Dosen Pengampu :
Ns. Kartini E Tungka,S.Kep.,M.Kep
Oleh
Kelompok IV
Puji dan syukur Kelompok naikan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa oleh karena
rahmat dan kasihNYA kepada Kelompok sehingga Kelompok dapat menyelesaikan makalah
ini dengan judul Asuhan keperawatan Jiwa Isolasi Sosial.
Makalah ini, Kelompok buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperwatan Psikiatri
pada Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan, Universitas Sari Putra Indonesia Tomohon.
Makalah ini telah Kelompok susun dengan maksimal dan tentu tak lepas dari pengarahan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka Kelompok mengucapkan rasa hormat dan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu.
Terlepas dari semua itu, Kelompok menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka Kelompok menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar Kelompok
dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, Kelompok berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua
kalangan masyarakat, dan dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Kelompok IV
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................. 1
1.1. LATAR BELAKANG......................................................................................................1
1.2. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................2
1.3. TUJUAN....................................................................................................................... 2
1.4. MANFAAT.................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................. 3
2.1 TINJAUAN TEORI............................................................................................................3
2.1.1 PENGERTIAN ISOLASI SOSIAL…………………………………………………………………………………………………………………4
2.1.3 ETIOLOGI……………………………………………………………………………………………………………………………………………….5
2.1.7 KOMPLIKASI………………………………………………………………………………………………………………………………………….6
2.1.8 PENATALAKSANAAN………………………………………………………………………………………………………………………………6
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN NN. N.A DENGAN ISOLASI SOSIAL 12
BAB IV PENUTUP...................................................................................................................37
4.1. KESIMPULAN............................................................................................................ 37
4.2. SARAN.......................................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................38
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan jiwa yakni kondisi terhambat peranan emosi, mental, kemauan, perilaku
psikomotorik dan verbal, yang sebagai gejala klinis yang diiringi oleh penderita dan
menimbulkan ganggunya peranan humanistic orang. Gangguan jiwa di karakteristikkan
sebagian respon maladaptif diri terdapat wilayah yang ditunjukkan dengan beberapa benak,
perasaan, tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma setempat dan kultural sehingga
mengusik peranan sosial, kerja& badan orang yang biasa disebutkan dengan skizofrenia.
Gangguan kesehatan mental merupakan masalah yang kompleks dan bisa bermacam-
macam bentuknya, seperti dijelaskan dalam klasifikasi penyakit internasional Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO). Dalam definisi itu, gangguan Kesehatan Jiwa mencakup banyak
bentuk, termasuk depresi, kecemasan, bipolar, gangguan makan, dan skizofrenia.
Secara umum, hasil riset riskesdas 2018 juga menyebutkan sebanyak 84,9% pengidap
skizofrenia/psikosis di Indonesia telah berobat. Namun, yang meminum obat tidak rutin lebih
rendah sedikit daripada yang meminum obat secara rutin. Tercatat sebanyak 48,9% penderita
psikosis tidak meminum obat secara rutin dan 51,1% meminum secara rutin. Sebanyak
36,1% penderita yang tidak rutin minum obat dalam satu bulan terakhir beralasan merasa
sudah sehat. Sebanyak 33,7% penderita tidak rutin berobat dan 23,6% tidak mampu membeli
obat secara rutin.
Pasien skizofrenia sering mendapat stigma dan diskriminasi yang lebih besar dari
masyarakat sekitarnya dibandingkan individu yang menderita penyakit medis lainnya.
Penderita skizofrenia biasanya timbul pada usia sekitar 18-45 tahun, dan 2 berusia 11-12
tahun menderita skizofrenia (Damanik, Pardede & Manalu. 2020). Hasil Riskesdas (2018)
didapatkan estimasi prevalensi orang yang pernah menderita skizofrenia di Indonesia
sebesar 1,8 per 1000 penduduk. Hasil survey awal yang dilakukan di poliklinik rawat jalan
Rumah Sakit Jiwa Medan di temukan sebanyak 13.899 pasien yang rawat jalan dibawa oleh
keluarganya untuk berobat (Pardede, Ariyo, & Purba 2020).kemunduran fungsi sosial dialami
seseorang didalam diagnose kepeawatan jiwa disebut isolasi sosial,
Manusia merupakan makhluk sosial yang tak lepas dari sebuah keadaan yang
bernama interaksi dan senantiasa melakukan hubungan dan pengaruh tibal balik dengan
manusia yang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan dan mempertahankan kehiduapnnya,
dalam mengatasi masalah gangguan interaksi pada pasien isolasi sosial dapat dilakukan
upaya-upaya tindakan keperawatan bertujuan untuk melatih klien melakukan interaksi sosial
sehingga klien merasa nyaman ketika berhubungan dengan orang lain. Salah satu tindakan
keperawatan tersebut yang termasuk kelompok terapi psikososial adalah sosial skills training
(SST). Latihan keterampilan sosial diberikan pada pasien dengan gangguan isolasi untuk
melatih keterampilan dalam menjalin hubungan dengan orang lain dan 3 lingkungannya,
secara optimal bertujuan untuk mengajarkan kemampuan berinteraksi seseorang dengan
orang lain.
1
Dari uraian diatas maka perlu dilakukan Asuhan Keperawatan Jiwa untuk mengatahui
pengaruh penerapan keterampilan sosial untuk mengetahui kemampuan berinteraksi sosial
dengan klien isolasi sosial.
1.3. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Mampu melakukan Asuhan Keperawatan Jiwa terhadap Klien dengan Isolasi
Sosial.
1. TUJUAN KHUSUS
a) Dapat melakukan pengkajian terhadap Klien dengan isolasi sosial
b) Dapat menegakkan diagnosa keperawatan jiwa terhadap Klien isolasi sosial
c) Dapat menyusun rencana keperawatan jiwa terhadap Klien dengan isolasi
sosial
d) Dapat melaksanakan tindakan keperawatan terhapat Klien isolasi Sosial
e) Dapat mengevaluasi Klien dengan isolasi sosial
1.4. MANFAAT
a) Bagi Responden Meningkatkan interaksi sosial klien dengan keluarga, dan
lingkungan sekitar
b) Bagi Masyarakat Sebagai bahan acuan untuk menganalisis peranan perawat
untuk memberikan tindakan keperawatan kepada pasien Isolasi Sosial akan bisa
berinteraksi sosial
c) Bagi Profesi Mengembangkan metode Penerapan Keterampilan Isolasi Terhadap
Kemampuan Interaksi Sosial pada klien Isolasi Sosial.
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
Isolasi sosial merupakan pertahanan diri seseorang terhadap orang lain maupun
cara menarik diri secara fisik maupun psikis. Isolasi sosial adalah gangguan dalam
berhubungan yang merupakan mekanisme individu terhadap sesuatu yang
mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang lain dan
lingkungan. Isolasi sosial merupakan upaya mengindari komunikasi dengan orang lain
karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk
berbagi rasa, pikiran dan kegagalan (Rusdi,2013)
Berikut ini dijelaskan tentang respon yang terjadi pada isolasi sosial:
• Respon Adaptif
Merupakan respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan
kebudayaan secara umum yang berlaku. Berikut ini adalah sikap yang termasuk
respons adaptif :
a. Menyendiri yaitu merenungkan sesuatu yang telah dilakukan
dilingkungan sosial dan cara untuk mengintrospeksi diri untuk menentukan
langkah berikutnya.
b. Otonomi merupakan kemampuan seseorang untuk mencurahkan pikiran,
perasan dalam hubungan sosial.
c. Bekerjasama, merupakan kemampuan individu yang saling membutuhkan satu
sama lain.
d. Interdependen, saling ketergantungan merupakan suatu hubungan
interpersonal yang saling ketergantungan antara seorang dengan yang lain.
• Respon Maladaptif
Respons yang menyimpang dari norma sosial dan kehidupan disuatu tempat.
Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respon maladaptif :
4
a. Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan
kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
b. Ketergantungan ini terjadi bila individu gagal mengembangkan rasa percaya
diri.
c. Manipulasi merupakan suatu sikap yang hanya berorientasi pada diri sendiri
atau pada tujuan, bukan berorientasi pada oran lain, orang lain diperlakukan
seperti objek.
d. Curiga, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain
(stuart,2006)
2.1.3 Etiologi
Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan negative
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan yang
ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap
diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, percaya diri kurang
dan juga dapat menciderai diri sendiri (Carpenito-Moyet, 2006).
a. Faktor Predisposisi
1. Faktor Perkembangan Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan
akan mencetuskan seseorang sehingga mempunyai masalah respon
maladaptif. Sistem keluarga yang terganggu dapat menunjang perkembangan
respons sosial maladaptif. Beberapa orang percaya bahwa individu yang
mempunyai masalah ini adalah orang yang tidak berhasil memisahkan dirinya
dari orang tua.
2. Faktor Biologik
3. Faktor genetik dapat menunjang terhadap respons sosial maladaptif. Ada bukti
terdahulu tentang terlibatnya neurotransmiter dalam perkembangan gangguan
ini, namun tetap masih diperlukan penelitian lebih lanjut.
4. Faktor Sosiokultural Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan
berhubungan. Ini akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan
terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak
produktif, seperti lansia, orang cacat, dan berpenyakit kronik (Stuart,2006)
a. Faktor Pencetus
Stresor pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh stres
seperti kehilanga, yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan
dengan orang lain dan menyebabkan ansietas. Stresor pencetus dapat
dikelompokkan dalam kategori :
1. Stresor sosiokultural, merupakan stres yang dapat ditimbulkan oleh
menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang yang berarti
didalam kehidupannya.
2. Stresor psikologik, ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan
dengan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya
3. Stresor biologik, merupakan stresor karena adanya faktor genetik atau
keturunan (Stuart, 2006).
5
1. Perasaan sepi
2. Perasaan tidak aman
3. Perasaan bosan dan waktu terasa lambat
4. Ketidakmampuan berkonsentrasi
5. Perasan ditolak
b. Data objektif
1. Banyak diam
2. Tidak mau bicara
3. Menyendiri
4. Tidak mau berinteraksi
5. Tampak sedih
6. Kontak mata kurang
7. Muka datar
2.1.7 Komplikasi
Klien dengan isolasi sosial semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku
yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi resiko
gangguan sensori persepsi: halusinasi, mencederai diri sendiri, orang lain serta
lingkungan dan penurunan aktifitas sehingga dapat menyebabkan defisit perawatan
diri (Dalami,2009).
2.1.8 Penatalaksanaan
a. Terapi Medis
Berupa Therapy farmakologi
1. Clorpromazine (CPZ)
2. Indikasi: Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan
menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan tilik diri
terganggu, berdaya berat dalam fungsi -fungsi mental: waham, 12
halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau, tidak terkendali,
3. Haloperidol (HLD)
6
Indikasi : Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi netral
serta dalam fungsi kehidupan sehari –hari.
4. Trihexy phenidyl (THP)
Indikasi:Segala jenis penyakit parkinson,termasuk paska ensepalitis dan
idiopatik,sindrom parkinson akibat obat misalnya reserpin dan fenotiazine
7
3. Manfaat Terapi Sosial Skill Training
Sosial skill training sangat efektif digunakan untuk meningkatkan
kemampuan seseorang untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang
lain di sekitar maupun di lingkungannya, meningkatkan harga diri,
meningkatkan kinerja dan menurunkan tingkat kecemasan (Yosep, 2010).
Pelaksanaan Sosial skills training (SST) pada pasien isolasi sosial perlu
dilakukan seleksi pasien yang akan diberikan terapi individu. Adapun kriteria
klien yang memenuhi sebagai berikut:
a) Tidak atau jarang komunikasi
b) Menolak untuk melakukan hubungan dengan orang lain
c) Individu dengan Tidak ada/ jarang melakukan kontak mata
d) Individu menjauh dari individu lain
e) Sering berdiam diri di dalam kamar
f) Tidak melakukan aktivitas di kehidupan sehari-hari
g) Individu tidak mempunyai teman dekat
h) Tampak sedih dan efek tampul
8
5) Kemampuan yang dimiliki dalam komunikasi saat menerima pujian dari
orang lain
c) Setting
1) Klien dan terapis duduk bersama dan Berhadapan
2) Ruangan nyaman dan tenang
d) Alat
1) Format evaluasi proses (buku kerja perawat)
2) Format jadwal kegiatan harian
3) Buku kerja klien
4) Alat tulis
e) Metode
1) Diskusi dan Tanya jawab
2) Modelling (demonstrasi dari terapis)
3) Role play (redemonstrasi dari klien)
4) Feedback dari terapis
5) Transfer training yang dilakukan oleh klien dengan klien lain dalam
kelompok
f) Langkah langkah kegiatan
1) Persiapan
• Mengingatkan kontrak dengan klien
• Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2) Pelaksanaan
Orientasi
1. Salam terapeutik
• Salam dari terapis
• Memperkenalkan nama dan panggilan terapis
• Mempersilahkan klien menyebutkan nama lengkap dan nama
panggilan secara bergiliran (masing-masing klien memakai
papan nama)
Kontrak
• Menyepakati terapi yaitu latihan komunikasi untuk menjalin
persahabatan
• Menjelaskan tujuan pertemuan, yaitu :
a) Klien mampu berkomunikasi untuk memberikan
pertolongan kepada orang lain
b) Klien mampu berkomunikasi saat menerima pertolongan
darI orang lain
c) Klien mampu berkomunikasi untuk memberikan pujian
kepada orang lain
d) Klien mampu berkomunikasi saat menerima pujian dari
orang lain
• Terapis menjelaskan tata tertib sebagai berikut :
a) Lama kegiatan 30 menit
b) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
c) Jika ada klien yang meninggalkan kegiatan maka klien
harus permisi kepada terapis
2. Tahap kerja
9
a. Terapis mendiskusikan dengan seluruh klien tentang
kemampuan yang telah dilakukan/dimiliki klien dalam menjalin
persahabatan meliputi : menerima dan memberikan pujian,
meminta dan memberikan pertolongan kepada orang lain
b. Memberikan pujian atas ketrampilan yang telah dilakukan klien
c. Terapis melatih berkomunikasi dalam memberikan pertolongan
kepada orang lain dengan menggunakan metode :
• Terapis memodelkan atau mendemonstrasikan komunikasi
dalam memberikan pertolongan
• Klien 1 melakukan kembali atau redemonstrasi cara
berkomunikasi dalam memberikan pertolongan
• Terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan
yang telah dilakukan klien 1
• Terapis meminta tanggapan klien 1 tentang Latihan yang
dilakukan
• Terapis meminta tanggapam klien lain dalam kelompok
• Secara berpasangan klien mempraktekkan Kembali cara
komunikasi dalam memberikan pertolongan kepada orang
lain
• Terapis memberikan umpan balik terhadap Latihan yang
dilakukan seluruh klien
• Terapis memberikan pujian atas keberhasilan, komitmen
dan semangat klien
d. Terapis melatih berkomunikasi saat meminta pertolongan
kepada orang lain dengan menggunakan metode :
• Terapis memodelkan atau mendemonstrasikan cara
komunikasi saat meminta pertolongan
• Klien 1 melakukan kembali atau redemonstrasi cara
komunikasi saat meminta pertolongan
• Terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan
yang telah dilakukan klien 1
• Terapis meminta tanggapan klien 1 tentang Latihan
• Terapis meminta tanggapan klien lain dalam kelompok
• Seluruh klien secara berpasangan mempraktekkan
kembali cara komunikasi saat meminta pertolongan
• kepada orang lain
• Terapis memberikan umpan balik terhadap Latihan yang
dilakukan seluruh klien
• Terapis memberikan pujian atas keberhasilan, komitmen
dan semangat klien
e. Terapis melatih berkomunikasi untuk memberi pujian kepada
orang lain dengan metode :
• Terapis memodelkan atau mendemonstrasikan cara
komunikasi untuk memberi pujian
• Klien 1 melakukan kembali atau redemonstrasi cara
komunikasi untuk memberi pujian
• Terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan
yang telah dilakukan klien 1
• Terapis meminta tanggapan klien 1 tentang Latihan yang
dilakukan
• Terapis meminta tanggapan klien lain dalam kelompok
10
• Seluruh klien secara berpasangan mempraktekkan
kembali cara komunikasi untuk memberikan pujian kepada
orang lain.
• Terapis memberikan umpan balik terhadap Latihan yang
dilakukan seluruh klien
• Terapis memberikan pujian atas keberhasilan, komitmen
dan semangat klien
3. Tahap terminasi
a. Evaluasi
• Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti latihan
• Mengevaluasi kemampuan klien berkomunikasi untuk
meminta pertolongan kepada orang lain
• Mengevaluasi kemampuan klien berkomunikasi saat
memberi pertolongan kepada orang lain
• Mengevaluasi kemampuan klien berkomunikasi untuk
memberi pujian kepada orang lain
• Mengevaluasi kemampuan klien berkomunukasi saat
menerima pujian dari orang lain
• Memberikan umpan balik positif atas Kerjasama dan
keberhasilan klien
b. Tindak lanjut
• Anjurkan klien melakukan latihan kembali berkomunikasi
untuk meminta pertolongan kepada orang lain dengan
teman dalam kelompok, klien lain maupun perawat
ruangan
• Anjurkan klien melakukan latihan kembali berkomunikasi
untuk memberikan pertolongan kepada orang lain dengan
teman dalam kelompok, klien lain maupun perawat
ruangan
11
• Anjurkan klien melakukan latihan kembali berkomunikasi
untuk memberikan pujian kepada orang lain dengan teman
dalam kelompok
• Anjurkan klien melakukan latihan kembali berkomunikasi
saat menerima pujian dari orang lain dengan teman dalam
kelompok, klien lain maupun perawat ruangan
• Masukkan rencana latihan klien dalam jadwal kegiatan
harian
c. Kontrak yang akan datang
• Menyepakati topic percakapan selanjutnya
• Menyepakati waktu dan tempat untuk pertemuan
selanjutnya
d. Evaluasi dan dokumentasi
• Evaluasi proses
Evaluasi proses dilakukan saat proses Sosial Skill Training
berlangsung. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan
klien berkomunikasi dalam menjalin persahabatan,
meliputi: berkomunikasi untuk memberikan pertolongan,
berkomunikasi untuk meminta pertolongan, berkomunikasi
untuk memberikan pujian dan berkomunikasi saat
menerima pujian.
• Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien pada akhir
terapi pada catatan keperawatan masing-masing klien.
d) Intervensi
12
1. Melakukan SP 1 : Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluargamdalam
merawat pasien, Menjelaskan cara merawat pasien dengan isolasi sosial.
2. Melakukan SP 2 : Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien
dengan isolasi social
3. Melakukan Sp 3 : melatih keluarga melakukan cara merawat langsung
kepada
Klien social (Buku keperawatan jiwa, 2020-2021).
e) Tujuan
klien mengenali perilaku kekerasan yang dilalui , klien dapat mengatur perilaku
yang bersifat kekerasan, klien dapat bisa mengikuti beberapa program kegiatan
pengobatan secara optimal (Buku Keperawatan Jiwa, 2020-2021).
f) Implementasi
Implementasi keperawatan di lakukan setelah menentukan intervensi dan
implementasi di lakukan sesuai intervensi keperawatan
g) Evaluasi
Evaluasi yakni tahap akhir asuhan keperawatan , mengevaluasi keberhasilan
tindakan sebelumnya yang di berikan pada klien. Evaluasi dilakukan selama
pelaksanaan intervensi.
13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN NN. N.A DENGAN ISOLASI SOSIAL
PENGKAJIAN
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : N.A ( P )
Umur : 28 thn
No. CM : 034XXX
14
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram :
Ket :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Meninggal
Jelaskan : Klien merupakan anak pertama dari 3 bersaudara, klien memiliki 2 orang
adik perempuan dimana semua sudah berkeluarga, ayahnya dan ibu telah meninggal
dunia.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2. Konsep diri
a. Citra tubuh : klien hanya diam
b. Identitas : klien hanya diam
c. Peran : klien hanya diam
d. Ideal diri : klien hanya diam
e. Harga diri : klien hanya diam
Masalah keperawatan : Menarik diri
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti : klien mengatakan tidak ada orang yang berarti dan dekat
dengan klien
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : sebelum sakit klien rutin
mengikuti kegiatan2 desa juga kegiatan rohani dan salah 1 pengurus RT di
tempat tinggal klien namun semenjak sakit klien jarang ikut kegiatan dan
berinteraksi dengan orang lain dan keluarga.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Klien hanya diam dan tidak
mau menjawab jika diajak bicara
Masalah keperawatan : isolasi sosial
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : klien hanya diam
b. Kegiatan ibadah : klien tidak ingin interaksi dengan orang semenjak sakit
Masalah keperawatan : isolasi sosial
2. Pembicaraan
• Lebih sering membisu
• Tidak mampu memulai pembicaraan
Jelaskan : Cara bicara klien lemah dan lambat dengan nada
rendah
Masalah keperawatan : isolasi sosial
3. Aktivitas Motorik
• Lesu
• Gelisah
Jelaskan : klien lebih banyak diam dan tidak ada semangat
hidup
Masalah keperawatan : isolasi sosial
4. Alam perasaan
• Sedih
• Putus asa
Jelaskan : ekspresi wajah klien murung dan datar
Masalah keperawatan : isolasi sosial
5. Afek
• Datar
• Tumpul
Jelaskan : klien lebih banyak diam saat diajak bicara
Masalah keperawatan : isolasi sosial
7. Persepsi
Jelaskan : klien tidak mau menjawab saat diberi pertanyaan
Masalah keperawatan : belum terkaji
8. Isi pikir
Jelaskan : klien hanya diam dan tidak mau menjawab saat
diberi pertanyaan
Masalah keperawatan : belum terkaji
9. Arus pikir
Jelaskan : klien hanya diam dan tidak mau menjawab saat
diberi pertanyaan
Masalah keperawatan : belum terkaji
16
Jelaskan : Tingkat kesadaran klien composmentis, klien
mengetahui tempat waktu saat ini
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
11. Memori
Jelaskan : klien bisa menceritakan sedikit tentang masa
lalunya, tidak ada gangguan untuk daya ingat
jangka panjang
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
Adaptif : Maladaptif :
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/ berlebih
Teknik relokasi Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif Menghindar
Olahgara Mencederai diri
Lainnya …………… Lainnya…………………
18
Masalah dengan ekonomi, uraikan klien tidak lagi bekerja semenjak sakit dan malu
karena sudah tidak bekerja, klien berpikir akan menyusahkan orang jika tidak
bekerja
Masalah dengan pelayanan kesehatan, uraikan klien tidak ada masalah dengan
pelayanan kesehatan
Masalah lainnya, uraikan klien tidak ada masalah lainnya
Masalah keperawatan : harga diri rendah
ANALISA DATA
DO :
DO :
Daftar Masalah
19
1. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
2. Isolasi Sosial
Isolasi Sosial
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Intervensi
1. Isolasi Sosial SP 1
DS : Menjelaskan keutungan dan
- Klien mengatakan jarang kerugian mempuyai teman
mengobrol dengan
keluarga SP 2
- Klien mengatakan lebih Melatih klien berkenalan
sering menyendiri. dengan 2 orang atau lebih
- Klien mengatakan tidak
mempunyai teman dekat. SP 3
Melatih bercakap-cakap
DO : sambil melakukan kegitana
- Klien sering menghindari harian
pembicaraan
- Cara bicara klien lemah SP 4
dan dengan nada Melatihberbicara sosial:
rendah meminta sesuatu berbelanja dan
- Klien lebih sering sebagainya
menyendiri
20
2 Harga Diri Rendah SP 1
DS : Mengidentifikasi
kemampuan dan aspek
- Klien mengatakan merasa positif yang di miliki pasien
minder karena sudah tidak
kerja lagi. SP 2
- Klien mengatakan akan - Menilai kemampuan yang
menyusahkan orang dapat digunakan
jika tidak bekerja - Menetapkan/memilih
kegiatan sesuai
DO : kemampuan yang dipilih 1
- Kontak mata kurang
- Tidak mau berinteraksi dengan SP 3
orang lain
Melatih kegiatan sesuai
kemampuan yang dipilih 2
SP 4
Melatih kemampuan sesuaqi
kegiatan yang dipilih 3
21
Implementasi dan Evaluasi
Intervensi Keperawatan
a.Mengidentifikasi penyebab
Isolasi soial yaitu menutup
diri tehadap orang lain
b. Mengidentifikasi isolasi
sosial yang
d. Membantu klien
berkenanlan dengan satu
orang
Rencana tindakan
selanjutnya:
SP 2 (memberikan kesempatan
kepada klien mempraktekkan cara
berkenalan dengan satu orang).
22
Minggu, Data : S : klien mengatakan mau
12
November - klien tidak mampu berkenalan dengan perawat
2023 kooperatif dengan
orang lain M dan teman yang lain.
- klien mengatakan
tidak pernah bergaul
dengan sekelilingnya
dan klien menutup
diri O : Klien mampu melakukan
cara berkenanlan dengan satu
dan dua orang
Diagnosa Keperawatan : Isolasi
Intervensi Keperawatan
SP 2
P : klien berkenalan dengan satu
a.mempraktekkan cara ruangan dikamarnya dan
berkenalan dengan satu orang memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
b. membantu klien untuk
memasukkan kegiatan
berbincang-bincang dengan
orang lain sebagai salah satu
kegiatan harian.
c
Rencana tindakan
selanjutnya:
SP 3 (memberikan
kesempatan untuk
berkenalan dengan dua orang
aau lebih).
23
Senin, 13 Data : S : klien mengatakan mau
November
2023 - klien tidak mampu berkenalan dengan teman
kooperatif dengan yang lain.
orang lain
- klien mengatakan
tidak pernah bergaul
dengan sekelilingnya O : Klien mampu melakukan
dan klien menutup cara berkenanlan dengan dua
diri orang atau lebih
Sosial
SP 4 (menjelaskan kegunaan
obat).
24
Senin, Data : S : klien merasa senang.
13
November - klien tidak mampu
2023 kooperatif dengan
orang lain
- klien mengatakan O : Klien menggunakan obat
tidak pernah bergaul dengan patuh
dengan sekelilingnya
dan klien menutup
diri A : Isolasi sosial (+)
Intervensi Keperawatan
SP 4
a. Menjelaskan
kegunaan
obat
b. Melatih pasien
minum obat
dengan prinsip
5 benar.
c. menganjurkan
klien untuk
memasukkan
kegiatan
sebagai salah
satu kegiatan
harian.
25
FORMAT PERENCANAN KEPERAWATAN
Ruangan : Anggrek
l Standar diagnosa keperawatan Indonesia Luaran keperawatan Indonesia standar intervensi keperawatan Indonesia (SIKI).
(SDKI) (SLKI)
Keterlibatan Sosial (L.13116) Promosi Sistem Pendukung [I.09313]
Isolasi Sosial [SDKI D.0121]
Definisi:
Isolasi Sosial b.d merasa ingin sendirian Setelah dilakukan intervensi
dengan orang lain d.d tidak ada kontak mata keperawatan selama 3 x 24 Meningkatkan pemberian pertolongan kepada
dengan orang lain, efek sedih, tidak berminat jam, maka kontrol diri
berinteraksi dengan orang lain atau meningkat, dengan kriteria pasien bersama keluarga, teman, dan masyarakat
lingkungannya hasil:
Tindakan
Minat interaksi meningkat
Observasi
Verbalisasi isolasi
- Identifikasi respon psikologis terhadap situasi dan
menurun
ketersediaan sistem pendukung
Verbalisasi perasaan
- Identifikasi sumber daya untuk ketersediaan
berbeda dengan orang
pengasuh
26
lain menurun - Monitor situasi keluarga saat ini dan sistem
masyarakat
dalam perawatan
Edukasi
27
Kolaborasi
Strategi Pelaksanaan 1
1. Membina hubungan saling percaya dan kontrak waktu dengan klien.
2. Mengenal perilaku kekerasan.
3. Mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat dari perilaku kekerasan.
4. Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan.
5. Melatih klien latihan cara mengontrol fisik 1.
Menganjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal harian
Strategi Pelaksanaan 2
1. Membina hubungan saling percaya dan kontrak waktu dengan klien.
2. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
3. Melatih klien latihan cara mengontrol fisik 2.
Menganjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal harian.
Strategi Pelaksanaan 3
1. Membina hubungan saling percaya dan kontrak waktu dengan klien.
2. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
3. Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara komunikasi verbal asertif.
29
Menganjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal harian.
Strategi Pelaksanaan 4
1. Membina hubungan saling percaya dan kontrak waktu dengan klien.
2. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
3. Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual.
Menganjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal harian.
Strategi Pelaksanaan 5
1. Membina hubungan saling percaya dan kontrak waktu dengan klien.
2. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
3. Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara minum obat.
Menganjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal harian
30
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Kep/ Tgl/
SP jam
1 SP 1 Isolasi social S:
O:
dengan
keluarganya
menyebutkan kembali
keuntungan berinteraksi
A:
P:
Optimalkan kemampuan
berkenalan
31
S:
P : Optimalkan SP 2
meminta tolong
dalam melakukan
pekerjaan rumah
S:
jika membutuhkan
pertolongan
mengucapkan terimakasih
O:
berinteraksi dengan
harian
33
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(SP)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
1) Klien merasa bingung ketika diajak kenalan dengan orang lain dan tidak tau
mulai dari mana dengan apa yang akan dibicarakan
2) Saat wawancara kontak mata kurang dan klien banyak menunduk
3) Klien memiliki afek tumpul hanya mau berbicara jika diberi stimulus emosi yang
kuat.
4) Klien tampak banyak menghabiskan waktu dengan diam dan menyendiri
dikamar
5) Klien jarang terlibat dengan kegiatan-kegiatan dimasyarakat
3. Tujuan Khusus : Pasien berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi
B. Tindakan keperawatan :
ORIENTASI
1. Salam Terapeutik : Selamat pagi Dek, perkenalkan nama saya A. Saya mahasiswa
praktek dari Universitas Indonesia Tomohon yang akan dinas diruangan anggrek ini
selama 2 minggu. Hari ini saya dinas pagi dari jam 08.00 Pagi- Jam 14.00 Siang. Saya
akan merawat Adik selama dirumah sakit ini. Nama Adik siapa? Adik senang dipanggil
siapa?
TERMINASI
35
FORMAT LAPORAN RESUME
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan,
sedangkan hasil pengkajian yang penulis dapatkan pada Nn.N.A adalah klien kurang
berenergi, lemah, malas beraktifitas, perasaan malu pada orang lain, tidak tidak mampu
berkosentrasi dan membuat keputusan, bingung, merasa tidak berguna, menarik diri,
tidak atau jarang berkomunikasi dengan orang lain, tidak memiliki teman dekat, menjauh
dari orang lain tidak ada kontak mata, berdiam diri dikamar
2. Diagnose keperawatan utama yang muncul saat dilakukan pengkajian adalah isolasi
3. Rencana keperawatan Rencana keperawatan yang dapat dilakukan pada Nn. N.A
meliputi tujuan umum klien dapat berinteraksi dengan orang lain. Untuk tujuan pertama
klien dapat membina hubungan saling percaya.,tujuan khusus kedua klien dapat mengenal
perasaan yang menyebabkan prilaku menarik diri, tujuan khusus ke tiga klien dapat
mengetahui keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain, tujuan khusus keempat klein dapat berhubungan denangan orang lain
secara bertahap, dan tujuan khusus kelima klien mampu meminta tolong kepada anggota
keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan mampu mengucapkan terimakasi dan
4. Implementasi
implementasi pada Nn. N.A selama tiga 57 hari. Pada hari pertama perawat
isolasi sosial, keuntungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain serta
(SP 2) yaitu mengajarkan klien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan orang
36
pertama seorang perawat). Pada hari ketiga perawat melaksanakan strategi
tolong kepada anggota keluarga jika memerlukan sesuatu, dan memberikan pujian
5. Evaluasi
Evaluasi tindakan yang dilakukan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada
Nn. N.A sampai pada strategi pelaksanaan ketiga. Nn. N,A klien mampu membina
hubungan saling percaya dengan perawat, mengenal penyebab isolasi social menarik diri,
mampu untuk dilatih cara berkenalan, mampu berkenalan dengan seorang perawat namun
belum maksimal berkenalan dengan klien lain karena Nn.N.A merasa malu. Klien sudah
mampu meminta tolong kepada keluarga jika memerlukan sesuatu dan memberikan pujian
kepada orang yang sudah memberikan pertolongan Beberapa kesulitan yang dialami
penulis dalam memberikan tindakan keperawatan adalah tidak tercapai semua tujuan
khusus karena keterbatasan waktu serta keadaan klien yang kurang fokus dalam
37
LAPORAN PENDAHULUAN
klien mengeluh kalau klien merasa enggan untuk berinteraksi dengan orang lain
3. a. Pohon masalah
Efek
4. Diagnosis keperawatan
Isolasi Sosial
4) melatih kegiatan untuk meminta tolong dalam melakukan pekerjaan rumah terhadap
anggota keluarga
38
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
1. Dari hasil pengkajian yang telah di jalani penulis terhadap Nn. N.A didapatkan
informasi subyektif penderita berkata lebih suka diam serta susah buat mengawali
pembicaraan. Informasi objektif penderita nampak diam, melamun, ekspresi datar,
tidak dapat mengawali pembicaraan.
2. Hasil pada pengkajian yang di jalani penulis terhadap Nn.N.A diagnosa yang dapat
diambil dalam pengkajian merupakan Isolasi sosial.
3. Dari informasi yang telah dikumpulkan penulis, penulis perlu untuk merencakanan
asuhan keperawatan buat mengukur keahlian penderita dalam berhubungan dengan
orang lain, membuktikan rasa yakin kepada tetangga ataupun perawat, penderita
sanggup melaksanakan kegiatan dengan baik.
4. Buat menanggulangi permasalahan keperawatan dengan menarik diri penulis
melakukan aksi keperawatan pada penderita dengan metode melaksanakan SP 1
bina ikatan silih yakin SP 2 mengatakan pemicu menarik diri SP 3 mengatakan
manfaat saat berhubungan sosial serta kerugian menarik diri SP 4 dukung penderita
melakukan hubungan sosial.
5. Bersumber pada informasi yang di kumpulkan, penulis bisa mengevaluasi Nn.N.A
dengan kendala isolasi sosial sehingga dapat mengukur reaksi pasien.
6. Dari informasi penilaian penulis memperoleh hasil kalau klien telah bisa berbicara
dengan masyarakat setempat walaupun cuma menyapa saja, telah sering juga
berjalan keluar rumah walaupun tidak jauh.
4.2. SARAN
Dari beberapa simpulan di atas penulis dapat memberikan beberapa saran yaitu
:
1. Bagi perawat
Dalam merawat Klien dalam pemberian asuhan keperawatan dengan gangguan
isolasi sosial dilakukan interaksi yang singkat sehingga sering mendapat masalah–
masalah yang dialami Klien sehingga dapat teratasi dengan baik.
39
DAFTAR PUSTAKA
Anindita, B. 2012. Pengaruh teknik relaksasi progresif terhadap tingkat kecemasan pada klien
skizofrenia paranoid di rsjd surakarta. Thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Astuti, L. 2020. Karya Tulis Ilmiah Studi Dokumentasi Isolasi Sosial Pada Pasien Dengan
Skizofrenia.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/10/08/persebaran-prevalensi-
skizofreniapsikosis-di-indonesia
40