Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ROLEPLAY

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

CARING

Disusun Oleh: Kelompok 5

Anggota Kelompok:

1. Selvy Saputri Damayanti 30902100212

2. Senia Pangestu Luhur Cahya 30902100213

3. Septina Dwi Monika 30902100214

4. Sesilia Apriliani 30902100215

5. Shabrina Cahya Amalina 30902100216

6. Shabrina Isma Rasyida 30902100217

7. Shindy Serdika Putri 30902100218

8. Shinta Ainur Rohmah 30902100219

9. Shinta Amelia Oktaviani 30902100220


PENDAHULUAN

A. Latar belakang situasi roleplay

Caring merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa Inggris, apabila
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki arti peduli. Caring adalah suatu sikap
atau perilaku seseorang untuk berdedikasi kepada orang lain, mengabdikan rasa kemanusiaan
dengan membantu orang lain, rasa peduli dan perasaan empati sehingga menimbulkan
perilaku untuk menyayangi dan memahami kesukaan serta kebutuhan orang lain. Caring dan
keperawatan mempunyai hubungan yang sangat erat dan tidak dapat terpisahkan, karena
seorang perawat professional adalah perawat yang dapat menerapkan perilaku caring dengan
baik. Kinerja seorang perawat khususnya pada tindakan caring menjadi sangat krusial dalam
mempengaruhi kualitas pelayanan dan kepuasan pasien atau klien terutama di rumah sakit,
dimana kualitas pelayanan menjadi penentu citra institusi pelayanan yang nantinya akan
dapat meningkatkan kepuasan pasien dan mutu pelayanan.

Dalam melakukan asuhan keperawatan caring memiliki tujuan untuk memberikan


dukungan secara fisik maupun psikis kepada klien, menunjukan rasa kasih sayang kepada
pasien agar lebih semangat dalam menghadapi penyakit yang dihadapinya, dan membantu
klien dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Karena penyakit yang dihadapi oleh klien selalu
berbeda dan tidak pernah sama, maka tindakan perawatan yang harus diberikan juga berbeda.
Pada dasarnya penyakit ada 2 yaitu penyakit menular dan penyakit tidak menular. Dalam
memberikan tindakan caring untuk penyakit menular dan penyakit tidak menular akan sangat
berbeda. Seorang perawat professional dituntut untuk memahami tindakan caring demi
mencegah terjadinya tindakan yang kurang tepat terhadap pasien. Contoh penyakit menular
yang memiliki tingkat kematian tinggi adalah tuberculosis.

Tuberkulosis merupakan penyakit menular dengan beban yang tinggi, dan juga
menjadi penyakit penyebab kematian tertinggi di Indonesia, kata direktur pencegahan
penyakit tidak menular, Kementrian Kesehatan Cut Putri Ariane di Graha BNPB, Jakarta
(4/7/2020). Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Penyakit tuberkulosis biasanya menyerang organ paru-paru
yang disebut dengan tuberkulosis paru, selain itu dapat juga menyerang organ lain dan biasa
disebut tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis dapat ditularkan melalui media perantara
udara, apabila seseorang sedang dalam keadaan imunitas yang rendah dan mengalami kontak
erat dengan pengidap tuberkulosis, maka orang tersebut beresiko tinggi tertular penyakit
tuberkulosis.

Ciri-ciri orang yang telah terjangkit tuberkulosis diantaranya mengalami batuk terus
menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih, batuk berdahak bercampur darah, nyeri
dada, demam selama 3 minggu atau lebih, sesak nafas, tidak nafsu makan sehingga terjadi
penurunan berat badan secara signifikan, lemas, berkeringat di malam hari meskipun tidak
melakukan aktivitas apapun. Menurut buku “Indonesia Bebas Tuberkulosis”, pada tahun
2013 telah ditemukan 196.310 kasus tuberkulosis yang dibuktikan dengan tes sputum, lalu
pada tahun 2014 terjadi penurunan jumlah menjadi 176.677 kasus.

Sebelum lanjut ke bagian berikutnya penting bagi kita untuk mengetahui pendapat
para ahli mengenai pengertian dan konsep caring.

1. Jean Watson

Teori Caring Jean Watson mengatakan caring adalah suatu pendekatan


mengenai cara berpikir, berperilaku dan berperasaan seseorang terhadap orang lain.
Caring memiliki tujuan untuk membeikan asuhan fisik, dan memperhatikan emosi serta
meningkatkan rasa aman dan keselamatan pasien.

Watson (2012) dalam Theory of Human Care mengungkapkan bahwa ada sepuluh
carative factor yang dapat mencerminkan perilaku caring dari seorang perawat. Sepuluh
faktor tersebut adalah membentuk sistem nilai humanistik-altruistik, menanamkan
keyakinan dan harapan, mengembangkan sensitivitas untuk diri sendiri dan orang lain,
membina hubungan saling percaya dan saling membantu, meningkatkan dan menerima
ekspresi perasaan positif dan negatif, menggunakan metode pemecahan masalah yang
sistematis dalam pengambilan keputusan, meningkatkan proses belajar mengajar
interpersonal, menyediakan lingkungan yang mendukung, melindungi, dan atau
memperbaiki mental, sosiokultural dan spiritual, membantu dalam pemenuhan kebutuhan
dasar manusia, mengembangkan faktor kekuatan eksistensial fenomenologis.
2. Meleis

Meleis menyebutkan caring adalah pertimbangan pribadi, psikologistik, perspektif


budaya, manifestasi perasaan empati, dedikasi dan intervensi terapeutik kepada pasien.
Dengan caring memungkinkan terjadinya interaksi terapeutik antara perawat dan pasien.

3. Marriner dan Tomey

Marriner dan Tomey (1994) menyatakan bahwa caring merupakan pengetahuan


kemanusiaan, inti dari praktik keperawatan yang bersifat etik dan filosofikal. Caring
bukan semata-mata perilaku. Caring adalah cara yang memiliki makna dan memotivasi
tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan asuhan
fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien.

B. Tujuan roleplay

Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Konsep Dasar
Keperawatan, serta menambah wawasan tentang konsep caring dalam profesi maupun
kehidupan sehari-hari. Selain itu, bertujuan agar mahasiswa dapat mengembangkan
kreativitas dan mengerti tentang bagaimana perilaku caring dalam proses dan praktik
keperawatan serta sebagai salah satu sarana pembelajaran dan pengetahuan mahasiswa.
ISI

A. Deskripsi pelaksanaan tugas

Tugas ini dikerjakan secara kelompok, dibahas melalui media WhatsApp dan
Zoom. Take video dilaksanakan secara mandiri di rumah masing-masing mahasiswa
dikarenakan situasi sekarang yang masih pandemi sehingga tidak memungkinkan untuk
bertatap muka langsung.

B. Setting tempat

1. Koridor kampus : Sore itu Shinta (pasien) dan ke dua temannya sedang
berkumpul bersama di koridor kampus sambil berbincang-bincang mengenai tugas
kuliah.

2. Ruang keluarga : Malam hari saat Shinta dan ibunya sedang duduk di
bersama di ruang keluarga, Shinta terus batuk sehingga membuat Ibunya semakin
khawatir.

3. Rumah sakit : Keesokan harinya Ibu pasien membawa pasien ke rumah


sakit untuk periksa dan mendapatkan penanganan.

4. Pendaftaran rumah sakit : Di tempat pendaftaran rumah sakit.

5. Ruang pemeriksaan : Pasien ditemani Ibunya memasuki ruang pemeriksaan.

6. Ruang rawat : Keesokan paginya perawat 2 dan perawat 3 melakukan


kunjungan kepada pasien di ruang rawat.

C. Setting waktu

1. Sore : Prolog: Sore itu Shinta (pasien) dan ke dua temannya sedang berkumpul
bersama temannya di koridor kampus sambil berbincang-bincang mengenai tugas kuliah.

2. Malam : Malam hari saat Shinta dan ibunya sedang duduk di bersama di ruang
keluarga, Shinta terus batuk sehingga membuat Ibunya semakin khawatir.
3. Pagi : a. Keesokan harinya Ibu pasien membawa pasien ke rumah sakit untuk
periksa dan mendapatkan penanganan.

b. Keesokan paginya perawat 2 dan perawat 3 melakukan kunjungan


kepada pasien di ruang rawat.

D. Pembagian peran

1. Selvy Saputri Damayanti sebagai teman 1

2. Senia Pangestu Luhur Cahya sebagai dokter

3. Septina Dwi Monika sebagai ibu pasien

4. Sesilia Apriliani sebagai resepsionis

5. Shabrina Cahya Amalina sebagai teman 2

6. Shabrina Isma Rasyida sebagai perawat 1

7. Shindy Serdika Putri sebagai perawat 2

8. Shinta Ainur Rohmah sebagai pasien

9. Shinta Amelia Oktaviani sebagai perawat 3

E. Skenario roleplay

Kasus

Shinta Ainur setelah pulang dari perjalanan wisatanya bersama keluarga ke daerah Semarang
mengeluh batuk yang tidak kunjung sembuh dan berdahak campur darah. Ibu dan teman-
temanya menyarankan untuk memeriksakan ke dokter untuk mendapatkan pengobatan.
Setelah dilakukan pemeriksaan oleh Dokter, ternyata Shinta Ainur (Pasien) dinyatakan
mengidap penyakit tuberkulosis.

Prolog: Sore itu Shinta (pasien) dan ke dua temannya sedang berkumpul bersama temannya
di koridor kampus sambil berbincang-bincang mengenai tugas kuliah.
Pasien :(Batuk terus menerus)

Teman 1 :”(Muka mengamati) Shin, kok kamu aku amati dari 3 minggu yang lalu kok
batuk terus sih, mana kamu keliatan sakit banget gitu”

Pasien :”iya nih”

Teman 1 :”kamu udah periksa ke dokter belum?”

Pasien :”belum sih (batuk lagi)”

Teman 2 :”lebih baik kamu cepet bawa periksa ke dokter deh Shin, takutnya malah jadi
tambah parah. Aku nggak tega ngeliat kamu batuk terus gitu”

Pasien :”Nggak ah, aku takut kalo disuruh rawat inap nanti disuntik gimana?”

Teman 2 :”Nggak usah takut kalo emang disuruh rawat inap, itu juga kan demi kebaikan
kamu biar kamu nggak batuk terus kaya gini”

Teman 1 :”Iya, gimana kalo batuk kamu ternyata bisa menular ke orang lain? Kalo kaya
gitu kan malah membahayakan orang yang di dekat kamu”

Pasien :”Iya deh iya besok periksa”

Teman 2 :”Jangan iya-iya doang loh”

Pasien :”(Batuk) Iya”

Malam hari saat Shinta dan ibunya sedang duduk di bersama di ruang keluarga, Shinta terus
batuk sehingga membuat Ibunya semakin khawatir.

Pasien :”(Batuk-batuk)”

Ibu pasien :”Yaampun nak, kamu semenjak dari Semarang kenapa jadi batuk terus gini?
Masuk angin kamu? Atau jangan-jangan kamu suka jajan es sama gorengan
sembarangan ya makanya jadi radang tenggorokan, Ibu kan sudah bilang kalo
jajanan seperti itu tidak baik buat kesehatan”

Pasien :”Iya bu, maaf ya ga lagi lagi deh aku jajan sembarangan”
Ibu Pasien :”Kalau begitu besok pagi kita ke dokter ya, kita periksa biar kamu juga bisa cepet
sembuh batuknya”

Pasien :”Iya bu”

Keesokan harinya Ibu pasien membawa pasien ke rumah sakit untuk periksa dan
mendapatkan penanganan.

Di tempat pendaftaran rumah sakit.

Resepsionis :”Selamat Pagi Ibu, ada yang bisa saya bantu?”

Ibu pasien :”Ada sus, saya ingin mendaftarkan anak saya untuk periksa”

Resepsionis :”Baik, atas nama siapa bu?”

Ibu pasien :”Atas nama Shinta Ainur Rohmah sus”

Resepsionis :”(mengeja ulang perkataan Ibu pasien dengan pelan) Atas nama Shinta
Ainur Rohmah, umur berapa bu?

Ibu pasien :”Umur 18 tahun sus”

Resepsionis :”Nama walinya siapa bu?”

Ibu pasien :”Septina Dwi Monika sus”

Resepsionis :”Alamatnya Bu?”

Ibu pasien :”Desa Megah Rt. 01 Rw. 01”

Resepsionis :“Apa sebelumnya sudah pernah periksa ke rumah sakit ini ibu?”

Ibu Pasien :”Belum pernah sus”

Resepsionis :”Baik ibu, silakan tunggu di ruang tunggu yang sudah disediakan ya
sambil menunggu giliran untuk periksa”

Ibu pasien kemudian meninggalkan meja pendaftaran menuju ke ruang tunggu yang telah
disediakan hingga tiba giliran untuk menemui dokter.
Perawat 1 :”(dengan sedikit keras) Atas nama nona Shinta Amelia Oktaviani silakan masuk
ruang pemeriksaan”

Pasien ditemani Ibunya memasuki ruang pemeriksaan.

Perawat 1 :”Keluhannya apa dek?”

Pasien :”Saya batuk terus sus, sudah dari 3 minggu yang lalu sejak saya pulang dari
perjalanan saya ke Semarang sus”

Perawat 1 :”Apakah batuknya di sertai sesak nafas dek?”

Pasien :”Iya sus, kadang-kadang batuknya juga keluar darah”

Perawat 1 :”Silakan timbang berat badannya dulu dek!”

Pasien kemudian menimbang berat badannya yang ternyata mengalami penurunan sebanyak
4 kg dari berat awal yaiu 52 kg menjadi 48 kg.

Pasien :”Berat badanku turun sampai 4 kg sus, waktu terakhir menimbang berat badan
sekitar 1 bulan yang lalu masih 52 kg”

Perawat 1 :”Berat badanmu turun drastis berarti ya dek?”

Pasien :”Iya Sus”

Perawat 2 :”silahkan duduk lagi dek untuk dicek tekanan darahnya ya”

Setelah di cek tekanan darah kemudian pasien diarahkan oleh perawat 2 untuk menuju meja
dokter.

Dokter :”Selamat Pagi, silakan duduk”

Ibu pasien :”Pagi Dok”

Dokter :”(melihat catatan yang diberikan oleh perawat 2) Batuk sejak 3 minggu yang
lalu setelah pulang dari perjalanan ya”

Ibu pasien :”Iya Dok”


Dokter :”Silahkan berbaring di tempat tidur untuk pemeriksaan”

Pasien kemudian berbaring di tempat tidur dan diperiksa oleh dokter. Setelah dilakukan
pemeriksaan oleh dokter, Pasien dan Dokter duduk kembali ditempatnya.

Dokter :”Baik, mbak Shinta apakah ada gejala nyeri dada saat batuk, sesak napas, dan
sering berkeringat saat malam hari?”

Pasien :”Iya, ada Dok”

Dokter :”Apa sewaktu perjalanan, mbak Shinta bertemu atau mengalami kontak
langsung dengan orang yang juga batuk-batuk terus seperti mbak?”

Ibu pasien :”Saya rasa tidak Dok”

Pasien :”Eh, waktu saya di kamar mandi umu saya bertemu dengan Ibu-Ibu yang batuk
terus Dok, dia juga menyenggol tangan saya waktu itu”

Ibu pasien :”Bagaimana Dok? Sebenarnya anak saya sakit apa?”

Dokter :”Diagnosis awal saya, anak Ibu telah tertular penyakit tuberculosis saat
melakukan perjalanan, untuk memastikannya anak ibu perlu melakukan
pemeriksaan pendukung seperti foto rontgen, tes darah, dan tuberculin skin test”

Ibu pasien :”Apakah penyakit anak saya bisa disembuhkan Dok?”

Dokter :”Tentu saja bisa bu, dengan memimum OAT atau Obat Anti Tuberkulosis
selama waktu 6-12 bulan putri ibu bisa sembuh total, dengan catatan tidak
pernah skip minum obat ya bu”

Pasien :”(mengangguk-anggukan kepala)

Dokter :”Suster, tolong antar pasien untuk menjalankan serangkaian tes untuk
memastikan diagnosanya ya sus”

Perawat 2 :”Baik Dokter. Mari dek silahkan ikut saya”


Perawat 2 kemudian mengantarkan pasien untuk menjalani serangkaian tes yang bertujuan
untuk memastikan diagnosa awal dokter. Ternyata diagnosa awal dokter benar, pasien telah
tertular penyakit tuberculosis dari seorang Ibu-Ibu yang ditemuinya di toilet umum. Dokter
memutuskan untuk merawat inap pasien dan memantau perkembangannya.

Keesokan paginya perawat 2 dan perawat 3 melakukan kunjungan kepada pasien di ruang
rawat.

Perawat 2&3 :”Selamat Pagi”

Ibu pasien :”Pagi suster”

Perawat 3 :”Gimana kondisi adek sekarang? Apakah rasa sakit sama batuknya sudah
sedikit membaik?

Pasien :”Alhamdulillah sudah lebik baik Sus, sesak napasnya juga sudah lebih
baik dari sebelumnya”

Perawat 3 :”Kalau batuk masih bercampur darah tidak Dek?”

Pasien :”Sudah tidak lagi sus”

Perawat 3 :”Baik kalau begitu nanti semisal adek ada rasa yang tidak nyaman dan
sakit dadanya bisa panggil kakak perawat ya”

Ibu pasien :”Baik sus, nanti kalau ada yang saya butuhkan saya akan menghubungi
suster”

Perawat 2 :”Untuk makannya apakah dihabiskan atau tidak dek?”

Pasien :”Saya tidak nafsu makan sus tapi tetap saya usahakan untuk habis kok”

Perawat 2 :”Walaupun tidak nafsu makan harus makan terus ya dek supaya badannya
tidak lemas, sedikit-sedikit tidak apa-apa tapi sering ya”

Ibu pasien :”Baik sus, nanti saya ingatkan anak saya supaya makannya dibanyakin”
Perawat 3 :”Dek, ini obat untuk hari ini, dosisnya 3 kali sehari diminum setelah
makan ya, lalu obatnya juga harus diminum sampai habis dan tidak boleh
telat biar bisa cepet sembuh”

Pasien :”iya sus, terimakasih ya”

Perawat 2 :”Untuk selanjutnya kalau ada gejala batuk lebih dari 3 hari belum sembuh
segera beri tahu orang tua agar cepat diperiksakan ke dokter dan
mendapatkan penanganan medis dan tidak menjadi bahaya seperti ini”

Pasien :”iya sus, saya janji akan langsung bilang ke orang tua dan berhati-hati
saat berkontak dengan orang yang batuk-batuk”

Perawat 2 :”Adek juga harus makan makanan yang sehat, makan sayur yang banyak
dan banyak minum air putih supaya imunitas tubuh adek kuat”

Perawat 3 :”Jangan makan jajan sembarangan juga ya dek, diperhatikan kebersihan


dari penjualnya, bisa jadi di makanan tersebut mengandung bakteri atau
kuman yang bisa bikin adek sakit”

Ibu pasien :”Anak saya memang suka bandel sus, kalau lagi sakit juga suka di
pendem dan di tahan sendiri”

Pasien :”Nggak akan aku ulangin lagi kok bu, aku kapok masuk rumah sakit dan
harus minum obat yang banyak ini”

Perawat 2 :”Bagus dek, jangan diulangi lagi ya soalnya bisa membahayakan tubuh
adek sendiri dan membuat ibu adek khawatir”

Pasien :”Siap suster”

Ibu pasien :”Terimakasih ya sus sudah menasehati anak saya”

Perawat 2 :”Sama-sama ibu, sudah tugas kami untuk memberikan informasi seperti
ini kepada pasien”
Perawat 3 :”Kalau begitu kami tinggal dulu ya bu. Jangan sampai lupa minum
obatnya ya. Semangat sembuh ya dek biar nanti bisa kuliah dan main sama
temen temen lagi”

Pasien :”terimakasih sus”

Perawat 2 :”Permisi Ibu…Adek…”

Ibu pasien & pasien :”Silahkan Sus”

Setelah itu perawat 2 dan perawat 3 pun berlalu pergi meninggalkan ruang rawat inap untuk
melakukan kunjungan ke pasien yang lain.
PENUTUP

A. Kesimpulan

Caring merupakan inti dari keperawatan. Secara umum caring dapat diartikan
sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain, mengabdikan rasa
kemanusiaan dengan membantu orang lain, rasa peduli dan perasaan empati sehingga
menimbulkan perilaku untuk menyayangi dan memahami kesukaan serta kebutuhan
orang lain. Perawat dituntut untuk bersikap care dan juga harus caring dengan sekitarnya.
Caring memiliki tujuan untuk mendukung proses penyembuhan pasien secara total. Jean
Watson, Meleis, Marriner dan Tomey merupakan beberapa ahli yang telah
mengemukakan mengenai teori dan konsep caring dalam keperawatan.

Dalam memberikan tindakan caring seorang perawat dituntut untuk memahami


tindakan caring demi mencegah terjadinya tindakan yang kurang tepat terhadap pasien.
Contoh penyakit menular yang tingkat kematiannya tinggi adalah tuberkolusis, bahwa
penyakit tuberkolusis disebabkan karena adanya bakteri mycobacterium tuberculosis
yang dapat menular melalui udara.

B. Saran

Sikap caring harus diterapkan dalam kehidupan sehati hari, agar perilaku caring
tumbuh dan terbiasa dalam jiwa perawat. Pasien yang sakit kadang hanya butuh perhatian
dari seseorang yang merawatnya agar pasien lebih semangat dalam menghadapi
penyakitnya. Oleh karena itu sebagai perawat disarankan agar benar benar paham tentang
perilaku caring. Saran yang paling tepat untuk mencegah penyakit tuberculosis adalah
meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan yang bergizi. Tuberculosis adalah
penyakit yang dapat disembuhkan, penderita dituntut untuk minum obat sesuai yang
dianjurkan oleh dokter serta teratur memeriksakan diri ke klinik / puskesmas terdekat.
REFERENSI

1. http://repository.ump.ac.id/8252/3/Rizki%20Dwi%20Ananda%20Zakia%20BAB%20II.pdf
2. http://repository.stikeshusadajbg.ac.id/70/1/MODUL%20PEMBELAJARAN%20KDK%20I.pdf
3. http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/27583/VI.%20bab%202.pdf?sequence=6
&isAllowed=y

4. https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas/article/view/3372/3284

5. https://repository.unmul.ac.id/bitstream/handle/123456789/3418/Nur%20Aini%20et.%20all%20S
ISTEM%20PAKAR%20PENDIAGNOSA%20PENYAKIT%20TUBERKULOSIS.pdf?sequence
=1&isAllowed=y
6. https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=BLXPDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1&dq=penj
elasan+mengenai+tuberkulosis&ots=ALR6sh2EHc&sig=6Y6gsXHtlQz7BtKgz2raiKxNMC4&re
dir_esc=y#v=onepage&q=penjelasan%20mengenai%20tuberkulosis&f=false
7. https://docs.google.com/viewerng/viewer?url=https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas/art
icle/viewFile/3372/3284
8. https://conferences.unusa.ac.id/index.php/SNG18/article/view/348/78
9. http://ejournal.stikesmajapahit.ac.id/index.php/HM/article/view/107/98

Anda mungkin juga menyukai