Anda di halaman 1dari 36

Keperawatan paliatif pada

pasien Gagal ginjal Kronik


KELOMPOK 2
ANGGOTA
1. Maulidya Nurrahmah 30902100136
2. Muhammad Ibrahim Jawa J. 30902100142
3. Naning Setya Wati 30902100157
4. Nurul Latifah 30902100173
5. Perwita Rameka Dewi 30902100175
6. Putri Latifah Aslam 30902100183
7. Sally Angelina Darmadeta 30902100208
8. Salwa Alya Azzahra 30902100210
9. Selvy Saputri Damayanti 30902100212
10. Silvia Nur Ulyasari 30902100226
11. Via Widyaningrum 30902100242
Konsep Gaga
01 Ginjal Kronik
Definisi
Penyakit ginjal kronik (CKD) adalah suatu kondisi
dimana ginjal mengalami kelainan struktural atau
penurunan fungsi yang berlangsung lebih dari 3
bulan dan bersifat progresif serta tidak dapat
disembuhkan (Anggraini and Fadila, 2023)
Etiologi
Beberapa penyakit dapat menyebabkan gagal ginjal kronik, termasuk penyakit
ginjal diabetik (nefropati diabetik), penyakit ginjal polikistik (cystic ginjal
disease) dan gangguan tubulointerstitial (penyakit tubulointerstitial) (Surya,
2021). Faktor risiko penyakit ginjal kronik adalah riwayat penyakit ginjal dalam
keluarga, hipertensi, diabetes, penyakit autoimun, usia lanjut, stadium akhir,
penyakit ginjal akut serta kerusakan struktural ginjal, baik GFR normal maupun
meningkat (Hidayat, 2018).
Manifestasi Klinis

Gagal ginjal kronik tidak memiliki


gejala atau tanda penurunan fungsi Beberapa tanda dan gejala gagal ginjal kronik
yang spesifik, namun gejala mulai sebagai berikut (faisal, 2018)
muncul ketika fungsi nefron mulai 1. Gangguan Sistem Gastrointestinal
menurun secara terusmenerus. Gagal 2. Gangguan Pada Sistem Hematologi dan Kulit
ginjal kronik dapat menyebabkan 3. Sistem Saraf dan Otot
ketergantungan terhadap fungsi organ 4. Sistem kardiovaskular
lain dalam tubuh. Gangguan fungsi 5. Sistem Endokrin
ginjal jika tidak ditangani dengan baik
dapat berakibat serius dan berujung
pada kematian (Sari, 2022).
Patofisiologi
Patofisiologi Gagal ginjal kronik terjadi karena 2 sebab mekanisme,
khususnya pemicu awal dan mekanisme yang sedang berlangsung. Iritasi
awal mungkin merupakan masalah ginjal yang mendasarinya (perkembangan
abnormal atau penyumbatan di sepanjang parenkim ginjal), peradangan yang
disebabkan oleh autoimun, atau nefrotoksisitas. Kerusakan ginjal ini
berlanjut dengan hiperfiltrasi dan hipertrofi nefron yang tersisa. Mekanisme
ini berlanjut dengan produksi beberapa hormon seperti sistem renin-
aldosteron, sitokin dan faktor pertumbuhan. Proses ini meningkatkan tekanan
pengisian arteri pada nefron, sehingga menyebabkan perubahan permeabilitas
pembuluh darah dan struktur glomerulus serta perubahan deposisi yang
akhirnya merusak sistem filtrasi glomerulus. Pada akhirnya, proses yang
berkelanjutan ini menyebabkan sklerosis nefron dan semakin memburuknya
fungsi ginja
Konsep Gagal Ginjal K
02 Terminal
Pengertian Gagal Ginjal Kronik
Terminal
Penyakit ginjal kronik tahap akhir (terminal) adalah ketika fungsi ginjal
berada di bawah 10-15% dan tidak dapat lagi diobati dengan obat-obatan
atau diet. Pada titik ini, ginjal tidak lagi mampu
beradaptasi/mengkompensasi fungsi yang perlu dijalankan. Ginjal sangat
diperlukan bagi tubuh sehingga memerlukan terapi atau pengobatan
untuk menggantikan fungsinya yang disebut dengan terapi pengganti
ginjal. Terapi pengganti ginjal dapat dilakukan dengan menggunakan
cuci darah atau transplantasi ginjal. Ada 2 jenis metode dialysis, yaitu
hemodialisis (hematosentesis atau disingkat HD) dan lavage lambung
(dialisis peritoneal, disingkat PD) (Eka et al., 2019).
Perawatan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
Terminal
Perawatan yang umum digunakan dalam  Cuci darah (dialisis) Cuci darah merupakan tindakan
penanganan penyakit ginjal kronik stadium keperawatan yang harus dilakukan oleh pasien gagal ginjal
akhir adalah pengaturan pola makan, cuci akut maupun kronik. Saat ini, cuci darah hanya menghilangkan
darah, dan transplantasi ginjal. Manajemen diet 48-52% racun urin. Oleh karena itu, pasien tetap memerlukan
diberikan kepada pasien dari tahap awal hingga pembatasan ketat terhadap asupan makanan dan minuman,
akhir. serta intervensi obat untuk mengendalikan aspek lain dari
 Manajemen pola makan (diet) Tujuan gagal ginjal dan mencegah akumulasi sisa metabolisme saat
penatalaksanaan gizi adalah cuci darah.
mempertahankan status gizi optimal,  Transplantasi ginjal Transplantasi ginjal merupakan upaya
mencegah faktor-faktor yang terakhir untuk mengobati pasien penyakit ginjal. Hal ini
memberatkan, memperlambat penurunan terutama dilakukan ketika fungsi ginjal sangat buruk atau
fungsi ginjal, mengurangi dan sudah tidak ada lagi. Prinsip utamanya adalah mengganti ginjal
menghilangkan gejala-gejala yang yang rusak dengan ginjal yang sehat melalui pembedahan (Eka
mengganggu, serta mengatur et al., 2019).
keseimbangan elektrolit.
Epidemiologi Gagal Ginjal Kronik Terminal
Penyakit gagal ginjal kronik menjadi salah satu masalah kesehatan utama di
masyarakat yang merupakan penyakit kronik. Penyakit ginjal kronik
merupakan penyakit persisten yang dapat menyebabkan penyakit ginjal
stadium akhir (ESRF). Penyakit ginjal stadium akhir merupakan penyakit
dimana ginjal sudah tidak dapat berfungsi secara normal dan penderita
memerlukan terapi penggantian ginjal (KRT), seperti cuci darah atau
transplantasi ginjal. Epidemiologi global ESRF mencerminkan karakteristik
genetik, lingkungan, gaya hidup, dan sosio-demografis yang unik di setiap
negara. Penyakit ginjal kronik sudah menjadi epidemi, jumlah kasus baru terus
meningkat dari tahun ke tahun, sedangkan kasus lama masih ditangani dengan
angka kesakitan dan kematian yang tinggi (Eka et al., 2019).
03 Asuhan Keperawatan Pada Pas
Ginjal Kronik
PENGkajian
Pemeriksaan fisik
Meliputi aktivitas/istirahat, sirkulasi, integritas ego,
eliminasi, makanan/ cairan, neurosensori,
nyeri/kenyamanan, pernapasan, keamanan,
seksualitas, interaksi sosial, penyuluhan/pembelajaran.

PEMERIKSAAN
DIASNOGTIK
Meliputi pemeriksaan urine, pemeriksaan darah,
osmolalitas serum, KUB foto, pielogram retrograde,
arteriogram ginjal, sistouretrogram berkemih,
ultrasono ginjal, biopsi ginjal, endoskopi ginjal,
nefroskopi, EKG, foto kaki, tengkorak, kolumna
spinal, dan tangan.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN

 Hipervolemia (D.0023).
 Gangguan pertukaran gas (D.0003).
 Perfusi perifer tidak efektif (D.0009).
 Resiko penurunan curah jantung (D.0011).
 Defisit nutrisi (D.0019). F
 Intoleransi aktivitas (D.0056).
 Nausea (D.0076).
 Nyeri akut (D.0077).
 Gangguan integritas kulit/jaringan (D.0129).
 Ansietas (D.0080).
Rencana Keperawatan

Berikut intervensi sesuai dengan Standar d) Monitor keceptan infus secara ketat.
Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI 2018): e) Monitor efek samping diuretik (mis. Hipotensi
ortostatik, hipovolemia, hipokalemia, hiponatremia).
A. Hipervolemia
Manajemen Hipervolemia (I.03114) Observasi Edukasi
a) Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis. a) Anjurkan melapor jika haluaran urin <
Ortopnea, dispnea, edema, JVP/CVP 0,5,mL/kg/jam dalam 6 jam.
meningkat, refleks hepatojugular positif, b) Anjurkan melapor jika BB bertambah > 1 kg
suara npas tambahan). dalam sehari.
b) Identifikasi penyebab hipervolemia.
c) Monitor status hemodinamik (mis. Kolaborasi
Frekuensi jantung, tekanan darah, MAP, c) Kolaborasi pemberian diuretik.
CVP, PAP, PCWP, CO, CI), jika tersedia. d) Kolaborasi penggantian kehilangan kalium
akibat diuretik
Rencana Keperawatan
Terapeutik
B. Gangguan Pertukaran Gas a) Atur interval pemantauan respirasi sesuai
1) Pemantauan Respirasi (I.01014) Observasi kondisi pasien.
a) Monitor frekuensi, irama kedalaman dan b) Dokumentasikan hasil pemantauan.
upaya napas.
b) Monitor pola napas (seperti bradipnea, Edukasi
takipnea, hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne c) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Stokes, Biot, ataksik). d) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
c) Monitor kemampuan batuk efektif.
d) Monitor adanya produksi sputum. 2) Terapi Oksigen (I.01026)
e) Monitor adanya sumbatan jalan napas.
f) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru Observasi
g) Auskultasi bunyi napas. e) Monitor kecepatan aliran oksigen.
h) Monitor saturasi oksigen. I f) Monitor posisi alat terapi oksigen.
i) Monitor nilai AGD. g) Monitor aliran oksigen secara periodik dan
j) Monitor hasil x-ray toraks pastikan fraksi yang diberikan cukup.
Rencana Keperawatan
d) Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat e) Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi.
makan. f) Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan
e) Monitor tanda-tanda hipoventilasi. tingkat mobilitas pasien.
f) Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan
atelaktasis. Edukasi
g) Monitor tingkat kecemasan akibat terapi a) Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan
oksigen. oksigen di rumah.
h) Monitor integritas mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen. Kolaborasi
b) Kolaborasi penentuan dosis oksigen.
Terapeutik
a) Bersihkan sekret pada mulut, hidung dan C. Perfusi Perifer Tidak Efektif
trakea, jika perlu. 1) Perawatan Sirkulasi (I.02079)
b) Pertahankan kepatenan jalan napas. Observasi
c) Siapkan dan atur peralatan pemberian a) Periksa sirkulasi periver (mis. Nadi perifer,
oksigen. edema, pengisian kapiler, warna, suhu, ankle
d) Berikan oksigen tambahan, jika perlu. brachial index).
Rencana Keperawatan
b) Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi
( mis. Diabetes, perokok, orang tua hipertensi dan Edukasi
kadar kolestrol tinggi). a) Anjurkan berhenti merokok.
c) Monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak b) Anjurkan berolah raga rutin.
pada ekstermitas. c) Anjurkan mengecek air mandi untuk
menghindari kulit terbakar.
Teraupetik d) Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah,
a) Hindari pemasangan infus atau pengambilan antikoagulan, dan penurun kolestrol, jika perlu.
darah di daerah keterbatasan perfusi. e) Anjurkan minum obat pengontrl tekanan darah
b) Hindari pengukuran tekanan darah pada secara teratur.
ekstermitas dengan keterbatasan perfusi. f) Anjurkan menggunakan obat penyekat beta.
c) Hindari penekanan dan pemasangan g) Ajarkan program diet untuk memperbaiki
tourniquet pada area yang cidera. sirkulasi ( mis. Rendah lemak jenuh, minyak
d) Lakukan pencegahan infeksi. ikan omega.
e) Lakukan perawatan kaki dan kuku
Rencana Keperawatan
2) Manajemen Sensasi Perifer (I.06195) Teraupetik
a) Hindari pemakaian benda-benda yang
Observasi berlebihan suhunya (terlalu panas atau dingin).
a) Identifikasi penyebab perubahan sensasi.
b) Identifikasi penggunaan alat pengikat, Edukasi
prosthesis, sepatu, dan pakaian. b) Anjurkan penggunaan thermometer untuk
c) Periksa perbedaan sensasi tajam dan tumpul. menguji suhu air.
d) Periksa perbedaan sensasi panas dan dingin. c) Anjurkan penggunaan sarung tangan termal saat
e) Periksa kemampuan mengidentifikasi lokasi memasak.
dan tekstur benda. d) Anjurkan memakai sepatu lembut dan bertumit
f) Monitor perubahan kulit. rendah.
g) Monitor adanya tromboflebitis dan
tromboemboli vena. Kolaborasi
e) Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu.
f) Kolaborasi pemberian kortikosteroid, jika perlu.
Rencana Keperawatan
D. Risiko Penurunan Curah Jantung f) Monitor saturasi oksigen.
1) Perawatan Jantung (I.02075) g) Monitor keluhan nyeri dada (mis. Intensitas, lokasi
Observasi , radiasi, durasi, presivitasi yang mengurangi nyeri).
a) Identifikasi tanda/gejala primer penurunan h) Monitor fungsi alat pacu jantung.
curah jantung (meliputi dispnea, kelelahan, i) Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum
edema, ortopnea, paroxymal nocturnal dan sesudah aktivitas.
dyspnea, peningkatan CVP). j) Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum
b) dentifikasi tanda/gejala sekunder penurunan pemberian obat (mis. Beta blocker, ACE inhibitor,
curah jantung (meliputi peningkatan berat calcium channel blocker, digoksin).
badan, hepatomegali, distensi vena.
c) Monitor tekanan darah (termasuk tekanan Terapuetik
darah ortostatik, jika perlu. a) Posisikan pasien semifowler atau fowler dengan
d) Monitor intake dan output cairan. kaki ke bawah atau posisi nyaman.
e) Monitor berat badan setiap hari pada waktu b) Berikan diet jantung yang sesuai (mis Batasi
yang sama. asupan kefein, natrium, kolestrol, dan makanan
tinggi lemak).
Rencana Keperawatan

Edukasi E. Defisit Nutrisi


a) Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi. 1) Manajemen Nutrisi (I.03119)
b) Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap.
c) Anjurkan berhenti merokok. Observasi
d) Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat a) Identifikasi status nutrisi.
badan harian. b) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan.
e) Ajarkan pasien dan keluarga mengukur c) Identifikasi makanan yang disukai.
intake dan output cairan harian. d) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien.
e) Identifikasi perlunya penggunaan selang
Kolaborasi nasogastrik.
f) Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu. f) Monitor asupan makanan.
g) Rujuk ke program rehabilitasi jantung. g) Monitor berat badan.
h) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium.
Rencana Keperawatan
Terapeutik
a) Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika
perlu. a ) Anjurkan posisi duduk, jika mampu.
b) Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. b) Ajarkan diet yang diprogramkan.
piramida makanan).
c) Sajikan makanan secara menarik dan suhu Kolaborasi
yang sesuai. c) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
d) Berikan makanan tinggi serat untuk (mis. pereda nyeri, antiemetik), jika perlu.
mencegah konstipasi. d) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
e) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan,
protein. jika perlu.
f) Berikan suplemen makanan, jika perlu.
g) Hentikan pemberian makanan melalui 2) Promosi Berat Badan (I.03136)
selang nasogatrik jika asupan oral dapat
ditoleransi. Observasi
e) Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang.
Edukasi f) Monitor adanya mual dan muntah.
Rencana Keperawatan
c) Monitor jumlah kalori yang dikonsumsi
sehari-hari.
d) Monitor berat badan. Edukasi
e) Monitor albumin, limfosit, dan elektrolit, a) Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi,
serum. namun tetap terjangkau.
b) Jelaskan peningkatan asupan kalori yang
Terapeutik dibutuhkan.
a) Berikan perawatan mulut sebelum
memberikan makan, jika perlu. F. Intoleransi Aktivitas
b) Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi 1) Manajemen Energi (I.05178)
pasien (mis. makanan dengan tekstur halus,
makanan yang diblender, makanan cair yang Observasi
diberikan melalui NGT atau gastrostomi, a) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
total parenteral nutrition sesuai indikasi). mengakibatkan kelelahan.
c) Hidangkan makanan secara menarik. b) Monitor kelelahan fisik dan fungsional.
d) Berikan suplemen, jika perlu. c) Monitor pola dan jam tidur.
e) Berikan pujian pada pasien/keluarga untuk d) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selamam
peningkatan yang dicapai. melakukan aktivitas.
Rencana Keperawatan
Terapeutik
a) Sediakan lingkungan yang nyaman dan d) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
rendah stimulus (mis. cahaya, suara, kelelahan.
kunjungan).
b) Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau Kolaborasi
aktif. a) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
c) Berikan aktivitas distraksi yang meningkatkan asupan makanan.
menenangkan.
d) Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika 2) Terapi Aktivitas (I.05186)
tidak dapat berpindah atau berjalan.
Observasi
Edukasi b) Identifikasi defisit tingkat aktivitas.
e) Anjurkan tirah baring. c) Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam
f) Anjurkan melakukan aktivitas secara aktivitas tertentu.
bertahap. d) Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang
g) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda diinginkan.
dan gejala kelelahan tidak berkurang. e) Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi
dalam aktivitas. e
Rencana Keperawatan
e) Identifikasi makna aktivitas rutin (mis.
bekerja) dan waktu luang. e) Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih.
f) Monitor respons emosional, fisik, sosial, dan f) Fasilitasi transportasi untuk menghadiri aktivitas,
spiritual terhadap aktivitas. jika sesuai.
g) Fasilitasi pasien dan keluarga dalam
Terapeutik menyesuaikan lingkungan untuk mengakomodasi
a) Fasilitasi fokus pada kemampuan, bukan aktivitas yang dipilih.
defisit yang dialami. h) Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis. ambulasi,
b) Sepakati komitmen untuk meningkatkan mobilisasi, dan perawatan diri) sesuai kebutuhan.
frekuensi dan rentang aktivitas. i) Fasilitasi aktivitas pengganti saat mengalami
c) Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan keterbatasan waktu, energi, atau gerak.
tujuan aktivitas yang konsisten sesuai j) Fasilitasi aktivitas motorik kasar untuk pasien
kemampuan fisik, psikologis, dan sosial. hiperaktif.
d) Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai k) Tingkatkan aktivitas fisik untuk memelihara berat
usia. badan, jika sesuai.
l) Fasilitasi aktivitas motorik untuk merelaksasi otot.
Rencana Keperawatan
m)Fasilitasi aktivitas dengan komponen memori r) Fasilitasi pasien dan keluarga memantau kemajuannya
implisit dan emosional (mis. kegiatan keagamaan sendiri untuk mencapai tujuan.
khusus) untuk pasien demensia, jika sesuai. s) Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari.
n) Libatkan dalam permainan kelompok yang tidak t) Berikan penguatan positif atas partisipasi dalam
kompetitif, terstuktur, dan aktif. aktivitas.
o) Tingkatkan keterlibatan dalam aktivitas rekreasi
dan diversifikasi untuk menurunkan kecemasan (mis. Edukasi
vocal group, bola voli, tenis meja, jogging, berenang, a) Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika
tugas sederhana, permainan sederhana, tugas rutin, perlu.
tugas rumah tangga, perawatan diri, dan teka-teki dan b) Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih.
kartu). c) Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial, spiritual,
p) Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika perlu. dan kognitif dakam menjaga fungsi dan kesehatan.
q) Fasilitasi mengembangkan motivasi dan penguatan d) Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau
diri. terapi, jika sesuai.
e) Anjurkan keluarga untuk memberi penguatan positif
atas partisipasi dalam aktivitas
Rencana Keperawatan
Kolaborasi d) Identifikasi penyebab faktor mual (mis. pengobatan
a) Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam dan prosedur).
merencanakan dan memonitor program e) Identifikasi antiemetik untuk mencegah mual (kecuali
aktivitas, jika sesuai. mual pada kehamilan).
b) Rujuk pada pusat atau program komunitas, jika f) Monitor mual (mis. frekuensi, durasi, dan tingkat
perlu. keparahan).
g) Monitor asupan nutrisi dan kalori.
G. Nausea
1) Manajemen Mual (I.03117) Terapeutik
a) Kendalikan faktor lingkungan penyebab mual (mis.
Observasi bau tak sedap, suara, dan rangsangan visual yang
a) Identifikasi pengalaman mual. tidak menyenangkan)
b) Identifikasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan b) Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual
(mis. bayi, anak-anak, dan mereka yang tidak (mis. kecemasan, ketakutan, kelelahan).
dapat berkomunikasi secaara efektif). c) Berikan jumlah makanan dalam jumlah kecil dan
c) Identifikasi dampak mual terhadap kualitas menarik.
hidup (mis. nafsu makan, aktivitas, kinerja, d) Berikan makanan dingin, cairan bening, tidak berbau
tanggung jawab peran, dan tidur). dan tidak berwarna, jika perlu.
Rencana Keperawatan
Edukasi
a) Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup. c) Identifikasi riwayat diet (mis, makanan yang disuka,
b) Anjurkan sering membersihkan mulut, kecuali tidak disuka, dan budaya).
jika merangsang mual. d) Identifikasi faktor penyebab muntah (mis. pengobatan
c) Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan dan prosedur).
rendah lemak. e) Identifikasi kerusakan esofagus dan faring posterior
d) Anjurkan penggunaan teknik nonfarmakologis jika muntah terlalu lama.
untuk mengatasi mual (mis. biofeedback, f) Monitor efek manajemen muntah secara menyeluruh.
hipnosis, relaksasi, terapi musik, akupresur). g) Monitor keseimbangan cairan dan elektrolit.

Kolaborasi Terapeutik
a) Kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu. a) Kontrol faktor lingkungan penyebab muntah (mis.
bau tak sedap, suara, dan stimulasi visual yang tidak
2) Manajemen Muntah (I.03118) menyenangkan).
Observasi b) Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab muntah
e) Identifikasi karakteristik muntah (mis. warna, (mis. kecemasan, ketakutan).
konsistensi, adanya darah, waktu, frekuansi dan c) Atur posisi untuk mencegah aspirasi.
durasi). d) Pertahankan kepatenan jalan napas.
f) Periksa volume muntah
Rencana Keperawatan
Kolaborasi
e) Bersihkan mulut dan hidung.
a) Kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu.
f) Berikan dukungan fisik saat muntah (mis.
membantu membungkuk atau menundukkan kepala).
H. Nyeri Akut
g) Berikan kenyamanan selama muntah (mis.
1) Manajemen Nyeri (I.08238)
kompres dingin di dahi, atau sediakan pakaian kering
dan bersih).
Observasi
h) Berikan cairan yang tidak mengandung karbonasi
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
minimal 30 menit setelah muntah.
identitas nyeri.
b) Identifikasi skala nyeri.
Edukasi
c) Identifikasi respon nonverbal.
a) Anjurkan membawa kantong plastik untuk
d) Identifikasi respon yang memperberat dan
menampung muntah.
memperingan nyeri.
b) Anjurkan memperbanyak istirahat.
e) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
c) Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis
nyeri.
untuk mengelola muntah (mis. biofeedback,
f) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri.
hipnosis, relaksasi, terapi musik, akupresur).
g) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup.
Rencana Keperawatan
h) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
sudah di berikam.
a) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
i) Monitor efek samping penggunaan analgetik.
b) Jelaskan strategi meredakan nyeri.
c) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
Terapeutik
d) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat.
a) Berikan teknik non farmakologis untuk
e) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
mengurangi nyeri (mis. TENS, hipnosis,
rasa nyeri.
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing,
Kolaborasi
kompres hangat/dingin, terapi bermain).
f) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
b) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan,
2) Pemberian Analgesik (I.08243)
kebisingan)
Observasi
c) Fasilitasi istirahat dan tidur.
g) Identifikasi karekteristik nyeri (mis. pencetus,
d) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pereda, kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi, durasi).
pemilihan strategi meredakan nyeri.
h) Identifikasi riwayat alergi obat.
Edukasi
Rencana Keperawatan
c) Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis.
Edukasi
narkotika, non-narkotik, atau NSAID) dengan tingkat
a) Jelaskan efek terapi dan efek samping obat.
keparahan nyeri.
d) Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
Kolaborasi
pemberian analgesik.
b) Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik,
e) Monitor efektifitas analgesik.
sesuai indikasi. I
Terapeutik
I. Ansietas
a) Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk
1) Reduksi Ansietas (I.09314)
mencapai analgesia optimal, jika perlu.
Observasi
b) Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau
a) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis.
bolus opioid untuk mempertahankan kadar
kondisi, waktu stresor).
dalam serum.
b) Identifikasi kemampuan mengambil keputusan.
c) Tetapkan target efektifitas analgesik untuk
c) Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal).
mengoptimalkan respons pasien.
d) Dokumentasikan respons terhadap efek
Terapeutik
analgesik dan efek yang tidak diinginkan
Rencana Keperawatan
a) Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin
a) Ciptakan suasana terapeutik untuk
akan dialami.
menumbuhkan kepecayaan.
b) Informasikan secara faktual mengenai diagnosis,
b) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan,
pengobatan, dan prognosis.
jika memungkinkan.
c) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika
c) Pahami situasi yang membuat ansietas.
perlu.
d) Dengarkan dengan penuh perhatian.
d) Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif,
e) Gunakan pendekatanyang tenang dan
sesuai kebutuhan.
meyakinkan.
e) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi.
f) Tempatkan barang pribadi yang memberikan
f) Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
kenyamanan.
ketegangan.
g) Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
g) Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang
kecemasan.
tepat.
h) Diskusikan perencanaan realistis tentang
h) Latih teknik relaksasi.
peristiwa yang akan datang.
Kolaborasi
Edukasi
a) Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu.
Rencana Keperawatan
2) Terapi Relaksasi (I.09326) b) Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan
prosedur teknik relaksasi.
Observasi c) Gunakan pakaian longgar.
a) Identifikasi penurunan tingkat energi, d) Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan
ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala lain berirama.
yang mengganggu kemampuan kognitif. e) Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan
b) Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif analgetik atau tindakan medis lain, jika sesuai.
digunakan.
c) Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan Edukasi
penggunaan teknik sebelumnya. a) Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi
d) Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan yang tersedia (mis. musik, meditasi, napas dalam,
darah, dan suhu sebelum dan sesudah latihan. relaksasi otot progresif).
e) Monitor respons terhadap terapi relaksasi. b) Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang
dipilih.
Terapeutik c) Anjurkan mengambil posisi yang nyaman.
f) Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan d) Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis.
dengan pencahayaan dan suhu ruang nyaman, napas dalam, peregangan, atau imajinasi
jika memungkinkan. terbimbing).
Implementasi
Banyak komplikasi ESRD (penyakit ginjal tahap akhir) yang
ditangani berdasarkan protokol medis yang ditentukan untuk
menangani masalah medis khusus ini. Namun penyakit
progresif ini akan menimbulkan sejumlah stres bagi anak dan
keluarga, termasuk stres akibat penyakit yang berpotensi
mengancam nyawa. Pemeriksaan kesehatan berulang terus
dilakukan, yang sering kali mencakup prosedur yang
menyakitkan, efek samping, dan seringnya rawat inap. Setelah
gagal ginjal didiagnosis, memulai hemodialisis sering kali
dianggap sebagai pengalaman positif. Perawat bertanggung
jawab untuk mendidik keluarga tentang arti dan rencana
pengobatan, kemungkinan dampak psikologis dari penyakit,
dan aspek teknis dari prosedur.
Evaluasi
Setiap pasien gagal ginjal kronik perlu dilakukan
evaluasi dan hasil yang diharapkan setelah dilakukannya
intervensi dan implementasi, yaitu a. Cairan seimbang.
b. Pola nafas efektif.
c. Peningkatan perfusi perifer.
d. Tidak terjadi penurunan curah jantung.
e. Asupan nutrisi terpenuhi.
f. Aktivitas sehari-hari terpenuhi.
g. Tingkat nausea menurun.
h. Tingkat nyeri menurun.
i. Peningkatan integritas kulit/jaringan.
j. Ansietas berkurang.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai