PEMERIKSAAN
DIASNOGTIK
Meliputi pemeriksaan urine, pemeriksaan darah,
osmolalitas serum, KUB foto, pielogram retrograde,
arteriogram ginjal, sistouretrogram berkemih,
ultrasono ginjal, biopsi ginjal, endoskopi ginjal,
nefroskopi, EKG, foto kaki, tengkorak, kolumna
spinal, dan tangan.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Hipervolemia (D.0023).
Gangguan pertukaran gas (D.0003).
Perfusi perifer tidak efektif (D.0009).
Resiko penurunan curah jantung (D.0011).
Defisit nutrisi (D.0019). F
Intoleransi aktivitas (D.0056).
Nausea (D.0076).
Nyeri akut (D.0077).
Gangguan integritas kulit/jaringan (D.0129).
Ansietas (D.0080).
Rencana Keperawatan
Berikut intervensi sesuai dengan Standar d) Monitor keceptan infus secara ketat.
Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI 2018): e) Monitor efek samping diuretik (mis. Hipotensi
ortostatik, hipovolemia, hipokalemia, hiponatremia).
A. Hipervolemia
Manajemen Hipervolemia (I.03114) Observasi Edukasi
a) Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis. a) Anjurkan melapor jika haluaran urin <
Ortopnea, dispnea, edema, JVP/CVP 0,5,mL/kg/jam dalam 6 jam.
meningkat, refleks hepatojugular positif, b) Anjurkan melapor jika BB bertambah > 1 kg
suara npas tambahan). dalam sehari.
b) Identifikasi penyebab hipervolemia.
c) Monitor status hemodinamik (mis. Kolaborasi
Frekuensi jantung, tekanan darah, MAP, c) Kolaborasi pemberian diuretik.
CVP, PAP, PCWP, CO, CI), jika tersedia. d) Kolaborasi penggantian kehilangan kalium
akibat diuretik
Rencana Keperawatan
Terapeutik
B. Gangguan Pertukaran Gas a) Atur interval pemantauan respirasi sesuai
1) Pemantauan Respirasi (I.01014) Observasi kondisi pasien.
a) Monitor frekuensi, irama kedalaman dan b) Dokumentasikan hasil pemantauan.
upaya napas.
b) Monitor pola napas (seperti bradipnea, Edukasi
takipnea, hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne c) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Stokes, Biot, ataksik). d) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
c) Monitor kemampuan batuk efektif.
d) Monitor adanya produksi sputum. 2) Terapi Oksigen (I.01026)
e) Monitor adanya sumbatan jalan napas.
f) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru Observasi
g) Auskultasi bunyi napas. e) Monitor kecepatan aliran oksigen.
h) Monitor saturasi oksigen. I f) Monitor posisi alat terapi oksigen.
i) Monitor nilai AGD. g) Monitor aliran oksigen secara periodik dan
j) Monitor hasil x-ray toraks pastikan fraksi yang diberikan cukup.
Rencana Keperawatan
d) Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat e) Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi.
makan. f) Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan
e) Monitor tanda-tanda hipoventilasi. tingkat mobilitas pasien.
f) Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan
atelaktasis. Edukasi
g) Monitor tingkat kecemasan akibat terapi a) Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan
oksigen. oksigen di rumah.
h) Monitor integritas mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen. Kolaborasi
b) Kolaborasi penentuan dosis oksigen.
Terapeutik
a) Bersihkan sekret pada mulut, hidung dan C. Perfusi Perifer Tidak Efektif
trakea, jika perlu. 1) Perawatan Sirkulasi (I.02079)
b) Pertahankan kepatenan jalan napas. Observasi
c) Siapkan dan atur peralatan pemberian a) Periksa sirkulasi periver (mis. Nadi perifer,
oksigen. edema, pengisian kapiler, warna, suhu, ankle
d) Berikan oksigen tambahan, jika perlu. brachial index).
Rencana Keperawatan
b) Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi
( mis. Diabetes, perokok, orang tua hipertensi dan Edukasi
kadar kolestrol tinggi). a) Anjurkan berhenti merokok.
c) Monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak b) Anjurkan berolah raga rutin.
pada ekstermitas. c) Anjurkan mengecek air mandi untuk
menghindari kulit terbakar.
Teraupetik d) Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah,
a) Hindari pemasangan infus atau pengambilan antikoagulan, dan penurun kolestrol, jika perlu.
darah di daerah keterbatasan perfusi. e) Anjurkan minum obat pengontrl tekanan darah
b) Hindari pengukuran tekanan darah pada secara teratur.
ekstermitas dengan keterbatasan perfusi. f) Anjurkan menggunakan obat penyekat beta.
c) Hindari penekanan dan pemasangan g) Ajarkan program diet untuk memperbaiki
tourniquet pada area yang cidera. sirkulasi ( mis. Rendah lemak jenuh, minyak
d) Lakukan pencegahan infeksi. ikan omega.
e) Lakukan perawatan kaki dan kuku
Rencana Keperawatan
2) Manajemen Sensasi Perifer (I.06195) Teraupetik
a) Hindari pemakaian benda-benda yang
Observasi berlebihan suhunya (terlalu panas atau dingin).
a) Identifikasi penyebab perubahan sensasi.
b) Identifikasi penggunaan alat pengikat, Edukasi
prosthesis, sepatu, dan pakaian. b) Anjurkan penggunaan thermometer untuk
c) Periksa perbedaan sensasi tajam dan tumpul. menguji suhu air.
d) Periksa perbedaan sensasi panas dan dingin. c) Anjurkan penggunaan sarung tangan termal saat
e) Periksa kemampuan mengidentifikasi lokasi memasak.
dan tekstur benda. d) Anjurkan memakai sepatu lembut dan bertumit
f) Monitor perubahan kulit. rendah.
g) Monitor adanya tromboflebitis dan
tromboemboli vena. Kolaborasi
e) Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu.
f) Kolaborasi pemberian kortikosteroid, jika perlu.
Rencana Keperawatan
D. Risiko Penurunan Curah Jantung f) Monitor saturasi oksigen.
1) Perawatan Jantung (I.02075) g) Monitor keluhan nyeri dada (mis. Intensitas, lokasi
Observasi , radiasi, durasi, presivitasi yang mengurangi nyeri).
a) Identifikasi tanda/gejala primer penurunan h) Monitor fungsi alat pacu jantung.
curah jantung (meliputi dispnea, kelelahan, i) Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum
edema, ortopnea, paroxymal nocturnal dan sesudah aktivitas.
dyspnea, peningkatan CVP). j) Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum
b) dentifikasi tanda/gejala sekunder penurunan pemberian obat (mis. Beta blocker, ACE inhibitor,
curah jantung (meliputi peningkatan berat calcium channel blocker, digoksin).
badan, hepatomegali, distensi vena.
c) Monitor tekanan darah (termasuk tekanan Terapuetik
darah ortostatik, jika perlu. a) Posisikan pasien semifowler atau fowler dengan
d) Monitor intake dan output cairan. kaki ke bawah atau posisi nyaman.
e) Monitor berat badan setiap hari pada waktu b) Berikan diet jantung yang sesuai (mis Batasi
yang sama. asupan kefein, natrium, kolestrol, dan makanan
tinggi lemak).
Rencana Keperawatan
Kolaborasi Terapeutik
a) Kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu. a) Kontrol faktor lingkungan penyebab muntah (mis.
bau tak sedap, suara, dan stimulasi visual yang tidak
2) Manajemen Muntah (I.03118) menyenangkan).
Observasi b) Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab muntah
e) Identifikasi karakteristik muntah (mis. warna, (mis. kecemasan, ketakutan).
konsistensi, adanya darah, waktu, frekuansi dan c) Atur posisi untuk mencegah aspirasi.
durasi). d) Pertahankan kepatenan jalan napas.
f) Periksa volume muntah
Rencana Keperawatan
Kolaborasi
e) Bersihkan mulut dan hidung.
a) Kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu.
f) Berikan dukungan fisik saat muntah (mis.
membantu membungkuk atau menundukkan kepala).
H. Nyeri Akut
g) Berikan kenyamanan selama muntah (mis.
1) Manajemen Nyeri (I.08238)
kompres dingin di dahi, atau sediakan pakaian kering
dan bersih).
Observasi
h) Berikan cairan yang tidak mengandung karbonasi
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
minimal 30 menit setelah muntah.
identitas nyeri.
b) Identifikasi skala nyeri.
Edukasi
c) Identifikasi respon nonverbal.
a) Anjurkan membawa kantong plastik untuk
d) Identifikasi respon yang memperberat dan
menampung muntah.
memperingan nyeri.
b) Anjurkan memperbanyak istirahat.
e) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
c) Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis
nyeri.
untuk mengelola muntah (mis. biofeedback,
f) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri.
hipnosis, relaksasi, terapi musik, akupresur).
g) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup.
Rencana Keperawatan
h) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
sudah di berikam.
a) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
i) Monitor efek samping penggunaan analgetik.
b) Jelaskan strategi meredakan nyeri.
c) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
Terapeutik
d) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat.
a) Berikan teknik non farmakologis untuk
e) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
mengurangi nyeri (mis. TENS, hipnosis,
rasa nyeri.
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing,
Kolaborasi
kompres hangat/dingin, terapi bermain).
f) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
b) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan,
2) Pemberian Analgesik (I.08243)
kebisingan)
Observasi
c) Fasilitasi istirahat dan tidur.
g) Identifikasi karekteristik nyeri (mis. pencetus,
d) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pereda, kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi, durasi).
pemilihan strategi meredakan nyeri.
h) Identifikasi riwayat alergi obat.
Edukasi
Rencana Keperawatan
c) Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis.
Edukasi
narkotika, non-narkotik, atau NSAID) dengan tingkat
a) Jelaskan efek terapi dan efek samping obat.
keparahan nyeri.
d) Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
Kolaborasi
pemberian analgesik.
b) Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik,
e) Monitor efektifitas analgesik.
sesuai indikasi. I
Terapeutik
I. Ansietas
a) Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk
1) Reduksi Ansietas (I.09314)
mencapai analgesia optimal, jika perlu.
Observasi
b) Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau
a) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis.
bolus opioid untuk mempertahankan kadar
kondisi, waktu stresor).
dalam serum.
b) Identifikasi kemampuan mengambil keputusan.
c) Tetapkan target efektifitas analgesik untuk
c) Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal).
mengoptimalkan respons pasien.
d) Dokumentasikan respons terhadap efek
Terapeutik
analgesik dan efek yang tidak diinginkan
Rencana Keperawatan
a) Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin
a) Ciptakan suasana terapeutik untuk
akan dialami.
menumbuhkan kepecayaan.
b) Informasikan secara faktual mengenai diagnosis,
b) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan,
pengobatan, dan prognosis.
jika memungkinkan.
c) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika
c) Pahami situasi yang membuat ansietas.
perlu.
d) Dengarkan dengan penuh perhatian.
d) Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif,
e) Gunakan pendekatanyang tenang dan
sesuai kebutuhan.
meyakinkan.
e) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi.
f) Tempatkan barang pribadi yang memberikan
f) Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
kenyamanan.
ketegangan.
g) Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
g) Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang
kecemasan.
tepat.
h) Diskusikan perencanaan realistis tentang
h) Latih teknik relaksasi.
peristiwa yang akan datang.
Kolaborasi
Edukasi
a) Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu.
Rencana Keperawatan
2) Terapi Relaksasi (I.09326) b) Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan
prosedur teknik relaksasi.
Observasi c) Gunakan pakaian longgar.
a) Identifikasi penurunan tingkat energi, d) Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan
ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala lain berirama.
yang mengganggu kemampuan kognitif. e) Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan
b) Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif analgetik atau tindakan medis lain, jika sesuai.
digunakan.
c) Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan Edukasi
penggunaan teknik sebelumnya. a) Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi
d) Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan yang tersedia (mis. musik, meditasi, napas dalam,
darah, dan suhu sebelum dan sesudah latihan. relaksasi otot progresif).
e) Monitor respons terhadap terapi relaksasi. b) Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang
dipilih.
Terapeutik c) Anjurkan mengambil posisi yang nyaman.
f) Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan d) Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis.
dengan pencahayaan dan suhu ruang nyaman, napas dalam, peregangan, atau imajinasi
jika memungkinkan. terbimbing).
Implementasi
Banyak komplikasi ESRD (penyakit ginjal tahap akhir) yang
ditangani berdasarkan protokol medis yang ditentukan untuk
menangani masalah medis khusus ini. Namun penyakit
progresif ini akan menimbulkan sejumlah stres bagi anak dan
keluarga, termasuk stres akibat penyakit yang berpotensi
mengancam nyawa. Pemeriksaan kesehatan berulang terus
dilakukan, yang sering kali mencakup prosedur yang
menyakitkan, efek samping, dan seringnya rawat inap. Setelah
gagal ginjal didiagnosis, memulai hemodialisis sering kali
dianggap sebagai pengalaman positif. Perawat bertanggung
jawab untuk mendidik keluarga tentang arti dan rencana
pengobatan, kemungkinan dampak psikologis dari penyakit,
dan aspek teknis dari prosedur.
Evaluasi
Setiap pasien gagal ginjal kronik perlu dilakukan
evaluasi dan hasil yang diharapkan setelah dilakukannya
intervensi dan implementasi, yaitu a. Cairan seimbang.
b. Pola nafas efektif.
c. Peningkatan perfusi perifer.
d. Tidak terjadi penurunan curah jantung.
e. Asupan nutrisi terpenuhi.
f. Aktivitas sehari-hari terpenuhi.
g. Tingkat nausea menurun.
h. Tingkat nyeri menurun.
i. Peningkatan integritas kulit/jaringan.
j. Ansietas berkurang.
THANK YOU