginjal, pemasangan double lumen
1) Hemodialisis
Tindakan terapi dialisis tidak boleh terlambat untuk mencegah gejala
toksik azotemia, dan malnutrisi. Tetapi terapi dialisis tidak boleh terlalu
cepat pada pasien GGK yang belum tahap akhir akan memperburuk faal
ginjal (LFG). Indikasi tindakan terapi dialisis, yaitu indikasi absolut dan
indikasi elektif. Beberapa yang termasuk dalam indikasi absolut, yaitu
perikarditis, ensefalopati/neuropati azotemik, bendungan paru dan
kelebihan cairan yang tidak responsif dengan diuretik, hipertensi refrakter,
muntah persisten, dan Blood Uremic Nitrogen (BUN) > 120 mg% dan
kreatinin > 10 mg%. Indikasi elektif, yaitu LFG antara 5 dan 8
mL/menit/1,73m², mual, anoreksia, muntah, dan astenia berat.
Hemodialisis di Indonesia dimulai pada tahun 1970 dan sampai sekarang
telah dilaksanakan di banyak rumah sakit rujukan. Umumnya
dipergunakan ginjal buatan yang kompartemen darahnya adalah kapiler-
kapiler selaput semipermiabel (hollow fibre kidney). Kualitas hidup yang
diperoleh cukup baik dan panjang umur yang tertinggi sampai sekarang 14
tahun. Kendala yang ada adalah biaya yang mahal.
2) Dialisis Ginjal
Dialisis ginjal adalah proses penyesuaian kadar elektrolit dan air dalam
darah pada orang yang fungsi ginjalnya buruk atau rusak.pada prosedur ini
darah dilewatkan melalui suatu medium artificial yang mengandung air
dan elektrolit dengan konsentrasi yang telah ditentukan sebelumnya,
medium artificial adalah cairan dialysis.
1) CAPD (continous ambulatory peritoneal dialysis)
Pada dialysis peritoneum membrane peritoneum digunakan sebagai sawar
semipermeabel alami. Larutan dialisat yang telah dipersiapkan
sebelumnya dimasukkan ke dalam rongga peritoneum melalui sebuah
kateter menetap yang diletakkan di bawah kulit abdomen. Larutan
dibiarkan dalam rongga peritoneum selama waktu yang ditentukan
biasanya 4 sampai 6 jam. Selama waktu ini proses difusi air dan elektrolit
terjadi
2) AAPD (automatic ambulatory peritoneal dialysis)
Adalah dialisa yang dilakukan diluar tubuh dengan menggunakan mesin
dimana darah dikeluarkan tubuh melalui sebuah mesin besar dan dalam
mesin tersebut terdapat 2 ruangan yang dipisahkan oleh selaput
semipermeabel.darah dimasukkan ke salah satu ruang, sedangkan ruang
yang lain diisi oleh cairan pen dialysis dan diantaranya akan terjadi difusi
dan setelah itu darah akan dikembalikan ke tubuh.
3) Transplantasi ginjal
Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti ginjal (anatomi dan faal).
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Aktifitas dan Istirahat
Kelelahan, kelemahan, malaise, gangguan tidur
Kelemahan otot dan tonus, penurunan ROM
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi, nyeri dada
Peningkatan JVP, tachycardia, hipotensi orthostatic, friction rub
c. Integritas Ego
Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada kekuatan
Menolak, cemas, takut, marah, irritable
d. Eliminasi
Penurunan frekuensi urin, oliguri, anuri, perubahan warna urin, urin pekat warna
merah/coklat, berawan, diare, konstipasi, abdomen kembung
e. Makanan/Cairan
Peningkatan BB karena edema, penurunan BB karena malnutrisi, anoreksia, mual,
muntah, rasa logam pada mulut, asites
Penurunan otot, penurunan lemak subkutan
f. Neurosensori
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot, kejang, kebas, kesemutan
Gangguan status mental,penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan
berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, koma
g. Nyeri/Kenyamanan
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki
Distraksi, gelisah
h. Pernafasan
Pernafasan Kussmaul (cepat dan dangkal), Paroksismal Nokturnal Dyspnea (+)
Batuk produkrif dengan frotty sputum bila terjadi edema pulmonal
i. Keamanan
Kulit gatal, infeksi berulang, pruritus, demam (sepsis dan dehidrasi), petekie,
ekimosis, fraktur tulang, deposit fosfat kalsieum pada kulit, ROM terbatas
j. Seksualitas
Penurunan libido, amenore, infertilitas
k. Interaksi Sosial
Tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan peran seperti biasanya
(Doengoes, 2000)
2. LABORATORIUM DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan penunjang
1) Urine :
a) Volume
b) Warna
c) Sedimen
d) Berat jenis
e) Kreatinin
f) Protein
2) Darah :
a) Bun / kreatinin
b) Hitung darah lengkap
c) Sel darah merah
d) Natrium serum
e) Kalium
f) Magnesium fosfat
g) Protein
h) Osmolaritas serum
3) Sistouretrogram berkemih
Menunjukkan ukuran kandung kemih, refluks kedalam ureter, retensi.
4) Ultrasono ginjal
Menunjukkan ukuran kandung kemih, dan adanya massa, kista, obstruksi pada
saluran perkemihan bagian atas.
5) Biopsi ginjal
Mungkin dilakukan secara endoskopi untuk menentukan sel jaringan untuk
diagnosis histologis
6) Endoskopi ginjal nefroskopi
Dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal ; keluar batu, hematuria dan
pengangkatan tumor selektif
7) EKG
Mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa,
aritmia, hipertrofi ventrikel dan tanda tanda perikarditis.
b. Pemeriksaan Laboratorium
1) Laboratorium darah :
BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat), Hematologi (Hb, trombosit, Ht,
Leukosit), protein, antibody (kehilangan protein dan immunoglobulin)
2) Pemeriksaan Urin
Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein, sedimen, SDM, keton, SDP,
TKK/CCT
3) Pemeriksaan EKG
Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia, dan
gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia)
4) Pemeriksaan USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim ginjal,
anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta prostate
5) Pemeriksaan Radiologi
Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal
Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan rontgen
dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen.
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pola nafas tidak efektif b/d penurunan energi dan oksigen
b. Ansietas b/d kekhawatiran mengalami kegagalan
c. Intoleransi aktifitas b/d ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen
d. Resiko ketidakseimbngan cairan b/d penyakit ginjal
e. Resiko defisit nutrisi b/d ketidakmampuan mencerna makanan
4. SDKI,SLKI,SIKI (3S)
Terlampir

Anda mungkin juga menyukai