Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KEGIATAN

TERAPI MODALITAS : TERAPI OKUPASI


“MEMBUAT BUNGA “
DI LINGKUNGAN UPT PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW)
JOMBANG

Disusun oleh:

1. IKA NIKEN WIJI LESTARI (173210054)


2. KUNI KHAIRU UMMAH (173210056)
3. NURJANAH FATIMAH DEWI (173210061)
4. RISKI UTAMI (173210067)
5. SALMAN ALFARISI (173210069)
6. TRI SUSANTI (173210074)
7. USFATUN KHASANAH (173210076)

TERAPI MODALITAS : TERAPI OKUPASISTUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2019/2020

1
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga laporan
terapi modalitas : terapi okupasiini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga terapi modalitas : terapi okupasiini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi laporan agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam laporan terapi modalitas : terapi okupasiini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini.

Jombang, November 2019

Tim Penyusun

2
Daftar Isi

Kata Pengantar..................................................................................................i
Daftar Isi...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Tujuan ..................................................................................................2
C. Manfaat.................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep PSTW.......................................................................................3
B. Konsep Lansia.......................................................................................7
BAB III LAPORAN KEGIATAN
A. Waktu Dan Tempat Pelaksana..............................................................15
B. Susunan Acara......................................................................................15
C. Susunan Panitia.....................................................................................16
D. Sasaran Kegiatan...................................................................................17
E. Metode Kegiatan...................................................................................17
F. Setting Tempat......................................................................................17
G. Alat Dan Bahan.....................................................................................18
H. Anggaran Dana.....................................................................................18
I. Evaluasi Kegiatan.................................................................................19
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................20
B. Saran.....................................................................................................20
LAMPIRAN

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan hidup
manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami penurunan
kemampuan fisik, mental dan social secara bertahap sampai tidak dapat melakukan
tugasnya sehari-hari lagi. Bagi kebanyakan orang masa tua itu masa yang kurang
menyenangkan.
Anggapan terhadap lansia adalah bingung dan tidak peduli terhadap lingkungan,
kesepian dan tidak bahagia, pikun, tidak berminat dengan sexual dan tidak berguna bagi
masyarakat. Namun kenyataannya tidak semua usia lanjut yang mencapai kematangan,
kemantapan dan produktivitas mental dan material pada usia lanjut.
Oleh karena itu perawat harus dapat membangkitkan semangat dan kreasi klien
lanjut usia dalam memecahkan masalah dan mengurangi rasa putus asa, rendah diri, rasa
keterbatasan akibat dari ketidakmampuan fisik dan kelainan yang dideritanya. Dapat
disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya dengan
upaya pengobatan medis dalam proses penyembuhan dan ketenangan para klien lanjut
usia.
Terapi modalitas merupakan suatu cara pendekatan agar lanjut usia dapat
beradaptasi terhadap situasi, lebih mampu merawat diri sendiri, banyak aktivitas dan
lebih mandiri. Salah satu terapi modalitas pada lanjut usia adalah terapiokupasi
(keterampilan ) mode perawatan yang dirancang untuk membantu individu menjalani
kehidupan yang lebih produktif dan mandiri. Bentuk terapi berfokus pada meningkatkan
keterampilan hidup yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik
Terapi okupasi dimulai dengan membangun hubungan dan kepercayaan serta
rasa aman dan membuat lanjut usia merasa lebih baik dengan memanfaatkan waktu luang
luangnya.

B. TUJUAN KEGIATAN
1. Tujuan Umum
Setelah selesai mengikuti terapi okupasi : klien mampu beradaptasi terhadap situasi,
lebih banyak aktivitas dan lebih mandiri.
2. Tujuan Khusus
4
Setelah mengikuti terapi okupasi (membuat bunga )selama 45 menit diharapkan klien
dapat:
a. Meningkatkan interaksi sosial dengan orang lain, meningkatkan rasa kasih
sayang terhadap seseorang dan lingkungan.
b. Merasa nyaman, mengurangi stress, menurunkan depresi dan kecemasan.
c. Mengekspresikan perasaan dan melepaskan tekanan emosi yang dihadapi.
d. Meningkatkan control diri dan perasaan berharga.
e. Mengubah perilaku.
f. Mengembangkan kreatifitas.
g. Hiburan atau kegiatan yang menyenangkan.

C. MANFAAT KEGIATAN
1. Bagi Mahasiswa
Dapat membagikan ilmu kepada lansia dalam membuat bunga dari sedotan
2. Bagi Lansia
a. Lansia dapat mengenal dan mengerti keterampilan dalam membuat bunga
b. Tercapainya pembelajaran dan pemahaman untuk lansia
c. Lansia dapat mengaplikasikan sesuai dengan kegiatan yang pernah diberikan
Mahasiswa

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha


1. Definisi panti tresna Werdha
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) arti panti adalah rumah atau
tempat kediaman. Dan arti dari panti werdha rumah tempat memelihara jompo. Arti
kata lansia sendiri menurut KBBI adalah tua sekali dan sudah tua fisiknya : tua renta,
uzur. Pengertian panti werdha menurut departemen social RI adalah suatu tempat
untuk menampung lansia dan jompo terlantar dengan memberikan pelayanan
sehingga mereka merasa aman, tentram dengan tiada perasaan gelisah maupun
khawatir dengan menghadapi usia tua. Secara umum panti werdha memiliki fungsi
sebagai berikut :
a. Pusat pelayanan kesejahteraan lanjut usia (dalam memenuhi kebutuhan pokok
lansia)
b. Menyediakan suatu wadah berupa komplek bangunan dan memberikan
kesempatan pula bagi lansia melakukan aktifitas social rekreasi
c. Bertujuan membuat lansia dapat menjalai proses penuaan dengan sehat dan
mandiri.
2. Prinsip-Prinsip Perencanaan Panti Tresna Werdha
Dalam artikel “Pynos dan Regnier” 1999 tertulis tentang 12 macam prinsip
yang diterapkan pada lingkungan dalam fasilitas lansia untuk membantu dalam
kegiatan-kegiatan lansia. Kedua belas prinsip tersebut dikelompokkan dalam askep
fisiologi dan psikologis, yaitu sebagai berikut :
a. Aspek Fisiologis
1. Keselamatan dan keamanan yaitu penyediaan lingkungan yang memastikan
setiap kegunaannya tidak mengalami bahaya yang tidak diinginkan. Lansia
yang memiliki masalah fisik dan panca indra seperti gangguan penglihatan,
kesulitan mengataur keseimbangan, kekuatan kaki berkurang, dan radang
persendian yang dapat mengakibatkan lansia lebih mudah jatuh atau cedera.
2. Signage /Orientation, Keberadaan penunjuk arah di lingkungan dapat
mengurangi kebingungan dan memudahkan menemukan fasilitas yang
tersedia. Perasaan tersesat merupakan bahaya yang menakutkan dan
membingungkan bagi lansia yang leih lanjut dapat mengurangi kepercayaan
dan penghargaan diri lansia. Lansia yang mengalami kehilangan memori atau
6
pikun lebih mudah mengalami kehilangan arah pada gedung dengan
rancangan ruangan yang serupa (rancangan yang homogen) dan tidak
memiliki petunjuk arah. Adanya petunjuk arah pada area koridor dapat
mempermudah lansia untuk menuju suatu tempat. Jika lansia sering tersesat
maka mereka akan berpengaruh terhadap kesehatan mereka.
3. Aksesibilitas dan fungsi, tata letak dan aksesibilitas merupakan syarat
mendasar untuk lingkungan yang fungsional. Aksesibilitas adalah Kendal
untuk memperoleh yang menggunakan sarana, prsarana, dan fasilitas bagi
lansia untuk memperlancar immobilitas lansia.adanya handrail pada koridor
dan area yang lain dapat membantu lansia dalam berjalan dan beraktifitas
mereka dapat melakukan segala hal tanpa bantuan. Sedangkan ramp dapat
mempermudah aksesibilitas bagi para lansia yang menggunakan kursi roda.
4. Adaptabilitas yaitu kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
diri, lingkungan harus dirancang dengan sesuai dengan pemakainya, termasuk
dengan menggunakan kursi roda maupun tongkat penyangga.kamar mandi
dan dapur merupakan ruangan dimana aktifias banyak dilakukan dan
keamanan harus menjadi petimbangan utama.

b. Aspek Psikologis
1. Privasi yaitu kesempatan bagi lansia untuk mendapat ruang atau tempat
mengasingkan diri dari orang lain atau pengamatan dari orang lain sehingga
bebas dari gangguan tidak dikenal.
2. Interaksi social yaitu kesempatan untuk melakukan interaksi dan bertukar
pikiran dengan lingkungan sekeliling (social). Salah satu alas an penting untuk
melakukan pengelempokkan berdasarkan unsure lansia di panti werdha adalah
untuk mendorong adanya pertukaran informasi, aktivitas rekreasi, berdiskusi
dan meningkatkan pertemanan. Interaksi social mengurangi terjadinya depresi
pada lansia dengan memberikan lansia kesempatan untuk berbagi masalah,
pengalaman hidup dan kehidupan sehari-hari mereka.
3. Kemandirian yaitu kesempatan yang diberikan untuk melakukan aktifitas
sendiri tanpa tau sedikit bantuan dari tenaga kerja panti werdha. Kemandirian
dapat menimbulkan kepuasan tersendii pada lansia karena lansia dapat
melakukan aktifitas-aktifitas yang dilakukannya sehari-hari tanpa bergantung
dengan orang lain.
7
4. Dorongan atau tantangan yaitu member lingkungan yang merangsang rasa
aman tapi menantang. Lingkungan yang mendorong lansia untuk beraktifitas
dipadat dari warna keanekaragaman ruang, pola-pola visual dan kontras.
5. Aspek panca indra, kemudian fisilk dalam hal penglihatan, pendengaran,
penciuman yang harus dihitungkanm dalam lingkungan indra penciuman,
peraba, penglihatan, pendengaran, dan perasaan mengalami kemunduran
sejalan dengan bertambah tuanya seseorang.
6. Ketidakasingan atau keakrapan, lingkungan yang aman dan nyaman secara
tidak langsung memberikan perasaan akrap pada lansia terhadap
lingkungannnya tinggal dalam lingkungan rumah yang baru adalah
pengalaman yang membingungkan untuk sebagian lansia menciptakan
keakrapan dengan para lansia melalui lingkungan baru dapat mengurangi
kebingungan yang ada.
7. Estetik atau penampilannya yaitu suatu rancangan yang tampak menarik
keseluruhan dari penampilan lingkungan mengirimkan suatu pesan simbolik
atau persepsi tertentu pada pengunjung, teman, dan keluarga tentang
kehidupan dan kondisi lansia sehari-hari
8. Personalisasi yaitu menciptakan kesempatan untuk menciptakan lingkungan
yang pribadi dan menandai sebagai “memiliki” seseorang individu.
3. Visi Dan Misi UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha
a. Visi
Visi dari panti werdha hunian vertical tersebut adalah lanjut usia yang bahgia
sejahtera dan berguna.
b. Misi
1. Meningkatkan kualitas lanjut usia yang meliputi :
a. Kesehatan fisik, social, spiritual dan psikologi
b. Pengetahuan, keterampilan dan rekreasi
c. Jaminan social dan jaminan kehidupan
d. Jaminan perlindungan hokum
2. Meningkatkan profesionalisme pelayanan pada lanjut usia

4. Tujuan Perencanaan dan pembangunan panti Werdha adalah sebagai berikut:


a. Membantu keluarga yang memiliki lansia dalam rangka memenuhi kebutuhan dan
keperawatan lansia.

8
b. Membantu lansia hidup sendiri tanpa anggota dalam rangka memenuhi kebutuhan
dan perawatan diri sendiri
c. Menyediakan hunian khusus untuk lansia agar dapat membahagiakan dan
mensejahterakan kehidupan lansia.
d. Melakukan pelayanan kebutuhan lansia dirumah atau diluar panti dalam hal
kebutuhan dasar dan layanan kegiatan sehari-hari.

B. Konsep Lansia
1. Lansia (Lanjut Usia)
a. Definisi Lansia
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi didalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap ini
berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti
mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit
yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas,
pengelihatan semakin memburuk, gerakan lambat dan figur tubuh yang tidak
proporsional (Nugroho, 2006).
WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan
lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa usia 60 tahun adalah
usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses
yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses
menurunya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar
tubuh.
b. Fisiologis Lansia
Proses penuaan adalah normal, berlangsung secara terus menerus secara alamiah.
Dimulai sejak manusia lahir bahkan sebelumnya dan umunya dialami seluruh
makhluk hidup. Menua merupakan proses penurunan fungsi struktural tubuh yang
diikuti penurunan daya tahan tubuh. Setiap orang akan mengalami masa tua, akan
tetapi penuaan pada tiap seseorang berbeda-beda tergantung pada berbagai factor
yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut dapat berupa faktor herediter,
nutrisi, stress, status kesehatan dan lain-lain (Stanley, 2006).
c. Batasan Lansia
9
WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia
kronologis/biologis menjadi 4 kelompok yaitu usia pertengahan (middle age)
antara usia 45 sampai 59, lanjut usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun,
lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun, dan usia sangat tua (Very old) di atas 90 tahun.
Sedangkan Nugroho (2000) menyimpulkan pembagian umur berdasarkan
pendapat beberapa ahli, bahwa yang disebut lanjut usia adalah orang yang telah
berumur 65 tahun ke atas.
Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro, lanjut usia dikelompokkan
menjadi usia dewasa muda (elderly adulthood), 18 atau 29 – 25 tahun, usia
dewasa penuh (middle years) atau maturitas, 25 – 60 tahun atau 65 tahun, lanjut
usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun yang dibagi lagi dengan 70 –
75 tahun (young old), 75 – 80 tahun (old), lebih dari 80 (very old).
Menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 1965 Pasal 1 seseorang dapat
dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah bersangkutan mencapai
umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk
keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Undang-
Undang No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia bahwa lansia adalah
seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.
d. Teori – teori proses menua
1. Teori Biologis
Proses penuaan merupakan proses secara berangsur yang mengakibatkan
perubahan secara komulatif dan merupakan perubahan serta berakhir dengan
kematian. Teori biologis tentang penuaan dibagi menjadi :

a. Teori Instrinsik
Teori ini berati perubahan yang berkaitan dengan usia timbul akibat
penyebab dalam diri sendiri.
b. Teori Ekstrinsik
Teori ini menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi diakibatkan pengaruh
lingkungan.
c. Teori lain menyatakan bahwa teori biologis dapat dibagi menjadi :
1. Teori Genetik Clock
Teori tersebut menyatakan bahwa menua telah terterapi modalitas :
terapi okupasisecara genetic untuk species – species tertentu. Tiap
species mempunyai didalam nuklei (inti selnya )suatu jam genetik yang
10
telah diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung
mitosis dan akan menghentikan replikasi sel bila tidak diputar, jadi
menurut konsep ini bila jam kita berhenti kita akan meninggal dunia,
meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir
yang katastrofal. Konsep ini didukung kenyataan bahwa ini merupakan
cara menerangkan mengapa pada beberapa species terlihat adanya
perbedaan harapan hidup yang nyata.
2. Teori Mutasi Somatik ( teori error catastrophe )
Menurut teori ini faktor lingkungan yang menyebabkan mutasi somatic.
sebagai contoh diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat
memperpendek umur sebaliknya menghindarinya dapat mempperpanjang
umur.menurut teori ini terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel
somatik, akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsi sel
tersebut. Sebaai salah satu hipotesis yang berhubungan dengan mutasi sel
somatik adalah hipotesis error catastrope.
3. Teori Auto imun
Dalam proses metabolisme tubuh , suatu saat diproduksi oleh zat khusus.
Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut,
sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
4. Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat dibentuk di alam bebas. Tidak stabilnya radikal bebas
mengakibatkan oksigenasi bahan – bahan organik seperti KH dan
protein.radikal ini menyebabkansel – sel tidak dapat beregenerasi.
5. Teori Sosial
Salah satu teori sosial yang berkenaan dengan proses penuaan adalah teori
pembebasan ( disengagement teori ). Teori tersebut menerangkan bahwa
dengan berubahnya usi seseorang secara berangsur – angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan
interaksi sosial lansia menurun, baik secara kualitatif maupun kuantitasnya
sehingga sering terjadi kehilangan ganda yaitu :
1. kehilangan peran
2. hambatan kontak fisik
3. berkurangnya komitmen
6. Teori Psikologi
Teori tugas perkembangan :
11
Menurut Hangskerst, ( 1992 ) bahwa setiap individu harus memperhatikan
tugas perkembangan yang spesifik pada tiap tahap kehidupan yang akan
memberikan perasaan bahagia dan sukses. Tugas perkembangan yang
spesifik ini tergantung pada maturasi fisik, penghargaan kultural
masyarakat dan nilai serta aspirasi individu. Tugas perkembangan pada
dewasa tua meliputi penerimaan adanya penurunan kekuatan fisik dan
kesehatan, penerimaan masa pensiun dan penurunan income.penerimaan
adanya kematian dari pasangannya dan orang – orang yang berarti bagi
dirinya. Mempertahankan hubungan dengan group yang seusianya, adopsi
dan adaptasi deengan peran sosial secara fleksibel dan mempertahankan
kehidupan secara memuaskan.
e. Perubahan – perubahan yang terjadi pada lansia
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara
degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri
manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial
dan sexual (Azizah, 2011).
1) Perubahan Fisik
a. Sistem Indra
Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh
karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam,
terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang
tidak jelas, sulit
dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
b. Sistem Intergumen: Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak
elastic kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga
menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi
glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna
coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.
c. Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia antara lain sebagai
berikut : Jaringan penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen sebagai
pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat
mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur.
d. Kartilago: jaringan kartilago pada persendian lunak dan mengalami
granulasi dan akhirnya permukaan sendi menjadi rata, kemudian
12
kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang
terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago pada
persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan.
e. Tualng: berkurangnya kepadatan tualng setelah di obserfasi adalah
bagian dari penuaan fisiologi akan mengakibatkan osteoporosis lebih
lanjut mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur.
f. Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat berfariasi, penurunan
jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan
jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif.
g. Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament
dan fasia mengalami penuaan elastisitas.
2) Sistem Kardiovaskuler dan Respirasi
Perubahan sistem kardiovaskuler dan respirasi mencakup :
a. Sistem kardiovaskuler
Massa jantung bertambah, vertikel kiri mengalami hipertropi dan
kemampuan peregangan jantung berkurang karena perubahan pada
jaringan ikat dan penumpukan lipofusin dan klasifikasi Sa nude dan
jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.
b. Sistem respirasi
Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru
tetap, tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengompensasi
kenaikan ruang rugi paru, udara yang mengalir ke paru berkurang.
Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan
pernapasan terganggu dan kemampuan peregangan toraks berkurang.
c. Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan
produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata :
1. Kehilangan gigi,
2. Indra pengecap menurun,
3. Rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun),
4. Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah.
d. Sistem perkemihan

13
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak
fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi,
dan reabsorpsi oleh ginjal.
e. Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang
progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan
koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
f. Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary
dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat
memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara
berangsur-angsur.
3) Perubahan Kognitif
a. Memory (Daya ingat, Ingatan)
b. IQ (Intellegent Quocient)
c. Kemampuan Belajar (Learning)
d. Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
e. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
f. Pengambilan Keputusan (Decission Making)
g. Kebijaksanaan (Wisdom)
h. Kinerja (Performance)
i. Motivasi

14
BAB III
LAPORAN KEGIATAN

A. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANA


Acara mengajari keterampilan pada lansia ini, dilaksanakan pada :
Hari : Jum’at
Tanggal : 22 November 2019
Waktu : 13.45-14.45
Tempat : teras wisma anggrek

B. SUSUNAN ACARA
KEGIATAN TAHAP KEGIATAN KEGIATAN PESERTAMEDIA
PENYAJI

Pembukaan  Salam Memperhatikan dan


Direct Communication
13:45-13:55 pembuka mendengarkan
 Menjelaskan penyaji
kegiatan yang
akan
dilakukan
Penyajian  Mengajarkan Mempraktekan apa yang
Roleplay
13:55-14:35 keterampilan diajarkan penyaji
tentang
pembuatan
bunga dari
sedotan pada
lansia di UPT
Pelayanan
Sosial Tresna
Werdha
(PSTW)
Jombang
Penutup  Menjelaskan Memperhatikan apa
Direct Communication
14:35-14:45 tentang yang disampaikan
manfaat penyaji dengan baik
belajar

15
keterampilan
untuk mengisi
waktu luang
lansia di
wisma dan
mampu
menghasilkan
kerajian

C. SUSUNAN PANITIA
1. Leader : Kuni Khairah Ummah
Tugas :
a. Membuka acara
b. Memimpin kegiatan.
c. Memotivasi peserta.
d. Menjelaskan tujuan terapi berkebun.
e. Menjelaskan langkah-langkah terapi okupasi “membuat bunga “
f. Melaksanakan dan mengontrol jalannya terapi okupasi
g. Menutup acara
2. Co-Leader : Ika Niken Wiji Lestari
Tugas :
a. Mendampingi dan membantu Leader menjalankan tugasnya.
b. Mengambil alih tugas Leader jika Leader pasif.
3. Fasilitator : Rizki Utami
Usfatun Khasanah
Salman alfarisi
Nurjanah Fatimah Dewi
a. Mempertahankan keikutsertaan klien
b. Memfasilitasi dan memotivasi klien untuk ikut membuat bunga
4. Observer : Tri Susanti
Tugas :
a. Mencatat anggota yang pasif/aktif, respon verbal dan non verbal, kejadian
penting selama terapi tertawa.
b. Mengidentifikasi issue penting selama terapi okupasi

16
c. Memberika umpan balik selama proses kegiatan dari mulai persiapan sampai
selesai.

D. SASARAN KEGIATAN
Semua klien perempuan yang dapat melakukan aktivitas secara mandiri
(Daftar hadir peserta terlampir)

E. METODE KEGIATAN
Dinamika kelompok.

F. SETTING TEMPAT

FASILITATOR OBSERVE
LEADER
R
CO-LEADER

LANSIA

LANSIA
MEJA LANSIA

LANSIA
LANSIA

LANSIA LANSIA LANSIA

G. ALAT DAN BAHAN


1. Sedotan
2. Kawat
3. Gunting
4. Solasi
5. Double tape

H. ANGGARAN DANA
Pemasukan:
( Tiga Puluh Lima Ribu Rupiah) Rp.35.000,-

17
Pengeluaran :
 Konsumsi :
 Jajanan 15 x 1.000 Rp. 15.000,-

 Alat dan bahan :


 1 pack sedotan plastik Rp. 4.500,-
 4 m kawat besi @800 Rp. 4.000,-
 Double tape Rp. 3.000,- +

Total : ( Dua puluh enam ribu lima ratus rupiah) Rp. 26.500,-

Sisa : ( delapan ribu lima ratus rupiah ) Rp. 8.500,-

Nb: Alat-alat seperti solasi, gunting, dan penggaris menggunakan milik kelompok yang
mengadakan terapi

I. EVALUASI KEGIATAN
1. Evaluasi Struktur
 Peserta hadir di tempat pelaksanaan kegiatan
 Ada 3 panitia yang tidak hadir dikarenakan ada kepentingan

2. Evaluasi Proses
 Peserta antusias membuat bunga bersama-sama
 2 peserta yang hanya melihat saja
 1 peserta meninggalkan tempat sebelum kegiatan selesai

3. Evaluasi Hasil
 Peserta bisa membuat bunga bahkan lebih dari satu

18
 Peserta mau mengaplikasikannya di kemudian hari dengan sisa
bahan yang ada

19
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sebagian besar lansia mau melakukan kegiatan seperti keterampilan untuk mengisi waktu
luang dan menggunakan hasil keterampilan tersebut. Seperti bunga yang telah dibuat
digunakan sebagai hiasan di kamar masing-masing. Para lansia juga bisa antusias
memakai sisa bahan yang sudah tidak dipakai.
Dengan di lakukan kegiatan seperti ini lansia bisa mengisi waktu luangnya untuk
membuat barang-barang kerajinan yang bisa digunakan dirinya baik sebagai hiasan
ataupun keterampilan yang lainnya.

B. SARAN
Semoga lansia bisa lebih ditingkatkan kemampuan kognitif,afektif dan juga lebih
ditingkatkan pelayanan kesehatan pada lansia dengan ditambahkannya tenaga kesehatan.
Semoga laporan yang kami sajikan ini dapat bermanfaat bagi semua yang
membaca.

20
DAFTAR HADIR PESERTA

Hari : Jum’at
Tanggal : 22 November 2029
Materi :Pembuatan Bunga dari Sedotan

NO NAMA LENGKAP RUANG

1 Endang Anggrek

2 Sariyem Anggrek

3 Sari Anggrek

4 Sulastri Bougenvil

5 Sarimah Anggrek

6 Siti Rohimah Melati

7 Lempra Anggrek

8 Rini Anggrek

21
FOTO KEGIATAN

22

Anda mungkin juga menyukai