Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KOMUNIKASI TERAUPETIK

TEKNIK-TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA USIA LANSIA

Dosen Pengampu :

Ns. Dwin seprian, M. Kep

Disusun Oleh Kelompok 1 :

Ade Witama (821211052)

Amirul Hakim (821211008)

Eka Herawati (821211016)

Gregoria Goe Yulianti (821211056)

Mega Lestari (821214004)

Robyana (821211025)

Uray Marlina (821211035)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM PONTIANAK
TAHUN 2022/2023

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
Rahmat, Hidayah, dan hidaayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah pada mata kuliah komunikasi terapeutik keperawatan
dengan judul “Teknik-Teknik Komunikasi Terapeutik Pada Usia Lansia” yang
bertujuan sebagai pembelajaran serta memenuhi tugas kuliah.

Dalam kesempatan ini, tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ns. Dwin Seprian, M. Kep selaku dosen pembimbing mata kuliah


komunikasi teraupetik
2. Kepada teman-teman yang selalu mendukung dan membantu dalam
pembuatan laporan ini sehingga dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini.
3. Kepada kedua orang tua kami yang selalu mendukung dan mendoakan.

Kami berharap semoga dengan makalah yang menjelaskan Teknik dalam


komunikasi teraupetik pada lansia ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat
menginspirasi kepada semua orang. Selain itu, kami menyadari dalam penulisan
makalah ini masih banyak sekali kekurangan dan kesalahan. Saran dan kritik yang
sifatnya membangun sangat diharapkan guna memperbaikan diwaktu yang akan
datang.

Pontianak, 9 Oktober 2022

Tim Penyusun
Kelompok

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................
BAB I....................................................................................................................................................
PENDAHULUAN................................................................................................................................
A. Latar Belakang...........................................................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................
C. Tujuan.........................................................................................................................................
BAB II..................................................................................................................................................
PEMBAHASAN...................................................................................................................................
A. Pengertian Komunikasi Terapiutik Pada Lansia.....................................................................
B. Karakteristik Lansia...................................................................................................................
C. Perubahan Pada Lansia.............................................................................................................
D. Pendekatan Perawatan Lansia Dalam Konteks Komunikasi..................................................
E. Teknik Komunikasi Pada Lansia...............................................................................................
F. Hambatan Berkomunikasi Dengan Lansia...............................................................................
G. Teknik Perawatan Lansia Pada Reaksi Penolakan..................................................................
BAB III...............................................................................................................................................
PENUTUP..........................................................................................................................................
A. KESIMPULAN.........................................................................................................................
B. SARAN......................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Inah, E. N. (2013) Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin
“communis” yaitu membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara
dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata “communico” yang
artinya membagi. Ilmu komunkasi secara umum pada dasarnya membahas
pengetahuan tentang sesuatu hal, baik yang menyangkut alam (natural) atau sosial
(kehidupan masyarakat), yang diperoleh melalui proses berpikir, sebagai ilmu
komunikasi merupakan suatu pengetahuan yang didasarkan pada logika, dan harus
terorganisasikan secara sistematik serta berlaku umum. Namun yang menjadi
objek fokus perhatiannya pada peristiwa-peristiwa komunikasi di antara manusia.
Menurut Berger dan Chaffe, ilmu komunikasi adalah suatu pengamatan
terhadap produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang
melalui pengembangan teori-teori yang dapat diuji dan digeneralisasikan dengan
tujuan menjelaskan fenomena yang berkaitan dengan produksi, proses dan
pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang.
Sedangkan menurut sarjana komunikasi, mereka mengkhususkan diri pada
studi komunikasi antara manusia bahwa komunikasi adalah suatu transaksi, proses
simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan
membangun hubungan antara sesama manusia melalui pertukaran informasi untuk
menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain, serta berusaha mengubah sikap
dan tingkah laku itu.
Kondisi yang mendukung komunikasi efektif terhadap lasia adalah suasana
terbuka, akrab, santai, menjaga tata krama, posisi menghormati dan memahami
keadaan lanjut usianya. Sedangkan hal-hal yang dapat menghambat proses
komunikasi adalah ketika keluarga atau orang terdekat lansia, kurang bisa
memahami kondisi pada lansia, memperlakukan lansia seperti pada umumnya
orang,berbicara terlalu cepat dan keras, tidak dalam posisi hormat dan cenderung
apatis. Bila kondisi ini terus terjadi, tidak menutup kemungkinan banyaknya
lansia yang menginginkan untuk tidak hidup serumah dengan keluarganya ( Boly,
B., Wiyono, J., & Dewi, N. (2017).
Jadi bagaimana cara kita baik sebagai anak maupun perawat mengatasi
hambatan komunikasi pada lansia ? Salah satunya yaitu kita melakukan
pendekatan, memahami kondisi pada lansia dan juga menjalin hubungan saling
terbuka. Komunikasi yang efektif kepada lansia sangat penting dilakukan karena
untuk membuat hubungan tetap terjalin dengan baik. Sebagai seorang perawat kita
bisa menggali masalah yang sering dihadapi pada lansia yaitu perlunya
menerapkan strategi pelaksanaan disetiap tindakan keperawatan pada lansia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian komunikasi terapeutik ?
2. Bagaimana karakteristik lansia ?
3. Bagaimana perubahan Pada Lansia
4. Bagaimana cara pendekatan perawatan lansia dalam konteks komunikasi ?
5. Bagaimana teknik komunikasi pada lansia ?
6. Apa saja hambatan berkomunikasi dengan lansia ?
7. Bagaimana teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian komunikasi terapeutik ?
2. Untuk mengetahui karakteristik lansia ?
3. Untuk mengetahui Perubahan Pada Lansia
4. Untuk mengetahui cara pendekatan perawatan lansia dalam konteks
komunikasi ?
5. Untuk mengetahui teknik komunikasi pada lansia ?
6. Untuk mengetahui hambatan berkomunikasi dengan lansia ?
7. Untuk mengetahui teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan ?
BAB II
PEMBAHASAN
 
A. Pengertian Komunikasi Terapiutik Pada Lansia
Pada prinsipnya komunikasi merupakan bentuk upaya antara dua orang atau
lebih untuk menciptakan kebersamaan. Komunikasi merupakan alat efektif untuk
memengaruhi tingkah laku manusia. Komunikasi bertujuan untuk memudahkan,
melancarkan, serta melaksanakan kegiatan tertentu dalam menuai tujuan secara
optimal hubungan antarmanusia. Dengan demikian, komunikasi adalah proses
penyampaian informasi dari seseorang ke orang lain dalam rangka memberitahu,
mengubah sikap, berpendapat, atau perilaku keseluruhan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Komunikasi dengan lansia harus memperhatikan
beberapa hal yaitu faktor fisik, psikologi, dan lingkungan untuk menerapkan
keterampilan komunikasi yang tepat. Selain itu, juga harus menggunakan
konsentrasi penuh dalam berkomunikasi dengan lansia. Perubahan pada lansia
juga mengakibatkan lansia mengalami kesulitan dalam komunikasi. (Zen, 2013)
Komunikasi memiliki peran yang sangat vital dalam kehidupan manusia.
Komunikasi dapat berfungsi sebagai sumber informasi, pendidikan, instruksi,
persuasi, dan penghibur (Zen, 2013).
B. Karakteristik Lansia
Berdasarkan usianya, organisasi kesehatan dunia (WHO) mengelompokan usia
lanjut menjadi empat macam meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age) kelompok usia 45 samapai 59 tahun
b. Usia lanjut (elderly) kelompok usia antara 60 samapai 70 tahun
c. Usia lanjut usai (old) kelompok usia antara 75 sampai 90 tahun
d. Usaia tua (veryold)kelompk usia di atas 90 tahun
Meskipun batasan usia sangat beragam untuk menggolongkan lansia namun
perubahan- perubahan akibat dari usai tersebut telah dapat di identifikasi,
misalnya perubahan pada aspek fisik berupa perubahan neurologi dan sensorik,
perubahan visual, perubahan pendengaran. Perubahan- perubahan tersebut dapat
menghambat proses penerimaan dan interprestasiterhadap maksud komunikasi.
Perubahan ini juga menyebabkan klien lansia mengalamikesulitan dalam
berkomunikasi. Belum lagi perubahan kognetif yang berpengaruh padatingkat
intelegensi, kemampuan belajar, daya memori dan motivasi klien.

Perubahan emosi yang sering terlihat adalah berupa reaksi penolakan terhadap
kondisi yang terjadi. Gejala-gejala penolakan tersebut misalnya:
a) Tidak percaya terhadap diagnose, gejala, perkembangan serta keterangan
yang di berikan petugas kesehatan
b) Mengubah keterangan yang di berikan sedemikian rupa, sehinga di terima
keliru
c) Menolak membicarakan perawatanya di rumah sakit
d) Menolak ikut serta dalam perawatan dirinya secara umum khususnya
tindakan yangmengikut sertakan dirinya
e) Menolak nasehat-nasehat misalnya, istirahat baring, berganti posisi tidur,
terutama bilanasehat tersebut demi kenyamanan klien.

C. Perubahan Pada Lansia


Menurut Azizah dan Lilik M dalam Khalifah (2016), semakin bertambahnya
umur manusia terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak
pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi
juga kognitif, perasaan, sosial dan seksual, diantaranya:
1. Perubahan Fisik
Perubahan fisik lansia meliputi perubahan sistem indera, integumen,
muskuloskeletal, kardiovaskuler, respirasi, pencernaan, perkemihan, dan
saraf.
2. Perubahan Kognitif Perubahan kognitif meliputi daya ingat (memory), IQ
(Intellegent Quotient), kemampuan belajar (Learning), kemampuan
pemahaman (Comprehension), pemecahan masalah (Problem Solving),
pengambilan keputusan (Decision Making), kebijaksanaan (Wisdom), kinerja
(Performance), dan motivasi (Motivation).
3. Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah perubahan fisik,
khususnya organ perasa, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan
(hereditas), lingkungan, gangguan saraf panca indra, gangguan konsep diri,
rangkaian dari kehilangan, hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik,
perubahan terhadap gambaran diri, dan perubahan konsep diri.
4. Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia
semakin matang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam
berfikir dan bertindak sehari-hari.
5. Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial diantaranya ialah kesepian, duka cita (Bereavement),
depresi, gangguan cemas, parafrenia (suatu bentuk skizofrenia pada lansia),
dan sindroma diogenes yang merupakan suatu kelainan dimana lansia
menunjukkan penampilan perilaku sangat mengganggu.

D. Pendekatan Perawatan Lansia Dalam Konteks Komunikasi


a. Pendekatan fisik
Mencari informasi tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian, yang
dialami, peruban fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa di
capai dan di kembangkan serta penyakit yang dapat di cegah progresifitasnya.
Pendekatan ini relative lebih mudah dilaksanakan dan di carikan solusinya
karena riil dan mudah di observasi.
b. Pendekatan psikologis
Karena pendekatan ini sifatnya absrak dan mengarah pada perubahan
prilaku, makaumumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk
melaksanakan pendekatan ini perawat berperan sebagai konselor, advokat,
supporter, interpreter terhadap sesuatu yang asing atau sebagai penampung
masalah-masalah yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab bagi klien.
c. Pendekatan social
Pendekatan ini di lakukan untuk meningkatkan keterampilan berinteraksi
dalamlingkungan. Mengadakan diskusi, tukar pikiran, bercerita, bermain, atau
mengadakankegiatan-kegiatan kelompok merupakan implementasi dari
pendekatan ini agar klien dapat berinteraksi dengan sesama klien maupun
dengan petugas kesehatan.
d. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubunganya dengan
Tuhan atau agama yang dianutnya terutama ketika klien dalam keadaan sakit
(Mardiantingsih, M. N.2019).

E. Teknik Komunikasi Pada Lansia


Menurut Aspiani (2014), karakteristik lansia berbeda-beda sehingga kita harus
memahami lansia tersebut. Dalam berkomunikasi dengan lansia ada teknik-teknik
khusus agar komunikasi yang dilakukan berlangsung lancar dan sesuai tujuan
yang diinginkan, yaitu:
a. Teknik asertif
Asertif adalah sikap yang dapat menerima dan memahami lansia dengan
menunjukkan sikap peduli dan sabar untuk mendengarkan dan memerhatikan
ketika lansia berbicara agar maksud komunikasi dapat dimengerti. Asetif
merupakan pelaksanaan dan etika berkomunikasi.

b. Responsi
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien
merupakana bentuk perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat
mengetahui adanya perubahan sikap atau kebiasaan klien sekecil apapun
hendaknya menanyakan atau klarifikasi tentang perubahan tersebut misalnya
dengan mengajukan pertanyaan
‘apa yang sedang bapak/ibufikirkan saat ini,
‘apa yang bisa bantu…?
berespon berarti bersikap aktif tidak menunggu permintaan bantuan dari
klien. Sikap aktif dari petugas kesehatan ini akan menciptakan perasaan
tenang bagi klien.
c. Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi
komunikasiyang di inginkan. Ketika klien mengungkapkan pertanyaan-
pertanyaan di luar materi yang diinginkan, maka perawat hendaknya
mengarahkan maksud pembicaraan. Upaya ini perlu di perhatikan karena
umumnya klien lansia senang menceritakan hal-hal yang mungkin
tidakrelevan untuk kepentingan petugas kesehatan.
d. Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik maupun psikis
secara bertahap menyebabkan emosi klien relative menjadi labil perubahan
ini perlu di sikapidengan menjaga kesetabilan emosi klien lansia, mesalnya
dengan mengiyakan , senyum danmengagukan kepala ketika lansia
mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormatmenghargai selama lansia
berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri klienlansia
sehingga lansia tidak menjadi beban bagi keluarganya. Dengan demikaian di
harapkanklien termotivasi untuk menjadi dan berkarya sesuai dengan
kemampuannya. Selamamemberi dukungan baik secara materiil maupun
moril, petugas kesehatan jangan terkesanmenggurui atau mangajari klien
karena ini dapat merendahan kepercayaan klien kepada perawat atau petugas
kesehatan lainnya. Ungkapan-ungkapan yang bisa memberi
motivasi,meningkatkan kepercayaan diri klien tanpa terkesan menggurui atau
mengajari misalnya:
‘‘saya yakin bapak/ibu lebih berpengalaman dari saya, untuk itu bapak/ibu
dapat melaksanakanya dan bila diperlukan kami dapat membantu’.
e. Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses
komunikasi tidak berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara
mengajukan pertanyaan ulang danmemberi penjelasan lebih dari satu kali
perlu di lakukan oleh perawat agar maksud pembicaraan kita dapat di terima
dan di persepsikan sama oleh klien
‘‘bapak/ibu bisa menerima apa yang saya sampaikan tadi..?
bisa minta tolong bapak/ibu untuk menjelaskan kembali apa yang saya
sampaikan tadi…?
f. Sabar dan Ikhlas
Seperti diketahui sebelumnya klien lansia umumnya mengalami
perubahanperubahanyang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan
perubahan ini bila tidak di sikapai dengansabar dan ikhlas dapat
menimbulkan perasaan jengkel bagi perawat sehingga komunikasiyang di
lakukan tidak terapeutik, namun dapat berakibat komunikasi berlangsung
emosionaldan menimbulkan kerusakan hubungan antara klien dengan petugas
kesehatan.

F. Hambatan Berkomunikasi Dengan Lansia


Proses komunikasi dengan lansia akan terganggu apabila ada sikap agresif dan
sikap non asertif. Sikap agresif ditandai dengan beberapa perilaku, diantaranya
berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain, meremehkan orang lain,
memepertahankan haknya dengan menyerang orang lain, menonjolkan diri
sendiri, dan mempermalukan orang lain di depan umum. Sedangkan tanda sikap
non asertif diantaranya ialah menarik diri bila diajak berbicara, merasa tidak
sebaik orang lain, merasa tidak berdaya, tidak berani mengungkap keyakinan,
membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya, tampil pasif (diam),
mengkuti kehendak orang lain, mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga
hubungan baik dengan orang lain. Selain itu, kendala lain dalam berkomunikasi
dengan lansia ialah gangguan neurologi yang menyebebkan gangguan bicara,
penurunan daya pikir, mudah tersinggung, sulit menjalin hubungan mudah
percaya, gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, gangguan fisik, dan
hambatan lingkungan (Aspiani, 2014).
Menurut Prayogo, (2017) Dalam komunikasi interpersonal di Rumah Usiawan
Panti Surya Surabaya terdapat beberapa hambatan komunikasi yang terjadi antara
Reny dan Magdalena.Hambatan tersebut berupa hambatan fisik, hambatan
psikologis dan hambatan semantik. Hambatan semantik yang terjadi pada
penggunaan bahasa. Reny yang berasal dari Jawa. Sedangkan Magdalena dari luar
Jawa. Terkadang Reny menggunakan bahasa Jawa. Hal tersebut yang
mengakibatkan lawan bicara yaitu Magdalena tidak paham dengan apa yang
dikatakan oleh Reny. Ketika berinteraksi dengan orang yang berbeda budaya,
seseorang bisa mengikuti aturan komunikasi yang berbeda.
Hambatan fisik terjadi ketika mereka berkomunikasi banyak suara-suara
lainseperti suara banting pintu, bila ada lansia lain yang lagi marah-marah,
suaratelevisi yang keras, dan ada juga perawat yang berbicara dengan dengan
intonasiyang besar sehingga kesannya perawat tersebut marah-marah.
Hambatanselanjutnya adalah hambatan psikologis, dimana terkadang suasana hati
yang lagitidak menentu juga mempengaruhi komunikasi mereka. Suasana hati
yang tidakmengenakkan membuat mudah tersinggung. Hambatan yang paling
mengangguadalah hambatan fisik, karena banyak suara-suara di Rumah Usiawan
Panti SuryaSurabaya yang menghambat jalannya komunikasi dengan baik.

G. Teknik Perawatan Lansia Pada Reaksi Penolakan


Penolakan adalah ungkapan ketidakmampuan seseorang untuk mengakui
secara sadar terhadap pikiran, keinginan, perasaan atau kebutuhan pada kejadiaan-
kejadian nyata atau sesuatu yang merupakan ancaman. Penolakan merupakan
reaksi ketidaksiapan lansia menerima perubahan yang terjadi pada dirinya.
Perawat dalam menjamin komunikasi perlu memahami kondisi ini sehingga dapat
menjalin komunikasi yang efektif, tidak menyinggung  perasaan lansia yang
relatif sensitif. Ada beberapa langkah yang bisa di laksanakan untuk menghadapi
klien lansia dengan reaksi penolakan, antara lain :
a. Kenali segera reaksi penolakan klien
Membiarkan klien lansia bertingkah laku dalam tenggang waktu tertentu. Hal
ini merupakan mekanisme penyesuaian diri sejauh tidak membahayakan klien,
orang lain serta lingkunganya.
b. Orientasikan klien lansia pada pelaksanan perawatan diri sendiri
Langkah tersebut bertujuan untuk mempermudah proses penerimaan klien
terhadap perawatan yang akan di lakukan serta upaya untuk memandirikan
klien.
c. Libatkan keluarga atau pihak keluarga terdekat dengan tepat
Langkah ini bertujuan untuk membantu perawat atau petugas kesehatan
memperoleh sumber informasi atau data klien dan mengefektifkan rencana /
tindakan dapat terealisasi dengan baik dan tepat.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Komunikasi terapeutik adalah hubungan kerja sama yang ditandai dengan tukar
menukar  perilaku, perasaan, fikiran dan pengalaman dalam membina hubungan
intim terapeutik (Stuart dan Sundeen).
2. Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan
kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien
3. Berdasarkan usianya, organisasi kesehatan dunia (WHO) mengelompokan usia
lanjut menjadi empat macam meliputi:usia pertengahan, usia lanjut, usia lanjut
usia dan usia tua.
4. Pendekatan perawatan lansia dalam konteks komunikasi ada pendekatan fisik,
psikologis, social, dan spiritual
5. Teknik komunikasi pada lansia terdiri dari : teknik asertif, responsif, focus,
supportif , klarifikasi, sabar dan ikhlas.
6. Hambatan berkomunkasi dengan lansia : agresif, non-asertif.
7. Teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan : kenali segera reaksi penolakan
klien, orientasikan klien lansia pada pelaksanan perawatan diri sendiri, libatkan
keluarga atau pihak keluarga terdekat dengan tepat.
8. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi pada lansia: menunjukkan rasa
hormat hindari menggunakan istilah yang merendahkan pasien, pertahankan
kontak mata dengan  pasien dan lainnya.

B. SARAN
Diharapkan Makalah ini dapat dipergunakan sebagai bahan ajaran atau
pembelajaran dalam mata kuliah ini. Makalah ini membuat informasi-informasi
atau materi tentang teknik-teknik komunikasi terapeutik pada usia lansia. Pada
makalah ini meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam
penyusunanya, akan tetapi masih banyak kekurangan yang perlu di perbaiki. Oleh
karna itu, diperlukan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sebagai bahan evaluasi bagi kami dalam pembuatan makalah berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Inah, E. N. (2013). Peranan komunikasi dalam pendidikan. Al-TA'DIB: Jurnal


Kajian Ilmu Kependidikan, 6(1), 176-188. 

Boly, B., Wiyono, J., & Dewi, N. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan
Keluarga Tentang Komunikasi Dengan Penerapan Komunikasi Pada
Lansia. Nursing News: Jurnal Ilmiah Keperawatan, 2(2).

Prayogo, F. B. (2017). Proses Komunikasi Interpersonal Antara Perawat Dengan


Pasien Lanjut Usia (Lansia) di Rumah Usiawan Panti Surya Surabaya. Jurnal E-
Komunikasi, 5(1).

Zen, P. (2013). Panduan komunikasi efektif untuk bekal keperawatan profesional.


D-Medika.

Mardiantingsih, M. N. (2019). Gambaran Pola Komunikasi Keluarga Pada


Lansia Di Dusun Kwarasan Desa Nogotirto Kecamatan Gamping
Sleman (Doctoral Dissertation, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta).

Boly, B., Wiyono, J., & Dewi, N. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan
Keluarga Tentang Komunikasi Dengan Penerapan Komunikasi Pada
Lansia. Nursing News: Jurnal Ilmiah Keperawatan, 2(2).

Anda mungkin juga menyukai