Dosen Pengampu :
Di Susun oleh :
Kelompok 3
1. Salma Fitriyana
2. Risma Yanti
3. Siti Alya Kholisoh
4. Siti Jahwa
5. Rupaidah
6. Shifa Aprilisia
7. Raia Alkhalify Sani Nur
8. Salomi Wungo
9. Siti Padilah Nur Islami
10. Vera Justin
11. Siti Khodaepah
12. Syakira Shalfia
13. Yuliarahmah
14. Salwa Nizar Aulia
15. Shabrina Salsabilla
1
16. Zubdatul Waizin
17. Tasya Indah Fatika
18. Septia Azhara
19. Shania Kusuma Dewi
20. Salshabila Fatikha
21. Riko Erlangga
22. Zhang
23. Rahmatika Salsha Daniar
24. Syifa Fauzia
25. Zavikha Rachma Aulia
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari
teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materi. Terima kasih untuk ibu Ns. Dian Rodiyanah, S.Kep, M Kes. selaku dosen mata kuliah
Komunikasi Keperawatan. Sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang berjudul
"Perspektif trend dan issue komunikasi dalam pelayanan kesehatan".
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
Sekali lagi terima kasih. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
semua pihak.
Penulis
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa,
trend juga dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi
pada saat ini yang biasanya sedang popular di kalangan masyarakat. Jadi trend adalah
sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya
berdasarkan fakta (Muharamiatul, 2012).
Sedangkan issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan
terjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter,
sosial, politik, hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian,
ataupun tentang krisis. Atau sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun
belum jelas faktanya atau buktinya (Muharamiatul, 2012).
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan
memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya.
Sedangkan komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk
membantu klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan patologis dan belajar
bagaimana berhubungan dengan orang lain ( Mundakir, 2006 ).
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri
atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara, meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat. Pelayanan rumah sakit
merupakan salah satu bentuk upaya yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Pelayanan rumah sakit berfungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan
secara menyeluruh dan terpadu yang dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan yang bermutu
dan terjangkau dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Potter dan
Perry, 2005).
7
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Trend dan Issue Keperawatan
1. Faktor Agama dan Istiadat
Agama serta latar belakang adat-istiadat merupakan faktor utama dalam
membuat keputusan etis. Setiap perawat disarankan untuk memahami nilai-nilai
yang diyakini maupun kaidah agama yang dianutnya. Untuk memahami ini
memang diperlukan proses. Semakin tua dan semakin banyak pengalaman
belajar, seseorang akan lebih mengenal siapa dirinya dan nilai-nilai yang
dimilikinya.
2. Faktor Sosial
Berbagai faktor sosial berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etis. Faktor
ini antara lain meliputi perilaku sosial dan budaya, ilmu pengetahuan dan
teknologi, hukum, dan peraturan perundang-undangan. Perkembangan sosial dan
budaya juga berpengaruh terhadap sistem kesehatan nasional. Pelayanan
kesehatan yang tadinya berorientasi pada program medis lambat laun menjadi
pelayanan komprehensif dengan pendekatan tim kesehatan.
3. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Pada era abad 20 ini, manusia telah berhasil mencapai tingkat kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang belum dicapai manusia pada abad sebelumnya.
Kemajuan yang telah dicapai meliputi berbagai bidang. Kemajuan di bidang
kesehatan telah mampu meningkatkan kualitas hidup serta memperpanjang usia
manusia dengan ditemukannya berbagai mesin mekanik kesehatan, cara prosedur
baru dan bahan- bahan/obat-obatan baru. Misalnya pasien dengan gangguan
ginjal dapat diperpanjang usianya berkat adanya mesin hemodialisa. Ibu-ibu
yang mengalami kesulitan hamil dapat diganti dengan berbagai inseminasi.
Kemajuan-kemajuan ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan
dengan etika.
4. Faktor Legislasi dan Keputusan Yuridis
Perubahan sosial dan legislasi secara konstan saling berkaitan. Setiap perubahan
sosial atau legislasi menyebabkan timbulnya tindakan yang merupakan reaksi
perubahan tersebut. Legislasi merupakan jaminan tindakan menurut hukum
sehingga orang yang bertindak tidak sesuai hukum dapat menimbulkan konflik.
Saat ini aspek legislasi dan bentuk keputusan juridis bagi permasalahan etika
kesehatan sedang menjadi topik yang banyak dibicarakan. Hukum kesehatan
telah menjadi suatu bidang ilmu, dan perundang-undangan baru banyak disusun
8
untuk menyempurnakan perundang-undangan lama atau untuk mengantisipasi
perkembangan permasalahan hukum kesehatan.
5. Faktor Dana/Keuangan
Dana/keuangan untuk membiayai pengobatan dan perawatan dapat menimbulkan
konflik. Untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat, pemerintah telah
banyak berupaya dengan mengadakan berbagai program yang dibiayai
pemerintah.
6. Factor Pekerjaan
Perawat perlu mempertimbangkan posisi pekerjaannya dalam pembuatan suatu
keputusan. Tidak semua keputusan pribadi perawat dapat dilaksanakan, namun
harus diselesaikan dengan keputusan/aturan tempat ia bekerja. Perawat yang
mengutamakan kepentingan pribadi sering mendapat sorotan sebagai perawat
pembangkang. Sebagai konsekuensinya, ia mendapatkan sanksi administrasi atau
mungkin kehilangan pekerjaan.
7. Faktor Kode Etik Keperawatan
Kelly (1987), dikutip oleh Robert Priharjo, menyatakan bahwa kode etik
merupakan salah satu ciri/persyaratan profesi yang memberikan arti penting
dalam penentuan, pertahanan dan peningkatan standar profesi. Kode etik
menunjukkan bahwa tanggung jawab kepercayaan dari masyarakat telah diterima
oleh profesi. Untuk dapat mengambil keputusan dan tindakan yang tepat
terhadap masalah yang menyangkut etika, perawat harus banyak berlatih
mencoba menganalisis permasalahan- permasalahan etis.
8. Faktor Hak-hak pasien
Hak-hak pasien pada dasarnya merupakan bagian dari konsep hak-hak manusia.
Hak merupakan suatu tuntutan rasional yang berasal dari interpretasi
konsekuensi dan kepraktisan suatu situasi. Pernyataan hak-hak pasien cenderung
meliputi hak-hak warga negara, hak-hak hukum dan hak-hak moral. Hak-hak
pasien yang secara luas dikenal menurut Megan (1998) meliputi hak untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang adil dan berkualitas, hak untuk diberi
informasi, hak untuk dilibatkan dalam pembuatan keputusan tentang pengobatan
dan perawatan, hak untuk diberi informed concent, hak untuk mengetahui nama
dan status tenaga kesehatan yang menolong, hak untuk mempunyai pendapat
kedua(secand opini), hak untuk diperlakukan dengan hormat, hak untuk
konfidensialitas (termasuk privacy), hak untuk kompensasi terhadap cedera yang
9
tidak legal dan hak untuk mempertahankan dignitas (kemuliaan) termasuk
menghadapi kematian dengan bangga.
10
keluarga. Sa Unggul perawat, instansi pelayanan kesehatan dan termasuk juga
pemerintah dalam hal ini adalah Departemen Kesehatan Naman demikian untu
telehealth dalam bidang keperawatan banyak sakali tantangan dan hambatannya
misalnya: faktor biaya. Sumberdaya manusia, kebijakan dan perilaku.
Peluang Perawat dalam Memanfaatkan Trend Issue Perawat sangat berpeluang
dalam menerapkan teknologi Telenursing ini dimana perawat dapat memanfaatkan
komunikasi pada telenursing sehingga pelayanan asuhan keperawatan dapat berjalan
dengan baik. Telenursing adalah penggunaan tekhnologi dalam keperawatan untuk
meningkatkan perawatan bagi pasien. Telenursing menggunakan tehnologi komunikasi
dalam keperawatan untuk memenuhi asuhan keperawatan kepada klien. Teknologi
berupa saluran elektromagnetik (gelombang magnetik, radio dan optik) dalam
menstransmisikan signal komunikasi suara, data dan video. Atau dapat pula di
definisikan sebagai komunikasi jarak jauh, menggunakan transmisi elektrik dan optik,
antar manusia dan atau computer. Salah satu contoh program tlehealth adalah homecare.
Sistem ini menyediakan audio dan video interaktif untuk hubungan antara lanjut usia di
rumah dan telehealth perawat. Perawat memasukkan data data pasien secara elektronik
dan menganalisanya, kalau perlu untuk dilakukan kunjungan, perawat akan melakukan
kunjungan ke pasien.
11
melibatkan kemandirian, kesediaan mengambil resiko dan Tanggung jawab serta
tanggung gugat terhadap tindakannya sendiri begitu pula sebagai pengatur dan
penentu diri sendiri. Kendali mempunyai aplikasi pengatur dan pengarahan
terhadap sesuatu atau seseorang.
2.6 Aspek Positif dan Hambatan Trend dan Issue dalam Keperawatan
1. Aspek Positif
Aspek positif yang dapat timbul jika hubungan kolaborasi perawat-dokter
berjalan dengan baik adalah sebagai berikut :
a. meningkatkan kesadaran tentang masalah kesehatan, masalah, atau solusi
b. mempengaruhi sikap untuk membuat dukungan untuk tindakan individual
atau kolektif
c. menunjukkan atau menggambarkan keterampilan
2. Aspek yang Menghambat
a. Perbedaan status dan kekuasaan tetap menjadi sumber utama
ketidaksesuaian yang membatasi pendirian profesional dalam aplikasi
kolaborasi.
b. Konflik perawat dan dokter terletak pada perbedaan sikap profesional
mereka terhadap pasien dan cara berkomunikasi diantara keduanya.
2.7 Trend dan Issue
Hubungan perawat dengan dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang
telah cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perspektif yang
berbeda dalam memendang pasien, dalam prakteknya menyebabkan munculnya
hambatan- hambatan teknik dalam melakukan proses kolaborasi. Kendala sikologi
keilmuan dan individual, factor sosial, serta budaya menempatkan kedua profesi ini
memunculkan kebutuhan akan upaya kolaborsi yang dapat menjadikan keduanya lebih
solid dengan semangat kepentingan pasien.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa banyak aspek positif yang dapat
timbul jika hubungan kolaborasi dokter dengan perawat berlangsung baik. American
Nurses Credentialing Center (ANCC) melakukan risetnya pada 14 Rumah Sakit
melaporkan bahwa hubungan dokter dengan perawat bukan hanya mungkin dilakukan,
tetapi juga berlangsung pada hasil yang dialami pasien. Terdapat hubungan kolerasi
positif antara kualitas huungan dokter perawat dengan kualitas hasil yang didapatkan
12
pasien.
Hambatan kolaborasi dokter dengan perawat sering dijumpai pada tingkat
profesional dan institusional. Perbedaan status dan kekuasaan tetap menjadi sumber
utama ketidaksesuaian yang membatasi pendirian profesional dalam aplikasi
kolaborasi. Dokter cenerung pria, dari tingkat ekonomi lebih tinggi dan biasanya
fisik lebih besar dibanding perawat, sehingga iklim dan kondisi masih mendukung
dominasi dokter.
13
sehingga iklim dan kondisi sosial masih mendkung dominasi dokter. Inti sesungghnya dari
konflik perawat dan dokter terletak pada perbedaan sikap profesional mereka terhadap pasien
dan cara berkomunikasi diantara keduanya.
Dari hasil observasi penulis di Rumah Sakit nampaknya perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan belum dapat melaksanakan fungsi kolaborasi
khususnya dengan dokter. Perawat bekerja memberikan pelayanan kepada pasien
berdasarkan instruksi medis yang juga didokumentasikan secara baik, sementara
dokumentasi asuhan keperawatan meliputi proses keperawatan tidak ada. Disamping itu
hasil wawancara penulis dengan beberapa perawat Rumah Sakit Pemerintah dan swasta,
mereka menyatakan bahwa banyak kendala yang dihadapi dalam melaksanakan
kolaborasi, diantaranya pandangan dokter yang selalu menganggap bahwa perawat
merupakan tenaga vokasional, perawat sebagai asistennya, serta kebijakan Rumah Sakit
yang kurang mendukung.
Isu-isu tersebut jika tidak ditanggapi dengan benar dan proporsional
dikhawatirkan dapat menghambat upaya melindungi kepentingan pasien dan masyarakat
yang membutuhkan jasa pelayang kesehatan, serta menghambat upaya pengembangan
dari keperawatan sebagai profesi (Muharamiatul, 2012).
2.8 Peran Perawat
Peran perawat dalam penerapan trend issue yaitu dapat melakukan perannya sebagai
pemberi asuhan keperawatan Care Giver dengan lebih baik. Pemberian asuhan
keperawatan akan lebih baik dengan adanya Telehealth atau Telenursing yang berbasis
teknologi. Dengan adanya teknologi nursing ini perawat juga dapat sebagai motivator
dalam kesehatan kepada klien agar dapat mempertahankan kesehatannya dan lebih
meningkatkan lagi kesehatannya. Perawat juga harus berlaku jujur kepada pasien
terhadap apa yang terjadi pada diri pasien. Dan berlaku adil kepada pasien tidak
membedakan pasien satu dengan yang lainnya, tidak membedakan ras, agama, dan
kedudukannya.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Penulis berharap makalah ini dapat menjadi referensi tambahan untuk PSIK
STIKES BANTEN pada khususnya dan semua pembaca pada umumnya.
2. Bagi Mahasiswa
Setelah mempelajari dan memahami secara lebih dalam tentang konsep dan
gambaran umum tentang trend dan issu komunikasi dalam pelayanan kesehatan
diharapkan mahasiswa mampu melihat kejadian yang terjadi dilapangan serta
dapat menjadikan pelajaran untuk tindakan yang akan dilakukan.
15
DAFTAR PUSTAKA
16