Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TREND DAN ISU DALAM KOMUNIKASI KEPERAWATAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya sebagai wujud


kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik dalam tingkatan preklinik
maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan keilmuannya maka keperawatan dituntut untuk
peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya setiap saat (Potter dan Perry,
2005).

Salah satu syarat yang paling penting dalam pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang
bermutu. Suatu pelayanan dikatakan bermutu apabila memberikan kepuasan pada pasien.
Kepuasan pada pasien dalam menerima pelayanan kesehatan mencakup beberapa dimensi. Salah
satunya adalah dimensi kelancaran komunikasi antaran petugas kesehatan (termasuk dokter)
dengan pasien. Hal ini berarti pelayanan kesehatan bukan hanya berorientasi pada pengobatan
secara medis saja, melainkan juga berorientasi pada komunikasi karena pelayanan melalui
komunikasi sangat penting dan berguna bagi pasien, serta sangat membantu pasien dalam proses
penyembuhan (Muharamiatul, 2012).

Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu
untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Sedangkan komunikasi terapeutik
adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap
stress, mengatasi gangguan patologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain (
Mundakir, 2006 ).

1.2. Tujuan
 Tujuan Umum

Untuk mengetahui dan memahami manajemen keperawatan yaitu tentang Trend dan Issu
komunikasi dalam pelayanan kesehatan.

 Tujuan Khusus
1. Mampu memahami dan mengetahui tentang trend dan issu komunikasi dalam
pelayanan kesehatan.
2. Mampu memahami dan mengetahui tentang komunikasi dalam pelayanan kesehatan.
3. Mampu memahami dan mengetahui tentang pentingnya komunikasi dalam pelayanan
kesehatan.
4. Mampu memahami dan mengetahui tentang faktor yang mempengaruhi komunikasi.
5. Mampu memahami dan mengetahui tentang pemahaman kolaborasi.
6. Mampu memahami dan mengetahui tentang trend dan issu komunikasi dalam
pelayanan kesehatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Issu dan Trend dalam Pelayanan Kesahatan

Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, trend juga dapat di
definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini yang biasanya
sedang popular di kalangan masyarakat. Jadi trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh
banyak orang saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta (Muharamiatul, 2012).

Sedangkan issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak
terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum,
pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis.
Atau sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun belum jelas faktanya atau buktinya
(Muharamiatul, 2012).

Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu
untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Sedangkan komunikasi terapeutik
adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap
stress, mengatasi gangguan patologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain
( Mundakir, 2006 ).

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara, meningkatkan kesehatan, mencegah
dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan
ataupun masyarakat. Pelayanan rumah sakit merupakan salah satu bentuk upaya yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pelayanan rumah sakit berfungsi
untuk memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu yang dilakukan
dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit,
dan pemulihan kesehatan yang bermutu dan terjangkau dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat (Potter dan Perry, 2005).

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Issu dan Trend

1. Faktor Agama dan Istiadat

Agama serta latar belakang adat-istiadat merupakan faktor utama dalam membuat
keputusan etis. Setiap perawat disarankan untuk memahami nilai-nilai yang diyakini
maupun kaidah agama yang dianutnya. Untuk memahami ini memang diperlukan
proses. Semakin tua dan semakin banyak pengalaman belajar, seseorang akan lebih
mengenal siapa dirinya dan nilai-nilai yang dimilikinya.

2. Faktor Sosial
Berbagai faktor sosial berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etis. Faktor ini antara
lain meliputi perilaku sosial dan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, hukum, dan
peraturan perundang-undangan.

Perkembangan sosial dan budaya juga berpengaruh terhadap sistem kesehatan nasional.
Pelayanan kesehatan yang tadinya berorientasi pada program medis lambat laun menjadi
pelayanan komprehensif dengan pendekatan tim kesehatan.

3. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Pada era abad 20 ini, manusia telah berhasil mencapai tingkat kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang belum dicapai manusia pada abad sebelumnya.
Kemajuan yang telah dicapai meliputi berbagai bidang.

Kemajuan di bidang kesehatan telah mampu meningkatkan kualitas hidup serta


memperpanjang usia manusia dengan ditemukannya berbagai mesin mekanik kesehatan,
cara prosedur baru dan bahan-bahan/obat-obatan baru. Misalnya pasien dengan
gangguan ginjal dapat diperpanjang usianya berkat adanya mesin hemodialisa. Ibu-ibu
yang mengalami kesulitan hamil dapat diganti dengan berbagai inseminasi. Kemajuan-
kemajuan ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan etika.

4. Faktor Legislasi dan Keputusan Yuridis

Perubahan sosial dan legislasi secara konstan saling berkaitan. Setiap perubahan sosial
atau legislasi menyebabkan timbulnya tindakan yang merupakan reaksi perubahan
tersebut. Legislasi merupakan jaminan tindakan menurut hukum sehingga orang yang
bertindak tidak sesuai hukum dapat menimbulkan konflik. Saat ini aspek legislasi dan
bentuk keputusan juridis bagi permasalahan etika kesehatan sedang menjadi topik yang
banyak dibicarakan. Hukum kesehatan telah menjadi suatu bidang ilmu, dan perundang-
undangan baru banyak disusun untuk menyempurnakan perundang-undangan lama atau
untuk mengantisipasi perkembangan permasalahan hukum kesehatan.
5. Faktor dana/keuangan.

Dana/keuangan untuk membiayai pengobatan dan perawatan dapat menimbulkan


konflik. Untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat, pemerintah telah banyak
berupaya dengan mengadakan berbagai program yang dibiayai pemerintah.

6. Faktor pekerjaan.

Perawat perlu mempertimbangkan posisi pekerjaannya dalam pembuatan suatu


keputusan. Tidak semua keputusan pribadi perawat dapat dilaksanakan, namun harus
diselesaikan dengan keputusan/aturan tempat ia bekerja. Perawat yang mengutamakan
kepentingan pribadi sering mendapat sorotan sebagai perawat pembangkang. Sebagai
konsekuensinya, ia mendapatkan sanksi administrasi atau mungkin kehilangan
pekerjaan.

7. Faktor Kode etik keperawatan.

Kelly (1987), dikutip oleh Robert Priharjo, menyatakan bahwa kode etik merupakan
salah satu ciri/persyaratan profesi yang memberikan arti penting dalam penentuan,
pertahanan dan peningkatan standar profesi. Kode etik menunjukkan bahwa tanggung
jawab kepercayaan dari masyarakat telah diterima oleh profesi. Untuk dapat mengambil
keputusan dan tindakan yang tepat terhadap masalah yang menyangkut etika, perawat
harus banyak berlatih mencoba menganalisis permasalahan-permasalahan etis.

8. Faktor Hak-hak pasien.


Hak-hak pasien pada dasarnya merupakan bagian dari konsep hak-hak manusia. Hak
merupakan suatu tuntutan rasional yang berasal dari interpretasi konsekuensi dan
kepraktisan suatu situasi. Pernyataan hak-hak pasien cenderung meliputi hak-hak warga
negara, hak-hak hukum dan hak-hak moral. Hak-hak pasien yang secara luas dikenal
menurut Megan (1998) meliputi hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang adil
dan berkualitas, hak untuk diberi informasi, hak untuk dilibatkan dalam pembuatan
keputusan tentang pengobatan dan perawatan, hak untuk diberi informed concent, hak
untuk mengetahui nama dan status tenaga kesehatan yang menolong, hak untuk
mempunyai pendapat kedua(secand opini), hak untuk diperlakukan dengan hormat, hak
untuk konfidensialitas (termasuk privacy), hak untuk kompensasi terhadap cedera yang
tidak legal dan hak untuk mempertahankan dignitas (kemuliaan) termasuk menghadapi
kematian dengan bangga.

2.3. Konsep Issu dan Trend dalam Keperawatan

1. Mengahargai keyakinan klien menurut budayanya

Perawat harus bisa menghargai keyakinan klien tetapi tetap melaksanakan tindakan
untuk perawatan klien dengan mengganti dengan alternative lain. Misalnya klien yang
tidak mengkonsumsi obat-obatan kimia, berpikir kritis dengan mengganti dengan obat
herbal yang telah terbukti pengobatannya. misalnya di budaya Jawa, Brotowali sebagai
obat untuk menghilangkan rasa nyeri.

2. Menghentikan kebiasaan buruk

Apabila klien mempunyai kebiasaan merokok pada saat setelah makan, maka perawat
harus dapat melarang kebiasaan tersebut. Karena dapat membahayakan klien dan terapi
penyembuhan dapat mengalami kegagalan. Contoh lain, kebiasaan bagi orang jawa yakni
jika ada salah satu pihak keluarga atau sanak saudara yang sakit, maka untuk
menjenguknya biasanya mereka mengumpulkan dulu semua saudaranya dan bersama
sama mengunjungi saudaranya yang sakit tersebut. Karena dalam budaya Jawa dikenal
prinsip “ mangan ora mangan , seng penting kumpul.
3. Mengganti kebiasaan pengobatan yang buruk

Bagi masyarakat Jawa dukun adalah yang pandai atau ahli dalam mengobati penyakit
melalui “Japa Mantera“, yakni doa yang diberikan oleh dukun kepada pasien. Misalnya
dukun pijat/tulang (sangkal putung) khusus menangani orang yang sakit terkilir , patah
tulang , jatuh atau salah urat.

2.4. Nilai-Nilai dalam Issu dan Trend

1. Nilai intelektual
nilai intelektual dalam praktik keperawatan terdiri dari :
a. Body of Knowledge
b. Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)
c. Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif.
2. Nilai komitmen moral

Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic dan memperhatikan kode


etik keperawatan. Menurut Beauchamp & Walters (1989) pelayanan professional
terhadap masyarakat memerlukan integritas, komitmen moral dan tanggung jawab etik.

3. Otonomi, kendali dan tanggung gugat

Otonomi merupakan kebebasan dan kewenangan untuk melakukan tindakan secara


mandiri. Hak otonomi merujuk kepada pengendalian kehidupan diri sendiri yang berarti
bahwa perawat memiliki kendali terhadap fungsi mereka. Otonomi melibatkan
kemandirian, kesedian mengambil resiko dan tanggung jawab serta tanggung gugat
terhadap tindakannya sendiribegitupula sebagai pengatur dan penentu diri sendiri.
Kendali mempunyai implikasi pengaturan atau pengarahan terhadap sesuatu atau
seseorang.

2.5. Pentingnya Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan


Manusia sebagai makhluk sosial tentunya selalu memerlukan orang lain dalam menjalankan dan
mengembangkan kehidupannya. Hubungan dengan orang lain akan terjalin bila setiap individu
melakukan komunikasi diantara sesamanya. Kepuasan dan kenyamanan serta rasa aman yang
dicapai oleh individu dalam berhubungan sosial dengan orang lain merupakan hasil dari suatu
komunikasi. Komunikasi dalam hal ini menjadi unsur terpenting dalam mewujudkan integritas
diri setiap manusia sebagai bagian dari sistem social (Muharamiatul, 2012).

Komunikasi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari memberikan dampak yang sangat penting
dalam kehidupan, baik secara individual maupun kelompok. Komunikasi yang terputus akan
memberikan dampak pada buruknya hubungan antar individu atau kelompok. Tatanan klinik
seperti rumah sakit yang dinyatakan sebagai salah satu sistem dari kelompok sosial mempunyai
kepentingan yang tinggi pada unsur komunikasi. Komunikasi di lingkungan rumah sakit diyakini
sebagai modal utama untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang akan ditawarkan kepada
konsumennya. Konsumen dalam hal ini juga menyangkut dua sisi yaitu konsumen internal dan
konsumen eksternal. Konsumen internal melibatkan unsur hubungan antar individu yang bekerja.
Komunikasi di lingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal utama untuk meningkatkan
kualitas pelayanan yang akan ditawarkan kepada konsumennya. Konsumen dalam hal ini juga
menyangkut dua sisi yaitu konsumen internal dan konsumen eksternal. Konsumen internal
melibatkan unsur hubungan antar individu yang bekerja di rumah sakit, baik hubungan secara
horisontal ataupun hubungan secara vertikal. Hubungan yang terjalin antar tim multidisiplin
termasuk keperawatan, unsur penunjang lainnya, unsur adminitrasi sebagai provider merupakan
gambaran dari sisi konsumen internal. Sedangkan konsumen eksternal lebih mengarah pada sisi
menerima jasa pelayanan, yaitu klien baik secara individual, kelompok, keluarga maupun
masyarakat yang ada di rumah sakit. Seringkali hubungan buruk yang terjadi pada suatu rumah
sakit, diprediksi penyebabnya adalah buruknya sistem komunikasi antar individu yang terlibat
dalam sistem tersebut (Mundakir, 2006). Hal ini terjadi karena beberapa sebab diantaranya
adalah :

1. Lemahnya pemahaman mengenai penggunaan diri secara terapeutik saat melakukan


intraksi dengan klien.
2. Kurangnya kesadaran diri para perawat dalam menjalankan komunikasi dua arah secara
terapeutik.
3. Lemahnya penerapan sistem evaluasi tindakan ( kinerja ) individual yang berdampak
terhadap lemahnya pengembangan kemampuan diri sendiri.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka perlu diupayakan suatu hubungan interpersonal yang
mencerminkan penerapan komunikasi yang lebih terapeutik. Hal ini dimaksudkan untuk
meminimalkan permasalahan yang dapat terjadi pada komunikasi yang dijalin oleh tim
keperawatan dengan kliennya. Modifikasi yang perlu dilakukan oleh tim keperawatan adalah
melakukan pendekatan dengan berlandaskan pada model konseptual sebagai dasar ilmiah dalam
melakukan tindakan keperawatan. Sebagai contoh adalah melakukan komunikasi dengan
menggunakan pendekatan model konseptual proses interpersonal (Mundakir, 2006).

2.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi

Menurut Muharamiatul (2012), faktor yang mempengaruhi komunikasi antara lain :

1. Situasi atau suasana

Situasi atau suasana yang penuh kebisangan akan mempengaruhi baik atau tidaknya
pesan diterima oleh komunikan, suara bising yang diterima komunikan saat proses
komunikasi berlangsung membuat pesan tidak jelas, kabur, bahkan sulit diterima. Oleh
karena itu, sebelum proses komunikasi dilaksanakan, lingkungan harus diciptakan
sedemikian rupa supaya tenang dan nyaman. Komunikasi yang berlangsung dan
dilakukan pada waktu yang kurang tepat mungkin diterima dengan kurang tepat pula.
Misalnya, apabila perawat memberikan penjelasan kepada orang tua tentang cara
menjaga kesterilan luka pada saat orang tua sedang sedih, tentu saja pesan tersebut
kurang diterima dengan baik oleh orang tua karena perhatian orang tua tidak berfokus
pada pesan yang disampaikan perawat, melainkan pada perasaan sedihnya.

2. Kejelasan pesan

Kejelasan pesan akan sangat mempengaruhi keefektifan komunikasi. Pesan yang kurang
jelas dapat ditafsirkan berbeda oleh komunikan sehingga antara komunikan dan
komunikator dapat berbeda persepsi tentang pesan yang disampaikan. Hal ini akan
sangat mempengaruhi pencapaian tujuan komunikasi yang dijalankan. Oleh karena itu,
komunikator harus memahami pesan sebelum menyampaikannya pada komunikan,
dapat dimengerti komunikan dan menggunakan artikulasi dan kalimat yang jelas.

2.7. Issu dan Trend Komunikasi dalam Keperawatan

Hubungan perawat dengan dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah cukup
lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perspektif yang berbeda dalam
memendang pasien, dalam prakteknya menyebabkan munculnya hambatan-hambatan teknik
dalam melakukan proses kolaborasi. Kendala sikologi keilmuan dan individual, factor
sosial, serta budaya menempatkan kedua profesi ini memunculkan kebutuhan akan upaya
kolaborsi yang dapat menjadikan keduanya lebih solid dengan semangat kepentingan
pasien.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa banyak aspek positif yang dapat timbul jika
hubungan kolaborasi dokter dengan perawat berlangsung baik. American Nurses
Credentialing Center (ANCC) melakukan risetnya pada 14 Rumah Sakit melaporkan bahwa
hubungan dokter dengan perawat bukan hanya mungkin dilakukan, tetapi juga berlangsung
pada hasil yang dialami pasien. Terdapat hubungan kolerasi positif antara kualitas huungan
dokter perawat dengan kualitas hasil yang didapatkan pasien.

Hambatan kolaborasi dokter dengan perawat sering dijumpai pada tingkat profesional dan
institusional. Perbedaan status dan kekuasaan tetap menjadi sumber utama ketidaksesuaian
yang membatasi pendirian profesional dalam aplikasi kolaborasi. Dokter cenderung pria,
dari tingkat ekonomi lebih tinggi dan biasanya fisik lebih besar dibanding perawat, sehingga
iklim dan kondisi sosial masih mendkung dominasi dokter. Inti sesungghnya dari konflik
perawat dan dokter terletak pada perbedaan sikap profesional mereka terhadap pasien dan
cara berkomunikasi diantara keduanya.

Dari hasil berbagai penelitian di Rumah Sakit nampaknya perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan belum dapat melaksanakan fungsi kolaborasi khususnya dengan dokter.
Perawat bekerja memberikan pelayanan kepada pasien berdasarkan instruksi medis yang
juga didokumentasikan secara baik, sementara dokumentasi asuhan keperawatan meliputi
proses keperawatan tidak ada. Disamping itu hasil wawancara penulis dengan beberapa
perawat Rumah Sakit Pemerintah dan swasta, mereka menyatakan bahwa banyak kendala
yang dihadapi dalam melaksanakan kolaborasi, diantaranya pandangan dokter yang selalu
menganggap bahwa perawat merupakan tenaga vokasional, perawat sebagai asistennya,
serta kebijakan Rumah Sakit yang kurang mendukung. Isu tersebut jika tidak ditanggapi
dengan benar dan proporsional dikhawatirkan dapat menghambat upaya melindungi
kepentingan pasien dan masyarakat yang membutuhkan jasa pelayang kesehatan, serta
menghambat upaya pengembangan dari keperawatan sebagai profesi (Muharamiatul, 2012).

2.8. Anggota Tim Interdisiplin

Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekelompok profesional yang mempunyai


aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda keahlian. Tim akan berfungsi baik jika terjadi
adanya konstribusi dari anggota tim dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaik.
Anggota tim kesehatan meliputi: pasien, perawat, dokter, fisioterapi, pekerja sosial, ahli
gizi, manager, dan apoteker. Oleh karena itu tim kolaborasi hendaknya memiliki komunikasi
yang efektif, bertanggung jawab dan saling menghargai antar sesama anggota tim.

Perawat sebagai anggota membawa perspektif yang unik dalam interdisiplin tim. Perawat
menfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari praktek
profesi kesehatan lain. Perawat berperan sebagai penghubung penting antara pasien dan
pemberi pelayanan kesehatan. Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis,
mengobati dan mencegah penyakit. Pada siuasi ini dokter menggunakan modalitas
pengobatan seperti pemberian obat dan pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan
anggota tim lainnya sebagai membuat refelan pembarian pengobatan.

Kerjasama adalaha menghargai pendapat orang lain dan bersedia memeriksa beberapa
alterntif pendapat dan perubaha pelayanan. Asertifitas penting ketika individu dalam tim
mendukung pendapat mereka dengan keyakinan. Tindakan asertif menjamin bahwa
pendapatnya benar-benar didengar dan konsesus untuk dicapai. Tanggung jawab,
mendukung suatu keputusan yang diperoleh dari hasil konsesus dan harus terlibat dalam
pelaksanaannya. Komunikasi artinya bahwa etiap anggota bertanggung jawab untuk
membagi informasi penting mengenai perawatan pasien dan issu yang relevan untuk
membuat keputusan klinis. Otonomi mencakup kemandirian anggot tim dalam batas
kompetensinya. Kordinasi adalah efisiensi organisasi yng dibutuhkan dalam perawatan
pasien, mengurangi duplikasi dan menjamin orang yang berkualifikasi dalammenyelesaikan
permaslahan.

Kolaborasi didasarkan pada konsep tujuan umum, konstribusi praktis profesional,


kolegalitas, komunikasi dan praktek yang difokuskan pada pasien. Kolegasilitas
menekankan pada saling menghargai, dan pendekatan profesional untuk masalah-masalah
dalam tim dari pada menyalahkanseseorang atau menghindari tanggung jawab. Hensen
menyarankan konsep dengan ari yang sama: mutualitas, dimana dia mengartikan sebagai
sutu hubungan yang menfalitasi suatu proses dinamis antar orang-orang ditandai oleh
keinginan maju mencapai tujuan dan kepuasan setiap anggota. Kepercayaan adlah konsep
umum untuk semua elemen kolaborasi. Tanpa rasa percaya, kerjasama tidak akan ada,
asertif menjadi ancaman, menghindari dari tanggung jawab, terganggunya komunikasi.
Otonom akan ditekan dan koordinasi tidak kan terjadi. Elemen kunci kolaborasi dalam kerja
sama team multidisipliner dapat digunakan untuk mencapai tujuan kolaborasi team :

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan keahlian


unik professional.
2. Produktifitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya.
3. Meningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas.
4. Meningkatnya kohensifitas antar professional.
5. Kejelasan peran dalam berinteraksi antar professional.
6. Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, dan menghargai dan memahami orang lain.

Berkaitan dengan issue kolaborasi dan soal menjalin kerjasama kemitraan dokter, perawat
perlu mengantisipasi konsekuensi perubahan dari vokasional menjadi professional. Status
yuridis seiring perubahan perwat dari perpanjangan tangan dokter menjadi mitra dokter
yang sangt kompleks. Tanggung jawab hokum juga akan terpisah untuk masing-masing
kesalahan atau kelalaian. Yaitu, malpraktek medis, dan mal praktek keperwatan. Perlu ada
kejelasan dari pemerintah maupun para pihak yang terkait mengeni tanggung jawab hukum
dari perawat, dokter maupun rumah sakit. Organisasi profesi perawat juga harus berbenah
dan memperluas sruktur organisasi agar dapat mengantisipasi perubahan.
Komunikasi dibutuhkan untuk mewujudkan kolaborasi yang efektif, hal tersebut perlu
ditunjang oleh saran komunikasi yang dapat menyatukan data kesehatan pasien secara
komfrenhensif sehingga menjadi sumber informasi bagi semua anggota team dalam
pengambilan keputusan. Oleh karena itu perlu dikembangkan catatan status kesehatan
pasien yang memunkinkan komunikasi dokter dan perawat terjadi secara efektif. Pendidikan
perawat perlu terus ditingkatkan untuk meminimalkan kesenjangan professional dengan
dokter melalui pendidikan berkelanjutan. Peningkatan pengatahuan dan keterampilan dapat
dilakukan melalui pendidikan formal sampai kejenjang spesialis atau minimal melalui
pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan keahlian perawat.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, tren juga dapat
di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini yang
biasanya sedang popular di kalangan masyarakat.

Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi
pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum,
pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis.

Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan


individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Sedangkan komunikasi
terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi
terhadap stress, mengatasi gangguan patologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan
orang lain.

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara, meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat. Pelayanan rumah sakit merupakan
salah satu bentuk upaya yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Pelayanan rumah sakit berfungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh
dan terpadu yang dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan yang bermutu dan terjangkau dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

3.2 Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Penulis berharap makalah ini dapat menjadi referensi tambahan untuk STIkes
Muhamadiyah Pringsewu pada khususnya dan semua pembaca pada umumnya.
2. Bagi Mahasiswa

Setelah mempelajari dan memahami secara lebih dalam tentang konsep dan gambaran
umum tentang trend dan issu komunikasi dalam pelayanan kesehatan diharapkan
mahasiswa mampu melihat kejadian yang terjadi dilapangan.
DAFTAR PUSTAKA

Awalia Muharamiatul. 20012. Trend dan Issu Pelayanan Kesehatan. Mundakir. 2006. Komunitas
Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan. Yokyakarta: Graha Ilmu.

Potter A. particia dan Anne Griffin Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:

Konsep, Proses dan Praktik. Vol. I. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai