Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di seluruh dunia, jumlah penderita Chronic Kidney Disease (CKD) terus


meningkat dan dianggap sebagai salah satu masalah kesehatan yang dapat
berkembang menjadi epidemi pada dekade yang akan datang. Konsekuensi kesehatan
utama dari CKD bukan saja perjalanan penyakit menjadi gagal ginjal, tapi juga
peningkatan resiko penyakit kardiovaskuler. Bukti-bukti yang ditemukan
menunjukkan bahwa konsekuensi ini dapat diperbaiki dengan terapi yang dilakukan
lebih awal. Pendekatan standar evaluasi terhadap anak dan remaja untuk menentukan
apakah mereka memiliki peningkatan resiko menderita CKD dan evaluasi lanjutan
serta penatalaksanaannya telah difasilitasi oleh the Kidney Disease Outcomes Quality
initiative (K/DOQI) dari the National Kidney Foundation (NKF) dalam suplemen
khusus dari American Journal of Kidney Disease (AJKD) pada Februari 2002 yang
berisi pedoman klinis praktis untuk CKD. Pendekatan evaluasi yang tepat dapat
membantu deteksi awal CKD pada anak-anak dan remaja, dan dengan
penatalaksanaan yang tepat dapat mencegah atau menghilangkan komplikasi serta
menghambat progresifitasnya sehingga tidak menjadi gagal ginjal. Sari kepustakaan
ini akan membahas definisi, klasifikasi, epidemiologi, etiologi, patogenesis,
manifestasi klinis, diagnosis, penatalaksanaan, dan pencegahan CKD.

B. Rumusan Masalah

1) Apa definisi dari Chronic Kidney Disease?


2) Bagaimana epidemiologi terkait Chronic Kidney Disease?
3) Apa saja klasifikasi dari Chronic Kidney Disease?
4) Apasaja etiologi dari Chronic Kidney Disease?
5) Apa manifestasi klinis dari Chronic Kidney Disease?
6) Bagaimana gambaran klinik dari Chronic Kidney Disease?
7) Bagaimana patofisiologi dari Chronic Kidney Disease?
8) Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan Chronic Kidney
Disease?
9) Bagaimana penatalaksanaan klien dengan Chronic Kidney Disease?
10) Bagaimanakah prognnosis dari Chronic Kidney Disease?
11) Komplikasi apa yang dapat terjadi pada Chronic Kidney Disease?
12) Bagaimanakah pencegahan yang dapat dilakukan pada Chronic Kidney
Disease?
13) Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan Chronic Kidney Disease?

C. Tujuan

1. Tujuan umum
Mampu menjelaskan konsep patologis penyakit Chronic Kidney Disease dan
menyusun asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Chronic Kidney Disease.
2. Tujuan khusus
a. Dapat mengetahui proses terjadinya dari Chronic Kidney Disease
b. Mampu mengidentifikasi tanda dan gejala Chronic Kidney Disease
c. Mampu memahami masalah keperawatan yang sedang terjadi pada klien dengan
Chronic Kidney Disease
d. Dapat merumuskan asuhan keperawatan dari Chronic Kidney Disease
D. Manfaat
Bagi mahasiswa
Makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan bacaan oleh
mahasiswa khususnya keperawatan sebagai informasi mengenai konsep penyakit
Chronic Kidney Disease dan penyusunan asuhan keperawatan pada klien dengan
Chronic Kidney Disease yang tepatsehingga dapat meminimalisir angka kejadian.
Pemeriksaan Penunjang

Untuk memperkuat diagnosis diperlukan pemeriksaan penunjang, diantaranya :

1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemerikasaan laboratorium dilakukan untuk menetapkan adanya gagal
ginjal kronik, menetapkan ada tidaknya kegawatan, menetukan derajat gagal
ginjal kronik, menetapkan gangguan sistem dan membantu menetapkan
etiologi. Dalam menetapkan ada atau tidaknya gagal ginjal, tidak semua faal
ginjal perlu diuji. Untuk keperluan praktis yang paling lazim diuji adalah laju
filtrasi glomerulus (LFG)
2. Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
Untuk melihat kemungkinan hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis (misalnya voltase rendah), aritmia, dan gangguan elektrolit
(hiperkalemia, hipokalsemia).
3. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan
parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung
kemih serta prostat. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari adanya faktor
yang reversible seperti obstruksi oleh karena batu atau massa tumor, juga
untuk menilai apakah proses sudah lanjut (ginjal yang lisut). USG ini sering
dipakai karena merupakan tindakan yang non-invasif dan tidak memerlukan
persiapan khusus.
4. Foto Polos Abdome
Sebaiknya tanpa puasa, karena dehidrasi dapat memperburuk fungsi
ginjal. Menilai bentuk dan besar ginjal dan apakah ada batu atau obstruksi
lain.
5. Pemeriksaan Pielografi Retrogad
Dilakukan bila dicurigai ada obstruksi yang reversible.
6. Pemeriksaan Foto Dada
Dapat terlihat tanda-tanda bendungan paru akibat penumpukan cairan
(fluid overload), efusi pleura, kardiomegali dan efusi perikardial.
Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi konservatif
Tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah memburuknya faal
ginjal secara progresif, meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi toksin
azotemia, memperbaiki metabolisme secara optimal dan memelihara
keseimbangan cairan dan elektrolit (Sukandar, 2006).

- Peranan diet
Terapi diet rendah protein (DRP) menguntungkan untuk mencegah
atau mengurangi toksin azotemia, tetapi untuk jangka lama dapat
merugikan terutama gangguan keseimbangan negatif nitrogen.
- Kebutuhan jumlah kalori
Kebutuhan jumlah kalori (sumber energi) untuk GGK harus adekuat
dengan tujuan utama, yaitu mempertahankan keseimbangan positif
nitrogen, memelihara status nutrisi dan memelihara status gizi.
- Kebutuhan cairan
Bila ureum serum > 150 mg% kebutuhan cairan harus adekuat supaya
jumlah diuresis mencapai 2 L per hari.
- Kebutuhan elektrolit dan mineral Kebutuhan jumlah mineral dan elektrolit
bersifat individual tergantung dari LFG dan penyakit ginjal dasar
(underlying renal disease).
b. Terapi simtomatik
1) Asidosis metabolik
Asidosis metabolik harus dikoreksi karena meningkatkan serum
kalium (hiperkalemia). Untuk mencegah dan mengobati asidosis metabolik
dapat diberikan suplemen alkali. Terapi alkali (sodium bicarbonat) harus
segera diberikan intravena bila pH 7,35 atau serum bikarbonat 20 mEq/dl
2) Anemia
Transfusi darah misalnya Paked Red Cell (PRC) merupakan salah satu
pilihan terapi alternatif, murah, dan efektif. Terapi pemberian transfusi darah
harus hati-hati karena dapat menyebabkan kematian mendadak.
3) Keluhan gastrointestinal
Anoreksi, cegukan, mual dan muntah, merupakan keluhan yang sering
dijumpai pada GGK. Keluhan gastrointestinal ini merupakan keluhan utama
(chief complaint) dari GGK. Keluhan gastrointestinal yang lain adalah ulserasi
mukosa mulai dari mulut sampai anus. Tindakan yang harus dilakukan yaitu
program terapi dialisis adekuat dan obat-obatan simtomatik.
4) Kelainan kulit
Tindakan yang diberikan harus tergantung dengan jenis keluhan kulit.
5) Kelainan neuromuskular
Beberapa terapi pilihan yang dapat dilakukan yaitu terapi hemodialisis
reguler yang adekuat, medikamentosa atau operasi subtotal paratiroidektomi.
6) Hipertensi
Pemberian obat-obatan anti hipertensi.
7) Kelainan sistem kardiovaskular
Tindakan yang diberikan tergantung dari kelainan kardiovaskular yang
diderita.
c. Terapi pengganti ginjal
Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium
5, yaitu pada LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut dapat berupa
hemodialisis, dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal (Suwitra, 2006).
1) Hemodialisis
Tindakan terapi dialisis tidak boleh terlambat untuk mencegah gejala
toksik azotemia, dan malnutrisi. Tetapi terapi dialisis tidak boleh terlalu cepat
pada pasien GGK yang belum tahap akhir akan memperburuk faal ginjal
(LFG). Indikasi tindakan terapi dialisis, yaitu indikasi absolut dan indikasi
elektif. Beberapa yang termasuk dalam indikasi absolut, yaitu perikarditis,
ensefalopati/neuropati azotemik, bendungan paru dan kelebihan cairan yang
tidak responsif dengan diuretik, hipertensi refrakter, muntah persisten, dan
Blood Uremic Nitrogen (BUN) > 120 mg% dan kreatinin > 10 mg%. Indikasi
elektif, yaitu LFG antara 5 dan 8 mL/menit/1,73m, mual, anoreksia, muntah,
dan astenia berat (Sukandar, 2006). Hemodialisis di Indonesia dimulai pada
tahun 1970 dan sampai sekarang telah dilaksanakan di banyak rumah sakit
rujukan. Umumnya dipergunakan ginjal buatan yang kompartemen darahnya
adalah kapiler-kapiler selaput semipermiabel (hollow fibre kidney). Kualitas
hidup yang diperoleh cukup baik dan panjang umur yang tertinggi sampai
sekarang 14 tahun. Kendala yang ada adalah biaya yang mahal (Rahardjo,
2006).
2) Dialisis peritoneal (DP)
Akhir-akhir ini sudah populer Continuous Ambulatory Peritoneal
Dialysis (CAPD) di pusat ginjal di luar negeri dan di Indonesia. Indikasi
medik CAPD, yaitu pasien anak-anak dan orang tua (umur lebih dari 65
tahun), pasien-pasien yang telah menderita penyakit sistem kardiovaskular,
pasienpasien yang cenderung akan mengalami perdarahan bila dilakukan
hemodialisis, kesulitan pembuatan AV shunting, pasien dengan stroke, pasien
GGT (gagal ginjal terminal) dengan residual urin masih cukup, dan pasien
nefropati diabetik disertai co-morbidity dan co-mortality. Indikasi non-medik,
yaitu keinginan pasien sendiri, tingkat intelektual tinggi untuk melakukan
sendiri (mandiri), dan di daerah yang jauh dari pusat ginjal (Sukandar, 2006).
3) Transplantasi ginjal
Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti ginjal (anatomi dan
faal). Pertimbangan program transplantasi ginjal, yaitu:
a. Cangkok ginjal (kidney transplant) dapat mengambil alih seluruh
(100%) faal ginjal, sedangkan hemodialisis hanya mengambil alih 70-
80% faal ginjal alamiah
b. Kualitas hidup normal kembali
c. Masa hidup (survival rate) lebih lama
d. Komplikasi (biasanya dapat diantisipasi) terutama berhubungan
dengan obat imunosupresif untuk mencegah reaksi penolakan
e. Biaya lebih murah dan dapat dibatasi
2. Penatalaksanaan Non Medis
a. Pembatasan protein :
- Pasien non dialisis 0,6 -0,75 gram /kg BB/hr sesuai CCT dan toleransi pasien\
- Pasien hemodialisis 1 -12 gram/kgBB ideal/hari -Pasien hemodialisis 1 -1,2
gram/kgBB ideal/hari
- Pasien peritoneal dialisis 1,3 gram/kgBB/hr
b. Pengaturan asupan kalori : 35 kal/kgBBideal/hr
c. Pengaturan asupan lemak : 30 -40% dari kalori total danmengandung jumlah
yang sama antara asam lemak bebas jenuh dan tak jenuh
d. Pengaturan asupan KH : 50 -60% dari total kalori
e. Garam NaCl : 2 -3 gr/hr
f. Kalsium : 1400-1600 mg/hr
g. Kalsium : 14001600 mg/hr
h. Besi : 10 -18 mg/hr
i. Magnesium : 200 300 mg/hr
j. Asam folat pasien HD : 5 mg
k. Air : jumlah urin 24 jam + 500 ml ( insensible water loss)

Referensi

Warady BA, Chadha V. Chronic kidney disease in children: the global perspective. Pediatr
Nephrol 2007;22:19992009

Hogg RJ et al. National Kidney Foundations Kidney Disease Outcomes Quality Initiative
Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease in Children and Adolescents:
Evaluation, Classification, and Stratification. Pediatrics 2003;111:1416-1421.

Anda mungkin juga menyukai