Dosen :
OLEH :
Kelompok 9B
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan kasih
karuniaNya yang telah diberikanNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami ini.
Materi yang kami bahas dalam diskusi ini adalah “(Komunikasi Terapeutik Pada Sasaran
Lansia)”. Makalah yang kami susun ini terambil dari beberapa referensi, baik dari jurnal yang
berhubungan mata kuliah, internet, dan buku-buku yang berkaitan dengan materi ini.
Dalam Penyusunan makalah ini, kami banyak mengalami hambatan dan kesulitan. Namun,
berkat bimbingan dan motivasi moril dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat kami
selesaikan. Sehubungan dengan hal tersebut, perkenankanlah kami menyampaikan ucapan terima
kasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman sekelompok.
Dalam menyelesaikan makalah ini, kami menyadari sepenuhnnya banyak sekali
kekurangan dan kelemahan dalam pembuatan makalah. Maka kami sangat membutuhkan
kerjasama dengan memberikan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini dan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi tenaga
keperawatan khususnya.
Kelompok 9B
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………..…….......i
Daftar Isi………………………………………………………………………..….ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 ……………………………………………….…...............6
2.2 ……………………………………………….…..........6
2.3 ……………………………………….....8
2.4 …………………………………………….......9
2.5 ……………………………………........9
2.6 ……………………………………………….…..................12
2.7 ……………………………………………….….......................14
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………….........……………………...15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................16
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan meningkatnya pertumbuhan populasi penduduk lanjut usia berbagai masalah klinis
pada pasien lanjut usia akan menjadi semakin sering dijumpai di praktek klinis. Jumlah
penduduk di Indonesia menurut data Perserikatan Bangsa Bangsa, Indonesia diperkirakan
mengalami peningkatan jumlah warga lanjut usia yang tertinggi di dunia, yaitu 414 %, hanya
dalam waktu 35 tahun (1990-2025), sedangkan di tahun 2020 diperkirakan jumlah penduduk
lanjut usia akan mencapai 25,5 juta. Menurut Lembaga Demografi Universitas Indonesia,
persentase jumlah penduduk berusia lanjut tahun 1985 adalah 3,4 % dari total penduduk, tahun
1990 meningkat menjadi 5,8 % dan di tahun 2000 mencapai 7,4 %,, seperti terlihat pada tabel 1.
(Czeresna, 2006). Dokter yang berpraktek perlu memahami kebutuhan yang unik pada populasi
pasien lanjut usia ini sehingga mereka akan lebih siap berkomunikasi secara efektif selama
kunjungan pasien lanjut usia tersebut (Hingle & Sherry, 2009).
Terdapat banyak bukti bahwa kesehatan yang optimal pada pasien lanjut usia tidak hanya
bergantung pada kebutuhan biomedis akan tetapi juga tergantung dari perhatian terhadap
keadaan sosial, ekonomi, kultural dan psikologis pasien tersebut. Walaupun pelayanan kesehatan
secara medis pada pasien lanjut usia telah cukup baik tetapi mereka tetap memerlukan
komunikasi yang baik serta empati sebagai bagian penting dalam penanganan persoalan
kesehatan mereka. Komunikasi yang baik ini akan sangat membantu dalam keterbatasan
kapasitas fungsional, sosial, ekonomi, perilaku emosi yang labil pada pasien lanjut usia (William
et al., 2007).
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui Konsep Komunikasi Terapeutik Pada Lansia
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertiaan Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah uuntuk mendorong dan menganjurkan kerja sama antara
perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Mengidentifikasi. mengungkap
perasaan dan mengkaji masalah dan evaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat (Indrawati,
2003 : 50).
2.3 Hal – Hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi dengan lansia
1. Menunjukkan rasa hormat, seperti “bapak” “ibu” kecuali apabila sebelumnya pasien
telah meminta anda untuk memanggil panggilan kesukaannya.
2. Hindari menggunakan istilah yang merendahkan pasien
3. Pertahankan kontak mata dengan pasien
4. Pertahankan langkah yang tidak tergesa-gesa dan mendengarkan adalah kunci
komunikasi efektif
5. Beri kesempatan pasien untuk menyampaikan perasaannya
6. Berbicara dengan pelan, jelas, tidak harus berteriak, menggunakan bahasa dan kalimat
yang sederhana.
7. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti pasien
8. Hindari kata-kata medis yang tidak dimengerti pasien
9. Menyederhanakan atau menuliskan instruksi
10. Mengenal dahulu kultur dan latar belakang budaya pasien
11. Mengurangi kebisingan saat berinteraksi, beri kenyamanan, dan beri penerangan yang
cukup saat berinteraksi.
12. Gunakan sentuhan lembut dengan sentuhan ringan di tangan. Lengan, atau bahu.
13. Jangan mengabaikan pasien saat berinteraksi.
2. Pendekatan Psikis
Perawat harus mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan
edukatif pada lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap
segala sesuatu yang asing, dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiliki
kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak
untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas. Perawat
harus selalu memegang prinsip “Triple S”, yaitu sabar, simpatik, dan service. Bila
perawat ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan,
perawat bisa melakukannya secara perlahan dan bertahap, perawat harus dapat
mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi sehingga seluruh pengalaman yang
dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu diusahakan agar dimasa lanjut usia ini
mereka dapat merasa puas dan bahagia.
3. Pendekatan Sosial
Mengadakan diskusi, tukar 211 Fitria Ayuningtyas dkk, Komunikasi Terapeutik
pada Lansia di Graha Werdha... pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya
perawat dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama
dengan sesama klien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Pendekatan
sosial ini merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah
makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaannya, perawat dapat
menciptakan hubungan sosial antara lanjut usia dan lanjut usia maupun lanjut usia dan
perawat sendiri. Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lajut
usia untuk mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi, misalnya jalan pagi,
menonton film, atau hiburan-hiburan. Para lanjut usia perlu dirangsang untuk mengetahui
dunia luar, seperti menonton tv, mendengar radio, atau membaca majalah dan surat kabar.
Dapat disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya
dengan upaya pengobatan medis dalam proses penyembuhan atau ketenangan para pasien
lanjut usia.
4. Pendekatan Spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya
dengan Tuhan atau agama yang dianutnya, terutama bila pasien lanjut usia dalam
keadaan sakit atau mendekati kematian. Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi
pasien lanjut usia yang menghadapi kematian, Dr. Tony Setyabudhi mengemukakan
bahwa maut seringkali menggugah rasa takut. Rasa takut semacam ini didasari oleh
berbagai macam faktor, seperti tidakpastian akan pengalaman selanjutnya, adanya rasa
sakit atau penderitaan yang sering menyertainya, kegelisahan untuk tidak kumpul lagi
dengan keluarga atau lingkungan sekitarnya.
Menurut Stuart dan Sudeen dalam Taufik (2010) menjelaskan bahwa dalam proses
komunikasi terapeutik terbagi menjadi empat tahapan, yaitu tahap persiapan atau tahap pra-
interaksi, tahap perkenalan atau orientasi, tahap kerja, tahap terminasi
1. Tahap pra-interaksi, pada tahap pra interaksi, perawat sebagai komunikator yang
melaksanakan komunikasi terapeutik mempersiapkan dirinya untuk bertemu dengan
lansia. Sebelum bertemu dengan lansia, perawat haruslah mengetahui beberapa informasi
mengenai pasien, baik berupa nama, umur, jenis kelamin, keluhan penyakit, dan
sebagainya. Apabila perawat telah dapat memersiapkan diri dengan baik sebelum
bertemu dengan pasien, maka ia akan bisa menyesuaikan cara yang paing tepat dalam
menyampaikan komunikasi terapeutik kepada lansia.
2. Tahap perkenalan atau tahap orientasi pada tahap ini antara perawat dengan lansia di
PSTW Budi Luhur Jambi mempunyai kualitas yang cukup baik dalam hal kehangatan
dan keterbukaan satu sama lain, seperti menceritakan tentang konsi keluarganya saat ini,
hobinya apa saja, cerita tentang masa mudanya, dan lain-lain
3. Tahap kerja atau sering disebut tahap lanjutan adalah tahap pengenalan lebih lanjutan
adalah tahap pengenalan lebih jauh. Secara psikologis komunikasi yang bersifat
terapeutik akan membuat lansia lebih nyaman. Berdasarkan observasi dilapangan penulis
melihat bahwa lansia yang telah dilakukan penyuluhan dengan pendekatan komunikasi
terapeutik lebih memahami materi yang disampaikan.
4. Tahap terminasi, pada tahap ini terjadi pengikatan anat pribadi yang lebih jauh. Pasien
lansia di tahapan ini merasa pada akhirnya “cukup dekat” dengan para perawat, bahkan
menganggap seperti keluarga sendiri.
Adanya hambatan komunikasi kepada lansia merupkan hal yang wajar seiring
dengan menurunya fisik dan pskis klien namun sebagai tenaga kesehatan yang
professional perawat di tuntut mampu mengatasi hambatan tersebut untuk itu perlu
adanya teknik atau tips-tips tertentu yang perlu di perhatikan agar komunikasi berjalan
dengan efektif antara lain :
a. Selalu mulai komunikasi dengan mengecek pendengaran klien
b. Keraskan suara anda jika perlu
c. Dapatkan perhatian klien sebelum berbicara. Pandanglah dia agar dia dapat
melihat mulut anda.
d. Atur lingkungan sehinggga menjadi kondusif untuk komunikasi yang baik.
Kurangi gangguan visual dan auditory. Pastikan adanya pencahayaan yang
cukup.
e. Ketika merawat orang tua dengan gangguan komunikasi, ingat kelemahannya.
Jangan menganggap kemacetan komunikasi merupakan hasil bahwa klien
tidak kooperatif
f. Jangan berharap untuk berkomunikasi dengan cara yang sama dengan orang
yang tidak mengalami gangguan. Sebaliknya bertindaklah sebagai partner
yang tugasnya memfasilitasi klien untuk mengungkapkan perasaan dan
pemahamannya.
g. Berbicara dengan pelan dan jelas saat menatap matanya gunakan kalimat
pendek dengan bahasa yang sederhana.
h. Bantulah kata-kata anda dengan isyarat visual
i. Serasikan bahasa tubuh anda denagn pembicaraan anda, misalnya ketika
melaporkan hasil tes yang di inginkan, pesan yang menyatakan bahwa berita
tersebut adalah bagus seharusnya di buktikan dengan ekspresi, postur dan
nada suara anda yang menggembirakan (misalnya denagn senyum, ceria atau
tertawa secukupnya).
j. Ringkaslah hal-hal yang paling penting dari pembicaraan tersebut.
k. Berilah klien waktu yang banyak untuk bertanya dan menjawab pertanyaan
anda.
l. Biarkan ia membuat kesalahan jangan menegurnya secara langsung, tahan
keinginan anda menyelesaikan kalimat.
m. Jadilah pendengar yang baik walaupun keinginan sulit mendengarkanya.
n. Arahkan ke suatu topic pada suatu saat.
o. Jika mungkin ikutkan keluarga atau yang merawat ruangan bersama anda.
Orang ini biasanya paling akrab dengan pola komunikasi klien dan dapat
membantu proses komunikasi.
Ayuningtyas, Fitria Dkk. 2017. Komunikasi Terapeutik Pada Lansia Di Graha Werdha Aussi
Kusuma Lestari, Depok . Jakarta As Dkk, Mediator, Vol 10 (2), Desember 2017, 201-215
Komunikasi Terapeutik Pada Lansia
Azizah, Lilik Ma’arifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu Stanley,
Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Ed 2. Jakarta : Egc.
Sarfika, Rika Dkk. 2018. Buku Ajar Keperawatan Dasar 2 Komunikasi Terapeutik Dalam
Keperawatan. Universitas Andalas.
Faridah, Dkk. 2019. Komunikasi Terapeutik Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi Faridah. Jurnal Abdimas Kesehatan (Jak) Vol 1,No.2, Juni 2019