LAPORAN TUTORIAL
SKENARIO I
Dosen Pengampu :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya
Makalah dengan judul Komunikasi Terapeutik pada Pasien Lansia. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas kuliah Komunikasi Keperawatan II serta membantu mengembangkan
kemampuan pemahaman pembaca terhadap Komunikasi Terapeutik pada pasien Lansia.
Pemahaman tersebut dapat di pahami melalui pendahuluan, pembahasan masalah, serta
penarikkan garis kesimpulan dalam makalah ini.
Makalah ini disajikan dalam konsep dan bahasa yang sederhana sehingga dapat
membantu pembaca dalam memahami makalah ini. Dalam menyusun makalah ini, kami
banyak mendapatkan bantuan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu melalui kesempatan
ini kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dosen pengampu tutor kami ibu Ns. Kamariyah S,kep,. M,kep
2. Rekan-rekan yang telah banyak membantu serta yang telah memberikan masukan-
masukan dalam penyusunan makalah ini.
Didalam makalah ini dapat kami temukan informasi yang berguna untuk mengetahui dan
menambah wawasan masyarakat tentang Komunikasi Terapeutik pada Pasien Lansia.
Makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis membutuhkan kritik dan saran
yang membangun.
Kelompok
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................5
1.4 Manfaat Penulisan......................................................................... 5
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kmunikasi Terapeutik.........................................................6
2.2 Hambatan Kmunikasi Terapeutik.....................................................6
2.3 Dasar – dasar Kmunikasi Terapeutik................................................8
2.4 Teknik Kmunikasi Terapeutik...........................................................9
2.5 Jenis – jenis Kmunikasi Terapeutik.................................................10
2.6 Pendekatan Kmunikasi Terapeutik.................................................12
2.7 Strategi Kmunikasi Terapeutik.......................................................15
2.8 Unsur – unsur Kmunikasi Terapeutik.…………............................16
2.9 Prinsip Kmunikasi Terapeutik........................................................17
2.10 Karakteristik Kmunikasi Terapeutik...............................................18
2.11 Dasar Kmunikasi Terapeutik Pada Lansia......................................19
2.12 Penilaian Keberhasilan Kmunikasi Terapeutik...............................19
2.13 Cara Meningkatkan Komunikasi Terapeutik..................................20
BAB 3 TINJAUAN KASUS
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan..........................................................................................24
4.2 Saran....................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
PEMBAHASAN
a. Keikhlasan (genuineness)
Untuk membantu klien, perawat harus menyadari tentang nilai, sikap, dan
perasaan yang dimiliki klien. Apa yang dipikirkan dan dirasakan perawat tentang
individu dan dengan siapa dia berinteraksi perlu selalu dikomunikasikan baik secara
verbal maupun non verbal. Perawat yang mampu menunjukkan rasa ikhlasnya
mempunyai kesadaran mengenai sikap yang dipunyai klien sehingga mampu belajar
untuk mengkomunikasikannya secara tepat. Perawat tidak akan menolak bentuk
perasaat negatif yang dipunyai klien, bahkan ia akan berusaha berinteraksi dengan
klien, hasilnya, perawat akan mampu mengeluarkan segala perasaan yang dimiliki
dengan cara yang tepat, bukan dengan cara menyalahkan atau menghukum klien.
Tidak selalu untuk melakukan keikhlasan.
b. Empati (emphaty).
c. Kehangatan (warmth)
a. Teknik Asertif
Asertif adalah sikap dapat menerima, memahami pasangan bicara dengan menunjukkan
sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan ketika pasangan bicara agar
maksud komunikasi atau pembicaraan dapat dimengerti.
b. Responsif
Berespon artinya bersikap aktif, tidak menunggu permintaan bantuan dari klien. Sikap
aktif dari petugas kesehatan ini akan menimbulkan perasaan tenang bagi pasien.
c. Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi komunikasi
yang diinginkan.
d. Supportif
Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia tidak
merasa menjadi beban bagi keluarganya, dengan demikian diharapkan klien menjadi
termotivasi untuk mandiri dan dapat berkarya sesuai kemampuannya. Dukungan diberikan
baik secara materiil maupun moril.
10
e. Klarifikasi
Terkadang klien lansia mengalami perubahan yang merepotkan dan kekanak – kanakan.
Perubahan ini perlu disikapi dengan sabar dan ikhlas agar perawat tidak menjadi jengkel dan
tetap tercipta komunikasi yang terapeutik dan juga tidak menimbulkan kerusakan hubungan
antara klien dengan perawat.
Teknik komunikasi asertif merupakan bentuk dari komunikasi yang bisa diterapkan pada
lansia. Istilah asertif memang merujuk pada sikap “no hurt feeling”, dimana kita bisa
menerima dan memahami apa yang disampaikan oleh lansia kepada kita. Sikap asertif juga
memberikan gambaran, tentang bagaiman kita bisa mengkomunikasikan apa yang menjadi
keinginan kita tanpa harus menyakiti lawan komunikasi.
Komunikasi yang responsif merupakan komunikasi yang bersifat aktif, tidak menunggu,
bersifat segera dan penuh inisiatif. Bentuk komunikasi ini tepat dilakukan kepada lansia
karena bagaimana pun juga mereka para lansia seringkali kesulitan dalam mengungkapkan
apa yang menjadi keinginannya. Dengan sikap kita yang responsif, maka kita bisa segera
menangkap apa yang menjadi pesan dari lansia.
Bentuk komunikasi pada lansia selanjutnya yaitu komunikasi yang fokus. Sebagaimana
telah disebutkan pada paragraf sebelumnya, bahwa lansia biasanya cenderung suka untuk
berbagi cerita terutama mengenai masa lalunya, lansia seringkali berbicara di luar konteks
11
pembicaraan saat ini. Kemampuan untuk memfokuskan kembali lansia pada topik
pembicaraan adalah bentuk teknik yang tepat untuk diterapkan di sini.
Sifat suportif memiliki sifat mendukung. Mendukung dalam berkomunikasi dengan lansia
tidak serta merta berarti menyetujui apa saja yang menjadi pendapat atau keyakinan mereka.
Kembali, sikap asertif harus digunakan manakala kita menyatakan ketidaksetujuan. Namun
demikian, bentuk dukungan bisa ditunjukkan dalam sikap empati kepada lansia.
Komunikasi yang memiliki sifat klarifikasi juga perlu diberikan kepada lansia supaya
mereka bisa mendapatkan dukungan dengan baik. Ada banyak kasus ketika lansia memiliki
persepsi mereka sendiri sehingga cenderung tertutup dan tidak mau bercerita apa-apa tentang
masalahnya. Dengan adanya bentuk komunikasi ini, setidaknya kita bisa berkomunikasi
dengan lansia secara lebih baik. Lansia juga bisa menggunakan fungsi komunikasi ekspresif
dengan lebih optimal
Menghadapi lansia belum tentu berjalan dengan mulus-mulus saja. Kesabaran dan
keikhlasan merupakan salah satu komponen penting dari bentuk komunikasi yang akan
disampaikan kepada lansia. Mereka sebagai “senior”, sering menganggap bahwa apa yang
disampaikan para “junior” (mereka yang usianya lebih muda) sebagai celoteh yang tidak
penting. Lansia tidak memerlukan nasihat, kadang mereka hanya perlu didengarkan saja.
g. Komunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah salah satu bentuk komunikasi yang paling sering digunakan
oleh perawat untuk berkomunikasi dengan lansia. Pendekatan dari komunikasi terapeutik
dalam keperawatan ini memang sangat luas dan menjelaskan strategi komunikasi yang tepat
untuk diberikan. Sifatnya adalah memperbaiki kualitas kesehatan dari lansia. Bentuk
sentuhan muncul pula di dalam komunikasi terapeutik.
12
h. Komunikasi nonverbal
Komunikasi nonverbal di sini sebenarnya sudah disinggung pula dalam poin sebelumnya.
Sentuhan adalah salah satu bentuk dari komunikasi pada lansia yang sifatnya sangat
menenangkan. Lansia akan merasa aman dan nyaman ketika seseorang mampu memahami
mereka. Bahasa tubuh yang positif juga merupakan salah satu kunci keberhasilan komunikasi
ini.
a. Pendekatan psikologis
Seorang komunikator mampu memiliki waktu yang lama untuk melakukan komunikasi
efektif dengan lansia. Pendekatan ini mengharuskan komunikator memiliki status sebagai
motivator, konsultan, pendukung, penasihat, dan lainnya. Seorang lansia akan mengalami
penurunan rasa bahagia atau perasaan yang lain dan sebagainya yang berhubungan dengan
psikologis. (Baca juga: Strategi Komunikasi pada Lansia Berkebutuhan Khusus)
b. Pendekatan fisik
Pendekatan fisik dalam komunikasi pada lansia ini merupakan lawan dari pendekatan
psikologis. Jika pendekatan psikologis berhubungan dengan psikis lansia maka pendekatan
fisik ini berhubungan dengan fungsi organ tubuh pada lansia. Seorang lansia akan kehilangan
fungsi organ tubuhnya dan permasalahan tentang kesehatan lainnya.
Lansia memiliki keadaan fisik yang berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu,
pendekatan fisik ini mempengaruhi efektivitas komunikasi pada lansia.
13
Pendekatan ini lebih mudah dilakukan karena dapat terlihat oleh mata dan mudah untuk
diteliti. Misalnya, lansia yang kurang mendengar maka ada penurunan daya dengar dari
telinga lansia tersebut. (Baca juga: Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan)
c. Pendekatan sosial
Pendekatan sosial merupakan salah satu pendekatan komunikasi pada lansia. Pendekatan
sosial ini ditujukan agar lansia dapat dengan bebas berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya. Selain itu, lansia juga diminta untuk berinteraksi dengan pasien lansia lainnya.
Adanya pendekatan ini membuat lansia tidak bosan berdiam diri di kamar saja, sehingga
pemikiran lansia tersebut akan terbuka dengan berbicara kepada lansia lainnya seperti
berdiskusi, bercerita, bermain, dan kegiatan lainnya yang membuat lansia tersebut dapat
bersosialisasi. (Baca juga: Penggunaan Komunikasi dalam Keperawatan)
d. Pendekatan spiritual
Pendekatan spiritual ini merupakan salah satu pendekatan komunikasi pada lansia yang
berhubungan dengan nilai keagamaan. Lansia yang sedang sakit akan memanfaatkan nilai
spiritual tersebut untuk meminta kesembuhan kepada Yang Maha Kuasa. Manusia yang
diciptakan oleh Yang Maha Pencipta akan meminta kesembuhan kepada yang
menciptakannya juga.
Pendekatan spiritual saat ini sudah mulai dikembangan oleh berbagai rumah sakit di
Indonesia tergantung dari latar belakang agama yang dianut rumah sakit tersebut. Misalnya,
rumah sakit muslim akan mendatangkan seorang kiyai atau ustadz, rumah sakit Kristen akan
mendatangkan pastur, dan lain sebagainya. (Baca juga: Penerapan Komunikasi dalam
Manajemen Keperawatan)
Pendekatan ini sebenarnya kelanjutan dari pendekatan fisik dimana seorang lansia akan
membutuhkan pendekatan instruksi kembali. Pendekatan instruksi kembali adalah
pendekatan komunikasi lansia yang bertujuan agar lansia mengerti terhadap pembicaraan
yang dilakukan oleh perawat terutama pada lansia yang kurang mendengar.
14
Cara yang dilakukan seorang perawat untuk mendapatkan komunikasi yang efektif adalah
dengan menatap lansia, sehingga lansia dapat membaca gerakan bibir dan ekspresi
wajah. (Baca juga: Fungsi Komunikasi dalam Manajemen Keperawatan)
Pendekatan selanjutnya adalah pendekatan melalui warna. Pendekatan ini berguna untuk
meningkatkan daya ingat dan penglihatan lansia. Terkadang lansia sering lupa dengan fungsi
obat-obatnya sendiri maka perawat memberikan obat dengan berbagai warna agar mudah
diingat.
Selain itu, warna dan bentuk yang besar juga mempengaruhi daya penglihatan lansia. Lansia
kehilangan daya penglihatannya akan dimudahkan dengan tulisan dengan huruf yang besar
dan berwarna kontras atau terang. (Baca juga: Contoh Komunikasi Massa dalam
Keperawatan)
Pendekatan melalui cerita ini merupakan bagian dari pendekatan sosial. Salah satu cara yang
dilakukan dalam komunikasi pada lansia adalah menggunakan cerita.
Cara tersebut berfungsi untuk meningkatkan daya ingat pasien lansia. Selain itu, pendekatan
ini juga dapat membuat perasaan pasien lansia menjadi senang karena ada teman untuk
berkomunikasi. (Baca juga: Manfaat Komunikasi Massa dalam Pelayanan Keperawatan)
Pendekatan komunikasi dengan cahaya juga dilakukan untuk pasien yang memiliki gangguan
penglihatan. Pencahayaan yang baik akan memberikan fokus pada penglihatan mata, yang
dimana titik cahaya akan menerangkan bagian yang tidak fokus. Hal ini sangat bermanfaat
untuk melakukan komunikasi secara efektif pada lansia.
15
Sikap penerimaan bisa ditunjukkan kepada lansia sebagai bagian dari bentuk komunikasi
pada lansia. Lansia akan merasa lebih percaya pada saat kita mampu menunjukkan sikap ini.
Sebagai contoh, seseorang bisa mengenalkan dirinya terlebih dahulu setiap sebelum
berkomunikasi dengan lansia. Cara ini efektif terutama dalam menunjang bina hubungan
saling percaya di awal pertemuan dengan lansia.
Komunikasi asertif mengandung pengertian bahwa apa yang akan kita sampaikan bisa
diterima dengan baik kepada lansia tanpa harus menyakiti perasaannya. Tentu saja, strategi
komunikasi ini sangat berguna terutama dalam membangun ketenangan bersama dengan
lansia. Seseorang bisa menggunakan cara ini dengan terbiasa mendengarkan pendapat lansia.
Mengingat lansia berkebutuhan khusus bisa saja memiliki penurunan fungsi dari organ tubuh
disertai dengan kekurangan lain yang memang sudah ia miliki, maka kita juga bisa
menyesuaikan dengan apa yang menjadi kebutuhan lansia. Seperti misalnya, lansia dengan
gangguan penglihatan mungkin akan lebih banyak membutuhkan panduan melalui
komunikasi yang sifatnya audible. Faktor penghambat komunikasi dan contohnya juga perlu
diidentifikasi supaya komunikasi bisa berjalan dengan baik.
Mendengarkan secara aktif juga bisa menjadi sebuah strategi untuk menunjukkan kehadiran
kita kepada lansia baik secara fisik maupun emosional. Kita tidak hanya menganggap apa
yang disampaikan lansia sebagai angin lalu saja, melainkan juga memberikan umpan balik
dari setiap apa yang disampaikan lansia. Interaksi sosial bisa terjalin dengan baik saat kita
memakai teknik ini.
16
f. Tidak Menggurui
Sikap yang mendengarkan secara aktif serta menunjukkan keasertifan merupakan salah satu
cara supaya kita tidak terlihat menggurui pada lansia. Lansia pada umumnya ingin lebih
dihargai. Membebaskan mereka dengan pendapatnya dan mendengarkan cerita-ceritanya
merupakan bagian dari sikap yang tidak menggurui.
g. Menciptakan Kehangatan
Suasana hangat selama proses komunikasi bisa diwujudkan dengan beragam cara yang sudah
disebutkan di atas. Suasana yang hangat mampu memberikan kenyamanan dan kebebasan
pada lansia untuk tetap berekspresi dan mengungkapkan perasaannya dengan baik. Suasana
hangat merupakan bagian dari strategi komunikasi efektif empatik dan santun.
Sikap altruistik merupakan sikap yang puas untuk menolong orang lain. Sikap ini ada baiknya
dipupuk dalam diri kita sehingga saat merawat lansia dengan kebutuhan khusus juga akan
memberikan kesenangan tersendiri. Ini adalah strategi komunikasi pada lansia berkebutuhan
khusus yang juga bisa meningkatkan kualitas hidup lansia.
c. Channel (saluran)
d. Komunikan
Komunikan adalah objek-objek sasaran dari kegiatan komunikasi atau orang yang
menerima berita atau lambang, bisa berupa klien, keluarga maupun masyarakat.
e. Feed back
Feed back adalah arus umpan balik dalam rangka proses berlangsungnya komunikasi.
Hal ini bisa juga dijadikan patokan sejauh mana pencapaian dari pesan yang telah
disampaikan.
Menurut Suryani (2005) ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami dalam membangun
dan mempertahankan hubungan yang terapeutik, yaitu:
c. Komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi maupun
penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjaga harga dirinya dan
harga diri klien.
d. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya harus dicapai
terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternatif
pemecahan masalah. hubungan saling percaya antara perawat dan klien adalah kunci
dari komunikasi terapeutik
Adapun pendapat lain yaitu dalam buku Panduan Lab UMP (2010) bahwa prinsip-prinsip
komunikasi terapeutik terdiri dari 10 yaitu sebagai berikut ini:
a. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati, memahami dirinya
sendiri serta nilai yang dianut.
b. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling
menghargai.
c. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh klien.
d. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan klien baik fisik maupun mental.
e. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan klien memiliki motivasi
untuk merubah dirinya baik sikap, tingkah lakunya sehingga tumbuh makin
matang dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Hubungan
Komunikasi Terapeutik.
f. Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui
dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan maupun frustasi.
a. g.Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan
konsistensinya.
g. Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari hubungan terapeutik.
b. i.Mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukan dan meyakinkan orang
lain tentang kesehatan, oleh karena itu perawat perlu mempertahankan suatu keadaan
sehat fisik, mental, spiritual dan gaya hidup.
i. Altruisme mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara manusiawi.
2.10 Karakteristik keberhasilan komunikasi:
Keberhasilan komunikasi verbal dipengaruhi oleh kecepatan berbicara saat
berkomunikasi, terlebih pasien lanjut usia yang memiliki gangguan pendengaran, apabila
berbicara terlalu cepat, mereka tidak dapat membaca gerak bibir dan menangkap suara.
berbicara kepada lanjut usia yang pendengarannya kurang baik secara pelan-pelan agar ia
19
dapat membaca gerak bibir. Intonasi suara perawat lembut untuk berkomunikasi dengan
pasien lanjut usia, namun terkadang tergantung pula apabila berbicara dengan pasien yang
memiliki gangguan pendengaran terkadang nada suara agak ditinggikan agar pasien dapat
mendengar lebih jelas
Komunikasi non verbal ekspresi wajah yang positif, menggunakan sentuhan, posisi duduk
berhadapan, menggunakan bahasa isyarat untuk mendukung penyampaian pesan. Wajah
merupakan bagian tubuh yang paling ekspresif dan sering digunakan sebagai dasar penting
komunikasin antar pribadi.
2.11 Dasar komunikasi pada lansia
Komunikasi terapeutik perawat dimaksudkan untuk membantu pasien. Komunikasi
terapeutik berfokus pada emosional dari pasien. Dengan memiliki keterampilan
berkomunikasi terapeutik, perawat akan lebih mudah menjalin hubungan saling percaya
dengan klien, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan ke perawatan dan akan
meningkatkan profesi. (Sherko, Sotiri, dan Lika, 2013).
Komunikasi terapeutik telah menjadi syarat kompetensi bagi perawat di berbagai panti
atau sasana orang lanjut usia yang dikelola secara profesional di berbagai belahan dunia
(Hammer etal., 2014).
2.12 Penilaian Keberhasilan Komunikasi Terapeutik
6. Jangan berharap untuk berkomunikasi dengan cara yang sama dengan orang
yangtidak mengalami gangguan. Sebaliknya bertindaklah sebagai partner yang
tugasnya memfasilitasi klien untuk mengungkapkan perasaan dan pemahamannya.
7. Bericara dengan pelan dan jelas saat menatap matanya, gunakan kalimat pendek
dengan bahasa yang sederhana.
8. Bantulah kata-kata anda dengan isyarat Fisual
9. Ringkaslah hal-hal yang paling penting dari pembicaraan tersebut
10. Berilah klien waktu yang banyak untuk bertanya dan menjawab pertanyaan anda.
11. Jadilah pendengar yang baik walaupun keinginan sulit mendengarkannya
21
BAB 3
TINJAUAN KASUS
SKENARIO
Seorang pasien laki-laki 75 tahun dirawat dibangsal dalam sebuah rumah sakit dengan
diagnisa stroke. Pasien sering marah kepada keluarganya dan perawat karena merasa tidak
diperhatikan pasien mengalami penurunan fungsi pendengaran. Perawat mengajak pasien
berkomunikasidengan bahsa sederhana dan jela. Perawat juga menggunakan sentuhan untuk
memperjelas komunikasi yang disampaikan.
STEP I
1. Komunikasi?
2. Stroke?
3. Bangsal?
Jawab :
1. Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan non
verbal dari informasi atau ide. Komunikasi mengacu pada isi, perasaan dan emosi
dimana individu menyampaikan hubungan (Potter & Perry,301)
2. Stroke adalah kerusakan jaringan otak yang disebabkan oleh kurangnya atau
terhentinya suplay darah secara tiba-tiba(Depkes RI,1996). Stroke juga bisa diartikan
sebagai gejala-gejala deficit fungsi susunan saraf yang diakibatkan penyakit
pembuluh darah otak dan bukan oleh lainnya (M. Adib, 2009)
3. Bangsal Sebuah ruangan inap untuk pasien dirumah sakit
22
STEP II
STEP III
4. Dengan cara bahasa sehari hari dengan kontak mata atau komunikai terapeutik
yaitu bertanya.
STEP IV
Laki-laki 75 tahun
STROKE
-Gangguan pendengaran
Komunikasi dengan
sentuhan
bahasa yang
sesderhana
BAB 4
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Teknik komunikasi yang baik akan memperbaiki outcome pasien lanjut usia dan caregiver-
nya. Bukti mengindikasikan bahwa outcome perawatan kesehatan untuk orang tuatidak hanya
tergantung pada perawatan kebutuhan biomedis tetapi juga tergantung pada hubungan
perawatan yang diciptakan melalui komunikasi yang efektif. Dengan komunikasi yang efektif
antara dokter – pasien lanjut usia :
Pasien dan keluarganya dapat menceritakan gejala dan masalahnya, yang akan
memungkinkan dokter untuk membuat diagnosis yang lebih akurat.
Instruksi dan saran dokter akan lebih mungkin untuk ditaati.
Kemungkinkan untuk melewatkan dosis atau menghentikan obat karena efek samping,
merasakan non efikasi, atau biaya obat dapat diminimalisir.
Lebih memungkinkan untuk edukasi dalam memanajemen diri sendiri seperti pada pasien
diabetes dengan diet, olah raga, monitoring gula darah, dan perawatan kaki.
Penurunan biaya tes diagnostik juga dihubungkan dengan komunikasi yang lebih baik
antara dokter dan pasien lanjut usia.
4.2 SARAN
Bagi perawat harus memahami tentang aplikasi terapeutik pada lansia agar pemeriksaan
pasien lansia di rumah sakit berjalan dengan lancar dan Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini sangat banyak sekali kesahalan. besar harapan kami kepada para
pembaca untuk bisa memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini
menjadi lebih sempurna.
25
DAFTAR PUSTAKA
William, S.L., Haskard, K.B., Dimatteo, M.R. 2007. The therapeutic effects of the
Nugroho, Wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC.
Wachtel, P. L. (2011). Therapeutic Communication. New York: The Guildford Press
Sherko, E., Sotiri, E., and Lika, E. (2013). Therapeutic communication. JAHR- European Journal
of Bioethics, 4(7), 457-465.