PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan Jiwa menurut undang undang nomer 3 tahun 1966 merupakan suatu
kondisi yang memungkinan perkembangan fisik, intelektual, emosiaonal yang optimal
dari seseorang, dan perkembangan itu selaras dengan perkembangan orang lain
(Suliswati et al. 2005)
Definisi kesehatan jiwa sebagai suatu kondisi sehat emosional, psikologis dan
sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan
koping yang efektif, kondisi diri yang positif, serta kestabilan emosional. (Johnson
dalam Direja, 2011).
Kesehatan jiwa merupakan perasaan sehat yang bahagia serta mampu
mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta
memiiki sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. (Widyawati, 2012).
Prevelansi gangguan jiwa secara nasional mencapai 5,6% dari jumlah
penduduk, dengan kata lain menunjukkan bahwa pada setiap 1000 orang penduduk
terdapat empat sampai lima orang menderita gangguan jiwa. Berdasarkan dari data
tersebut bahwa data pertahun di Indonesia yang mengalami gangguan jiwa selalu
meningkat, (Hidayati, 2011)
Salah satu masalah keperawatan yang terjadi pada klien dengan gangguan jiwa
diantaranya adalah isolasi sosial atau menarik diri. Isolasi sosial menarik diri
merupakan keadaan ketika seseorang mengalami penurunan atau bahkan tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain dan sekitarnya ( Keliat, et al 2009). Menurut Nanda
(2005) isolasi sosial merupakan pengalaman kesendirian secara individu yang
dirasakan segan terhadap orang lain dan sebagai keadaan yang negatif atau
mengancam.
Terapi dalam gangguan jiwa meliputi pengobatan dengan farmakoterapi, serta
pemberian psikoterapi sesuai gejala dan penyakit yang akan mendukung
penyembuhan pasien jiwa. Farmakoterapi merupakan pemberian terapi menggunakan
obat. Terapi obat yang digunakan pada pasien gangguang jiwa yang disebut dengan
psikofarmakoterapi memiliki efek langsung pada proses mental penderita karena
1
kerjanyan berpengaruh pada sistem saraf pusat, misalnya antipsikosis yang digunakan
untuk mengatasi pikiran kacau, meredakan halusinasi (Kusumawati, 2010) tindakan
keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi isolasi sosial yaitu
mengidentifikasi penyebab menarik diri, mendiskusikan bersama pasien keuntungan
dengan orang lain dan kerugian menarik diri, membantu pasien berhubungan dengan
orang lain secara bertahap dan membantu mengungkapkan perasaan pasien setelah
berkenalan dengan orang lain (Damaiyanti, 2010).
Masalah keperawatan isolasi sosial menarik diri jika tidak dilakukan intervensi
lebih lanjut maka akan meyebabkan perubahan persepsi sensori halusinasi dan resiko
tinggi menciderai diri sendiri, orang lain, bahkan lingkungan, selain itu perilaku
tertutup dengan orang lain juga bisa menyebabkan intoleransi aktivitas yang akan
berpengaruh terhadap menurunnya kemampuan perawatan diri (Fitria, 2009)
Berdasarkan data dari Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1 Cengkareng
berdasarkan kasus kelolaan terdapat warga bina sosial sejumlah 27 orang, warga bina
sosial laki-laki sebanyak 16 orang dan perempuan sebanyak 11 orang. Jumlah pada
saat kelolaan tercatat jumlah pasien halusinasi sebanyak 10 orang, perilaku kekerasan
sebanyak 3 orang, isolasi sosial sebanyak 8 orang dan harga diri rendah sebanyak 4
orang, dan waham sebanyak 2 orang.
Berhubungan dengan keterangan di atas, penulisan tertarik untuk membahas
masalah isolasi sosial dan akan membahas secara mendetail pada bab selanjutnya
dengan mengangkat judul Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn. A dengan Isolasi
Sosial di Ruang Cempaka Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1 Cengkareng –
Jakarta Barat.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan isolasi sosial dan
membandingkan asuhan keperawatan isolasi sosial dan membandingkan asuhan
keperawtan isolasi sosial secara teori dan kenyataan khususnya di ruang Cempaka
Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1 Cengkareng – Jakarta Barat.
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan baik secara teori maupun
pada pasien dengan isolasi sosial.
2
b. Membandingkan antara konsep dasar yang terkait dengan fakta yang ada di
lapangan tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan isolasi
sosial khususnya di ruang Cempaka Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa
1 Cengkareng – Jakarta Barat.
c. Memberikan saran dan alternatif penyelesaian masalah dalam menyelesaikan
asuhan keperawatan pada pasien dengan isolasi sosial Panti Sosial Bina Laras
Harapan Sentosa 1 Cengkareng – Jakarta Barat.
d. Memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Program Ners S1
Keperawatan dalam stase Keperawatan Jiwa di Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jakarta.
C. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan dari studi kasus ini dapat dibagi menjadi dua yaitu : manfaat
teoritis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
Dapat menjadi salah satu referensi bagi mahasiswa keperawatan khususnya
mahasiswa program Ners S1 Keperawatan untuk membandingkan antara asuhan
keperawatan secara teoritis dengan kenyataan.
2. Manfaat Praktis
a. Panti Sosial
Mengetahui metode kepewatan yang digunakan untuk mengatasi pasien
dengan isolasi sosial.
b. Ners
Mengetahui bagaimana cara membuat asuhan keperawatan yang komprehensif
dan memberikan perawatan yang optimal pada pasien dengan isolasi sosial.
c. Institusi Pendidikan
Dijadikan contoh laporan kasus dalam melakukan asuhan keperawatan yang
komprehensif dan memberikan perawatan yang optimal pada pasien dengan
isolasi sosial.
d. Penulis
Menambah pengalaman dan wawasan penulis dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan isolasi sosial dan bisa membandingkan
antara teori dengan kenyataan.
3
e. Keluarga
Keluarga lebih mengetahui tanda dan gejala pasien dengan isolasi sosial dan
dapat mengetahui bagaimana cara merawat pasien dengan isolasi sosial.
E. Metode Penulisan
Penulisan laporan kasus ini dengan metode deskriptif yaitu mengungkapkan fakta-
fakta sesuai dengan data yang didapat. Cara pengumpulan data yang digunakan adalah
sebagai berikut :
1. Wawancara atau interview, dimana wawancara dilakukan pada pasien, dan tenaga
kesehatan lainnya serta keluarga jika memungkinkan untuk mendapatkan data dari
kasus tersebut.
2. Pemeriksaan, pengamatan dan observasi sehingga penulis mendapatkan
pengalaman secara langsung dalam memberikan asuhan keperawatan dengan
melakukan pendekatan proses keperawatan.
3. Studi kepustaan, mempelajari buku dan sumber lainnya untuk mendapatkan dasar
ilmiah yang berhubungan dengan permasalahan dalam laporan kasus.
4. Studi dokumentasi, penulis melakukan studi dokumentasi terhadap status pasien
untuk melengkapi data-data yang penulis butuhkan serta melihat catatan
keperawatan agar menentukan tindak lanjut dalam melakukan intervensi
keperawatan pada pasien.
F. Sistematika Penulisan
Laporan kasus ini terdiri dari VI (enam) bab yang disusun dengan sistematika
penulisan sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup
penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II: Laporan gambaran kasus terdiri dari pengkajian, masalah keperawatan,
pohon masalah, diagnosa keperawatan
4
BAB III : Landasan teoritis yang terdiri dari konsep dasar isolasi sosial dan
penatalaksanaan isolasi sosial.
BAB IV : penatalaksanaan tindakan terdiri dari implementasi dan evaluasi
kasus.
BAB V : pembahasan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
daftar diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan
evaluasi
BAB VI : Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
5
BAB II
GAMBARAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Tn. A berusia 34 tahun, datang ke Panti dengan masalah utama Isolasi Sosial. Dari
hasil pengkajian tanggal 18 Maret 2014 klien mengatakan saat itu sedang tidur di warung,
tiba-tiba dibangunkan oleh dua orang satpol pp dan dibilang jangan kabur ikut saja kita
( satpol pp). Klien tidak pernah mengalami gangguan jiwa dimasalalu, tidak ada
pengobatan yang didapatkan dan klien dimarah oleh saudaranya karena merokok pada
malam hari dirumah, klien dan saudaranya sama-sama emosi dan saling memukul, Klien
juga tidak memiliki keluhan pada fisiknya. Klien mengatakan masih memiliki orang tua
lengkap dan klien dua saudara, klien merupakan anak kedua, dalam keluarga klien
mendapatkan perlakuan yang baik namun saat rumah klien ( orang tua) dijual maka klien
berpisah dengan keluarganya karena klien tinggal bersama saudaranya. Sedangkan setelah
itu klien tidak tahu sampai saat ini orang tua tinggal dimana. Dalam membuat keputusan
selalu dimusyawarahkan dan setelah itu ayah yang memutuskannya. Klien mengatakan
tidak terlalu banyak ingat dari pihak ayah karena diambon. Klien juga mengatakan sering
ngumpul dirumah nenek yang dibogor waktu masih sekolah dulu pada usia belasan tahun
sampai usia 18 tahun. Klien beragama protestan bahkan selama di Panti klien sering ikut
kebaktian dan percaya pada tuhan yesus, pada waktu SMA dulu klien aktif dalam
kegiatan gereja namun setelah selesai SMA klien tidak pernah ikut kegiatan gereja.
Dari hasil wawancara klien mengatakan diusir oleh saudaranya dari rumah. Sehingga
klien tinggal di jalanan dan tidak tahu harus kemana dan melakukan apa, hanya terdiam
dan bingung. klien mengatakan tidak ada hal yang disukai dari dirinya, tidak tahu hal apa
yang tidak disukai pada diri sendiri. klien mengatakan tidak tahu pendapat orang tentang
dirinya Klien mengatakan dirinya biasa saja dalam keluarga dan tidak tahu perkataan
orang lain terhadap dirinya. Klien merasa takut untuk berintraksi dengan orang lain dan
bingung hendak bicara apa. Klien mengatakan takut salah ngomong. Klien mengatakan
bingung saat hendak berbincang-bincang dengan orang lain. Klien mengatakan punya
6
teman 4 orang saja, 1 teman sekamar dan 3 lagi teman merokok. Klien mengatakan jika
lagi ada masalah tidak bercerita kesiapapun hanya dipikirkan dan mencari solusi sendiri.
Klien mengatakan sudah mandi tadi pagi jam 05:00 WIB, setiap mandi ganti
baju, saat mandi kuku jarang digosok, Klien mengatakan kalau badan terutama
pergelangan kedua tangan, kaki dan siku gatal – gatal (koreng) dan tidak punya sandal.
Dari hasil observasi, klien saat di ajak berbicara tidak ada kontak mata jika tidak
diminta oleh perawat untuk menatap, klien saat di berikan pertanyaan seperti tidak ingin
menjawab sehingga lambat mengeluarkan jawaban (kata-kata), klien terkadang
mengulang jawaban dan suka terdiam saat ditanya, klien hanya berbicara jika ditanya.
klien tampak menyendiri dipojok dekat pohon, Klien terlihat duduk merangkul kaki,
Klien terlihat bingung, Klien tampak sering diam dan menunduk, Afek sesuai, klien
tampak lesu tidak bersemangat untuk beraktivitas, Saat interaksi kontak mata kurang,
Sering menunduk, Ekspresi wajah sedih
Klien tampak berbaju dan celana sesuai dan rapi, terlihat sela – sela jari kedua
tangan dan kaki bintik – bintik merah dan ada luka, Rambut berminyak, bau asam
(keringat) dan sedikit ketombe, Klien tidak menggunakan sandal, Nafas klien tidak bau,
gosok gigi hanya 1 kali pada pagi hari.
Daya ingat klien baik, ini terbukti dari hasil wawancara jika ditanya oleh perawat
klien selalu menjawab dan mampu mengingat dengan baik teman-teman dan anggota
keluarga serta tahapan sampai klien berada dipanti bina laras. Klien dapat berkonsentrasi
dimana klien dapat menjelaskan pembicaraan dan mampu berhitung dengan baik. Klien
tidak mengalami gangguan penilaian bermakna.
Klien tidak membutuhkan bantuan dalam hal makan atau minum, klien bisa
makan atau minum sendiri dan tahu alat apa saja yang harus digunakan saat makan atau
minum. Begitu pun dalam hal BAB/BAK pasien melakukannya tanpa bantuan dan klien
tahu dimana harus BAB/BAK. Klien juga mampu untuk mandi sendiri tahu alat apa yang
digunakan saat mandi namun karena terbatasnya alat terkadang pasien tidak keramas dan
sikat gigi.
Klien kurang mengetahui tentang penyakit jiwa dan obat-obatan yang berkaitan
dengan dirinya.
B. MASALAH KEPERAWATAN
Masalah yang ditemui pada Tn. A:
7
Isolasi Sosial (18 maret 2014)
Data Subjektif: Klien merasa takut dan malas untuk berintraksi dengan orang lain dan
bingung hendak bicara apa, lebih enak sendiri . Klien mengatakan takut salah ngomong,
Klien mengatakan bingung saat hendak berbincang-bincang dengan orang lain. Klien
mengatakan punya teman 4 orang saja, 1 teman sekamar dan 3 lagi teman merokok, kalau
berkenalan takut dipelototin,
Data objektif: klien saat di ajak berbicara tidak ada kontak mata kurang, Klien tampak
sendiri dipojok dekat pohon, Klien terlihat duduk merangkul kaki, Klien terlihat bingung,
Klien tampak sering diam dan menunduk, Afek sesuai.
Data subjektif: klien mengatakan diusir oleh saudaranya dari rumah. Sehingga klien
tinggal di jalanan dan tidak tahu harus kemana dan melakukan apa, hanya terdiam dan
bingung. klien mengatakan tidak ada hal yang disukai dari dirinya, tidak tahu hal apa
yang tidak disukai pada diri sendiri, Klien mengatakan dirinya biasa saja dalam keluarga
dan tidak tahu perkataan orang lain terhadap dirinya.
Data objektif: klien tampak lesu tidak bersemangat untuk beraktivitas, Saat interaksi
kontak mata kurang, Sering menunduk, Ekspresi wajah sedih
8
Data subjektif: Klien mengatakan sudah mandi tadi pagi jam 05:00 WIB, setiap mandi
ganti baju, saat mandi kuku jarang digosok. Klien mengatakan kalau badan terutama
pergelangan kedua tangan, kaki dan siku gatal – gatal (koreng) dan tidak punya sandal.
Data objektif : Klien tampak berbaju dan celana sessuai dan rapi, terlihat sela – sela jari
kedua tangan dan kaki bintik – bintik merah dan ada luka, Rambut berminyak, bau asam
(keringat) dan sedikit ketombe, Klien tidak menggunakan sandal, Nafas klien tidak bau,
gosok gigi hanya 1 kali pada pagi hari.
C. POHON MASALAH
Isolasi Sosial
Defisit perawatan diri Care problem
D. DIGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi sosial
2. Harga diri rendah
3. Inefektif koping keluarga
4. Defisit perawatan diri
9
BAB III
TINJAUAN TEORITIS
2. Prilaku Maladaptif
a) Respon Maladaptif
Adalah respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah
yang menyimpang dari norma- norma dan kebudayaan suatu tempat.
Karakteristik perilaku maladaptif tersebut adalah:
1) Menarik diri
Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak
berhubungan dengan orang lain untuk mencari ketenangan sementara
waktu.
2) Manipulasi
Adalah hubungan sosial yang terdapat pada individu yang menganggap
orang lain sebagai objek dan berorientasi pada diri sendiri atau pada
tujuan, bukan berorientasi pada orang lain. Individu tidak dapat
membina hubungan sosial secara mendalam.
10
3) Ketergantungan
Individu gagal mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan
yang dimiliki
4) Impulsif
Ketidakmampuan merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari
pengalaman, tidak dapat diandalkan, mempunyai penilaian yang buruk
dan cenderung memaksakan kehendak.
5) Narkisisme
Harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan
penghargaan dan pujian, memiliki sikap egosentris, pencemburu dan
marah jika orang lain tidak mendukung (Ernawati, dkk, 2009).
Isolasi Sosoal
11
terfokus satu arah, tertawa sendiri, dan mengarahkan telingan pada
sumber suara.
Diketahui juga bahwa secara teori Penyebab isolasi social ada beberapa
factor yaitu;
1. Faktor Predisposisi:
Faktor Perkembangan: Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk
berhubungan sosial berkembang sesuai dengan proses tumbuh
kembang mulai dari usia bayi sampai dewasa lanjut untuk dapat
mengembangkan hubungan social yang positif, diharapkan setiap tahap
perkembangan dilalui dengan sukses. Sistem keluarga yang terganggu
dapat menunjang perkembangan respon sosial maladaptif.
Faktor Biologis : Faktor genetic dapat berperan dalam respon social
maladaptif. Gangguan dalam otak, seperti pada skizofrenia terdapat
struktur otak yang abnormal ( atropi otak, perubahan ukuran dan
bentuk sel – sel dalam limbik dan daerah kortik.
Faktor Sosiokultural : Isolasi sosial merupakan factor utama dalam
gangguan berhubungan. Hal ini diakibatkan oleh norma yang tidak
mendukung pendekatan terhadap orang lain, tidak mempunyai anggota
masyarakat yang kurang produktif seperti lanjut usia, orang cacat dan
penderita penyakit kronis. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi
norma, perilaku dan system nilai yang berbeda dari yang dimiliki
budaya mayoritas.
Faktor dalam Keluarga :Pada komunikasi dalam keluarga dapat
mengantar seseorang dalam gangguan berhubungan, bila keluarga
hanya menginformasikan hal- hal yang negative dan mendorong anak
mengembangkan harga diri rendah. Adanya dua pesan yang
bertentangan disampaikan pada saat yang bersamaan, mengakibatkan
anak menjadi enggan berkomunikasi dengan orang lain.
2. Faktor Presipitasi : Stress sosiokultural; Stres dapat ditimbulkan oleh
karena menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang
yang berarti, misalnya karena dirawat di rumah sakit. Stress psikologi ;
Ansietas berat yang berekepanjangan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk
12
berpisah dengan orang dekat atau kegagalan orang lain untuk
memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan ansietas
tingkat tinggi (Ernawati, dkk, 2009).
B. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Tujuan khusus
a. isolasi social adalah diharapkan :
1) klien dapat membina hubungan saling percaya,
2) klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri,
3) Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan social dan kerugian
menarik diri
4) Klien dapat melaksanakan hubungan social secara bertahap dan
5) Klien mampu menjelaskan perasaanya setelah berhubungan social.
13
5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat
2. Tindakan keperawatan
a. SP Isolasi Sosial
SP1 Isolasi Sosial:
1) Mengidentifikasikan penyebab isolasi social
2) Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan
orang lain
3) Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan
orang lain
4) Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
5) Member kesempatan klien mempraktekan cara berkenalan dengan satu
orang
6) Menganjurkan pasien memasukan kegiatan latihan berbincang-bincang
dalam kegiatan harian
14
3) Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang
dalam kelompok pada kegiatan harian klien
SP2 HDR :
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2) Melatih kemampuan kedua klien
3) Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
15
2) Memberikan kesempatan klien mempraktekkan cara
mengontrol halusinasi dengan obat
3) Menganjurkan pasien memasukan kegiatan minum obat dengan
benar dalam kegiatan harian
16
BAB IV
PELAKSANAAN TINDAKAN
17
memasukkan kegiatan latihan berkenalan dan memperkenalkan diri ke dalam jadwal
kegiatan harian.
18
klien untuk memasukkan ke jadwal kegiatan harian setelah melakukan latihan
berkenalan dan memperkenalkan 4 orang.
Evaluasi
Subjektif : Klien mengatakan berkenalan dan memperkenalkan diri kepada yang mau
enak diajak bicara saja, takut marah jika dipaksa diajak bicara.
Objektif : Kontak mata sudah lebih sering, terkadang klien masih menunduk saat
bicara, memperkenalkan diri dan berkenalan pada 4 orang, beraktivitas bersama
teman-temannya (kerja bakti).
Analisa : Isolasi Sosial belum teratasi.
Planning klien : Menyarankan klien untuk latihan berkenalan dan memperkenalkan
diri dengan 1 orang, 2 orang dan 4 orang, Menganjurkan klien untuk memasukkan ke
dalam jadwal kegiatan harian.
19
Planning klien : Menyarankan klien untuk latihan berkenalan dan memperkenalkan
diri (berbincang-bincang) dengan teman-temannya, dan Menyarankan klien untuk
memasukkan jadwal kegiatan harian ke dalam jadwal harian.
20
Pukul : 14.00-14.25 WIB
Tujuan Umum : Klien mengetahui tentang pentingnya perawatan diri dan
cara-cara melakukan perawatan diri.
Tindakan yang telah dilakukan : Tindakan keperawatan yang diberikan pada Tn. A
dengan DPD adalah Mendiskusikan pentingnya kebersihan diri (mandi, keramas,
gosok gigi, potong kuku), makan yang baik/benar, Mendiskusikan cara-cara menjaga
kebersihan diri dan cara makan yang baik/benar, Menyarankan klien untuk
memperagakan kembali apa yang telah, dicontohkan, Menganjurkan klien untuk
latihan kegiatan cara-cara kebersihan diri dan cara makan yang benar dan
Menyarankan klien untuk memasukkan kegiatan latihan ke dalam jadwal harian.
Evaluasi :
Subjektif : Klien mengatakan akan berusaha melakukan dengan baik apa yang telah
didiskusikan tadi bersama perawat, gatal diatas siku, jari-jari dan kaki sudah dikasih
salep, makan cuci tangan, gogok gigi biasa hanya 1 x saja/hari, keramas jika ada
shampo.
Planning klien : Menyarankan klien untuk latihan kegiatan cara menjaga kebersihan
diri yang benar dan cara makan yang benar dan Menganjurkan untuk memasuki
kegiatan latihan ke dalam jadwal harian klien.
21
Tindakan yang telah dilakukan : Tindakan keperawatan yang diberikan pada Tn. A
dengan DPD adalah Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien tentang latihan
kebersihan diri : gosok gigi, mandi, keramas, potong kuku dan cara makan yang
benar dan Mendiskusikan cara eliminasi : BAB/BAK yang baik/benar.
Evaluasi :
Subjektif : Klien mengatakan sudah latihan menjaga kebersihan diri di hari Sabtu
dan minggu dan cari makan yang baik, klien mengatakan senang dapat melakukan
kegiatan, klien mengatakan cara BAB/BAK yang benar, klien mengatakan cara Bak
yang benar, klien mengatakan senang dapat informasi dan berdiskusi dengan
perawat, gogok gigi 2x, makan cuci tangan, mandi, keramas tapi tidak pakai shampo
dari yang atas ke bawah mengosok badan. Objektif : Tampak klien mampu
mengungkapkan/menyebut cara-cara eliminasi walau tidak semua benar, klien
mampu mengungkapkan kembali apa yang telah disampaikan oleh perawat, walau
kadang dibantu, mampu mengikuti diskusi dengan baik, tampak rambut rapi, bersih,
kuku bersih pendek, nafas tidak bau, gatal-gatal sudah mengering.
Planning klien: Menyarankan klien untuk latihan kegiatan cara menjaga kebersihan
diri yang benar dan cara makan yang benar dan Menganjurkan untuk memasuki
kegiatan latihan ke dalam jadwal harian klien.
Tindakan yang telah dilakukan : Tindakan keperawatan yang diberikan pada Tn. A
dengan DPD adalah Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, Mendiskusikan cara
bedandan, Mencontohkan cara berdandan, menyarankan pasien mempraktekkan cara
berdandan, Menyarankan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian .
Evaluasi :
22
Subjektif : Klien mengatakan BAK pada closed/wc, sudah BAB dan cuci tangan
setelahnya, memahami apa yang telah didiskusikan bersama, menyebutkan cara-cara
berdandan, tidak ada minyak rambut, tidak ada sisir, baju sudah disiapkan oleh
petugasnya
Planning klien : Menyarankan klien untuk latihan berdandan yang benar dan
Menyarankan klien untuk memasukan latihan kedalam jadwal kegiatan harian.
Evaluasi :
Subjektif : Klien mengatakan dirumah pernah cuci piring, cuci baju, menyapu,
mengepel, membersihkan kamar mandi, selama disini tidak pernah karena ada yang
petugas percaya, paling bersihkan got/sikat selokan, menyapu dan mengepel jika
disuruh saja, yang lain tidak pernah.
23
Objektif : Tampak klien mampu mengungkapkan kemampuan positifnya; menyapu,
mengepel, mencuci piring, membersihkan kamar mandi, merapikan tempat tidur,
mampu memilih kegiatan yang ingin dilatih yaitu menyapu dan mengepel dan
mencuci piring untuk besoknya, mampu menyebutkan peralatan yang harus disiapkan
untuk menyapu dan mengepel, mampu memperagakan kembali cara-cara kegiatan
menyapu dan mengepel yang benar, kontak mata sudah sering, biacara berhadapan.
Analisa : masalah HDR belum teratasi
Planning Klien : menyarankan klienn untuk latihan kegiatan menyapu dan mengepel
Dan menyarankan untuk memasukan latihan kegiatan kedalam jadwal kegiatan
harian.
Evaluasi :
Subjektif : Klien mengatakan ada latihan jam 16.00 menyapu, mengepel, klien
mengatakan alat-alat mencuci piring ; sabun, spon, ember/baskom berisi air bersih,
selang atau air yang mengalir, tempat/ keranjang untuk tempat yang sudah bersih.
Klien selama disini belum pernah lagi mencuci piring/ gelas/ sendok, senang dapat
melakukan cuci piring.
Objektif : Tampak klien melakukan tugas yang diberikan perawat secara mandiri,
mampu mengikuti diskusi dengan baik, mampu mengungkapkan pendapat tentang
alat-alat yang digunakan untuk mencuci piring, mampu memperagakan kembali cara-
cara mencuci piring yang benar, tampak bersemangat dan mampu menyelesaikan cuci
piring dengan baik, tampak santai dan komunikasi tetap ada, saat bicara kontak mata
selalu ada
24
Analisa : Maslah HDR Belum teratasi
Planning Klien : Menyarankan klien untuk latihan kegiatan mencuci piring yang
benar dan Menyarankan klien memasukan latihan cuci piring kedalam jadwal
kegiatan harian.
BAB V
PEMBAHASAN
Pada kesempatan kali ini akan dibahas mengenai keberhasilan yang telah dicapai oleh
klien dan hambatan yang ditemukan pada saat merawat klien serta pemecahan masalah yang
telah dilakukan :
Pada saat awal membina hubungan saling percaya, kelompok dapat melakukannya
dengan optimal. Kelompok mulai membina hubungan saling percaya pada saat pertama
kali berinteraksi. Pencapaian terbinanya hubungan saling percaya antara kelompok dan
klien tidak dapat dipungkiri bahwa faktor klien juga turut mendukung dalam terbinanya
hubungan saling percaya tersebut. Ketika berinteraksi dengan kelompok, klien bersikap
kooperatif, hal yang ditunjukkan dengan klien mau menjawab salam, dan mau berjabat
25
tangan, kontak mata ada serta mau mengungkapkan perasaan dan masalahnya kepada
kelompok.
Setelah hubungan saling percaya dapat terbina kelompok melanjutkan pada tindakan
keperawatan sesuai dengan tujuan khusus yaitu klien dapat mengidentifikasi penyebab
isolasi sosial, berdiskusi tentang keuntungan berinteraksi keuntungan dengan orang lain
dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain serta klien dapat atau mampu
berkenalan dengan orang lain. Pada saat kelompok melakukan tindakan sesuai dengan
tujuan khusus, kelompok melakukan diskusi dengan klien dan memberikan
reinforcement positif pada setiap kemampuan atau jawaban yang dilakukan klien.
Kelompok juga mengalami sedikit hambatan dalam berdiskusi tentang keuntungan
berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain, karena
menurut Budi Keliat (2011), Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari
interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain, begitu pula
dengan klien Tn. A setiap kali ditanya, klien lebih sering menjawab dengan kata “iya,
tidak tahu, malu”. Perasaan klien juga cepat berubah jika ada pembicaraan yang menjadi
pengalaman traumatik bagi klien. Klien mengatakan malas dan takut mau bergaul dengan
orang lain, lebih enak sendiri. kalau berkenalan takut dipelototin, hanya memiliki 4
teman. Solusi yang dilakukan oleh kelompok untuk klien dapat berinteraksi dengan cara
memotivasi dan meyakini klien bahwa klien mampu berkenalan dan mempunyai teman –
teman baru, kelompok juga mencoba memfasilitasi klien dengan memberikan pertanyaan
tertutup dengan pilihan jawaban dari perawat pada akhirnya, klien dapat berdiskusi
tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak berinteraksi
dengan orang lain. Perawat juga mengorientasikan kembali tujuan interaksi, yaitu demi
kepentingan klien, bukan untuk memenuhi kebutuhan kelompok.
26
Kelompok juga mengalami hambatan terkait waktu, dimana masing – masing
kelompok sedang menjalani tindakan keperawatan pada klien kelolaan individu sendiri,
saat memberikan asuhan keperawatan pada Tn. A. kelompok mencoba mengatasi
hambatan ini dengan mengunjungi dan memberikan asuhan keperawatan secara
bergantian.
Pada umumnya klien dengan masalah harga diri rendah merasa diri tidak berguna,
bahwa perilaku harga diri rendah adalah suatu keadaan dimana evaluasi diri dan
perasaan terhadap diri sendiri atau kemampuan diri yang negatif, yang secara langsung
atau tidak langsung diekspresikan”. Klien mampu menyebutkan kemampuan postifif yang
dimiliki, kelompok dan klien membantu menilai kemampuan yang dapat digunakan
setelah itu memilih kemampuan yang dapat dilakukan dipanti bina laras harapan sentosa
I, serta melatih kemampuan yang telah dipilih. Hambatan yang kelompok hadapi juga
dapat kelompok atasi dengan kontak singkat tetapi sering, sehingga klien semakin yakin
bahwa kelompok akan membantu klien dengan demikian klien dapat menjawab
pertanyaan kelompok dengan tepat dan melakukan kemampuan yang telah dipilih sesuai
dengan kemampuan pasien dan fasilitas yang tersedia dipanti bina laras sentosa harapan I.
27
Tindakan keperawatan dari SP I sampai dengan SP II ( 2 kali pertemuan). Dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan, telah mendapatkan hasil yang baik, hal ini
ditunjukkan dengan klien bisa merubah pandangan negatif terhadap dirinya, dan klien
mau menggunakan kemampuan yang dimiliki.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Klien dengan gangguan isolasi sosial memiliki karakteristik menarik diri dari orang
lain, sulit membina hubungan saling percaya pada awal interaksi. Klien mengalami
hambatan dalam berdiskusi tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain, dan
kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain, bahkan tidak ada motivasi dalam
berkenalan dan berinteraksi dengan orang lain, saat interaksi kontak mata kurang apabila
tidak diberi stimulasi, serta sering menunduk.
Harga diri rendah dan koping keluarga yang tidak efektif dapat menjadi salah satu
pencetus timbulnya isolasi sosial seperti sulit, malas dan takut berinteraksi dengan orang
lain dimana suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena orang lain
menyatakan sikap negatif atau mengancam..
28
Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan isolasi
sosial yaitu membina hubungan saling percaya, menunjukkan sikap empati, dan
menerima klien apa adanya, memberi perhatian, memberi sentuhan, memberi
reinforcement, kontak sering tapi singkat, menggunakan pertanyaan tertutup dengan
jawaban pilihan dan memenuhi kebutuhan dasar. Mengidentifikasi penyebab isolasi
sosial, berdiskusi tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak
berinteraksi dengan orang lain, hindarkan penilaian yang negatif, utamakan memberi
pujian yang realistis setiap kemampuan berkenalan dan jawaban yang diberikan klien ,
walaupun respon dan setiap jawaban klien tidak yang seperti diharapkan.
B. Saran
Untuk mengatasi hambatan yang ditemukan dalam merawat klien dengan isolasi sosial
dibutuhkan perhatian dari perawat, yaitu:
a. Diharapkan perawat dapat memodifikasi tindakan sesuai dengan kondisi klien dan
tetap mempertahankan prinsip tindakan keperawatan seperti kontak mata sering dan
singkat, menggunakan bahasa yang mudah dipahami klien, bersikap empati,
memenuhi kebutuhan dasar klien agar dapat memenuhi klien dalam memberikan
asuhan keperawatan yang profesional.
b. Perawat hendaknya menunda sementara pembicaraan yang menjadi pengalaman
traumatik bagi klien dan memulai secara bertahap jika klien sudah siap.
c. Pendidikan kesehatan pada keluarga mengenai masalah yang terjadi pada klien,
tanda dan gejala serta merawat klien yang dapat dilakukan keluarga, perlu di
optimalkan pada saaat keluarga berkunjung ke panti atau saat perawat melakukan
kunjungan rumah.
d. Perawat melakukan pendidikan kesehatan pada keluarga secara teratur dan
berkesinambungan baik dalam seting rawat inap, rawat jalan dan komunitas.
29
DAFTAR PUSTAKA
Ernawati, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: Trans
Info Media.
Farida, Yudi Hartono. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
Nita, Fitria. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.
30
LAMPIRAN
31
ANALISA DATA
Ruang : Cempaka
NO DATA MASALAH
32
dekat pohon
- Saat interaksi kontak mata
kurang
- Klien terlihat duduk merangkul
kaki
- Klien terlihat bingung
- Klien tampak sering diam dan
menunduk
- Afek sesuai
33
kesiapapun hanya dipikirkan dan
mencari solusi sendiri.
Data objektif
- Klien terlihat tertunduk saat
menyampaikan masalahnya
(perasaannya).
4 Data subjektif Defisit perawatan diri
- Klien mengatakan sudah mandi
tadi pagi jam 05:00 WIB, setiap
mandi ganti baju, saat mandi
kuku jarang digosok.
- Klien mengatakan kalau badan
terutama pergelangan kedua
tangan, kaki dan siku gatal –
gatal (koreng) dan tidak punya
sandal.
Data objektif :
- Klien tampak berbaju dan celana
sessuai dan rapi.
- Terlihat sela – sela jari kedua
tangan dan kaki bintik – bintik
merah dan ada luka.
- Rambut berminyak, bau asam
(keringat) dan sedikit ketombe
- Klien tidak menggunakan
sandal.
- Nafas klien tidak bau, gosok
gigi hanya 1 kali pada pagi hari.
34
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Kontak mata kurang, tidak mau menatap lawan bicara, sering terdiam, tidak
bergairah, suka melamun, nada suara rendah, kurang bicara, lambat, tidak dapat
mengambil keputusan, selalu memberikan alasan tidak jelas.
3. Tujuan Khusus
35
4. Tindakan Keperawatan (SP1 ISOLASI SOSIAL)
d. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
b. Evaluasi / Validasi
c. Kontak
1) Topik
Bapak, pada hari ini kita akan berbincang-bincang tentang : cara berkenalan
(interaksi dengan orang lain), mencari tahu penyebab dari Isolasi Sosial
(menarik diri), dan apa keuntungan dan berhubungan sosial dan kerugian dari
menarik diri.
3) Waktu
36
Bapak ingin berbincang-bincangnya berapa lama? Bagaimana kalau sekitar 25
menit?
4) Tujuan
Baiklah pak, dimana tujuan dari pertemuan kita hari ini adalah untuk
mempratekkan cara berkenalan yang baik dengan orang lain, mengetahui
penyebab dan menarik diri, dan mengetahui keuntungan dari berkenalan
(interaksi dengan orang lain) serta mengetahui juga kekurangan (kerugian)
dari menarik diri (tidak berinteraksi).
2. Fase Kerja
“Bapak suka dengar musik tidak? Suster senang sekali dengar musik yang santai”.
“Dari teman-teman yang bapak sebutkan barusan, yang paling dekat dengan bapak
siapa saja?”
37
“Apa yang membuat bapak dekat dengannya?”
“Tadikan bapak bilang, jika ada teman sekamar yang dekat dengan bapak, apa sajakah
yang bapak lakukan sehingga bisa dekat dengannya?”
“Nah… setelah kita bincang tentang berkenalan, terus siapa saja yang dekat dengan
bapak, terus upaya yang bapak lakukan sehingga bisa dekat, apa yang bapak rasakan
setelah mampu melakukan itu semua?”
“Bapak kan mengungkapkan juga ta di, jika awal tidak berinteraksi/tidak berbincang-
bincang dengan orang lain karena….., perasaan bapak bagaimana saat tidak
berkomunikasi dengan orang?”
“Bagus sekali pak… wah.. wah manteb, betul dan itulah untungnya kita berinteraksi
dengan orang lain dan ruginya seperti yang bapak bilang tadi, kita tidak punya teman,
apa-apa sendiri, sepi sekali jadinya”.
3. Terminasi
b. Evaluasi Objektif
38
dengan orang) sampai untungnya kita bergaul dengan orang dan ruginya saat
kita tidak ada teman (menarik diri)?” dan “setelah bapak berkenalan jangan
lupa selalu masukan ke jadwal harian bapak ini ya?”
“Nah… setelah diskusi tadi, bagaimana apakah bapak ingin belajar bergaul/
berkenalan dengan beberapa orang disini?
a. Topik
“Bagaimana kalau besok kita belajar berkenalan dengan orang disini, dua
orang atau 3 orang/lebih?” dan “setelah itu jangan lupa masukan ke jadwal
harian bapak? Ya?” Jadwal ini jangan sampai hilang ya pak?”
b. Tempat
c. Waktu
39
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien tampak sedang duduk sendiri dipojokkan dekat pohon, tampak klien duduk
dengan merangkul kedua kaki (kadang-kadang). Klien tampak terdiam saat perawat
menghampiri dan mengajak berbincang-bincang klien menjawab iya bersedia, namun
kontak mat sangat kurang, klien mengatakan suka malas untuk berkenalan karena
takut dimarahi, dan tidak mau kontak mata karena takut dipelototin.
3. Tujuan Khusus
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
b. Evaluasi / Validasi
Bagaimana perasaannya pagi ini pak Arthur? Semalam tidurnya nyenyak tidak?
40
c. Kontak
1) Topik
“Pak Arthur, sesuai janji kita kemarin siang, pada hari ini kita akan
berbincang-bincang dengan teman-teman bapak/perawat/petugas yang ada
disini, dimana kegiatan kita yaitu berkenalan sama 1 orang atau lebih ya pak
Arthur?” Dimana sebelum kita berkenalan (mempratekkan) sama 1 orang atau
lebih kita evaluasi dulu jadwal kegiatan harian bapak ya? Nah setelah itu baru
berkenalan dan setelahnya dimasukkan lagi ke jadwal kegiatan harian”.
2) Tempat
3) Waktu
4) Tujuan
Bapak Arthur, hari ini kita mencontohkan cara berkenalan pada 2 orang,
dimana tujuan dari kegiatan kita hari ini yaitu supaya bapak punya banyak
teman dan lebih banyak berinteraksi dengan teman-teman disini atau petugas-
petugasnya. Sehingga bapak akan terbiasa untuk berkenalan (bergaul) dengan
cara yang benar dan untuk jadwal kegiatan harian : tujuannya supaya bapak
ada kegiatan dan terbiasa untuk mengingatkan kegiatan yang sudah dilakukan
kapan saja (khusus berkenalan).
2. Fase Kerja
41
“Baiklah sekarang kita mulai praktekkan cara berkenalan yang benar seperti yang
sudah suster ajarkan kemarin ya?”.
“hebat… hebat pak Arthur. Nah.. serukan pak bisa banyak kenal nama teman-teman?”
“Jadi kepada siapapun yang kita temui jangan sungkan untuk mengajak kenalan, kan
bapak Arthur sudah pinter. Ok pak?”.
“Jangan lupa ya pak selalu masukan ke jadwal kegiatan harian ini, setiap setelah
bapak melakukan perkenalan sama teman yang bapak ajak kenalan, ok pak?”
3. Terminasi
b. Evaluasi Objektif
“Bisakah bapak ulangi sekali lagi sama suster cara berkenalan tadi?”
“Bagaimana bapak Arthur, untuk kegiatan kita hari ini? Apakah sangat
menyenangkan bisa bergaul dengan orang-orang disini?”
a. Topik
42
b. Tempat
c. Waktu
“Besok bapak Arthur mau jam berapa aja kita praktek berkenalan depan
teman-temannya? Bagaimana kalau jam 10.00 wib?
43
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Do : Kontak mata masih kurang, sering menunduk dan melihat ke arah lain saat
berbicara.
Klien mampu melaksanakan hubungan sosial secara bertahan dengan berkenalan dan
memperkenalkan diri pada 4 orang.
4. Tindakan Keperawatan
b. Memberi kesempatan kepada klien untuk mencontoh berkenalan yang benar dan
memperkenalkan diri dengan 3-4 orang.
44
B. Proses Pelaksanaan Tindakan
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
b. Evaluasi / Validasi
Bagaimana perasaannya hari ini pak Arthur? Semalam tidurnya nyenyak tidak?”
c. Kontak
1) Topik
“Bapak Arthur, sesuai janji kita kemarin, pada hari ini kita akan berkenalan
dengan 3-4 orang serta memperkenalkan diri pada 3-4 orang yang ada disini,
setelah itu jangan lupa untuk memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
bapak ini ya? (kertas jadwal harian klien), namun sebelum melakukan itu kita
mengevaluasi jadwal bapak dulu.
2) Tempat
3) Waktu
Pak Arthur mau kita berkenalan dan memperakkan dirinya berapa lama kira-
kira? Bagaimana kalau + 20 menit pak?
4) Tujuan
45
2. Fase Kerja
“Bapak Arthur, bagaimana dengan pesan yang suster berikan kemarin? Apakah sudah
dilakukan dengan baik?”
“Bagaimana pak, sudah siapkah untuk melakukan cara berkenalan yang benar dan
memperkenalkan diri pada 3-4 orang”
“Bisa kita mulai menuju depan lapangan volly untuk memulai kegiatan kita pak?”
“Bapak hebat”
“Nah… sekarang mau memperkenalkan diri sendiri dulu atau mau berkenalan yang
didahulukan pak?”.
“Baiklah pak, silahkan bapak memperkenalkan diri dulu ya kepada bapak-bapak yang
ada disini?”
“hebat sekali”
“Bapak sudah melaksanakan kegiatan kita hari ini dengan sangat baik”
“Nah.. sekarang waktunya kembali ke jadwal kegiatan harian, dimana kalau setelah
melakukan latihan memperkenalkan diri dan berkenalan dengan orang lain harus
dimasukkan ke jadwal kegiatan harian”
46
3. Terminasi
b. Evaluasi Objektif
“Bisakah bapak ulangi sekali saja kepada suster cara berkenalan dan
memperkenalkan diri seperti yang sudah dilakukan?”
“Untuk kegiatan kita hari ini, apakah sangat menyenangkan pak Arthur? Banyak
teman untuk berbincang-bincang”.
a. Topik
b. Tempat
c. Waktu
“Besok kita memulai kegiatannya mau jam berapa pak? Bagaimana kalau jam
09.00 saja”
47
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Ds : Klien mengatakan berkenalan dan memperkenalkan diri kepada yang mau dan
enak diajak bicara saja, takut marah jika dipaksa bicara.
Do : Kontak mata sudah lebih sering, terkadang masih menunduk saat bicara.
Klien mampu melaksanakan hubungan sosial secara bertahap : berkenalan dengan 1-4
orang dan memperkenalkan diri.
4. Tindakan Keperawatan
c. Memberikan reinforcement
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
48
Selamat pagi bapak Arthur, masih ingatkan nama suster?”
b. Evaluasi / Validasi
Bagaimana perasaannya hari ini pak Arthur? Semalam tidurnya nyenyak tidak?”
c. Kontak
1) Topik
“Bapak Arthur, sesuai janji kita kemarin, pada hari ini kita akan evaluasi
keseluruhan kegiatan kita selama 3 hari lalu ya? yaitu cara berkenalan dan
memperkenalkan diri pada 1 orang, 2 orang dan 4 orang dan juga evaluasi
jadwal harian bapak ya?
2) Tempat
Bapak kita berbincang-bincang dekat mesin air seperti kemarin saja atau
diruang enaknya pak?”
3) Waktu
4) Tujuan
Dimana tujuan dari bincang-bincang kita kali ini adalah untuk mengetahui
sejauh mana kegiatan yang kita laksanakan berjalan dengan baik, dimana
bapak sudah mau berinteraksi dan telah mampu melakukan cara berkenalan
dan memperkenalkan diri dari 1 orang, 2 orang sampai 4 orang, dan selalu
mengingat untuk memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian bapak.
2. Fase Kerja
“Bapak Arthur, bagaimana dengan pekerjaan yang suster berikan kemarin? Apakah
sudah dilakukan saat suster tidak berdinas?”
49
“Baiklah, kita mulai ya pak? Semangat untuk hari ini”
“Setelah kita melakukan kegiatan berkenalan dan memperkenalkan diri selama 3 hari
kemarin, bagaimana perasaannya pak Arthur?”.
“Hal apa yang membuat bapak ingin berkenalan dan memperkenalkan diri dengan
teman-teman disini?”
“Kesulitan apa yang bapak dapatkan saat hendak berkenalan dan memperkenalkan
diri?”.
“bapak hebat sekali, nah.. semua sudah bapak sampaikan kepada suster, sekarang
untuk jadwal harian bapak, apakah ada kesulitan saat hendak menulisnya?”
3. Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita evaluasi kegiatan kita selama 3 hari
yang lalu?”
b. Evaluasi Objektif
“Bisakah bapak ulangi kembali perasaan yang sudah diungkapkan tadi dan
satu kali lagi memperagakan cara berkenalan dan memperkenalkan diri?
“Untuk kegiatan hari ini apakah menyenangkan atau merasa ada ketidaknyamanan
pak Arthur?
50
3) Kontrak topik yang akan datang
a. Topik
“Bapak Arthur, besok hari senin, kita akan melakukan TAK ya? yaitu
berkenalan dan memperkenalkan diri dalam sebuah kelompok (10 orang) dan
memasukkan ke jadwal harian bapak setelah bapak latihan sendiri”.
b. Tempat
c. Waktu
51
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien mengatakan berbincang (berkenalan dan memperkenalkan diri) pada yang mau
saja, takut dimarah jika dipaksa, tampak masih suka menunduk ke bawah kadang-
kadang, tampak sudah sering melakukan kontak mata walau sebentar, menjawab
pertanyaan singkat.
4. Tindakan Keperawatan
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
52
b. Evaluasi / Validasi
Bagaimana perasaannya hari ini pak Arthur? Semalam apakah nyenyak tidurnya.
c. Kontak
1) Topik
“Pak Athur, sesuai perjanjian kita kemarin, bahwa hari kita akan melakukan
kegiatan terapi aktivitas kelompok (TAK sosialisasi), yaitu memperagakan
cara berkenalan dan memperkenalkan diri pada teman-teman atau dalam
kelompok” dan evaluasi jadwal harian serta memasukkan ke dalam jadwal
kegiatan harian”.
2) Tempat
Bapak, kita TAK nya di ruang tempat untuk Tak biasa ya?”
3) Waktu
4) Tujuan
“Dimana tujuan dari TAK ini, supaya bapak Arthur lebih mampu menjelaskan
perasaan bapak setelah berhubungan sosial, berkenalan dan memperkenalkan
diri dengan teman-teman.
2. Fase Kerja
“Bapak bapak Arthur, apakah sudah siap untuk kegiatan kita hari ini?”
“Bagaimana dengan pekerjaan yang suster berikan hari jum’at lalu?” apakah
dilakukan? Dan sudah dimasukkan ke dalam jadwal harian bapak?”
“Sudah siap untuk melakukan kegiatan kita hari ini pak Arthur?”
53
“Wah hebat… Nah… sekarang saling berkenalan?” sama teman di depan dan
sampingnya.
“Siapa yang mau menyebutkan dahulu nama teman-temannya tadi?” Ayo pak Arthur,
sebutkan dari sisi kanan dulu?”
3. Terminasi
b. Evaluasi Objektif
“Bisakah bapak ulangi sekali lagi cara kita berkenalan dan memperkenalkan
diri tadi?”
“Untuk kegiatan kita hari ini apakah sangat menyenangkan dan bapak merasa
nyaman”.
a. Topik
“Bapak Arthur, besok kita akan melakukan kegiatan TAK sosialisasi dalam
sebuah kelompok (8 orang) dan memasukkan kegiatan ke dalam jadwal harian
bapak”.
b. Tempat
“Tempat TAK nya di Gedung saya ya pak, tempat TAK biasa, lantai 2 raung 1
ya?”
c. Waktu
54
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PERTEMUAN 1 SP 1 HDR
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien mengatakan tidak ada yang disukai dari dirinya, tidak tahu hal apa yang disukai
dari dirinya biasanya saja dalam keluarganya, tidak tahu pendapat orang lain tentang
dirinya, tampak kontak mata sangat kurang, sering menunduk.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Tujuan Khusus
4. Tindakan Keperawatan
c. Mendiskusikan dengan klien untuk memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai
dengan kemampuan.
55
e. Menyarankan pada klien untuk memperagakan kembali dengan apa yang telah
dicontohkan.
I. Fase Orientasi
1. Salam terapeutik
2. Evaluasi / Validasi
3. Kontrak
a. Topik
b. Tempat
c. Waktu
d. Tujuan
56
“Dimana tujuan pertemuan kita kali ini adalah untuk menggali lebih dalam
hal-hal positif apa saja yang bapak miliki dan mampu bapak lakukan kembali
supaya bapak dapat memiliki kegiatan positif dari diri bapak sendiri”.
“Pak Arthur, dari berapa kemampuan yang disebutkan tadi, kemampuan mana saja
yang akan atau ingin bapak latih?” yang bisa dilakukan disini, coba bapak pilih?
“Kita ambil peralatannya dulu, ada sapu, sekop, pel, ember, cairan pembersih lantai,
tempat sampah”
“Dari sudut-sudut dulu baru kita ke arah tengah atau menuju tempat yang lebih
gampang membuang sampahnya menggunakan skop ini ya pak?”
“Setelah bersih dan selesai menyapu, baiklah sekarang kita mengepel, apa tadi
peralatannya pak?”
“Iya bagus sekali, ada kain pel, ember, cairan pembersih lantai”
57
“Mengepelnya kita mulai ya pak, harus tegak memegang kain pelnya, sebelumnya
cairan pembersih kita tuangkan dahulu ke ember yang bersih air ini, barulah kain pel
kita celupkan, kemudian k ita bilas ya pak, barulah kita ngepel lantai sampai selesai”
“Jangan lupa latihan ya pak, dan jangan lupa masukkan ke dalam jadwal kegiatan
hariannya ya pak?”
1. a. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaannya pak setelah kita latihan mengepel dan menyapu dan
memilih kegiatan yang mampu dilatih dan mengetahui kemampuan-
kemampuan bapak?”
b. Evaluasi Objektif
2. Tindak Lanjut
“Bagaimana pak Arthur bincang-bincang kita hari ini menyenangkan tidak? Dapat
dipahami dan dilatih?”
a. Topik
“Pak Arthur, besok kita ketemu lagi dan akan berbincang-bincang tentang
kemampuan yang ketiga tadi ya, yaitu mencuci piring, bagaimana pak?”
b. Tempat
“Kita berbincang-bincangnya dimana pak? Bagaimana jika di sini lagi saja?”
c. Waktu
“Besok kita bincang-bincangnya mau jam berapa pak? Bagaimana jika jam
10.00 saja pak Arthur?”
58
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PERTEMUAN 1 SP 2 DPD
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien mengatakan kalau badan terutama pergelangan kaki, tangan dan siku gagal-
gatal (koreng), sela jari kaki klien mengatakan kuku jarang digosok saat mandi, jarang
cuci rambut, gosok gigi hanya pagi saja, tampak rambut berminyak dan sedikti
ketombe, pergelangan kaki, tangan, jari-jari kaki gatal-gatal (korengan), tercium bau
asam (keringat) pada area rambut, ujung kuku tampak hitam agak panjang.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Tujuan Khusus
4. Tindakan Keperawatan
b. Mendiskusikan cara menjaga kebersihan diri (keramas dan gosok gigi) cara makan
yang baik, cukur.
59
e. Menganjurkan klien untuk latihan kegiatan kebersihan diri dan cara makan yang
baik.
I. Fase Orientasi
1. Salam terapeutik
2. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaannya hari ini pak Arthur? Semalam tidurnya nyenyak tidak
pak?”
3. Kontrak
a. Topik
“Pak Arthur, pada hari ini kita akan berbincang-bincang tentang pentingnya
perawatan diri, bagaimana cara-caranya, serta bagaimana melaksanakannya”.
b. Tempat
c. Waktu
d. Tujuan
“Pak Arthur, tujuan pertemuan kita berbincang-bincang kali ini adalah untuk
memberikan informasi dimana akan membantu bapak untuk lebih mampu
menjaga kebersihan diri bapak dengan mengetahui pentingnya perawatan diri
dan bagaimana caranya sampai bapak mampu melakukan dengan benar dan
mandiri.
60
II. Fase Kerja
“Baiklah pak”
“Bapak, coba sampaikan pada suster apa saja yang dirasakan jika kita mampu mandi
dengan bersih, bisa keramas dengan baik, bisa gosok gigi dengan benar dan rajin
potong kuku jika sudah panjang dan terlihat hitam/kotor?”
“Sekarang cara-cara melakukan perawatan diri : mandi, gosok gigi, keramas, dan
potong kuku, cara makan yang baik saat makan, yang bapak tahu seperti apa?”
“Suster tambah lagi ya pak, biar lebih bagus lagi cara-caranya, punya pak Arthur tadi
sudah sangat bagus”
“Jadi jangan sampai lupa dan harus selalu dilakukan dengan benar ya pak Arthur?”
siap melaksanakannya?”
III.Fase Terminasi
1. a. Evaluasi Subjektif
b. Evaluasi Objektif
61
2. Tindak Lanjut
“Untuk bincang-bincang kita hari ini apakah sangat menyenangkan dan dapat
dipahami serta dilaksanakan pak Arthur?”
a. Topik
“Pak Arthur, besok pagi kita akan berbincang-bincang lagi dengan diskusi
tentang cara BAB/BAK yang benar ya?” sebelum kita diskusi tentang cara
BAK/BAK, akan evaluasi jadwal harian bapak dulu, baru setelah diskusi dan
kemudian jangan lupa untuk memasukkan kegiatan-kegiatan latihan bapak ke
dalam jadwal hariannya?”
b. Tempat
c. Waktu
“Besok mau jam berapa pak? Bagaimana jika jam 10 an saja pak Arthur?”
62
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PERTEMUAN 2 SP 2 HDR
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
2. Diagnosa Keperawatan
3. Tujuan Khusus
Klien mampu melakukan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah dibuat
4. Tindakan Keperawatan
63
B. Proses Pelaksanaan Tindakan
I. Fase Orientasi
1. Salam terapeutik
2. Evaluasi / Validasi
3. Kontrak
a. Topik
“Pak Arthur, hari ini kita akan berbincang-bincang tentang cara mencuci
piring yang enar ya pak setelah itu mengingatkan tentang jadwal harian bapak
ya?”.
b. Tempat
c. Waktu
d. Tujuan
“Dimana tujuan pertemuan kita kali ini adalah untuk berbagi informasi/
pengetahuan tentang cuci piring yang benar supaya kita terlatih dan terbiasa
akan hal yang baik dan benar ya pak?”
“Apa-apa saja peralatan yang harus kita siapkan pak sebelum mencuci piring?”
64
“Iya benar sekali pak, ada sabun, sabut/sponnya, ember berisi air bersih atau selang
air, tempat sampah?”
“Benar sekali pak, hebat, iya sisa makan harus dibuagn dulu ke tempat sampah yang
sudah kita siapkan tadi ya pak?”
“Setelah itu dikasih air atau disiram dulu sedikit dengan air, sabun dan spon kita
siapkan dan barulah kemudian kita gosok piringnya, seperti ini ya pak? Ayo kita
sama-sama”
“Nah… sudah selesai baru kita bilas dengan air yang bersih ini ya pak? Iya betul
sekali pak?”
“Kemudian kita letakkan di keranjang ini untuk mengeringkannya, jika ada kain lap
boleh kita lap dulu baru disimpan dikeranjang ini ya pak?’
“Sekarang jangan lupa untuk cuci tangan setelah kita cuci piring dan membereskan
semua perlengkapan ini ke tempat semula ya pak, ayo?”
“Jangan lupa memasukkan kegiatan latihan ke dalam jadwal kegiatan harian bapak
ya?”
III.Fase Terminasi
1. a. Evaluasi Subjektif
b. Evaluasi Objektif
“Baiklah pak, bisakah diulangi lagi apa saja peralatan yang harus kita siapkan
jika hendak mencuci piring? Dan bagaimana tadi cara-caranya?”
2. Tindak Lanjut
“Untuk bincang-bincang kita hari ini apakah sangat menyenangkan dan dapat
dipahami serta dilaksanakan pak Arthur?”
65
a. Topik
b. Tempat
c. Waktu
66
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PERTEMUAN 2 SP 3 DPD
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien mengatakan akan berusaha melakukan dengan baik apa yang telah didiskusikan
bersama perawat, klien mengatakan jari-jari, siku, kaki sudah dikasih salep, makan
cuci tangan, sikat gigi biasanya hanya 1 x saja/hari, keramas jika ada shampo.
Tampak klien mampu melakukan diskusi dengan baik, mampu menyebut pentingnya
menjaga kebersihkan diri walau harus dibantu perawat dalam menyebut, menyebutkan
cara-cara menjaga kebersihan diri, cara makan yang benar namun tidak semua
tahu/benar, mampu mengulang apa yang telah disampaikan walau sedikit harus
dimotivasi.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Tujuan Khusus
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien tentang latihan kebersihan diri : mandi,
kermas, gunting kuku, gosok gigi yang benar.
b. Mendiskusikan cara eliminasi BAK/BAB yang baik
c. Mencontohkan pada klien cara eliminasi yang baik
d. Menyarankan klien untuk memperagakan kembali cara eliminasi yang baik
e. Menyarankan klien untuk memasukkan latihan ke dalam jadwal kegiatan harian.
67
B. Proses Pelaksanaan Tindakan
I. Fase Orientasi
1. Salam terapeutik
2. Evaluasi / Validasi
3. Kontrak
a. Topik
“Pak Arthur, pada hari ini kita akan berbincang-bincang tentang cara eliminasi
(BAB/BAK) yang baik sesuai janji kita kemarin ya pak? Sebelum
membicarakan itu kita evaluasi dulu jadwal latihan perawatan/kebersihan diri
yang benar setelah itu tetap harus memasukkan lagi setiap latihan ke dalam
jadwal bapak ya?”.
b. Tempat
c. Waktu
d. Tujuan
“Tujuan pertemuan kita kali ini yaitu ingin berbagai informasi tentang cara
eliminasi yang baik supaya bapak mengetahui cara-cara serta mampu
mencontohkan dan menerapkan langsung secara baik dan benar ya pak
Arthur?”
68
II. Fase Kerja
“Pak Arthur biasanya jika hendak BAB/BAK seperti apa? Coba sampaikan kepada
suster ?”
“Oh.. bagus sekali pak, tapi lebih manteb jika setelah BAB harus cuci tangan supaya
kuman-kumannya tidak lengket di tangan ya pak”
“Jika BAK biasanya selesai langsung pasang celana lagi apa disiram dulu pak> selesai
BAB biasanya cebok seperti apa pak?”
“Sudah bagus pak Arthur, namun saat mau cebok selesai BAB harus menggunakan air
yang bersih dan pastikan tidak ada tersisa tinja dan air kencing ditubuh pak Arthur
ya?” cebok dari tempat yang bersih ke yang kotor ya pak” siram sampai tidak ada lagi
sisa tinja atau air kencing, dengan demikian bapak juga mencegah menyebarnya
kuman yang berbahaya yang ada pada kotoran/air kencing.
III.Fase Terminasi
1. a. Evaluasi Subjektif
b. Evaluasi Objektif
69
2. Tindak Lanjut
a. Topik
“Pak Arthur, besok pagi kita bincang-bincang tentang apa saja? Bagaimana
jika tentang berhias/berdandan?”, tentang cara berdandan/ berhias,
mencontohkan cara berdandan setelah itu masukkan latihan kegiatan ke jadwal
hariannya ya?”
b. Tempat
c. Waktu
70
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PERTEMUAN 3 SP 4 DPD
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien mengatakan sudah latihan menjaga kebersihan diri di hari sabtu dan minggu dan
cara makan yang baik, klien mengatakan senang dapat melakukan kegiatan, klien
mengatakan cara BAB/BAK yang benar, mengatakan cara BAK yang benar, klien
mengatakan senang dapat informasi dan berdiskusi dengan perawat, gosok gigi 2 x,
makan cuci tangan, mandi, kermas tetapi tidak pakai shampo.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Tujuan Khusus
71
B. Proses Pelaksanaan Tindakan
I. Fase Orientasi
1. Salam terapeutik
2. Evaluasi / Validasi
3. Kontrak
a. Topik
“Pak Arthur, pada pagi ini kita akan bincang-bincang tentang cara berdandan
yang baik ya… setelah itu jangan lupa memasukkan jadwal harian bapak ya?”.
b. Tempat
c. Waktu
d. Tujuan
“Dimana tujuan pertemuan kita kali ini adalah supaya bapak mengetahui cara
berdandan yang baik sehingga mampu menerapkan untuk sehari-harinya?.
“Selain yang bapak sebutkan tadi ada juga, yaitu berpenampilan harus rapi, sesuai,
cukuran, sisiran, kalau ada minyak rambut juga ya pak?”
72
“Sekarang suster contohin ya, baju, celana, sisiran, minyak ramut, jiak ada kumis dan
jenggot harus dicukur dulu ya pak, biar rapi, seperti ini?”
III.Fase Terminasi
1. a. Evaluasi Subjektif
b. Evaluasi Objektif
2. Tindak Lanjut
“Bincang-bincang kita hari ini menyenangkan dan dapat dipahami tidak pak
Arthur?”
73
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
74
- Memberi reinforcement
- Menyarankan kepada klien untuk memasukkan
kegiatan berkenalan dan memperkenalkan diri
ke dalam jadwal harian.
75
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
76
cara berkenalan klien dengan orang lain. kegiatan yang dilakukan.
- Menyarankan pada klien untuk mencontoh cara - Memberikan reinforcement
berkenalan dengan 2 orang atau lebih. kegiatan harian.
- Memberikan reinforcement.
- Menyarankan pada klien untuk memasukkan
kegiatan.
Perawat
77
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
78
memasukkan ke dalam jadwal
kegiatan harian.
Rencana tindak lanjut perawat :
Perawat
79
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Objektif :
Tindakan keperawatan :
Tampak sudah sering melakukan
- Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien kontak mata walau hanya sebentar,
(menanyakan berkenalan dengan 1-4 orang dan mampu menyampaikan perasaan
memperkenalkan diri. dengan baik, masih suka menunduk
- Memotivasi klien untuk memperagakan cara kadang-kadang, menjawab singkat
berkenalan dan memperkenalkan diri pada 1-4 setiap pertanyaan.
orang.
- Memberikan reinforcement.
- Menganjurkan klien untuk memasukkan Analisa :
kegiatan ke dalam jadwal harian.
Isolasi Sosial belum teratasi.
80
- Evaluasi jadwal kegiatan harian klien latihan Planning klien :
berkenalan dan memperkenalkan diri pada 1-4
- Menyarankan klien untuk
orang.
latihan berkenalan dan
memperkenalkan diri
(berbincang-bincang) dengan
teman-temannya.
- Menyarankan klien untuk
memasukkan jadwal kegiatan
harian ke dalam jadwal harian.
Ttd
Perawat
81
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Objektif :
Diagnosa keperawatan : Isolasi Sosial
Tampak klien masih suka menunduk
saat bicara, kontak mata sudah agak
sering, tampak masih jarang
Tindakan keperawatan :
memulai pembicaraan, berjabat
- Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien tangan saat berkenalan, tersenyum,
latihan berkenalan dengan 1, 2, 4 orang dan ada kontak mata, badan sedikit
memperkenalkan diri. membungkuk.
- Melanjutkan latihan berkenalan dan
memperkenalkan diri pada 5 orang.
- Menyarankan untuk memasukkan latihan
82
berkenalan dan memperkenalkan diri pada 5 Analisa :
orang ke dalam jadwal harian klien.
Isolasi Sosial belum teratasi.
Ttd
Perawat
83
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
84
cara-cara kebersihan diri dan cara makan yang Masalah DPD belum teratasi
benar.
- Menyarankan klien untuk memasukkan
kegiatan latihan ke dalam jadwal harian. Planning klien :
Perawat
85
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Objektif :
Diagnosa keperawatan : Defisit Perawatan Diri
Tampak klien mampu
(Kebersihan Diri)
mengungkapkan/menyebut cara-cara
eliminasi walau tidak semua benar,
klien mampu mengungkapkan
Tindakan keperawatan :
kembali apa yang telah disampaikan
- Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien oleh perawat, walau kadang dibantu,
tentang latihan kebersihan diri : gosok gigi, mampu mengikuti diskusi dengan
mandi, keramas, potong kuku dan cara makan baik, tampak rambut rapi, bersih,
yang benar. kuku bersih pendek, nafas tidak bau,
86
- Mendiskusikan cara eliminasi : BAB/BAK gatal-gatal sudah mengering.
yang baik/benar.
Analisa :
Rencana tindak lanjut perawat :
masalah DPD belum teratasi
- Evaluasi jadwal kegiatan harian klien tentang
cara menjaga kebersihan diri dan cara makan
yang benar
Planning klien:
- Diskusikan cara eliminasi BAK/BAB yang
baik. - Menyarankan klien untuk
- Contohkan pada klien cara eliminasi yang baik. latihan kegiatan cara menjaga
- Anjurkan klien untuk memasukkan kegiatan kebersihan diri yang benar dan
latihan ke dalam jadwal kegiatan harian. cara makan yang benar.
- Menganjurkan untuk memasuki
kegiatan latihan ke dalam
jadwal harian klien.
Ttd
Perawat
87
Nama : Tn. A Ruang : Cempaka RM No. 735
Implementasi Evaluasi
88
yang baik
- Menyarankan pasien
mempraktekkan cara berdandan
yang benar
- Menyarankan pasien memasukan
dalam jadwal kegiatan harian
89
Implementasi Evaluasi
90
Rencana Tindak lanjut perawat : kegiatan menyapu dan mengepel
lantai
- Evaluasi jadwal kegiatan harian
- Menyarankan klien untuk
klien latihan kegiatan
memasukan kegiatan latihan
- Diskusikan kemampuan menyapu
kedalam jadwal kegiatan harian
dan mengepel
klien
- Diskusikan kemampuan menyuci
piring
- Contohkan kemampuan menyapu,
ngepel dan menyuci piring
- Sarankan klien untuk
memperagakan kembali apa yang
telah di contohkan
- Beri pujian sewajarnya
- Anjurkan untuk memasukan
latihan kedalam jadwal kegiatan
Ttd
harian klien
Perawat
Implementasi Evaluasi
91
Kamis, 03 april 2014 Subjektif :
Analisa :
Diagnosa keperawatan :
Maslah HDR Belum teratasi
Harga Diri Rendah
Planning Klien :
Tindakan Keperawatan :
- Menyarankan klien untuk latihan
- Mengevaluasi jadwal kegiatan latihan kegiatan mencuci piring yang benar
92
menyapu dan mengepel - Menyarankan klien memasukan
- Mendiskusikan cara mencuci piring latihan cuci piring kedalam jadwal
yang benar kegiatan harian
- Mencontohkan cara mencui piring
yang benar
- Menyarankan kepada klien untuk
memperagakan kembali dengan apa
yang telah dicontohkan
- Memberikan pujian sewajarnya
- Menyarankan klien untuk memasukan
kedalam jadwal kegiatan harian.
93