KOMUNIKASI KEPERAWATAN
Dosen Pembimbing :
Almumtahanah, M. Kep
Disusun Oleh :
Kelompok 4
MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2021
KATA PENGANTAR
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................2
1. Tujuan Umum.................................................................................2
2. Tujuan Khusus...............................................................................2
D. Manfaat..................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
A. Pengertian Pasien Lansia dan Komunikasi Terapeutk.....................4
B. Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi pada Pasien Lanjut Usia
.................................................................................................................7
C. Keterampilan dan Prinsip Komunikasi Terapeutik pada Lansia....8
D. Pendekatan Keperawatan Lanjut Usia pada Konteks Komunikasi
dan Reaksi Penolakan.........................................................................10
E. Teknik Umum untuk Berkomunikasi dengan Pasien Lanjut Usia.14
F. Hambatan Komunikasi pada Pasien Lansia.....................................17
BAB III PENUTUP..............................................................................................27
A. Kesimpulan..........................................................................................27
B. Saran.....................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................29
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang
memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan
meningkatkan kontrak dengan orang lain karena komunikasi dilakukan oleh
seseorang, dengan proses yang kompleks yang melibatkan tingkah laku dan
hubungan serta memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan
dengan lingkungan sekitarnya.
Komunikasi yang baik dalam konteks hubungan perawat dan pasien
haruslah efektif, karena akan sangat berpengaruh terhadap kesehatan pasien
lanjut usia. Komunikasi yang efektif ini dapat mengikutsertakan partisipasi
aktif pasien dalam pengambilan keputusan, hal ini membantu proses
mengingat, berpengaruh terhadap ketaatan dan kepuasan pada pasien lanjut
usia, yang selanjutnya juga berpengaruh terhadap emosional bahkan fisik
pasien lanjut usia tersebut. Bentuk-bentuk komunikasi seperti itu seakan
membangun hubungan yang berkelanjutan antara perawat dan pasien dan
terlihat penting dalam penurunan hospitalisasi pada pasien lanjut usia
(Stewart et al., 2000).
Komunikasi yang baik dengan pasien adalah kunci keberhasilan untuk
masalah klinis, hubungan perawat-pasien yang lebih baik, dan keluaran
perawatan kesehatan. Keberhasilan komunikasi memerlukan pendekatan
efektif kepada pasien, kemampuan untuk mendengarkandan mempersilahkan
pasien untuk bercerita, serta cakap dalam melakukan investigasi untuk
mengklarifikasi dan mendapatkan informasi yang penting. Disamping
kompleksitas masalahnya, pasien lanjut usia menerima lebih sedikit edukasi
dan konseling kesehatan daripada pasien yang lebih muda (Haug& Ory.,
1987).
Terdapat banyak bukti bahwa kesehatan yang optimal pada pasien lanjut
usia tidak hanya bergantung pada kebutuhan biomedis akan tetapi juga
1
tergantung dari perhatian terhadap keadaan sosial, ekonomi, kultural dan
psikologis pasien tersebut. Walaupun pelayanan kesehatan secara medis pada
2
3
pasien lanjut usia telah cukup baik tetapi mereka tetap memerlukan
komunikasi yang baik serta empati sebagai bagian penting dalam penanganan
persoalan kesehatan mereka. Komunikasi yang baik ini akan sangat
membantu dalam keterbatasan kapasitas fungsional, sosial, ekonomi, perilaku
emosi yang labil pada pasien lanjut usia (William et al ., 2007). Berdasarkan
hal-hal tersebut, maka dalam makalah ini kami akan membahas mengenai
komunikasi terapeutik pada lanjut usia.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana komunikasi terapeutik pada lanjut usia?
C. Tujuan
D. Tujuan Umum
Untuk mengetahui komunikasi terapeutik pada lanjut usia.
E. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian pasien lansia dan komunikasi terapeutik.
b. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi komunikasi pada pasien
lansia.
c. Untuk mengetahui keterampilan dan prinsip komunikasi terapeutik
pada lansia.
d. Untuk mengetahui pendekatan keperawatan lanjut usia pada konteks
komunikasi dan reaksi penolakan.
e. Untuk mengetahui teknik umum untuk berkomunikasi dengan pasien
lansia.
f. Untuk mengetahui hambatan komunikasi pada pasien lansia.
F. Manfaat
1. Bagi pelayanan kesehatan
Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi yang berguna
bagi pelayanan serta konseling kesehatan khususnya pelayanan kepada
lansia dalam melakukan komunikasi terapeutik.
4
2. Bagi pendidikan
Menambah wacana dan informasi ilmiah pembaca, khususnya
mahasiswa mengenai pengetahuan tentang komunikasi terapeutik kepada
lansia.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Sebagai masukan dan perbandingan bagi mahasiswa yang akan
mengadakan penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
aktif, dengan bantuan penuh oleh anggota keluarga atau petugas.
Khususnya bagi
6
7
yang lumpuh, perlu dicegah agar tidak terjadi dekubitus. Lanjut usia
mempunyai potensi besar untuk terjadi dekubitus karena perubahan kulit
berkaitan dengan bertambahnya usia dalam Perwari (2015).
c. Tahap kerja atau sering disebut sebagai tahap lanjutan adalah tahap
pengenalan lebih jauh, dilakukan untuk meningkatkan sikap penerimaan
satu sama lain untuk mengatasi kecemasan, melanjutkan pengkajian dan
evaluasi masalah yang ada, pada tahap ini termasuk pada tahap
persahabatan yang menghendaki agar kedua pihak harus merasa
mempunyai kedudukan yang sama, dalam artian ada keseimbangan dan
kesejajaran kedudukan. Secara psikologis komunikasi yang bersifat
terapeutik akan membuat pasien lebih tenang, dan tidak gelisah.
d. Tahapan terminasi, pada tahap ini terjadi pengikatan antar pribadi yang
lebih jauh, merupakan fase persiapan mental untuk membuat
perencanaan tentang kesimpulan perawatan yang didapat dan
mempertahankan batas hubungan yang ditentukan, yang diukur, antara
lain, mengantisipasi masalah yang akan timbul karena pada tahap ini
merupakan tahap persiapan mental atas rencana pengobatan, melakukan
peningkatan komunikasi untuk mengurangi ketergantungan pasien pada
petugas/dokter. Terminasi merupakan akhir dari setiap pertemuan
antara petugas dengan klien. Bahwa tahap terminasi dibagi dua, yaitu
terminasi sementara dan terminasi akhir. Terminasi sementara adalah
akhir dari setiap pertemuan, pada terminasi ini klien akan bertemu
kembali pada waktu yang telah ditentukan, sedangkan terminasi akhir
terjadi jika klien selesai menjalani pengobatannya.
9
Faktor lain adalah bahwa pasien lanjut usia umumnya lebih sedikit
bertanya dan menunggu untuk ditanya sesuai kewenangan dokter (Haug &
Ory, 1987;Greene et al.,1989). Masalah usia atau dikenal dengan istilah
ageism juga merupakan hal yang lazim dijumpai pada perawatan kesehatan
dan secara tidak sengaja berperan terhadap buruknya komunikasi dengan
pasien lanjut usia (Ory et al., 2003).
a. Empati
c. Otonomi
Yaitu suatu prinsip bahwa seorang individu mempunyai hak untuk
menentukan nasibnya, dan mengemukakan keinginanya sendiri. Tentu
sekali saja hak tersebut mempunyai batasan, akan tetapi dibidang
geriatric hal tersebut berdasar pada keadaan, apakah penderita dapat
membuat putusan secara mendiri/bebas.
d. Keadilan
a. Pendekatan Fisik
b. Pendekatan Psikis
Perawat harus mempunyai peranan penting untuk mengadakan
pendekatan edukatif pada lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai
supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, dan sebagai
sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan
ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup
banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia
merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip “Triple S”, yaitu
sabar, simpatik, dan service.
c. Pendekatan Sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah
satu upaya perawat dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan
untuk berkumpul bersama dengan sesama klien lanjut usia berarti
menciptakan sosialisasi mereka. Pendekatan sosial ini merupakan suatu
pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah makhluk
14
d. Pendekatan Spiritual
Pada umumnya, anda harus berbicara pelan, jelas, dan keras tanpa
berteriak,menggunakan bahasa dan kalimat yang singkat dan sederhana.
Karena pasien lanjut usiaumumnya lebih sedikit bertanya dan menunggu
untuk ditanya sesuai kewenangan dokter,khususnya penting untuk sering
merangkum dan memancing pertanyaan (Adelman et al.,2000; Robinson et
al., 2006).
a. Strategi Umum
1) Persiapkan lingkungan ruang pemeriksaan, memperbanyak
penerangan dan menurunkan kebisingan (mempertimbangkan
kemungkinan berkurangnya penglihatan dan pendengaran).
2) Memanggil pasien dan anggota keluarga dengan sebutan “Bapak”
atau “Ibu” dan menghindarkan sebutan “manis”, “sayang”, atau
“cintaku”.
3) Bicaralah dengan pelan, jelas, tanpa berteriak, menggunakan nada
yang kalem dan ekspresi yang menyenangkan.
4) Gunakan sentuhan lembut dengan sentuhan ringan di tangan, lengan,
atau bahu.
19
tongkat atau tabung oksigen untuk membantu pasien lanjut usia untuk
mengambilnya (Adelman et al., 2000).
4. Mendominasi pembicaraan
6. Cuek
Cuek oleh lansia ditandai dengan sikap menarik diri saat akan
diajak berbicara atau berkomunikasi. Sikap seperti ini biasanya diikuti
dengan perasaan menyepelekan orang lain. Banyak para lansia yang
merasa bahwa komunikasi dengan orang yang lebih muda dibandingkan
dengan dirinya adalah satu kegiatan yang sia-sia dan tidak bermanfaat
sehingga ia akan dengan mudah menarik diri dari pembicaraan.
27
7. Stress
Lansia sangat mudah diserang oleh stres, baik akibat kondisi fisik
yang ia alami, maupun faktor lainnya. Jika seorang lansia sudah
menderita stres, maka ia akan selalu mudah marah dan tidak mau
mendengar apapun yang dikatakan oleh orang lain. Kondisi ini hanya
bisa diperbaiki jika sumber dari beban pikirannya telah diatasi.
8. Tertidur
9. Lupa
Lupa adalah salah satu ciri dari seorang lansia. Kebanyakan lansia
akan berkali-kali menanyakan hal yang sama meskipun sudah dijawab
berulang kali. Jika lawan bicaranya tidak sabar, maka komunikasi yang
terjadi pun menjadi tidak lancar. Menjadi sebuah kewajaran dimana
lansia menjadi sangat pelupa, sehingga sangat dibutuhkan pengertian
dan kesabaran dari lawan bicara dalam menghadapi lansia.
11. Cerewet
28
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunikasi pada lansia membutuhkan perhatian khusus. Perawat harus
waspada terhadap perubahan fisik, psikologi, emosi dan sosial yang
mempengaruhi pola komunikasi. Perubahan pada telinga bagian dalam dan
telinga menghalangi proses pendengaran pada lansia sehingga tidak
toleranterhadap suara. Komunikasi yang biasa dilakukan lansia bukan hanya
sebatas tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran, dan pengalaman, tetapi
juga hubungan intim yang terapeutik. Manfaat komunikasi terapeutik adalah
untuk mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien
melalui hubungan perawat dan pasien serta mengidentifikasi, mengungkap
perasaan dan mengkaji masalah, dan evaluasi tindakan yang dilakukan oleh
perawat. Teknik komuikasi yang baik akan memperbaiki outcome pasien
lanjut usia dan caregiver-nya. Bukti mengidentifikasikan bahwa outcome
perawatan kesehatan untuk orang tua tidak hanya tergantung pada perawatan
kebutuhan biomedis tetapi juga tergantung pada hubungan perawatan yang
diciptakan melalui komunikasi yang efektif. Dengan komunikasi yang efektif
antara perawat-pasien lanjut usia: Pasien dan keluarganya dapat
menceritakan gejala dan masalahnya, yang akan memungkinkan perawat
memberikan pelayanan sesuai dengan masalah dan kebutuhan pasien lansia
serta instruksi dan saran perawat akan lebih mungkin untuk diikuti.
B. Saran
Bagi perawat harus memahami tentang aplikasi komunikasi terapeutik
pada lanjut usia agar pemeriksaan pasien lansia di Rumah Sakit berjalan
dengan lancar dan kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
tidak luput dari kesalahan. Besar harapan kami kepada pembaca untuk bisa
29
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini
menjadi lebih sempurna.
30
DAFTAR PUSTAKA
Adelman, R.D., Greene, M.G., Ory, M.G. 2000. Communication between older
patients andtheir physicians. Clin Geriatr Med ;16:1–24
Chia, E.M., Mitchell, P., Rochtchina, E., et al. 2006. Association between vision
and hearing impairments and their combined effects on quality of life.
Arch Ophthalmol ;124:1465–70
Clayman, M.L., Roter, D., Wissow, L.S., Bandeen, R.K. 2005. Autonomy related
behaviors of patient companions and their effects on decision making in
geriatric primary care visits. Soc Sci Med ;60:1583–91
Crews, J.E., Campbell, V.A. 2004. Vision impairment and hearing loss among
community-dwelling older Americans: implications for health and
functioning. Am J Public Health ;94:823–9
Haug, M.R., Ory, M.G. 1987. Issues in elderly patient-provider interactions. Res
Aging ;9 : 3–44
31
32
Maharani, Dian. 2014. Pasien Lansia Perlu Fasilitas Khusus di Rumah Sakit.
http://lifestyle.kompas.com/read/2014/12/05/130000423/Pasien.Lansia.P
erlu.Fa silitas.Khusus. di.Rumah.Sakit diakses pada tanggal 7 September
2017.
Majerovitz, S.D., Greene, M.G., Adelman, R.D., Rizzo, C. 1994. The effects of
the presence of a third person on the physician-older patient medical
interview. J Am Geriatr Soc;42:413–9
Mitchell, R.E. 2006. How many deaf people are there in the United States?.
Estimates fromthe Survey of Income and Program Participation. J Deaf
Stud Deaf Educ ;11:112–9
Ong, L.M., de Haes, J.C., Hoos, A.M., Lammes, F.B. 1995. Doctor-patient
communication : a review of the literature. Soc Sci Med ;40:903-918
Orange, J.B., Ryan, E.B. 2000. Alzheimer’s disease and other dementias.
Implications for physician communication. Clin Geriatr Med ;16:15–73
Razani, J., Kakos, B., Orieta, C. 2007. Predicting caregiver burden from daily
functionalabilities of patients with mild dementia. J Am Geriatr
Soc ;55:1415–20
33
Robinson, T.E., White, G.L. Jr., Houchins, J.C. 2006. Improving communication
with older patients: tips from the literature. Fam Pract Manag ;13:73–8
Ross, B., Fujioka, T., Tremblay, K.L., Picton, T.W. 2007. Aging in binaural
hearing beginsin mid-life: evidence from cortical auditory-evoked
responses to changes in interaural phase. J Neurosci ;27:11172–8
Roter, D.L. 2000. The outpatient medical encounter and elderly patients. Clin
Geriatr Med ;16:95–107
Silliman, R.A. 2000. Caregiving issues in the geriatric medical encounter. Clin
Geriatr Med ;16:51–60
Smith, M., Hall, G.R., Gerdner, L., Buckwalter, K.C. 2006. Application of the
Progressively Lowered Stress Threshold Model across the continuum of
care. Nurs Clin North Am ;41:57–81
Vieder, J.N., Krafchick, M.A., Kovach, A.C., Galluzzi, K.E. 2002. Physician
patientinteraction: what do elders want?. J Am Osteopath
Assoc;102 :73–8
Veras, R.P., Mattos, L.C. 2007. Audiology and aging: literature review and
currenthorizons. Braz J Otorhinolaryngol ;73:122–8
Wolff, J.L., Roter, D.L. 2008. Hidden in plain sight: medical visit companions as
aresource for vulnerable adults.