Anda di halaman 1dari 16

PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA

LANSIA DENGAN MASALAH KOMUNIKASI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik


Program Studi S1 keperawatan STIKes YPIB Majalengka
Dosen Pengampus : Yophi,S.Kep.,Ners.,M.Kep

Kelompok 1
Ai Fitri Handayani 18142011001
Aji Muhamad Sapaat 18142011003
Dadang Rusmana 18142011011
Dini Sri Wahyuni 18142011014
Isma Putri Ladita 18142011018
Lussy Meylania Vitaloka 18142011022
Mike Wijayanti 18142011026
Novi Fitriani 18142011030
Rahimah Nurjannah 18142011036
Saraswati Nur Fauziah 18142011041
Wawat Dindah Herawati 18142011048
Selia Andini 18142011117

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
YPIB MAJALENGKA
2020/2021
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta
hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Perumusan Diagnosa Keperawatan
Pada Lansia Dengan Hambatan Komunikasi”. Shalawat beserta salam kami
sampaikan kepada Nabi besar kita, Muhammad SAW yang telah memberikan
pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Tujuan kami membuat makalah ini mengenai pembahasan ini adalah
untuk memenuhi kewajiban tugas yang telah dipelajari dan juga untuk
memberiukan kemudahan bagi pihak pihak yang membutuhkan.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan keuntungan dan juga
bermanfaat bagi siapapun yang membaca dan membutuhkannya.
Makalah ini lebih jauh dari kata sempurna, kami mohon maaf bila ada
salah kata dan juga pengertian. Kami menerima kritik dan saran yang bersifat
mewmbangun dari pihak pihak yang membaca agar proses pembelajaran kami
semakin baik.

Majalengka, 02 Mei 2021

Penulis

DAFTAR ISI

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................2
1.4 Manfaat..............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
2.1 Definisi...............................................................................................................3
2.2 Karakteristik Lansia...........................................................................................3
2.3 Pendekatan Perawatan Lansia Dalam Konteks Komunikasi...............................4
2.4 Teknik Komunikasi Pada Lansia........................................................................5
2.5 Hambatan Berkomunkasi Dengan Lansia...........................................................7
2.6 Teknik Perawatan Lansia Pada Reaksi Penolakan..............................................9
2.7 Perumusan Diagnosa Keperawatan pada Lansia dengan Masalah Komunikasi..9
BAB III PENUTUP........................................................................................................11
3.1 Kesimpulan......................................................................................................11
3.2 Saran................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang
memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan
meningkatkan kontrak dengan oran lain karena komunikasi dilakukan oleh
seseorang, setiap hari orang seringkali salah berpikir bawa komunikasi
adalah sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya adalah proses yang
kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan
individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya.
Hal itu merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis yang
maknanya dipacu dan ditransmisikan. Untuk memperbaiki interpretasi
pasien terhadap pesan, perawat harus tidak terburu-buru dan mengurangi
kebisingan dan distraksi. Kalimat yang jelas dan mudah dimengerti dipakai
untuk menyampaikan pesan karena arti suatu kata sering kali telah lupa atau
ada kesulitan dalam mengorganisasi dan mengekspresikan pikiran. Instruksi
yang berurutan dan sederhana dapat dipakai untuk mengingatkan pasien dan
sering sangat membantu. (Bruner & Suddart, 2001 : 188)
Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan
verbal dan non verbal dari informasi dan ide. Kominikasi mengacu tidak
hanya pada isi tetapi juga pada perasaan dan emosi dimana individu
menyampaikan hubungan ( Potter-Perry, 301 ). Komunikasi pada lansia
membutuhkan peratian khusus. Perawat harus waspada terhadap perubahan
fisik, psikologi, emosi, dan sosial yang memperngaruhi pola komunikasi.
Perubahan yang berhubungan dengan umur dalam sistem auditoris dapat
mengakibatkan kerusakan pada pendengaran. Perubahan pada telinga bagian
dalam dan telinga mengalangi proses pendengaran pada lansia sehingga
tidak toleran teradap suara. Berdasarkan hal – hal tersebut kami menulis
makalah ini yang berjudul “ komunikasi pada lansia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian komunikasi pada lansia lansia ?
2. Apa saja karakteristik pada lansia ?
3. BagaimanaKomunikasi pada lansia ?
4. Apa sajaKendala-kendala dan hambatan dalam berkomunikasi pada
lansia ?
5. BagaimanaTeknik pendekatan dalam Perawatan lansia pada konteks
komunikasi dan pada reaksi penolakan
6. Apa saja Keterampilan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia ?
7. BagaimanaRumusan diagnosa keperawatan pada lansia dengan
masalah komunikasi

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik.
b. Untuk mengetahui tata cara berkomunikasi pada lansia.
c. Dapat memberikan komunikasi terapeutik pada lansia.
d. Dapat membantu proses keperawatan pada lansia.

1.4 Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini diharapakan memberikan
informasi dan pengetahuan Tentang cara berkomunukasi kepada pasien
Lansia.

2
BAB II PEMBAHASAN
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Komunikasi dengan lansia harus memperhatikan faktor fisik,
psikologi, (lingkungan dalam situasi individu harus mengaplikasikan
ketrampilan komunikasi yang tepat. disamping itu juga memerlukan
pemikiran penuh serta memperhatikan waktu yang tepat.

2.2 Karakteristik Lansia


Berdasarkan usianya, organisasi kesehatan dunia (WHO)
mengelompokan usia lanjut menjadi empat macam meliputi:
a)   Usia pertengahan (middle age) kelompok usia 45 samapai 59 tahun
b)      Usia lanjut (elderly) kelompok usia antara 60 samapai 70 tahun
c)      Usia lanjut usai (old) kelompok usia antara 75 sampai 90 tahun
d)     Usaia tua (veryold)kelompk usia di atas 90 tahun
Meskipun batasan usia sangat beragam untuk menggolongkan lansia
namun perubahan-perubahan akibat dari usai tersebut telah dapat di
identifikasi, misalnya perubahan pada aspek fisik berupa perubahan neurologi
dan sensorik, perubahan visual, perubahan pendengaran. Perubahan-
perubahan tersebut dapat menghambat proses penerimaan dan interprestasi
terhadap maksud komunikasi. Perubahan ini juga menyebabkan klien lansia
mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Belum lagi perubahan kognetif
yang berpengaruh pada tingkat intelegensi, kemampuan belajar, daya memori
dan motivasi klien.
Perubahan emosi yang sering terlihat adalah berupa reaksi
penolakan terhadap kondisi yang terjadi. Gejala-gejala penolakan tersebut
misalnya:
a) Tidak percaya terhadap diagnose, gejala, perkembangan serta keterangan
yang di berikan petugas kesehatan.

3
b) Mengubah keterangan yang di berikan sedemikian rupa, sehinga di
terima keliru.
c) Menolak membicarakan perawatanya di rumah sakit.
d) Menolak ikut serta dalam perawatan dirinya secara umum khususnya
tindakan yang mengikut sertakan dirinya.
e) Menolak nasehat-nasehat misalnya, istirahat baring, berganti posisi tidur,
terutama bila nasehat tersebut demi kenyamanan klien.

2.3 Pendekatan Perawatan Lansia Dalam Konteks Komunikasi


a. Pendekatan fisik
Mencari informasi tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian,
yang dialami, peruban fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih
bisa di capai dan di kembangkan serta penyakit yang dapat di cegah
progresifitasnya. Pendekatan ini relative lebih mudah di laksanakan dan di
carikan solusinya karena rill dan mudah di observasi
b. Pendekatan psikologis
Karena pendekatan ini sifatnya absrak dan mengarah pada perubahan
prilaku, maka umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk
melaksanakan pendekatan ini perawat berperan sebagai konselor,
advokat, supporter, interpreter terhadap sesuatu yang asing atau
sebagai penampung masalah-masalah yang pribadi dan sebagai sahabat
yang akrap bagi klien.
c. Pendekatan social
Pendekatan ini di lakukan untuk menikatkan keterampilan berinteraksi
dalam lingkungan. Mengadakan diskusi, tukar pikiran, bercerita, bermain,
atau mengadakan kegiatan-kegiatan kelompok merupakan implementasi
dari pendekatan ini agar klien dapat berinteraksi dengan sesama lisan
maupun dengan petugas kesehatan.
d. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa membeikan kepuasan batin dalam hubunganya dengan
Tuhan atau agama yang dianutnya terutama ketika klien dalam keadaan

4
sakit.

2.4 Teknik Komunikasi Pada Lansia


Untuk dapat melaksanakan komunikasi yang efektif kepada lansia,
selain pemahaman yang memadai tentang karakteristik lansia, petugas
kesehatan atau  perawat juga harus mempunyai teknik-teknik khusus agar
komunikasi yang di lakukan dapat berlangsung secara lancer dan sesuai
dengan tujuan yang dim inginkan.
Beberapa teknik komunikasi yang dapat di terapkan antara lain:
a. Teknik asertif
Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan bicara
dengan menunjukan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan
memperhatikan ketika pasangan bicara agar maksud komunikasi atau
pembicaraan dapat di mengerti. Asertif merupakan pelaksanaan dan
etika berkomunikasi. Sikap ini akan sangat membantu petugas kesehatan
untuk menjaga hubungan yang terapetik dengan klien lansia.
b. Responsif  
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien
merupakana bentuk perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat
mengetahui adanya perubahan sikap atau kebiasaan klien sekecil apapun
hendaknya menanyakan atau klarifikasi tentang perubahan tersebut
misalnya dengan mengajukan pertanyaan ‘apa yang sedang bapak/ibu
fikirkan saat ini, ‘apa yang bisa bantu…?  berespon berate bersikap aktif
tidak menunggu permintaan bantuan dari klien. Sikap aktif dari petugas
kesehatan ini akan menciptakan perasaan tenang bagi klien
c. Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap
materi komunikasi yang di inginkan. Ketika klien mengungkapkan
pertanyaan-pertanyaan di luar materi yang di inginkan, maka perawat
hendaknya mengarahkan meksud pembicaraan. Upaya ini perlu di

5
perhatikan karena umumnya klien lansia senang menceritakan hal-hal
yang mungkin tidak relevan untuk kepentingan petugas kesehatan.

d. Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik ataupun psikis
secara bertahap  menyebabkan emosi klien relative menjadi labil
perubahan ini perlu di sikapi dengan menjaga kesetabilan emosi klien
lansia, misalnya dengan mengiyakan , senyum dan mengagukan kepala
ketika lansia mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat
menghargai selama lansia berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan
kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia tidak menjadi beban bagi
keluarganya dengan demikian di harapkan klien termotovasi untuk
menjadi dan berkarya sesuai dengan kemapuannya selama memberi
dukungan baik secara materiil maupun moril, petugas kesehatan jangan
terkesan menggurui atau mangajari klien karena ini dapat merendahan
keparecayaan klien kepada perawat atau petugas kesehatan lainnya.
Ungkapan-ungkapan yang bisa memberi motivasi, meningkatkan
kepercayaan diri klien tanpa terkesen menggurui atau mengajari misalnya:
‘saya yakin bapak/ibu lebih berpengalaman dari saya, untuk itu bapak/ibu
dapat melaksanakanya……. dan bila diperlukan kami dapat membantu’.
e. Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses
komunikasi tidak berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara
mengajukan pertanyaan ulang dan memberi penjelasan lebih dari satu kali
perlu di lakukan oleh perawat agar maksud pembicaraan kita dapat di
terima dan di persepsikan sama oleh klien ‘bapak/ibu bisa menerima apa
yang saya sampaikan tadi..? bisa minta tolong bapak/ibu untuk
menjelaskan kembali apa yang saya sampaikan tadi…?
f. Sabar dan Iklas
Seperti di ketahui sebelumnya klien lansia umumnya mengalami
perubahan-perubahan yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan

6
perubahan ini bila tidak di sikapai dengan sabar dan iklas dapat
menimbulkan perasaan jengkel bagi perawat sehingga komunikasi yang di
lakukan tidak terapetik, solute namun dapat berakibat komunikasi
berlangsung emosional dan menimbulkan kerusakan hubungan antara
klien dengan petugas kesehatan.

2.5 Hambatan Berkomunkasi Dengan Lansia


Proses komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien lansia akan
tergannggu apabila ada sikap agresif dan sikap nonasertif
a. Agresif
a)      Berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawan bicara)
b)      Meremehkan orang lain
c)      Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
d)     Menonjolkan diri sendiri
e)      Mempermalukan orang lain di depan umum, baik dalam perkataan
maupun tindakan
b. Non Asertif
Tanda tanda dari non aserti ini adalah
a) Menarik diri bila di ajak berbicara
b) Merasa tidak sebaik orang lain (rendah diri)
c) Merasa tidak berdaya
d) Tidak berani mengungkap keyakinaan
e) Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya
f) Tampil diam (pasif)
g) Mengikuti kehendak orang lain
h) Mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik
dengan orang lain.
 Sebagai tenaga kesehatan yang professional perawat dituntut mampu
mengatasi hambatan tersebut untuk itu perlu adanya teknik atau tips-
tips tertentu yang perlu di perhatikan agar komunikasi berjalan gengan
efektif anatara lain :

7
a. Selalu mulai komunokasi dengan mengecek pendengeran klien
b. Keraskan suara anda jika perlu
c. Dapatkan perhatian klien sebelum berbicara. Pandanglah dia agar
dia dapat melihat mulut anda
d. Atur lingkungan sehinggga menjadi kondusif untuk komunikasi
yang baik. Kurangi gangguan visual dan auditory. Pastikan adanya
pencahayaan yang cukup.
e. Ketika merawat orang tua dengan gangguan komunikasi, ingat
kelemahannya. Jangan menganggap kemacetan komunikasi
merupakan hasil bahwa klien tidak kooperatif.
f. Jangan berharap untuk berkomunikasi denagn cara yang sama
dengan orang yang tidak mengalami jangguan. Sebaliknya
bertindaklah sebagai partner yang tugasnya memfasilitasi klien
untuk mengungkapkan perasaan dan pemahamannya.
g. Berbicara dengan pelan dan jelas saat menatap matanya gunakan
kalimat pendek dengan bahasa yang sederhana.
h. Bantulah kata-kata anada dengan isyarat visual.
i. Serasikan bahasa tubuh anda denagn pembicaraan anda, misalnya
ketika melaporkan hasil tes yang di inginkan, pesan yang
menyatakan bahwa berita tersebut adalah bagus seharusnya di
buktikan dengan ekspresi, postur dan nada suara anda yang
menggembirakan (misalnya denagn senyum, ceria atau tertawa
secukupnya).
j. Ringkaslah hal-hal yang paling penting dari pembicaraan tersebut.
k. Berilah klien waktu yang banyak untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan anda.
l. Biarkan ia membuat kesalahan jangan menegurnya secara langsung,
tahan keinginan anda menyelesaikan kalimat.
m. Jadilah pendengar yang baik walaupun keinginan sulit
mendengarkanya.
n. Arahkan ke suatu topic pada suatu saat.

8
o. Jika mungkin ikutkan keluarga atau yang merawat ruangan bersama
anda. Orang ini biasanya paling akrap dengan pola komunikasi
klien dan dapat membantu proses komunikasi.

2.6 Teknik Perawatan Lansia Pada Reaksi Penolakan


Penolakan adalah ungkapan ketidakmampuan seseorang untuk
mengakui secara sadar terhadap pikiran, keinginan, perasaan atau
kebutuhan pada kejadiaan-kejadian nyata atau sesuatu yangmerupakan
ancaman. Penolakan merupakan reaksi ketidaksiapan lansia menerima
perubahan yang terjadi pada dirinya. Perawat dalam menjamin komunikasi
perlu memahami kondisi ini sehinggan dapat menjalin komunikasi yang
efektif, tidak menyinggung perasaan lansia yang relatif sensitif.
Ada beberapa langkah yang bisa di laksanakan untuk menghadapi klien
lansia dengan reaksi penolakan, antara lain :
1. Kenali segera reaksi penolakan klien
Membiarkan klien lansia bertingkah laku dalam tenggang waktu tertentu.
Hal ini merupakan mekanisme penyesuaian diri sejauh tidak
membahayakan klien, orang lain serta lingkunganya.
2. Orientasikan klien lansia pada pelaksanan perawatan diri sendiri
Langkah tersebut bertujuan untuk mempermudah proses penerimaan klien
terhadap perawatan yang akan di lakukan serta upaya untuk
memandirikan klien.
3. Libatkan keluarga atau pihak keluarga terdekat dengan tepat
Langkah ini bertujuan untuk membantu perawat atau petugas kesehatan
memperoleh sumber informasi atau data klien dan mengefektifkan
rencana / tindakan dapat terealisasi dengan baik dan tepat

2.7 Perumusan Diagnosa Keperawatan pada Lansia dengan Masalah


Komunikasi
Asuhan keperawatan gerontik menurut DepKes RI (1993) adalah kegiatan
yg bertujuan untuk memberikan bantuan, bimbingan, pengawasan,
perlindungan, dan pertolongan kepada lanjut usia secara individu, yg

9
diberikan oleh perawat dan untuk askep yg masih dapat dilakukan oleh
anggota keluarga atau petugas sosial non perawat.

a. Pengkajian Perawatan Gerontik


Pengkajian adalah langkah awal dalam proses keperawatan, yg
meliputipengumpulan data, sehingga menghasilkan diagnosa
keperawatan.
Adapun tujuan pengkajian: menentukan kemampuan pasien
utk memelihara dirinya, melengkapi dasar-dasar rencana
perawatan individu, memberi waktu kepada pasien untukmenjawab.
 PengkajianFisik
1. Inspeksi
2. Palpasi
3. Perkusi
4. Auskultasi
 PengkajianPsikologi
 Pengkajian Sosial Ekonomi
 PengkajianSpiritual
a. Diagnosis keperawatan Gerontik
Diagnosa keperawatan merupakan satu kesatuan dari sebuah proses
keperawatan yg menjadikan landasan untuk memberikan tindakan
yang dibutuhkan. Diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan
analisis dan interpretasi data yg diperoleh dari pengkajian
keperawatan klien.
b. Rencana dan Intervensi keperawatan Gerontik
c. Tujuan Perencanaan
d. Langkah-langkahperencanaan
e. Evaluasi

10
BAB III PENUTUP
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Komunikasi pada lansia tidaklah begitu sulit dibutuhkan teknik-teknik
tersendiri untuk melakukan komunikasi pada lansia banyak hal-hal yang
harus diperhatikan diantaranya :
1. Teknik komunikasi dengan penggunaan bahasa yang baik.
2. Teknik untuk wawancara.
3. Kendala dan hambatan dalam komunikasi.
4. Mood dan privasi
5. Aspek-aspek yang harus diperhatikan.

3.2 Saran
Dalam teknik komunikasi pada lansia diharapkan perawat dapat
menyesuaikan situasi bagaimana bertindak. Jika klien dalam puncak
penolakan maka perawat harus mengobservasi pikiran-pikiran klien, jika
klien lansiaa kooperatif maka perawat dapat berfungsi sebagai teman dan
guru serta tempat mencurahkan perasaan klien.

11
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/398741167/Gerontik-3

12
13

Anda mungkin juga menyukai