Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA ISOLASI SOSIAL

(Makalah Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Psikiatri)

Dosen Pengampu :
Ns. Kartini E Tungka,S.Kep.,M.Kep

Oleh
Kelompok IV

Irene Kaunang Brian Posumah


Imelda Adam Yuslin Arunde
Silvia Tiwa Riany Mochtar
Aditya untu Yolanda Bawole
Pingkan Anes Anni Setiyawaty

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS SARI PUTRA INDONESIA
TOMOHON
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kelompok naikan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa oleh karena
rahmat dan kasihNYA kepada Kelompok sehingga Kelompok dapat menyelesaikan makalah
ini dengan judul Asuhan keperawatan Jiwa Isolasi Sosial.

Makalah ini, Kelompok buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperwatan Psikiatri
pada Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan, Universitas Sari Putra Indonesia Tomohon.
Makalah ini telah Kelompok susun dengan maksimal dan tentu tak lepas dari pengarahan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka Kelompok mengucapkan rasa hormat dan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu.

Terlepas dari semua itu, Kelompok menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka Kelompok menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar Kelompok
dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata, Kelompok berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua
kalangan masyarakat, dan dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Manado, 17 November 2023

Kelompok IV

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................. 1
1.1. LATAR BELAKANG......................................................................................................1
1.2. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................2
1.3. TUJUAN....................................................................................................................... 2
1.4. MANFAAT.................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................. 3
2.1 TINJAUAN TEORI............................................................................................................3
2.1.1 PENGERTIAN ISOLASI SOSIAL…………………………………………………………………………………………………………………4

2.1.2 RENTANG RESPON…………………………………………………………………………………………………………………………………4

2.1.3 ETIOLOGI……………………………………………………………………………………………………………………………………………….5

2.1.4 TANDA DAN GEJALA………………………………………………………………………………………………………………………………5

2.1.5 MEKANISME KOPING ……………………………………………………………………………………………………………………………6

2.1.6 SUMBER KOPING…………………………………………………………………………………………………………………………………..6

2.1.7 KOMPLIKASI………………………………………………………………………………………………………………………………………….6

2.1.8 PENATALAKSANAAN………………………………………………………………………………………………………………………………6

2.1.9 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN JIWA……………………………………………………………………………………11

2.1.10 POHON MASALAH ……………………………………………………………………………………………………………………………12

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN NN. N.A DENGAN ISOLASI SOSIAL 12
BAB IV PENUTUP...................................................................................................................37
4.1. KESIMPULAN............................................................................................................ 37
4.2. SARAN.......................................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................38

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Gangguan jiwa yakni kondisi terhambat peranan emosi, mental, kemauan, perilaku
psikomotorik dan verbal, yang sebagai gejala klinis yang diiringi oleh penderita dan
menimbulkan ganggunya peranan humanistic orang. Gangguan jiwa di karakteristikkan
sebagian respon maladaptif diri terdapat wilayah yang ditunjukkan dengan beberapa benak,
perasaan, tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma setempat dan kultural sehingga
mengusik peranan sosial, kerja& badan orang yang biasa disebutkan dengan skizofrenia.

Gangguan kesehatan mental merupakan masalah yang kompleks dan bisa bermacam-
macam bentuknya, seperti dijelaskan dalam klasifikasi penyakit internasional Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO). Dalam definisi itu, gangguan Kesehatan Jiwa mencakup banyak
bentuk, termasuk depresi, kecemasan, bipolar, gangguan makan, dan skizofrenia.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan, prevalensi skizofrenia/psikosis


di Indonesia sebanyak 6,7 per 1000 rumah tangga. Artinya, dari 1.000 rumah tangga terdapat
6,7 rumah tangga yang mempunyai anggota rumah tangga (ART) pengidap
skizofrenia/psikosis. Penyebaran prevalensi tertinggi terdapat di Bali dan DI Yogyakarta
dengan masing-masing 11,1 dan 10,4 per 1.000 rumah tangga yang mempunyai ART
mengidap skizofrenia/psikosis.

Secara umum, hasil riset riskesdas 2018 juga menyebutkan sebanyak 84,9% pengidap
skizofrenia/psikosis di Indonesia telah berobat. Namun, yang meminum obat tidak rutin lebih
rendah sedikit daripada yang meminum obat secara rutin. Tercatat sebanyak 48,9% penderita
psikosis tidak meminum obat secara rutin dan 51,1% meminum secara rutin. Sebanyak
36,1% penderita yang tidak rutin minum obat dalam satu bulan terakhir beralasan merasa
sudah sehat. Sebanyak 33,7% penderita tidak rutin berobat dan 23,6% tidak mampu membeli
obat secara rutin.

Pasien skizofrenia sering mendapat stigma dan diskriminasi yang lebih besar dari
masyarakat sekitarnya dibandingkan individu yang menderita penyakit medis lainnya.
Penderita skizofrenia biasanya timbul pada usia sekitar 18-45 tahun, dan 2 berusia 11-12
tahun menderita skizofrenia (Damanik, Pardede & Manalu. 2020). Hasil Riskesdas (2018)
didapatkan estimasi prevalensi orang yang pernah menderita skizofrenia di Indonesia
sebesar 1,8 per 1000 penduduk. Hasil survey awal yang dilakukan di poliklinik rawat jalan
Rumah Sakit Jiwa Medan di temukan sebanyak 13.899 pasien yang rawat jalan dibawa oleh
keluarganya untuk berobat (Pardede, Ariyo, & Purba 2020).kemunduran fungsi sosial dialami
seseorang didalam diagnose kepeawatan jiwa disebut isolasi sosial,

Manusia merupakan makhluk sosial yang tak lepas dari sebuah keadaan yang
bernama interaksi dan senantiasa melakukan hubungan dan pengaruh tibal balik dengan
manusia yang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan dan mempertahankan kehiduapnnya,
dalam mengatasi masalah gangguan interaksi pada pasien isolasi sosial dapat dilakukan
upaya-upaya tindakan keperawatan bertujuan untuk melatih klien melakukan interaksi sosial
sehingga klien merasa nyaman ketika berhubungan dengan orang lain. Salah satu tindakan
keperawatan tersebut yang termasuk kelompok terapi psikososial adalah sosial skills training
(SST). Latihan keterampilan sosial diberikan pada pasien dengan gangguan isolasi untuk
melatih keterampilan dalam menjalin hubungan dengan orang lain dan 3 lingkungannya,
secara optimal bertujuan untuk mengajarkan kemampuan berinteraksi seseorang dengan
orang lain.
1
Dari uraian diatas maka perlu dilakukan Asuhan Keperawatan Jiwa untuk mengatahui
pengaruh penerapan keterampilan sosial untuk mengetahui kemampuan berinteraksi sosial
dengan klien isolasi sosial.

1.2. RUMUSAN MASALAH


Bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan Jiwa terhadap Klien Isolasi Sosial.

1.3. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Mampu melakukan Asuhan Keperawatan Jiwa terhadap Klien dengan Isolasi
Sosial.

1. TUJUAN KHUSUS
a) Dapat melakukan pengkajian terhadap Klien dengan isolasi sosial
b) Dapat menegakkan diagnosa keperawatan jiwa terhadap Klien isolasi sosial
c) Dapat menyusun rencana keperawatan jiwa terhadap Klien dengan isolasi
sosial
d) Dapat melaksanakan tindakan keperawatan terhapat Klien isolasi Sosial
e) Dapat mengevaluasi Klien dengan isolasi sosial

1.4. MANFAAT
a) Bagi Responden Meningkatkan interaksi sosial klien dengan keluarga, dan
lingkungan sekitar
b) Bagi Masyarakat Sebagai bahan acuan untuk menganalisis peranan perawat
untuk memberikan tindakan keperawatan kepada pasien Isolasi Sosial akan bisa
berinteraksi sosial
c) Bagi Profesi Mengembangkan metode Penerapan Keterampilan Isolasi Terhadap
Kemampuan Interaksi Sosial pada klien Isolasi Sosial.

2
3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 TINJAUAN TEORI


2.1.1. Pengertian Isolasi Sosial
Isolasi sosial menurut Townsend, dalam Kusumawati F dan Hartono Y(2010)
adalah suatu keadaan kesepian yang dirasakan seseorang karena orang lain
menyatakan negatif dan mengancam. Sedangkan Menarik diri adalah usaha
menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa kehilangan hubungan akrab
dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi perasaan, pikiran, prestasi atau
kegagalanya (Depkes, 2006 dalam Dermawan D danRusdi, 2013)

Isolasi sosial merupakan pertahanan diri seseorang terhadap orang lain maupun
cara menarik diri secara fisik maupun psikis. Isolasi sosial adalah gangguan dalam
berhubungan yang merupakan mekanisme individu terhadap sesuatu yang
mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang lain dan
lingkungan. Isolasi sosial merupakan upaya mengindari komunikasi dengan orang lain
karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk
berbagi rasa, pikiran dan kegagalan (Rusdi,2013)

2.1.2 Rentang Respon

Rentang Respon sosial



Adaptif Maladaptif

Menyendiri merasa sendiri menarik diri


Otonomi Depedensi
Ketergantungan
Bekerjasama curiga manipulasi
Interdependen curiga

Berikut ini dijelaskan tentang respon yang terjadi pada isolasi sosial:
• Respon Adaptif
Merupakan respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan
kebudayaan secara umum yang berlaku. Berikut ini adalah sikap yang termasuk
respons adaptif :
a. Menyendiri yaitu merenungkan sesuatu yang telah dilakukan
dilingkungan sosial dan cara untuk mengintrospeksi diri untuk menentukan
langkah berikutnya.
b. Otonomi merupakan kemampuan seseorang untuk mencurahkan pikiran,
perasan dalam hubungan sosial.
c. Bekerjasama, merupakan kemampuan individu yang saling membutuhkan satu
sama lain.
d. Interdependen, saling ketergantungan merupakan suatu hubungan
interpersonal yang saling ketergantungan antara seorang dengan yang lain.

• Respon Maladaptif
Respons yang menyimpang dari norma sosial dan kehidupan disuatu tempat.
Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respon maladaptif :

4
a. Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan
kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
b. Ketergantungan ini terjadi bila individu gagal mengembangkan rasa percaya
diri.
c. Manipulasi merupakan suatu sikap yang hanya berorientasi pada diri sendiri
atau pada tujuan, bukan berorientasi pada oran lain, orang lain diperlakukan
seperti objek.
d. Curiga, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain
(stuart,2006)

2.1.3 Etiologi
Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan negative
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan yang
ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap
diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, percaya diri kurang
dan juga dapat menciderai diri sendiri (Carpenito-Moyet, 2006).

a. Faktor Predisposisi
1. Faktor Perkembangan Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan
akan mencetuskan seseorang sehingga mempunyai masalah respon
maladaptif. Sistem keluarga yang terganggu dapat menunjang perkembangan
respons sosial maladaptif. Beberapa orang percaya bahwa individu yang
mempunyai masalah ini adalah orang yang tidak berhasil memisahkan dirinya
dari orang tua.
2. Faktor Biologik
3. Faktor genetik dapat menunjang terhadap respons sosial maladaptif. Ada bukti
terdahulu tentang terlibatnya neurotransmiter dalam perkembangan gangguan
ini, namun tetap masih diperlukan penelitian lebih lanjut.
4. Faktor Sosiokultural Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan
berhubungan. Ini akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan
terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak
produktif, seperti lansia, orang cacat, dan berpenyakit kronik (Stuart,2006)

a. Faktor Pencetus
Stresor pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh stres
seperti kehilanga, yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan
dengan orang lain dan menyebabkan ansietas. Stresor pencetus dapat
dikelompokkan dalam kategori :
1. Stresor sosiokultural, merupakan stres yang dapat ditimbulkan oleh
menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang yang berarti
didalam kehidupannya.
2. Stresor psikologik, ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan
dengan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya
3. Stresor biologik, merupakan stresor karena adanya faktor genetik atau
keturunan (Stuart, 2006).

2.1.4 Tanda Dan Gejala


Menurut Pusdiklatnakes (2012) tanda dan gejala isolasi sosial dapat dinilai dari
ungkapan klien yang menunjukkan penilaian negatif tentang hubungan sosial dan
didukung dengan data observasi :
a. Data subjektif
Pasien mengungkapkan tentang :

5
1. Perasaan sepi
2. Perasaan tidak aman
3. Perasaan bosan dan waktu terasa lambat
4. Ketidakmampuan berkonsentrasi
5. Perasan ditolak

b. Data objektif
1. Banyak diam
2. Tidak mau bicara
3. Menyendiri
4. Tidak mau berinteraksi
5. Tampak sedih
6. Kontak mata kurang
7. Muka datar

2.1.5. Mekanisme koping


Individu yang mengalami respon sosial maladiptif menggunakan berbagai
mekanisme dalam upaya untuk mengatasi ansietas. Mekanisme tersebut berkaitan
dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik (gall,W Stuart 2006). Koping yang
berhubungan dengan gangguan kepribadian antisosial antara lain proyeksi, spliting
dan merendahkan orang lain, koping yang berhubungan dengan gangguan
kepribadian ambang spliting, formasi reaksi, proyeksi, isolasi, idealisasi orang lain,
merendahkan orang lain dan identifikasi proyektif. Menurut Gall W. Stuart (2006),
sumber koping yaang berhubungan dengan respon sosial maladaptif meliputi
keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luasan teman, hubungan dengan hewan
peliharaan dan penggunaan kreatifitas untuk mengekspresikan stress interpersonal
misalnya kesenian, musik atau tulisan.

2.1.6 Sumber Koping


Contoh sumber koping yang berhungan dengan respon maladaptive menurut
Stuart, (2006) meliputi :
a. Keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luas dan teman.
b. Hubungan dengan hewan peliharaan.
c. Penggunaan kreativitas untuk mengekspresikan stres interpersonal (misalkan:
kesenian, musik atau tulisan)

2.1.7 Komplikasi
Klien dengan isolasi sosial semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku
yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi resiko
gangguan sensori persepsi: halusinasi, mencederai diri sendiri, orang lain serta
lingkungan dan penurunan aktifitas sehingga dapat menyebabkan defisit perawatan
diri (Dalami,2009).

2.1.8 Penatalaksanaan
a. Terapi Medis
Berupa Therapy farmakologi
1. Clorpromazine (CPZ)
2. Indikasi: Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan
menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan tilik diri
terganggu, berdaya berat dalam fungsi -fungsi mental: waham, 12
halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau, tidak terkendali,
3. Haloperidol (HLD)

6
Indikasi : Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi netral
serta dalam fungsi kehidupan sehari –hari.
4. Trihexy phenidyl (THP)
Indikasi:Segala jenis penyakit parkinson,termasuk paska ensepalitis dan
idiopatik,sindrom parkinson akibat obat misalnya reserpin dan fenotiazine

b. Electro convulsif therapi


Electro convulsif therapi (ECT) atau yang lebih dikenal dengan electroshock
adalah suatu terapi psikiatri yang menggunakan energi shock listrik dalam usaha
pengobatannya. Biasanya ECT ditujukan untuk terapi pasien gangguan jiwa yang
tidak berespon kepada obat psikiatri pada dosis terapinya. ECT pertama kali
diperkenalkan oleh 2 orang neurologist Italia Ugo Cerlitti dan Lucio Bini pada tahun
1930.

c. Terapi Keterampilan Sosial (Sosial skill Tarining)


1. Pengertian keterampilan sosial
keterampilan sosial mempunyai makna sebagai keterampilan individu
dalam mengungkapkan perasaan baik perasaan positif maupun perasaan
negative dalam hubungannya dengan orang lain tanpa kehilangan penguatan
sosial dan dalam berbagai ragam hubungan dengan orang lain yang
mencakup respon verbal dan non verbal. Bellack, 2012), Morgan (dalam
Cartledge, 2009) mengatakan bahwa keterampilan sosial merupakan
keterampilan untuk mencapai tujuan yang dimiliki seseorang melalui hubungan
dengan orang lain. Hubungan dengan orang lain tersebut merupakan sarana
dalam mencapai tujuan hidup seseorang. Seseorang yang terampil
berhubungan dengan orang lain, maka ia akan lebih berhasil dalam mencapai
tujuannya. Kelly (2003), menjelaskan keterampilan sosial sebagai perilaku-
perilaku yang dipelajari, yang digunakan oleh individu pada situasi-situasi
interpersonal dalam lingkungan. Menurut Comb (2007), keterampilan sosial
merupakan keterampilan untuk berinteraksi dengan orang lain dalam satu
konteks sosial dengan suatu cara yang spesifik yang secara sosial dapat
diterima atau dinilai dan menguntungkan orang lain Keterampilan sosial
menurut Mu’tadin (dalam Zainun, (2006) adalah keterampilan atau kecakapan
yang dimiliki seseorang untuk menyesuaikan diri dan berinteraksi dengan
lingkungannya yang meliputi keterampilan berkomunikasi, menjalin hubungan
dengan orang lain, menghargai diri sendiri dan orang lain, memberi dan
menerima kritik yang diberikan orang lain.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
keterampilan sosial adalah keterampilan individu dalam mengungkapkan
perasaan baik positif maupun negatif serta keterampilan untuk berinteraksi
dengan orang lain dalam konteks sosial.

2. Tujuan Keterampilan Sosial


Menurut Nihayati, (2017) sosial skill training bertujuan :
a) Meningkatkan kemampuan seseorang untuk mengekspresikan apa yang
dibutuhkan dan diinginkan
b) Mampu menolak dan menyampaikan adanya suatu masalah.
c) Mampu memberikan respon saat berinteraksi sosial
d) Mampu memulai interaksi
e) Mampu mempertahankan interaksi yang telah terbina

7
3. Manfaat Terapi Sosial Skill Training
Sosial skill training sangat efektif digunakan untuk meningkatkan
kemampuan seseorang untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang
lain di sekitar maupun di lingkungannya, meningkatkan harga diri,
meningkatkan kinerja dan menurunkan tingkat kecemasan (Yosep, 2010).

4. Tahapan Pelaksanaan Sosial Skills Training


Secara khusus ada 4 (empat) tahapan yang dapat dikembangkan dalam
sosial skill training pada schizophrenia menurut Bellack, dkk.,(2004), yaitu
keterampilan mendengarkan orang lain, mengajukan permintaan,
mengekspresikan perasaan menyenangkan maupun yang tidak
menyenangkan yang dikembangkan dalam pelaksanaan sosial skill training,
yaitu:
a) Modeling. Demonstrasi perlu dilakukan oleh beberapa coterapis agar
subjek memahami dan dapat mengaplikasikan keterampilan sosial yang
telah dimodelingkan.
b) Role play, terapis melakukan salah satu keterampilan sosial yang sering
ditemui dalam berinteraksi.
c) Feedback and sosial reinforcement.
Terapis memberikan umpan balik dengan cara yang baik, tidak bermaksud
menyudutkan subjek atau menolak subjek, tetapi lebih mengarahkan
subjek ke perilaku yang lebih baik.
d) Homework.
Terapis meminta subjek mengaplikasikan keterampilan sosial dalam
kehidupan sehari-hari, hal ini dianggap sebagai pekerjaan rumah bagi
subjek.

Pelaksanaan Sosial skills training (SST) pada pasien isolasi sosial perlu
dilakukan seleksi pasien yang akan diberikan terapi individu. Adapun kriteria
klien yang memenuhi sebagai berikut:
a) Tidak atau jarang komunikasi
b) Menolak untuk melakukan hubungan dengan orang lain
c) Individu dengan Tidak ada/ jarang melakukan kontak mata
d) Individu menjauh dari individu lain
e) Sering berdiam diri di dalam kamar
f) Tidak melakukan aktivitas di kehidupan sehari-hari
g) Individu tidak mempunyai teman dekat
h) Tampak sedih dan efek tampul

5. Procedure terapi Keterampilan Sosial


a) Pengertian : proses belajar dalam meningkatkan kemampuan seseorang
untuk meningkatkan kemampuan berinteraksi dengan orang lain dalam
konteks sosial yang dapat diterima dan dihargai secara sosial
b) Tujuan terapi
1) Kemampuan yang dimiliki dalam melatih
2) komunikasi memberikan pertolongan kepada orang lain
3) Kemampuan yang dimiliki dalam komunikasi saat meminta
pertolongan dari orang lain
4) Kemampuan yang dimiliki dalam komunikasi saat menerima pujian dari
orang lain

8
5) Kemampuan yang dimiliki dalam komunikasi saat menerima pujian dari
orang lain
c) Setting
1) Klien dan terapis duduk bersama dan Berhadapan
2) Ruangan nyaman dan tenang
d) Alat
1) Format evaluasi proses (buku kerja perawat)
2) Format jadwal kegiatan harian
3) Buku kerja klien
4) Alat tulis
e) Metode
1) Diskusi dan Tanya jawab
2) Modelling (demonstrasi dari terapis)
3) Role play (redemonstrasi dari klien)
4) Feedback dari terapis
5) Transfer training yang dilakukan oleh klien dengan klien lain dalam
kelompok
f) Langkah langkah kegiatan
1) Persiapan
• Mengingatkan kontrak dengan klien
• Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2) Pelaksanaan
Orientasi
1. Salam terapeutik
• Salam dari terapis
• Memperkenalkan nama dan panggilan terapis
• Mempersilahkan klien menyebutkan nama lengkap dan nama
panggilan secara bergiliran (masing-masing klien memakai
papan nama)

Evaluasi dan validasi


Menanyakan perasaan klien saat ini

Kontrak
• Menyepakati terapi yaitu latihan komunikasi untuk menjalin
persahabatan
• Menjelaskan tujuan pertemuan, yaitu :
a) Klien mampu berkomunikasi untuk memberikan
pertolongan kepada orang lain
b) Klien mampu berkomunikasi saat menerima pertolongan
darI orang lain
c) Klien mampu berkomunikasi untuk memberikan pujian
kepada orang lain
d) Klien mampu berkomunikasi saat menerima pujian dari
orang lain
• Terapis menjelaskan tata tertib sebagai berikut :
a) Lama kegiatan 30 menit
b) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
c) Jika ada klien yang meninggalkan kegiatan maka klien
harus permisi kepada terapis
2. Tahap kerja

9
a. Terapis mendiskusikan dengan seluruh klien tentang
kemampuan yang telah dilakukan/dimiliki klien dalam menjalin
persahabatan meliputi : menerima dan memberikan pujian,
meminta dan memberikan pertolongan kepada orang lain
b. Memberikan pujian atas ketrampilan yang telah dilakukan klien
c. Terapis melatih berkomunikasi dalam memberikan pertolongan
kepada orang lain dengan menggunakan metode :
• Terapis memodelkan atau mendemonstrasikan komunikasi
dalam memberikan pertolongan
• Klien 1 melakukan kembali atau redemonstrasi cara
berkomunikasi dalam memberikan pertolongan
• Terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan
yang telah dilakukan klien 1
• Terapis meminta tanggapan klien 1 tentang Latihan yang
dilakukan
• Terapis meminta tanggapam klien lain dalam kelompok
• Secara berpasangan klien mempraktekkan Kembali cara
komunikasi dalam memberikan pertolongan kepada orang
lain
• Terapis memberikan umpan balik terhadap Latihan yang
dilakukan seluruh klien
• Terapis memberikan pujian atas keberhasilan, komitmen
dan semangat klien
d. Terapis melatih berkomunikasi saat meminta pertolongan
kepada orang lain dengan menggunakan metode :
• Terapis memodelkan atau mendemonstrasikan cara
komunikasi saat meminta pertolongan
• Klien 1 melakukan kembali atau redemonstrasi cara
komunikasi saat meminta pertolongan
• Terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan
yang telah dilakukan klien 1
• Terapis meminta tanggapan klien 1 tentang Latihan
• Terapis meminta tanggapan klien lain dalam kelompok
• Seluruh klien secara berpasangan mempraktekkan
kembali cara komunikasi saat meminta pertolongan
• kepada orang lain
• Terapis memberikan umpan balik terhadap Latihan yang
dilakukan seluruh klien
• Terapis memberikan pujian atas keberhasilan, komitmen
dan semangat klien
e. Terapis melatih berkomunikasi untuk memberi pujian kepada
orang lain dengan metode :
• Terapis memodelkan atau mendemonstrasikan cara
komunikasi untuk memberi pujian
• Klien 1 melakukan kembali atau redemonstrasi cara
komunikasi untuk memberi pujian
• Terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan
yang telah dilakukan klien 1
• Terapis meminta tanggapan klien 1 tentang Latihan yang
dilakukan
• Terapis meminta tanggapan klien lain dalam kelompok

10
• Seluruh klien secara berpasangan mempraktekkan
kembali cara komunikasi untuk memberikan pujian kepada
orang lain.
• Terapis memberikan umpan balik terhadap Latihan yang
dilakukan seluruh klien
• Terapis memberikan pujian atas keberhasilan, komitmen
dan semangat klien

f. Terapis melatih berkomunikasi saat menerima pujian dari


orang lain dengan metode :
• Terapis memodelkan atau mendemonstrasikan cara
komunikasi saat menerima pujian
• Klien 1 melakukan kembali atau redemonstrasi cara
komunikasi saat menerima pujian
• Terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan
yang telah dilakukan klien 1
• Terapis meminta tanggapan klien 1 tentang Latihan yang
dilakukan
• Terapis meminta tanggapan klien lain dalam kelompok
• Seluruh klien secara berpasangan mempraktekkan
kembali cara komunikasi saat menerima pujian dari orang
lain
• Terapis memberikan umpan balik terhadap Latihan yang
dilakukan seluruh klien
• Terapis memberikan pujian atas keberhasilan, komitmen
dan semangat klien

3. Tahap terminasi
a. Evaluasi
• Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti latihan
• Mengevaluasi kemampuan klien berkomunikasi untuk
meminta pertolongan kepada orang lain
• Mengevaluasi kemampuan klien berkomunikasi saat
memberi pertolongan kepada orang lain
• Mengevaluasi kemampuan klien berkomunikasi untuk
memberi pujian kepada orang lain
• Mengevaluasi kemampuan klien berkomunukasi saat
menerima pujian dari orang lain
• Memberikan umpan balik positif atas Kerjasama dan
keberhasilan klien
b. Tindak lanjut
• Anjurkan klien melakukan latihan kembali berkomunikasi
untuk meminta pertolongan kepada orang lain dengan
teman dalam kelompok, klien lain maupun perawat
ruangan
• Anjurkan klien melakukan latihan kembali berkomunikasi
untuk memberikan pertolongan kepada orang lain dengan
teman dalam kelompok, klien lain maupun perawat
ruangan

11
• Anjurkan klien melakukan latihan kembali berkomunikasi
untuk memberikan pujian kepada orang lain dengan teman
dalam kelompok
• Anjurkan klien melakukan latihan kembali berkomunikasi
saat menerima pujian dari orang lain dengan teman dalam
kelompok, klien lain maupun perawat ruangan
• Masukkan rencana latihan klien dalam jadwal kegiatan
harian
c. Kontrak yang akan datang
• Menyepakati topic percakapan selanjutnya
• Menyepakati waktu dan tempat untuk pertemuan
selanjutnya
d. Evaluasi dan dokumentasi
• Evaluasi proses
Evaluasi proses dilakukan saat proses Sosial Skill Training
berlangsung. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan
klien berkomunikasi dalam menjalin persahabatan,
meliputi: berkomunikasi untuk memberikan pertolongan,
berkomunikasi untuk meminta pertolongan, berkomunikasi
untuk memberikan pujian dan berkomunikasi saat
menerima pujian.
• Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien pada akhir
terapi pada catatan keperawatan masing-masing klien.

2.1.9. Konsep Dasar Asuhan Keperwatan Jiwa


1. Proses Keperawatan
a) Pengkajian
Pengumpulan data melalui data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
b) Analisa data
Melihat data subyektif & objektif bisa memilih permasalahan yang dihadapi klien
dengan menggunakan pohon masalah mampu diketahuihpenyebab, affeck
berdasarkan kasus tersebut. Dari output analisa data inilah bisa menegakkan
diagnosa keperawatan.
c) Diagnosa
1. Gangguan perubahan persepsi sensori: halusinasi
2. Isolasi sosial: menarik diri
3. Gangguan konsep diri: harga diri rendah

d) Intervensi

- Intervensi keperawatan dilakukan selama 3 hari dengan melakukan Sp dengan


pasien :
1. Melakukan SP 1 : Membina hubungan saling percaya, Mengidentifikasi
penyebabmisolasi sosial, Berdiskusi dengn pasien tentang keutungan
berinteraksi dengan orang lain, Mengajarkan pasien cara berkenalan
dengan satu orang.
2. Melakukan SP 2 : Membantu pasien memasukan kegiatan berbincang –
bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian.
3. Melakukan SP 3 : Memberikan kesempatan kepada pasien berkenalan
dengan dua orang atau lebih
- Melakukan SP dengan keluarga :

12
1. Melakukan SP 1 : Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluargamdalam
merawat pasien, Menjelaskan cara merawat pasien dengan isolasi sosial.
2. Melakukan SP 2 : Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien
dengan isolasi social
3. Melakukan Sp 3 : melatih keluarga melakukan cara merawat langsung
kepada
Klien social (Buku keperawatan jiwa, 2020-2021).

e) Tujuan
klien mengenali perilaku kekerasan yang dilalui , klien dapat mengatur perilaku
yang bersifat kekerasan, klien dapat bisa mengikuti beberapa program kegiatan
pengobatan secara optimal (Buku Keperawatan Jiwa, 2020-2021).
f) Implementasi
Implementasi keperawatan di lakukan setelah menentukan intervensi dan
implementasi di lakukan sesuai intervensi keperawatan
g) Evaluasi
Evaluasi yakni tahap akhir asuhan keperawatan , mengevaluasi keberhasilan
tindakan sebelumnya yang di berikan pada klien. Evaluasi dilakukan selama
pelaksanaan intervensi.

2.1.10 Pohon Masalah

Perubahan sensorikpersepsi : Halusinasi Effect



Isolasi social ; menarik diri core problem

Gangguan konsep diri: harga diri rendah Causa

13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN NN. N.A DENGAN ISOLASI SOSIAL

PENGKAJIAN

Ruang rawat : Mawar


Tanggal dirawat : 11 November 2023

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : N.A ( P )
Umur : 28 thn
No. CM : 034XXX

II. ALASAN MASUK


Saat di rumah klien sering menendang nendang pintu kemudian di pasung oleh keluarga
selama 7 bulan

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu ?
• Tidak
2. Pengobatan sebelumnya
• Tidak pernah
3. Trauma usia pelaku korban saksi
• Aniaya fisik : tidak pernah
• Aniaya seksual : tidak pernah
• Penolakan : tidak pernah
• Kekerasan dalam keluarga : tidak pernah
• Tindakan criminal : tidak pernah
Jelaskan : klien tidak pernah mengalami aniaya fisik, aniaya seksual, penolakan,
kekerasan dalam rumah tangga dan tindakan kriminal
Masalah keperawatan tidak ada masalah
4. Anggota keluarga yang gangguan jiwa ? Tidak
Kalau ada :
Hubungan keluarga : tidak ada
Gejala : tidak ada
Riwayat pengobatan : tidak ada
Masalah keperawatan tidak ada masalah
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan :
Klien merasa kehilangan saat ditinggal suaminya menikah lagi
Masalah keperawatan respon pasca trauma

IV. PEMERIKSAAN FISIK


1. TTV : TD : 120/80.mmHg N : 88 X/mnt
S : 36.6.°C P : 22 X/mnt
2. Ukur : BB : 43 kg, TB : 164 cm
3. Keluhan fisik : Tidak ada
Masalah keperawatan tidak ada masalah keperawatan

14
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram :

Ket :
: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

: Meninggal

Jelaskan : Klien merupakan anak pertama dari 3 bersaudara, klien memiliki 2 orang
adik perempuan dimana semua sudah berkeluarga, ayahnya dan ibu telah meninggal
dunia.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

2. Konsep diri
a. Citra tubuh : klien hanya diam
b. Identitas : klien hanya diam
c. Peran : klien hanya diam
d. Ideal diri : klien hanya diam
e. Harga diri : klien hanya diam
Masalah keperawatan : Menarik diri

3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti : klien mengatakan tidak ada orang yang berarti dan dekat
dengan klien
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : sebelum sakit klien rutin
mengikuti kegiatan2 desa juga kegiatan rohani dan salah 1 pengurus RT di
tempat tinggal klien namun semenjak sakit klien jarang ikut kegiatan dan
berinteraksi dengan orang lain dan keluarga.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Klien hanya diam dan tidak
mau menjawab jika diajak bicara
Masalah keperawatan : isolasi sosial

4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : klien hanya diam
b. Kegiatan ibadah : klien tidak ingin interaksi dengan orang semenjak sakit
Masalah keperawatan : isolasi sosial

VI. STATUS MENTAL


15
1. Penampilan
 Tidak rapi
 Penggunaan pakaian tidak sesuai
 Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan : cara berpakaian klien tidak sesuai, tidak rapi dan
sedikit kotor
Masalah keperawatan defisit perawatan diri.

2. Pembicaraan
• Lebih sering membisu
• Tidak mampu memulai pembicaraan
Jelaskan : Cara bicara klien lemah dan lambat dengan nada
rendah
Masalah keperawatan : isolasi sosial

3. Aktivitas Motorik
• Lesu
• Gelisah
Jelaskan : klien lebih banyak diam dan tidak ada semangat
hidup
Masalah keperawatan : isolasi sosial

4. Alam perasaan
• Sedih
• Putus asa
Jelaskan : ekspresi wajah klien murung dan datar
Masalah keperawatan : isolasi sosial

5. Afek
• Datar
• Tumpul
Jelaskan : klien lebih banyak diam saat diajak bicara
Masalah keperawatan : isolasi sosial

6. Interaksi selama wawancara


• Tidak kooperatif
• Kontak mata kurang
Jelaskan : klien tidak kooperatif dan menghindari kontak mata
Masalah keperawatan : harga diri rendah

7. Persepsi
Jelaskan : klien tidak mau menjawab saat diberi pertanyaan
Masalah keperawatan : belum terkaji

8. Isi pikir
Jelaskan : klien hanya diam dan tidak mau menjawab saat
diberi pertanyaan
Masalah keperawatan : belum terkaji

9. Arus pikir
Jelaskan : klien hanya diam dan tidak mau menjawab saat
diberi pertanyaan
Masalah keperawatan : belum terkaji

10. Tingkat Kesadaran

16
Jelaskan : Tingkat kesadaran klien composmentis, klien
mengetahui tempat waktu saat ini
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

11. Memori
Jelaskan : klien bisa menceritakan sedikit tentang masa
lalunya, tidak ada gangguan untuk daya ingat
jangka panjang
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung


Jelaskan : klien mampu menjawab saat diminta berhitung
sederhana
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

13. Kemampuan penilaian


Jelaskan : klien hanya diam dan tidak mau berbicara
Masalah keperawatan : harga diri rendah

14. Daya tilik diri


Jelaskan : klien sadar akan penyakitnya dan mengerti saat ini
sedang dirawat di RS
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

VII. KEBUTUHAN PERENCANAAN PULANG


1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
• Makanan : YA
• Keamanan : YA
• Perawatan kesehatan : TIDAK
• Pakaian : YA
• Transportasi : YA
• Tempat tinggal : YA
• Uang : TIDAK
Jelaskan : Klien mengtakan jika pulang rumah ingin kembali mengikuti kegiatan
keagamaan dan juga masyarakat
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

2. Kegiatan hidup sehari-hari


a. Perawatan diri
• Mandi : mandiri / tidak dibantu
• Kebersihan : mandiri / tidak dibantu
• Makan : mandiri / tidak dibantu
• BAB / BAK : mandiri / tidak dibantu
• Ganti pakaian : mandiri / tidak dibantu
Jelaskan : klien mampu melakukan kebutuhan sehari hari tanpa
bantuan
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
b. Nutrisi
• Apakah anda puas dengan pola makan anda ? Ya
• Apakah anda memisahkan diri ? Tidak
• Frekuensi makan sehari: 3X
• Frekuensi kudapan sehari : 1X
• Nafsu makan : Sedikit – sedikit
• Berat Badan : Meningkat
• BB terendah : 38 kg BB tertinggi : 43 kg
17
Jelaskan : tidak ada masalah dengan nafsu makan
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
c. Tidur
1) Apakah ada masalah tidur ? tidak
2) Apakah merasa segar setelah bangun tidur ? ya
3) Apakah ada kebiasaan tidur siang ? ya
4) Lama tidur siang : 1 jam
5) Apa yang menolong tidur ? tidak ada
6) Tidur malam jam : 22.00 bangun jam 04.00
7) Apakah ada gangguan tidur ? tidak
Jelaskan : tidak ada masalah tidur
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
3. Kemampuan klien dalam :
Mengantisipasi kebutuhan sendiri : Ya
Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri : Ya
Mengatur penggunaan obat : Ya
Melakukan pemeriksaan kesehatan : Ya
Jelaskan : klien mampu membantu dirinya sendiri
Masalah keperawatan : tidak ada masalah

Klien memiliki sistem pendukung


Keluarga : Ya : adiknya
Terapis : Ya : perawat
Teman sejawat : Ya : teman sekolah
Kelompok sosial : Ya: kelompok rohani
Jelaskan : tidak ada masalah untuk sistem pendukung klien
Masalah keperawatan tidak ada masalah keperawatan

Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan produktif atau hobi ? Ya


Jelaskan : sebelum sakit klien bekerja di toko furniture namun semenjak sakit tidak
lagi bekerja dan malu karena sudah tidak bekerja, klien berpikir akan menyusahkan
orang jika tidak bekerja
Masalah keperawatan : harga diri rendah

VIII. MEKANISME KOPING

Adaptif : Maladaptif :
 Bicara dengan orang lain  Minum alkohol
 Mampu menyelesaikan masalah  Reaksi lambat/ berlebih
 Teknik relokasi  Bekerja berlebihan
 Aktivitas konstruktif  Menghindar
 Olahgara   Mencederai diri
 Lainnya ……………  Lainnya…………………

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL & LINGKUNGAN


 Masalah dengan dukungan kelompok, uraikan tidak ada masalah dengan dukungan
kelompok
 Masalah dengan pendidikan, uraikan klien mampu berhubungan baik dengan
petugas kesehatan dan dengan lingkungan ruang rawat
 Masalah dengan pekerjaan, uraikan sebelumnya klien bekerja di toko furniture
 Masalah dengan perumahan, uraikan klien tinggal di rumah peninggalan orang
tuanya

18
 Masalah dengan ekonomi, uraikan klien tidak lagi bekerja semenjak sakit dan malu
karena sudah tidak bekerja, klien berpikir akan menyusahkan orang jika tidak
bekerja
 Masalah dengan pelayanan kesehatan, uraikan klien tidak ada masalah dengan
pelayanan kesehatan
 Masalah lainnya, uraikan klien tidak ada masalah lainnya
Masalah keperawatan : harga diri rendah

X. KURANG PENGETAHUAN TENTANG


 Penyakit jiwa : Ya
 Factor presipitasi : Ya
 Koping : Ya
 System pendukung :Ya
 Penyakit fisik : Ya
 Obat-obatan :Ya
Masalah keperawatan kurang pengetahuan

XI. ASPEK MEDIK


Diagnosis medik : skizofrenia simplek
Terapi medik : CPZ 0-0-1, Clozapin 2 x 25mg, THD 2 x 5 mg

ANALISA DATA

No Analisa Data Masalah


1 DS :
- Klien mengatakan jarang Isolasi Sosial
mengobrol dengan keluarga
- Klien mengatakan lebih
sering menyendiri.
- Klien mengatakan tidak
mempunyai teman dekat.

DO :

- Klien sering menghindari


pembicaraan

- Cara bicara klien lemah dan dengan


nada rendah
2 DS -: Klien lebih sering menyendiri

- Klien mengatakan merasa minder Harga Diri Rendah


karena sudah tidak kerja lagi.
- Klien mengatakan akan
menyusahkan orang jika tidak
bekerja

DO :

- Kontak mata kurang


- Tidak mau berinteraksi dengan orang
lain.

Daftar Masalah
19
1. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
2. Isolasi Sosial

3.7 Pohon Masalah

Isolasi Sosial

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

3.7.1 Diagnosa Keperawatan


1. Isolasi Sosial
2. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Intervensi
1. Isolasi Sosial SP 1
DS : Menjelaskan keutungan dan
- Klien mengatakan jarang kerugian mempuyai teman
mengobrol dengan
keluarga SP 2
- Klien mengatakan lebih Melatih klien berkenalan
sering menyendiri. dengan 2 orang atau lebih
- Klien mengatakan tidak
mempunyai teman dekat. SP 3
Melatih bercakap-cakap
DO : sambil melakukan kegitana
- Klien sering menghindari harian
pembicaraan
- Cara bicara klien lemah SP 4
dan dengan nada Melatihberbicara sosial:
rendah meminta sesuatu berbelanja dan
- Klien lebih sering sebagainya
menyendiri

20
2 Harga Diri Rendah SP 1

DS : Mengidentifikasi
kemampuan dan aspek
- Klien mengatakan merasa positif yang di miliki pasien
minder karena sudah tidak
kerja lagi. SP 2
- Klien mengatakan akan - Menilai kemampuan yang
menyusahkan orang dapat digunakan
jika tidak bekerja - Menetapkan/memilih
kegiatan sesuai
DO : kemampuan yang dipilih 1
- Kontak mata kurang
- Tidak mau berinteraksi dengan SP 3
orang lain
Melatih kegiatan sesuai
kemampuan yang dipilih 2

SP 4
Melatih kemampuan sesuaqi
kegiatan yang dipilih 3

21
Implementasi dan Evaluasi

Hari/Tanggal Implementasi dan Evaluasi Evaluasi (SOAP)


Sabtu, Data : S : klien merasa senang
11 November - klien tidak mampu saat
2023 kooperatif dengan orang mau diajak berkenanlan
lain dengan orang lain.
- klien mengatakan tidak
pernah bergaul dengan
sekelilingnya dan klien
menutup diri O:Klien mampu melakukan
cara berkenalan dengan
Diagnosa Keperawatan : Isolasi satu orang

Sosial A : Isolasi sosial (+)

Intervensi Keperawatan

SP 1 P : klien berkenalan dengan


a.Mengidentifikasi penyebab satu denga teman yang
isolasi sosial ada di ruangan
b. Berdiskuksi tentang
keuntungan dan kerugian
dalam berinteraksi dengan
orang lain.
c. Mengajarkan klien cara
berkenalan dengan satu
orang
Tindakan Keperawatan

a.Mengidentifikasi penyebab
Isolasi soial yaitu menutup
diri tehadap orang lain
b. Mengidentifikasi isolasi
sosial yang
d. Membantu klien
berkenanlan dengan satu
orang
Rencana tindakan
selanjutnya:

SP 2 (memberikan kesempatan
kepada klien mempraktekkan cara
berkenalan dengan satu orang).

22
Minggu, Data : S : klien mengatakan mau
12
November - klien tidak mampu berkenalan dengan perawat
2023 kooperatif dengan
orang lain M dan teman yang lain.
- klien mengatakan
tidak pernah bergaul
dengan sekelilingnya
dan klien menutup
diri O : Klien mampu melakukan
cara berkenanlan dengan satu
dan dua orang
Diagnosa Keperawatan : Isolasi

Sosial A : Isolasi sosial (+)

Intervensi Keperawatan

SP 2
P : klien berkenalan dengan satu
a.mempraktekkan cara ruangan dikamarnya dan
berkenalan dengan satu orang memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
b. membantu klien untuk
memasukkan kegiatan
berbincang-bincang dengan
orang lain sebagai salah satu
kegiatan harian.
c

Rencana tindakan
selanjutnya:

SP 3 (memberikan
kesempatan untuk
berkenalan dengan dua orang
aau lebih).

23
Senin, 13 Data : S : klien mengatakan mau
November
2023 - klien tidak mampu berkenalan dengan teman
kooperatif dengan yang lain.
orang lain
- klien mengatakan
tidak pernah bergaul
dengan sekelilingnya O : Klien mampu melakukan
dan klien menutup cara berkenanlan dengan dua
diri orang atau lebih

Diagnosa Keperawatan : Isolasi A : Isolasi sosial (+)

Sosial

Intervensi Keperawatan P : klien berkenalan dengan satu


ruangan dikamarnya dan
SP 3 memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.
a.memberikan kesempatan
untuk berkenanlan dengan dua
orang atau lebih
b. menganjurkan klien untuk
memaksukkan kegiatan sebagai
salah satu kegiatan harian.

Rencana tindakan selanjutnya:

SP 4 (menjelaskan kegunaan
obat).

24
Senin, Data : S : klien merasa senang.
13
November - klien tidak mampu
2023 kooperatif dengan
orang lain
- klien mengatakan O : Klien menggunakan obat
tidak pernah bergaul dengan patuh
dengan sekelilingnya
dan klien menutup
diri A : Isolasi sosial (+)

Diagnosa Keperawatan : Isolasi


P : melatih cara minum obat
Sosial secara teratur,

Intervensi Keperawatan

SP 4

a. Menjelaskan
kegunaan
obat
b. Melatih pasien
minum obat
dengan prinsip
5 benar.
c. menganjurkan
klien untuk
memasukkan
kegiatan
sebagai salah
satu kegiatan
harian.

25
FORMAT PERENCANAN KEPERAWATAN

( NURSING CARE PLAN )

Nama Klien : Tn. S

Ruangan : Anggrek

No Tg Dx Keperawatan Tujuan Intervensi

l Standar diagnosa keperawatan Indonesia Luaran keperawatan Indonesia standar intervensi keperawatan Indonesia (SIKI).
(SDKI) (SLKI)
Keterlibatan Sosial (L.13116) Promosi Sistem Pendukung [I.09313]
Isolasi Sosial [SDKI D.0121]
Definisi:
Isolasi Sosial b.d merasa ingin sendirian Setelah dilakukan intervensi
dengan orang lain d.d tidak ada kontak mata keperawatan selama 3 x 24 Meningkatkan pemberian pertolongan kepada
dengan orang lain, efek sedih, tidak berminat jam, maka kontrol diri
berinteraksi dengan orang lain atau meningkat, dengan kriteria pasien bersama keluarga, teman, dan masyarakat
lingkungannya hasil:
Tindakan
 Minat interaksi meningkat
Observasi
 Verbalisasi isolasi
- Identifikasi respon psikologis terhadap situasi dan
menurun
ketersediaan sistem pendukung
 Verbalisasi perasaan
- Identifikasi sumber daya untuk ketersediaan
berbeda dengan orang
pengasuh

26
lain menurun - Monitor situasi keluarga saat ini dan sistem

 Kontak Mata membaik pendukung

 Efek murung/sedih Terapeutik

menurun - Berikan dukungan dan caring dalam pelayanan

- Motivasi berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan

masyarakat

- Motivasi membina hubungan dengan pihak yang

memiliki kebutuhan yang sama

- Libatkan keluarga, orang penting, dan teman

dalam perawatan

Edukasi

- Jelaskan hambatan pada sistem pendukung

- Informasikan jaringan sosial yang tersedia

- Informasikan tingkat sistem pendukung (mis.

Keluarga, teman, dan masyarakat)

- Anjurkan keluarga terlibat dalam perawatan

27
Kolaborasi

- Rujuk ke kelompok swadaya

- Kolaborasi dengan program pencegahan atau

pengobatan berbasis masyarakat, jika perlu

Intervensi :standar intervensi keperawatan Indonesia (SIKI).

Pencegahan Perilaku Kekerasan (I.14544)


Observasi
- Monitor adanya benda yang berpotensi membahayakan (mis. Benda tajam, tali)
- Monitor selama penggunaan barang yang dapat membahayakan (mis. Pisau cukur)
Terapeutik
- Pertahankan lingkungan bebas dari bahaya secara rutin.
Edukasi
- Latih cara mengungkapkan perasaan secara asertif
28
- Latih mengurangi kemarahan secara verbal dan non verbal (mis. Relaksasi, bercerita.)
Strategi Pelaksanaan (1-5)

Strategi Pelaksanaan 1
1. Membina hubungan saling percaya dan kontrak waktu dengan klien.
2. Mengenal perilaku kekerasan.
3. Mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat dari perilaku kekerasan.
4. Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan.
5. Melatih klien latihan cara mengontrol fisik 1.
Menganjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal harian

Strategi Pelaksanaan 2
1. Membina hubungan saling percaya dan kontrak waktu dengan klien.
2. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
3. Melatih klien latihan cara mengontrol fisik 2.
Menganjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal harian.

Strategi Pelaksanaan 3
1. Membina hubungan saling percaya dan kontrak waktu dengan klien.
2. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
3. Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara komunikasi verbal asertif.

29
Menganjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal harian.

Strategi Pelaksanaan 4
1. Membina hubungan saling percaya dan kontrak waktu dengan klien.
2. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
3. Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual.
Menganjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal harian.

Strategi Pelaksanaan 5
1. Membina hubungan saling percaya dan kontrak waktu dengan klien.
2. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
3. Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara minum obat.
Menganjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal harian

30
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

NO Dx. Hari/ Implementasi Evaluasi

Kep/ Tgl/

SP jam

1 SP 1 Isolasi social S:

SP 1 Pasien - klien mengatakan tidak

1. Membina hubungan saling percaya mau berkenalan dengan

2. Membantu pasien menyadari orang lain

masalah isolasi sosial - klien mengatakan tidak

3. Melatih bercakap-cakap antara tau keuntungan berinteraksi

pasien dan keluarga dengan orang lain

O:

- klien tampak menyendiri

- klien tidak mau bergaul

dengan

keluarganya

- klien tidak bisa

menyebutkan kembali

keuntungan berinteraksi

dengan orang lain

A:

Masalah Belum Teratasi

P:

Optimalkan kemampuan

SP 1 Isolasi Sosial yaitu

melatih klien cara

berkenalan

31
S:

- klien mengatakan sudah

bisa berinteraksi dengan

keluarga dan orag lain

Sp 2 Isolasi social - klien megatakan sudah

1. melatih cara berbicara saat tahu keuntungan dari

melakukan kegiatan (latih 2 kegiatan) berinteraksi

2. melatih kegiatan untuk meminta O : klien bisa menyebutkan

tolong dalam melakukan pekerjaan keuntungan dari interaksi

rumah terhadap anggota keluarga A : klien mampu

3. memasukkan pada jadwal kegiatan mengidentifikasi

harian keuntungan dari interkasi

P : Optimalkan SP 2

meminta tolong

dalam melakukan

pekerjaan rumah

kepada anggota keluarga

S:

1. Klien mengatakan sudah

bisa meminta tolong

kepada anggota keluarga

jika membutuhkan

pertolongan

2. Klien sudah bisa

mengucapkan terimakasih

dan memberikan pujian

kepada anggota keluaga

yang sudah memberikan


32
pertolongan

O:

1. Klien sudah bisa

berinteraksi dengan

SP 3 Isolasi Sosial anggota keluarga dengan

1. melatih klien untuk meminta tolong baik

dalam melakukan pekerjaan rumah 2. Klien sudah bisa

terhadap anggota keluarga menyebutkan keuntungan

2. melatih klien memuji orang yang berinteraksi dengan

sudah memberikan pertolongan keluarga.

3. memasukkan jadwal kegiatan P: optimalkan SP 3

harian

33
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(SP)

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi klien
1) Klien merasa bingung ketika diajak kenalan dengan orang lain dan tidak tau
mulai dari mana dengan apa yang akan dibicarakan
2) Saat wawancara kontak mata kurang dan klien banyak menunduk
3) Klien memiliki afek tumpul hanya mau berbicara jika diberi stimulus emosi yang
kuat.
4) Klien tampak banyak menghabiskan waktu dengan diam dan menyendiri
dikamar
5) Klien jarang terlibat dengan kegiatan-kegiatan dimasyarakat

2. Diagnosa keperawatan: 1) Isolasi Sosial


2) Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

3. Tujuan Khusus : Pasien berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi

menarik diri dari lingkungan

B. Tindakan keperawatan :

1) Membina hubungan saling percaya


2) Mengidentifikasi penyebab isolasi social pasien
3) Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
4) Bediskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain
5) Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
6) Menganjurkan pasien memasukan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan
orang lain dalam kegiatan harian

C. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

ORIENTASI

1. Salam Terapeutik : Selamat pagi Dek, perkenalkan nama saya A. Saya mahasiswa

praktek dari Universitas Indonesia Tomohon yang akan dinas diruangan anggrek ini

selama 2 minggu. Hari ini saya dinas pagi dari jam 08.00 Pagi- Jam 14.00 Siang. Saya

akan merawat Adik selama dirumah sakit ini. Nama Adik siapa? Adik senang dipanggil

siapa?

2. Evaluasi/validasi: Bagaimana perasaan Adik hari ini?

3. Kontrak :Apakah besok jam 11.00 bisa kita berbincang-bincang?

Topik : Baiklah dek, bagaimana kalua kita berbincang-bincang tentang perasaan


34
Adik yang Adik rasakan saat ini atau penyebab Adik menarik diri?
Apakah Adik bersedia?
Tujuannya agar bapak dengan saya dapat saling mengenal sekaligus
dapat menegtahui penyebab menarik diri, dan dapat Mengetahui
keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak
Berinteraksi dengan orang lain.

Waktu : Berapa lama Adik mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?

Tempat : Adik mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau diruang makan?

KERJA : ( Langkah-langkah tindakan keperawatan )

1) Membina hubungan saling percaya


2) Mengidentifikasi penyebab isolasi social pasien
3) Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
4) Bediskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain
5) Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
6) Menganjurkan pasien memasukan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan
orang lain dalam kegiatan harian

TERMINASI

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

Evaluasi subjektif dan Evaluasi Objektif


Bagaimana perasaan Adik setelah kita mengenal penyebab menarik diri? Nah
Sekarang Coba ulangi dan peragakan kembali cara berkenalan dengan orang lain.

2. Rencana tindak lanjut


Baiklah Dek, dalam satu hari mau berapa kali Adik latihan bercakap-cakap
Dengan teman? Bagaimana jika dua kali pak? Baiklah jam berapa bapak akan latihan?

3. Kontrak yang akan datang


Topik : Baiklah Dek bagaimana jika besok kita berbincang-bincang tentang

Pengalaman Adik bercakap-cakap dengan teman-teman baru dan


Latihan bercakap-cakap dengan topik tertentu. Apakah bapak bersedia?

Waktu : Adik mau jam berapa? Bagaimana kalua jam 11.00?

Tempat : Adik maunya dimana? Kita berbincang-bincang bagaimana kalau


Diruang makan? Baiklah pak besok saya akan kesini jam 11.00 sampai
Jumpa besok dek. Saya permisi.

35
FORMAT LAPORAN RESUME

1. Pengkajian (dalam bentuk naratif )

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan,

sedangkan hasil pengkajian yang penulis dapatkan pada Nn.N.A adalah klien kurang

berenergi, lemah, malas beraktifitas, perasaan malu pada orang lain, tidak tidak mampu

berkosentrasi dan membuat keputusan, bingung, merasa tidak berguna, menarik diri,

tidak atau jarang berkomunikasi dengan orang lain, tidak memiliki teman dekat, menjauh

dari orang lain tidak ada kontak mata, berdiam diri dikamar

2. Diagnose keperawatan utama yang muncul saat dilakukan pengkajian adalah isolasi

social menarik diri.

3. Rencana keperawatan Rencana keperawatan yang dapat dilakukan pada Nn. N.A

meliputi tujuan umum klien dapat berinteraksi dengan orang lain. Untuk tujuan pertama

klien dapat membina hubungan saling percaya.,tujuan khusus kedua klien dapat mengenal

perasaan yang menyebabkan prilaku menarik diri, tujuan khusus ke tiga klien dapat

mengetahui keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan

dengan orang lain, tujuan khusus keempat klein dapat berhubungan denangan orang lain

secara bertahap, dan tujuan khusus kelima klien mampu meminta tolong kepada anggota

keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan mampu mengucapkan terimakasi dan

memberikan pujian kepada orang yang sudah memberikan pertolongan.

4. Implementasi

disesuaikan dengan rencana tindakan yang telah disusun. Penulisan melakukan

implementasi pada Nn. N.A selama tiga 57 hari. Pada hari pertama perawat

memberikan strategi pelaksanaan 1 (SP 1) yaitu membantu klien mengenal penyebab

isolasi sosial, keuntungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain serta

mengajarkan cara berkenalan. Pada hari kedua dilaksanakan strategi pelaksanaan 2

(SP 2) yaitu mengajarkan klien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan orang

36
pertama seorang perawat). Pada hari ketiga perawat melaksanakan strategi

pelaksanaan 3 (SP 3) yaitu mengajarkan klien berinteraksi dengan Cara meminta

tolong kepada anggota keluarga jika memerlukan sesuatu, dan memberikan pujian

kepada anggota keluarga yang sudah memberikan pertolongan.

5. Evaluasi

Evaluasi tindakan yang dilakukan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada

Nn. N.A sampai pada strategi pelaksanaan ketiga. Nn. N,A klien mampu membina

hubungan saling percaya dengan perawat, mengenal penyebab isolasi social menarik diri,

menyebutkan keuntungan berhubungan dan tidak berhubungan dengan orang lain,

mampu untuk dilatih cara berkenalan, mampu berkenalan dengan seorang perawat namun

belum maksimal berkenalan dengan klien lain karena Nn.N.A merasa malu. Klien sudah

mampu meminta tolong kepada keluarga jika memerlukan sesuatu dan memberikan pujian

kepada orang yang sudah memberikan pertolongan Beberapa kesulitan yang dialami

penulis dalam memberikan tindakan keperawatan adalah tidak tercapai semua tujuan

khusus karena keterbatasan waktu serta keadaan klien yang kurang fokus dalam

melakukan strategi pelaksanaan yang diberikan oleh perawat.

37
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Kasus ( masalah Utama ) : Klien lebih senang berada dikamar seharian,

klien mengeluh kalau klien merasa enggan untuk berinteraksi dengan orang lain

2. Proses terjadinya masalah : Masalah terjadi karena perubahan sensori halusinasi

3. a. Pohon masalah

Efek

Isolasi Sosial Menarik Diri

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

b. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji:


Data subjektif dan objektif
1) Isolasi Sosial : Menarik diri
2) Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

4. Diagnosis keperawatan

 Isolasi Sosial

 Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah

5. Rencana tindakan keperawatan :


1) Membina hubungan saling percaya

2) Membantu pasien menyadari masalah isolasi sosial

3) Melatih bercakap-cakap antara pasien dan keluarga

4) melatih kegiatan untuk meminta tolong dalam melakukan pekerjaan rumah terhadap

anggota keluarga

5) melatih klien memuji orang yang sudah memberikan pertolongan

38
BAB IV
PENUTUP

4.1. KESIMPULAN

1. Dari hasil pengkajian yang telah di jalani penulis terhadap Nn. N.A didapatkan
informasi subyektif penderita berkata lebih suka diam serta susah buat mengawali
pembicaraan. Informasi objektif penderita nampak diam, melamun, ekspresi datar,
tidak dapat mengawali pembicaraan.
2. Hasil pada pengkajian yang di jalani penulis terhadap Nn.N.A diagnosa yang dapat
diambil dalam pengkajian merupakan Isolasi sosial.
3. Dari informasi yang telah dikumpulkan penulis, penulis perlu untuk merencakanan
asuhan keperawatan buat mengukur keahlian penderita dalam berhubungan dengan
orang lain, membuktikan rasa yakin kepada tetangga ataupun perawat, penderita
sanggup melaksanakan kegiatan dengan baik.
4. Buat menanggulangi permasalahan keperawatan dengan menarik diri penulis
melakukan aksi keperawatan pada penderita dengan metode melaksanakan SP 1
bina ikatan silih yakin SP 2 mengatakan pemicu menarik diri SP 3 mengatakan
manfaat saat berhubungan sosial serta kerugian menarik diri SP 4 dukung penderita
melakukan hubungan sosial.
5. Bersumber pada informasi yang di kumpulkan, penulis bisa mengevaluasi Nn.N.A
dengan kendala isolasi sosial sehingga dapat mengukur reaksi pasien.
6. Dari informasi penilaian penulis memperoleh hasil kalau klien telah bisa berbicara
dengan masyarakat setempat walaupun cuma menyapa saja, telah sering juga
berjalan keluar rumah walaupun tidak jauh.

4.2. SARAN
Dari beberapa simpulan di atas penulis dapat memberikan beberapa saran yaitu
:
1. Bagi perawat
Dalam merawat Klien dalam pemberian asuhan keperawatan dengan gangguan
isolasi sosial dilakukan interaksi yang singkat sehingga sering mendapat masalah–
masalah yang dialami Klien sehingga dapat teratasi dengan baik.

2. Bagi Klien dan keluarga


Bagi keluarga yang menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan isolasi
sosial sering berlatih dan melaksanakan interaksi sosial secara bertahap,mserta
perlunya pemahaman keluarga tentang perawatan Klien.

39
DAFTAR PUSTAKA

Anindita, B. 2012. Pengaruh teknik relaksasi progresif terhadap tingkat kecemasan pada klien
skizofrenia paranoid di rsjd surakarta. Thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Astuti, L. 2020. Karya Tulis Ilmiah Studi Dokumentasi Isolasi Sosial Pada Pasien Dengan
Skizofrenia.

Astuti,Widi.2017.Asuhan Keperawatan Jiwa.Diakses di http://repository.ump.ac.id/3986/3/Widi


AstutiNurAfifah BAB II.pdf

Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa, 2015

Buku Keperawatan Jiwa, 2020-2021

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/10/08/persebaran-prevalensi-
skizofreniapsikosis-di-indonesia

40

Anda mungkin juga menyukai