Anda di halaman 1dari 13

LONG TERM CARE PADA ODHA

DISUSUN OLEH :

SIREGAR RENNY MAYSYAROH, A.Md.Kep


(NIM.203010018)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Samarinda, 24 Agustus 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................ 2
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan Makalah......................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan Makalah....................................................................... 2

BAB II  TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 3


A. Definisi HIV dan AIDS................................................................................ 3
B. Patofisiologi HIV......................................................................................... 3
C. 5 Tahap Reaksi Terpapar HIV................................................................... 4
D. Cara penularan HIV................................................................................... 5
E. Long term care pada pasien HIV............................................................... 6

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 9


A. Kesimpulan ............................................................................................... 9
B. Saran ......................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

AIDS adalah infeksi yang ditularkan secara seksual yang disebabkan oleh
sebuah virus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Setelah individu
terkena HIV, individu rentan terhadap kuman yang dapat menghancurkan sistem
kekebalan tubuh. Penyakit AIDS merupakan masalah kesehatan masyarakat
terbesar di dunia dewasa ini. Penyakit ini terdapat hampir disemua negara di dunia
tanpa kecuali termasuk Indonesia. Apabila pada tahun 80-an AIDS menyerang
terutama orang dewasa dengan perilaku seks menyimpang, dewasa ini telah
menulari seluruh lapisan masyarakat termasuk bayi, dan anak-anak. Virus HIV ini
sangat mengerikan karena apabila sudah terinfeksi maka kuman, bakteri, atau virus
lainnya akan dengan mudah masuk untuk menyerang tubuh dan akan terjangkit
berbagai penyakit dikarenakan daya tahan tubuh menurun. Sehingga orang orang
yang terkena virus ini kemampuan untuk mempertahankan dirinya dari serangan
penyakit menjadi lemah.
Dalam menangani kasus AIDS ini diperlukan pendekatan biopsikososiospiritual;
artinya melihat pasien tidak semata-mata dari segi organobiologik,
psikologik/kejiwaan, psiko-sosial tetapi juga aspek spritual/kerohanian. Pasien
tidaklah dipandang sebagai individu seorang diri, melainkan seseorang anggota dari
sebuah keluarga, masyarakat dan lingkungan sosialnya. Juga sebagai orang yang
dalam keadaan tidak berdaya yang memerlukan pemenuhan kebutuhan
spiritual/kerohanian atau agama. Bagi penderita penyakit terminal seperti HIV/AIDS,
pemenuhan kebutuhan spiritual merupakan hal yang sangat penting.
Pendekatan spiritualitas bukan berarti mengubah kepercayaan masing-masing
pasien melainkan meningkatkan kekuatan spiritual mereka dalam menghadapi
penyakitnya. Tujuan pendekatan ini adalah membuat pasien dapat menerima
kenyataan sepenuhnya dan dapat melewati fase-fase terakhir dalam hidupnya
dengan damai dan tenang, membuat dia merasa kembali pada Tuhan, seperti
manusia lainnya di mana tidak ada seorang pun yang dapat mencegah datangnya
kematian.

1
B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana long term care bagi penderita HIV/AIDS (ODHA)

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk memberikan gambaran perawatan long
term care pada ODHA. Berdasarkan pada jumlah kasus HIV yang dilaporkan terus
meningkat setiap tahun, sementara jumlah AIDS relative stabil. Hal ini menunjukkan
semakin banyak ODHA yang mengetahui statusnya pada stadium awal, namun
perlu adanya dukungan baik tenaga kesehatan maupun keluarga, agar ODHA
segera memulai pengobatan.

D. MANFAAT PENULISAN
Diharapkan setelah adanya makalah ini dapat membantu menambah
pengetahuan bagi pembaca dalam memberikan pelayanan Kesehatan terhadap
penderita HIV/AIDS dalam hal memberikan gambaran perawatan long term care
pada ODHA.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA TEORI

A. Definisi HIV Dan AIDS


HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan retrovirus bersifat
limfotropik khas yang menginfeksi sel-sel dari sistem kekebalan tubuh,
menghancurkan atau merusak sel darah putih spesifik yang disebut limfosit Thelper
atau limfosit pembawa faktor T4 (CD4). Virus ini diklasifikasikan dalam famili
Retroviridae, subfamili Lentiviridae, genus Lentivirus. Selama infeksi berlangsung,
sistem kekebalan tubuh menjadi lemah dan orang menjadi lebih rentan terhadap
infeksi.
Tingkat HIV dalam tubuh dan timbulnya berbagai infeksi tertentu merupakan
indikator bahwa infeksi HIV telah berkembang menjadi AIDS (Acquired
Imunnodeficiency Syndrome. AIDS merupakan kumpulan gejala atau penyakit yang
disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat virus HIV. Sebagian besar
orang yang terkena HIV, bila tidak mendapat pengobatan, akan menunjukkan tanda-
tanda AIDS dalam waktu 8-10 tahun.
AIDS diidentifikasi berdasarkan beberapa infeksi tertentu yang dikelompokkan
oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) menjadi 4 tahapan
stadium klinis, dimana pada stadium penyakit HIV yang paling terakhir (stadium IV)
digunakan sebagai indikator AIDS. Sebagian besar keadaan ini merupakan infeksi
oportunistik yang apabila diderita oleh orang yang sehat, infeksi tersebut dapat
diobati.

B. PATOFISIOLOGI HIV
HIV adalah virus sitopatik yang diklasifikasikan dalam famili Retroviridae,
subfamili Lentivirinae, genus Lentivirus. HIV termasuk virus RNA dengan berat
molekul 9,7 kb (kilobases). Jenis virus RNA dalam proses replikasinya harus
membuat sebuah salinan DNA dari RNA yang ada di dalam virus. Gen DNA tersebut
yang memungkinkan virus untuk bereplikasi. Seperti halnya virus yang lain, HIV
hanya dapat bereplikasi di dalam sel pejantan. HIV merupakan virus yang memiliki
selubung virus (envelope), mengandung dua kopi genomik RNA virus yang terdapat
di dalam inti. Di dalam inti virus juga terdapat enzim-enzim yang digunakan untuk
membuat salinan RNA, yang diperlukan untuk replikasi HIV yakni antara lain:

3
reverse transcriptase, integrase, dan protease. RNA diliputi oleh kapsul berbentuk
kerucut terdiri atas sekitar 2000 kopi p24 protein virus. Gambar 1. Struktur HIV Virus
HIV yang menyebabkan AIDS ini menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Yang
dimaksud dengan sistem kekebalan adalah suatu sistem dalam tubuh yang
berfungsi untuk melindungi tubuh dari masuknya bakteri atau virus yang bertujuan
menyerang sel, menyerang pertahan tubuh. Organ dimana sistem kekebalan tubuh
berada disebut lymphoid, memiliki peran utama dalam mengembangkan
lymphocytes (sel darah putih) yang secara spesifik berfungsi untuk menjaga tubuh
dari serangan virus, yang disebut sebagai T cells, yang terbagi dalam beberapa sel
(Sarafino, 2006),

C. 5 tahap Reaksi terhadap kondisi terpapar HIV/AIDS Kubler-Ross


Reaksi terhadap kondisi terpapar HIV/AIDS Kubler-Ross (dalam Sarafino, 2006)
melakukan wawancara terhadap 2000 individu yang mengalami teminal illnes dan
mengatakan bahwa penyesuaian individu biasanya mengikuti pola-pola yang dapat
diprediksi dalam 5 tahapan yang tersusun secara hirarkhi. Tahapan tersebut adalah:
1. Denial
Reaksi pertama untuk prognasa yang mengarah ke kematian melibatkan
perasaan menolak mempercayainya sebagai suatu kebenaran.

2. Anger
Penolakan akan segera menghilang dan muncul perasaan marah, dengan
reaksi kemarahan yang tertuju pada orang-orang yang ada disekitarnya saat itu.

3. Bargaining
Pada tahapan ini, orang tersebut berusaha mengubah kondisinya dengan
melakukan tawar-menawar atau berusaha untuk bernegosiasi dengan tuhan.

4. Depression
Perasaan depresi muncul ketika upaya negosiasi tidak menolong dan
orang tersebut merasa sudah tidak ada waktu untuk peluang lagi serta tidak
berdaya.

5. Acceptance

4
Orang dengan kesempatan hidup yang tidak banyak lagi akan mencapai
penerimaan ini setelah tidak lagi mengalami depresi, teapi lebih merasa tenang
dan siap menghadapi kematia

D. Cara Penularan AIDS


Cara Penularan AIDS dikelompokkan dalam Penyakit Menular Seksual (PMS)
karena paling banyak ditularkan melalui hubungan seksual (90%). Cairan tubuh
yang paling banyak mengandung HIV adalam semen (air mani) dan cairan
vagina/serviks serta darah, cairan mani yang keluar melalui penis pada laki-laki dan
vagina pada perempuan sebagai perantara yang paling tinggi menularkan penyakit
HIV karena bagian penis dan vagina memiliki struktur lapisan epitel skuamukosa
tipis yang mudah ditembusi oleh kuman HIV sampai ke dalam jaringan ikat yang
kaya pembuluh darah dan darah sehingga penularan utama HIV adalah melalui 3
jalur yang melibatkan cairan tubuh tersebut yaitu : a. Transseksual atau jalur
hubungan seksual (Homoseksual/ heteroseksual). MODUL PEMBELAJARAN
KEPERAWATAN HIV AIDS | BAB 2 26 b. Transhorisontal atau jalur pemindahan
darah atau produk darah seperti : transfusi darah, melalui alat suntik, alat tusuk tato,
tindik, alat bedah, dokter gigi, alat cukur dan melukai luka halus di kulit, jalur
transplantasi alat tubuh. c. Transvertikal atau jalur transplasental : janin dalam
kandungan ibu hamil denga HIV positif akan tertular (Infeksi transplasental) dan
infeksi perinatal melalui ASI atau virus HIV dapat ditemukan dalam air liur, air mata
tetapi penularan melalui bahan ini belum terbukti kebenarannya karena jumlah HIV-
nya sangat sedikit. HIV juga tidak menular lewat jabat tangan, bercium pipi,
bersin/batuk dekat penderita AIDS, berenag bersama dalam satu kolam renang,
hidup serumah dengan pengidap HIV tanpa hubungan seksual, hewan seperti
nyamuk, kutuk busuk dan serangga lainnya belum terbukti dapat menularkan HIV.

E. Long Term Care Pada Pasien HIV/AIDS


Perawatan terbagi menjadi tempat perawatan berbasis keluarga, masyarakat,
puskesmas, dan rumah sakit
1. Keluarga: Anggota keluarga perlu peduli dan bekerja sama dengan relawan
untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan gizi, tata cara perawatan di
rumah, dan pemulasaran jenazah

5
2. Masyarakat: Dukungan social dari tetangga dan komunitas social
3. Puskesmas: Mendapatkan pelayanan kesehatan dasar dan pengobatan
sederhana
4. Rumah sakit: Mendapatkan pelayanan rawat inap untuk perawatan infeksi
oportunistik (infeksi penyerta), pelayanan preventingnmother to child
transmission (PMTCT), dan pengobatan

Program ini dimulai sejak seseorang didiagnosis HIV dan setuju untuk
didampingi oleh relawan atau petugas lapangan (manager kasus) yang baisanya
berasal dari lembaga swadaya masyarakat (LSM). Kegiatan ini meliputi:
1. Dukungan psikologis, spiritual, hokum dan HAM, serta dukungan sosio-ekonomi
a. Psikologis: Upaya manager kasus untuk mendampingi dan memberi
dukungan moral untuk meningkatkan rasa percaya diri klien serta
pendampingan untuk mendapatkan akses perawatan dan pengobatan di
rumah sakit
b. Spiritual: Manager kasus bekerja sama dengan tokoh agama untuk memberi
nasihat dan dukungan melalui forum regular
c. Hokum dan HAM: Upaya untuk mengurangi diskriminasi dan stigma negative
dari keluarga dan masyarakat sekitar, menjaga kerahasiaan status klien dari
keluarga dan masyarakat selama klien belum sanggup untuk membuka diri,
serta mendampingi klien untuk pembelaan terhadap kasus hokum dan
pelanggaran HAM
d. Sosio-ekonomi: Upaya untuk mendapatkan dukungan dari swasta dan
pemerintah mengenai bantuan usaha ekonomi untuk peningkatan pendapatan
klien, kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan pemberdayaan klien,
dukungan finansial dari sumber yang memungkinkan terutama untuk biaya
pengobatan dan usaha ekonomi, usaha pencarian solusi untuk anak ODHA
yang yatim piatu

Dukungan pada penderita AIDS:

1. Mula-mula penderita membutuhkan kepercayaan, kasih saying dan


dukungan
2. Mereka sangat membutuhkan informasi tentang masalah yang akan
mereka hadapi dan cara untuk mengatasinya

6
3. Memegang penderita AIDS adalah penentraman hati yang penting dan
tidak membahayakan
4. Komunikasi yang teratur, terutama secara personal (menjenguk atau
menelpon), adalah penting. Buatlah janji dahulu sebelum menjenguk
karena AIDS menyebabkan kelelahan dan penjenguk tidak selalu
diharapkan
5. Komunikasi yang terbuka dan jujur adalah penting. Berbicara terbuka dan
jujur akan membantu penderita AIDS terbuka dengan anda. Bicarakan
tentang penyakitnya bila hal ini yang diinginkan. Banyak orang menyesali
penyakitnya dan merasa lebih baik bila ada seseorang yang dapat berbagi
rasa
6. Pergilah ke luar bersama dan mengunjungi orang lain
7. Tawarkan bantuan pada suatu hal yang mungkin menyulitkan penderita
8. Bila anda berada di tempat lain, pertahankan hubungan dengan menulis
surat atau menelpon

Merawat penderita AIDS:

1. Perawatan di rumah sakit: Penderita AIDS yang sakit berat paling baik
dirawat oleh perawat yang telah berpengalaman. Pengobatan di rumah
sakit ditunjukkan pada penyakit yang timbul akibat AIDS. Belum pernah
ditemukan penderita AIDS dapat sembuh. Merawat penderita AIDS adalah
aman. Kadang-kadang penjenguk terlalu melelahkan penderita, tetapi
dilain waktu, penjenguk memberi dukungan dan penenteraman
hati.tanyakan pada perawat kapan waktu terbaik untuk menjenguk
2. Perawatan di rumah: orang yang merawat penderita AIDS perlu hati-hati
dan suportif. Orang yang merawat penderita AIDS membutuhkan tindakan
sederhana untuk memotong resiko infeksi. Merawat penderita AIDS bukan
aktivitas beresiko tinggi, hidup normal serumah tidak beresiko

Pencegahan di rumah:
1. Gunakan selalu sarung tangan untuk tugas-tugas di rumah bila diperlukan.
Cuci tangan setelah setiap tugas, walaupun sudah menggunakan sarung
tangan
2. Cucilah sarung tangan dalam air dan detergen yang cukup panas

7
3. Gunakan kain pembersih lantai untuk dapur dan kamar mandi yang
berbeda
4. Gunakan selalu plester atau pembalut kedap air pada luka atau luka sayat
5. Sikat gigi dan alat cukur jangan digunakan bergantian
6. Harus digunakan sarung tangan bila membersihkan tumpahan darah,
muntahan dan sebagainya, dan buang dalam kloset
7. Lantai atau permukaan yang tertumpah cairan seperti darah, muntahan
dan sebagainya sebaiknya diseka dengan larutan pengelantang; 1 bagian
pengelantang dan 9 bagian air
8. Pakaian yang kotor dan berdarah harus dicuci dengan air panas

Untuk mencegah penularan jasad renik pada penderita AIDS:

1. Bila masak, pastikan makanan telah dimasak dengan baik


2. Cuci tangan setelah memegang binatang kesayangan dan tempat sampah
3. Batasi kontak dengan penderita AIDS bila anda menderita flu berat,
gangguan lambung atau penyakit lain

Hubungan seks dan penderita AIDS

1. Penderita AIDS harus menghindari hubungan seks yang tidak aman


2. Jangan melakukan hubungan seks tanpa pelindung, gunakan selalu
kondom
3. Beritahukan pasangan anda bahwa anda menginginkan hubungan seks
yang aman
4. Anda dapat melakukan onani, pelukan dan pijatan
5. Gunakan kondom ekstra kuat bila melakukan hubungan seks lewat dubur
6. Gunakan selalu kondom seks melalui vagina
7. Jangan memakai alat kelamin buatan secara bergantian
8. Gunakan selalu pelindung yang aman, misalnya kondom untuk hubungan
seks lewat mulut.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency
Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau:
sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat
infeksi virus HIV; atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies
lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain). Virusnya sendiri bernama Human
Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah
kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi
rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun
penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus,
namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
Dalam praktek pekerjaan sosial di bidang HIV-AIDS seorang pekerja sosial
dapat melaksanakan tugas dan peranannya, bagaimana menangani seorang
klien yang berstatus HIV positif, memberikan solusi dan mendekatkan pada
sistem sumber yang ada sehingga tidak terbelennggu dalam menghadapi
penyakitnya dan termotivasi kembali dalam menjalani hidupnya.

B. SARAN
Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan paliatif adalah
memberikan kenyamanan pada ODHA tanpa menimbulkan kecemasan
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pada ODHA
Pendekatan model asuhan keperawatan paliatif diberikan dengan melihat
kebutuhan ODHA secara holistik yang meliputi kebutuhan biologis, psikologis,
sosial, spiritual dan kultural pada ODHA dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan, meliputi pengkajian keperawatan, penegakan diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

9
DAFTAR PUSTAKA

DITJEN P2P Kemenkes RI, Laporan Perkembangan HIV/AIDS & Pencegahan


Infeksi Menular Seksual (PIMS) Triwulan 1/ Tahun 2019, diakses pada 18 Juli
dari situs siha.depkes.go.id.

Darastri Latifah, Moh. Zainuddin, Nandang Mulyana, “Peran Pendamping Bagi


Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)”. Jurnal penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, Vol. 2 No. 3 (2017).

Kurnia, Wiranti, “Pelaksanaan Konseling khusus Bagi Orang Dengan HIV/AIDS


(ODHA) Dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Di Komunitas Jaringan ODHA
Berdaya Provinsi Lampung, Skripsi Program Strata Satu, Fakultas Dakwah
Dan Ilmu Komunikasi, UIN Raden Intan Lampung, 2019.

Arumsari, Nugraheni., dkk. 2013.


Proses Komunikasi Dokter-Pasien
dalam Pelaksanaan HIV Voluntary
Counseling and Testing (VCT) di
RSUD Tugurejo Semarang. Dalam Jurnal Kajian Komunikasi dan Media Massa
Vol. I, No. 1, 2013. Hal : 1 -8. Surakarta : Pascasarjana Ilmu Komunikasi UNS.

Dharma, Adji. 1993. AIDS and You. Jakarta : Arcan


Widoyono. 2011. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &
Pemberantasannya. Jakarta : Penerbit Erlangga
DOC-20180309-WA0000.pdf, diakses pada 24 Agustus 2021

Auliasari Siskaningrum, M.Kep. Dr. Bahrudin, M.Kep.,Sp.MB. 2019


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG 2019
Modul pembelajaran HIV an AIDS http://repo.stikesicme-
jbg.ac.id/4437/2/Keperawatan%20HIV%20AIDS.pdf, diakses pada 24 agustus
2021

10

Anda mungkin juga menyukai