Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM

KEPERAWATAN

Disusun oleh :

Nama : Antho Siahaya

NPM : 12114201190021

Kelas :D

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
2021
KATA PENGANTAR

Patutlah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa,
karena atas kasihnya saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.

Tersusunya makalah ini tidak terlepas dan peran serta berbagai pihak baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu saya mengucapkan
banyak terima kasih dan semoga Tuhan dapat membalas semua kebaikan saudara
– saudara.

Saya menyadari bahwa makalah yang kami buat ini memiliki banyak
kekurangan, untuk itu saya membutuhkan kritik dan saran yang bersifat
membangun agar makalah ini dapat menjadi yang terbaik.

Semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca,
kiranya Tuhan Yang Maha Esa selalu menyertai kita.

Ambon, 21 Juni 2021

Antho Siahaya
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB I PEMBAHASAN.........................................................................................4

A. Defenisi Spiritualitas...................................................................................4

B. Keterkaitan spiritualitas dengan sehat sakit............................................4

C. Aspek kesehatan spiritualitas....................................................................5

D. Karakteristik kesehatan spiritualitas........................................................5

E. Faktor yang mempengaruhi kesehatan spiritualitas...............................6


BAB I
PEMBAHASAN

A. Defenisi Spiritualitas
a) Dewit-Weaver (dalam Mc Ewen, 2004) mendefinisikan
spiritualitas sebagai bagaian dari dalam diri individu (core of
individuals) yang tidak terlihat (unseen, invisible) yang
berkontribusi terhadap keunikan serta dapat menyatu dengan nilai
– nilai transendental (suatu kekuatan yang maha tinggi/high power
dengan Tuhan/God) yang memberikan makna, tujuan, dan
keterhubungan.
b) Spiritualitas juga didefinisikan sebagai suatu tindakan untuk
membuat dan mencari makna melalui rasa keterhubungan pada
dimensi yang melebihi diri sendiri (Reed, dalam McEwen, 2004).
c) Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan sang
pencipta (Achir Yani, 2000).
d) Menurut kamus Webster (1963) kata spirit berasal dari kata benda
bahasa latin "Spiritus” yang berarti nafas (breath) dan kata kerja
“Spirare” yang berarti bernafas. Melihat asal katanya, untuk hidup
adalah untuk bernafas, dan memiliki nafas artinya memiliki spirit.
Menjadi spiritual berarti mempunyai ikatan yang lebih kepada hal
yang bersifat kerohanian atau kejiwaan dibandingkan hal yang
bersifat fisik atau material. Spiritualitas merupakan kebangkitan
atau pencerahan diri dalam mencapai makna hidup dan tujuan
hidup. Spiritual merupakan bagian esensial dari keseluruhan
kesehatan dan kesejahteraan seseorang. (dalam Tamami, 2011:19).

B. Keterkaitan spiritualitas dengan sehat sakit


Agama merupakan petunjuk prilaku karena di dalam agama terdapat ajaran
baik dan larangan yang dapat berdampak pada kehidupan dan kesehatan
seseorang, contohnya minuman beralkohol sesuatu yang dilarang agama
dan akan berdampak pada kesehatan bila dikonsumsi manusia. Agama
sebagai sumber dukungan bagi seseorang yang mengalami kelemahan
dalam keadaan sakit untuk membangkitkan semangat untuk sehat, atau
juga dapat mempertahankan kesehatan untuk mencapai kesejahteraan.
Sebagai contoh, orang sakit dapat memperoleh kekuatan dengan
menyerahkan diri atau memohon pertolongan dari Tuhannya.

C. Aspek kesehatan spiritualitas


Burkhard (1993) dalam buku Aspek Spiritual Dalam Keperawatan,
berpendapat bahwa spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut:
1. Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau
ketidakpastian dalam kehidupan,
2. Cara dalam menemukan suatu arti dan tujuan hidup,
3. Memiliki kemampuan dalam menyadari kekuatan dalam untuk
menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri,
4. Mempunyai perasaan terikat dengan diri sendiri dan dengan
Pencipta. Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk
mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi
kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau
pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya
dengan Tuhan (Carson, 1989).

D. Karakteristik kesehatan spiritualitas


Menurut Hamid (2009) terdapat empat karakterisitik dari spiritual yakni:
1. Hubungan diri sendiri
Seseorang yang memiliki spiritual yang baik mengetahui siapa
dirinya, apa yang bisa dilakukannya, mempunyai sikap percaya
pada diri sendiri, mempunyai ketenangan pikiran, percaya pada
masa depan dan harmoni dengan diri sendiri.
2. Hubungan dengan alam harmonis
Kita dapat menilai tingkat spiritual seseorang dengan melihat
hubungannya dengan alam. Sesorang akan mengetahui tentang
iklim, margasatwa, pohon, tanaman, cara berkomunikasi dengan
alam, cara melindungi alam dan cara mengabadikan alam apabila
memiliki spiritual yang baik.
3. Hubungan dengan orang lain harmonis
Menciptakan hubungan harmonis dengan orang lain adalah
karakteristik pada seseorang yang memiliki spirtual yang baik.
Berbagi waktu pengetahuan dan sumber secara timbal balik dengan
orang lain, mengasuh anak, mengasuh orang tua, mengasuh orang
sakit, mengunjungi orang lain dan melayat ke rumah orang yang
meninggal untuk meyakini kehidupan dan kematian adalah cara
seseorang yang baik secara spiritual untuk menciptakan hubungan
harmonis dengan orang lain.
4. Hubungan dengan ketuhanan
Melaksanakan kegiatan sembahyang dan berdoa dengan
perlengkapan keagamaan, serta bersatu dengan alam adalah cara
berhubungan dengan Tuhan pada seseorang memiliki spiritual
yang baik.

E. Faktor yang mempengaruhi kesehatan spiritualitas


Menurut Taylor et al (1997) dalam buku Aspek Spiritual Dalam
Keperawatan, ada beberapa faktor penting yang dapat mempengaruhi
spiritualitas seseorang, yaitu:
1. Tahap perkembangan : berdasarkan hasil penelitian terhadap anak
– anak dengan empat agama yang berbeda ditemukan bahwa
mereka memiliki konsep spiritualitas yang berbeda menurut usia,
jenis kelamin, agama dan kepribadian anak
2. Keluarga : peran orang tua sangat penting dalam perkembangan
spiritualitas seorang anak karena orang tua sebagai role model.
Keluarga juga sebagai orang terdekat di lingkungan dan
pengalaman pertama anak dalam mengerti dan menyimpulkan
kehidupan di dunia, maka pada umumnya pengalaman pertama
anak selalu berhubungan dengan orang tua ataupun saudaranya
3. Latar belakang etnik budaya : sikap, keyakinan dan nilai
dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan sosial budaya. Hal yang
perlu diperhatikan adalah apapun tradisi agama atau system
keagamaan yang dianut individu, tetap saja pengalaman spiritual
tiap individu berbeda dan mengandung hal unik.
4. Pengalaman hidup sebelumnya: Pengalaman hidup baik positif
maupun negatif dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang. Selain
itu juga dipengaruhi oleh bagaimana seseorang mengartikan secara
spiritual kejadian atau pengalaman tersebut. Peristiwa dalam
kehidupan sering dianggap sebagai suatu ujian. Pada saat ini,
kebutuhan spiritual akan meningkat yang memerlukan kedalaman
spiritual dan kemampuan koping untuk memenuhinya.
5. Krisis dan perubahan : krisis dan perubahan dapat memperkuat
kedalaman spiritual seseorang. Krisis sering dialami ketika
individu dihadapkan dengan hal sulit. Apabila klien mengalami
krisis, maka keyakinan spiritual dan keinginan untuk melakukan
kegiatan spiritual menjadi lebih tinggi.
6. Terpisah dari ikatan spiritual : individu yang biasa melakukan
kegiatan spiritual ataupun tidak dapat berkumpul dengan orang
terdekat biasanya akan mengalami terjadinya perubahan fungsi
spiritual.

Anda mungkin juga menyukai