Anda di halaman 1dari 15

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN LANSIA

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas komunikasi dalam keperawatan II

Disusun oleh kelompok 1:

1. TARI RAHMADIYA 1811311001


2. SUCIKA APRELIZA 1811311003
3. AFIF DAFAKUSUMAH 1811311005
4. ATIKAH HAZIMAH 1811311007
5. SALSABILA GEMA TOPANI 1811311009
6. ENDRIANI GUSNI 1811311011
7. TASYA MUTIARA RAHMADINA 1811311015
8. SHINTA BELLA 1811311017
9. DELLA BUANA PUTRI 1811311019

Dosen Pengampu:

Ns. RIKA SARFIKA, S.Kep., M.Kep.

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
daan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Komunikasi Terapeutik pada Pasien Lansia”
Dalam penulisan makalah ini kami banyak sekali mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, dengan
rendah hati kami mengharapkan kritikan dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya untuk semua yang telah diberikan, kami
hanya bisa berdoa semoga budi baiknya dibalas oleh Allah SWT¸ Amin.

Padang, 15 Oktober 2019

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2


DAFTAR ISI....................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 4
B. Tujuan ..................................................................................................................... 5
C. Manfaat ................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 6
A. Konsep Dasar Komunikasi Terapeutik pada Pasien Lansia .................................... 6
B. Teknik Berkomunikasi dengan Lansia .................................................................... 7
C. Strategi Komunikasi pada Lansia ........................................................................... 9
D. Hambatan Komunikasi pada Pasien Lansia .......................................................... 11
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 14
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 14
B. Saran ..................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang
memungkinkan seseorang untuk mencitapkan, mempertahankan, dan
meningkatkan kontrak dengan oran lain karena komunikasi dilakukan oleh
seseorang, setiap hari orang seringkali salah berpikir bawa komunikasi adalah
sesuatu yang mudah. Untuk memperbaiki interpretasi pasien terhadap pesan,
perawat tidak harus terburu-buru dan mengurangi kebisingan dan distraksi.
Kalimat yang jelas dan mudah dimengerti dipakai untuk menyampaikan
pesan karena arti suatu kata sering kali telah lupa atau ada kesulitan dalam
mengorganisasi dan mengekspresikan pikiran Instruksi yang berurutan dan
sederhana dapat dipakai untuk mengingatkan pasien dan membantu.
(Bruner&Suddart, 2001: 188)
Semakin tua umur seseorang, maka semakin rentan seseorang tersebut
mengenai kesehatannya. Terdapat banyak bukti bahwa kesehatan yang
optimal pada pasien lanjut usia tidak hanya bergantung pada kebutuhan
biomedis akan tetapi juga tergantung dari perhatian terhadap keadaan sosial,
ekonomi, kultural dan psikologis pasien tersebut. Walaupun pelayanan
kesehatan secara medis pada pasien lanjut usia telah cukup baik tetapi
mereka tetap memerlukan komunikasi yang baik serta empati sebagai bagian
penting dalam penanganan persoalan kesehatan mereka. Komunikasi yang
baik ini akan sangat membantu dalam keterbatasan kapasitas fungsional,
sosial, ekonomi, perilaku emosi yang labil pada pasien lanjut usia.
Seseorang yang mengalami kepikunan, mungkin mengalami kesulitan
untuk mengerti apa yang dikatakan orang lain atau untuk mengatakan apa
yang pasien pikirkan dan inginkan. Hal ini sangat mengecewakan dan
membingungkan pasien dan pemberi asuhan oleh karena itu, perawat perlu
menciptakan komunikasi yang mudah (Wahjudi Nugroho. 2008).
Komunikasi terapeutik sangat penting dan berguna bagi pasien, karena
komunikasi yang baik dapat memberikan pengertian tingkah laku pasien dan

4
membantu pasien dalam menghadapi persoalan yang dihadapi olehnya
(Utami, 2015, dalam Prasanti, 2017).

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Perawat dapat memahami dan dapat menarapkan tentang aplikasi
komunikasi terapeutik pada lansia.
2. Tujuan khusus
a. Konsep Dasar Komunikasi Terapeutik pada Pasien Lansia
b. Teknik Berkomunikasi dengan Lansia
c. Strategi Komunikasi pada Lansia
d. Hambatan Komunikasi pada Pasien Lansia

C. Manfaat
a. Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
keterampilan kelompok dalam penerapan komunikasi terapeutik
pada lansia.
b. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi semua pembaca
tentang komunikasi terapeutik pada lansia.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Komunikasi Terapeutik pada Pasien Lansia


Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kerusakan
dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan
dengan waktu. Ada beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu
ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun. Badan kesehatan
dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses
menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia.
Kelompok lanjut usia (LANSIA) adalah kelompok penduduk yang berusia 60
tahun ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999).
Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994).
Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga
kelompok yakni :
1. Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang
baru memasuki lansia.
2. Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
3. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari
70 tahun.
Prinsip Komunikasi Terapeutik Pada Klien Lansia
1. Komunikasi pada lansia memerlukan pendekatan khusus.
Pengetahuan yang dianggapnya benar tidak mudah digantikan
dengan pengetahuan baru sehingga kepada orang lansia, tidak dapat
diajarkan sesuatu yang baru.
2. Dalam berkomunikasi dengan lansia diperlukan pengetahuan
tentang sikap-sikap yang khas pada lansia. Gunakan perasaan dan
pikiran lansia, bekerja sama untuk menyelesaikan masalah dan
memberikan kesempatan pada lansia untuk mengungkapkan

6
pengalaman dan memberi tanggapan sendiri terhadap pengalaman
tersebut.
3. Berkomunikasi dengan lansia memerlukan suasana yang saling
hormat menghormati, saling menghargai, saling percaya, dan saling
terbuka
4. Penyampaian pesan langsung tanpa perantara, saling memengaruhi
dan dipengaruhi, komunikasi secara timbal balik secara langsung,
serta dilakukan secara berkesinambungan, tidak statis, dan selalu
dinamis.
5. Kesulitan dalam berkomunikasi pada lanjut usia disebabkan oleh
berkurangnya fungsi organ komunikasi dan perubahan kognitif
yang berpengaruh pada tingkat intelegensia, kemampuan belajar,
daya memori, dan motivasi klien.

B. Teknik Berkomunikasi dengan Lansia


Teknik komunikasi terapeutik yang penting digunakan perawat menurut
Mundakir (2006) adalah asertif, responsif, fokus, supportif, klarifikasi, sabar,
dan ikhlas. Pada pasien lanjut usia, di samping karakteristik psikologis yang
harus dikenali, perawat juga harus memperhatikan perubahan-perubahan
fisik, psikologis atau sosial yang terjadi sebagai dampak proses menua.
Beberapa teknik komunikasi yang dapat diterapkan antara lain :
1. Tehnik Asertif
Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan
bicara dengan menunjukkan sikap peduli, sabar mendengarkan dan
memperhatikan ketika pasangan bicara agar maksud komunikasi atau
pembicaraan dapat dimengerti. Asertif merupakan pelaksanaan etika
berkomunikasi. Sikap ini akan sangat membantu petugas kesehatan untuk
menjaga hubungan yang terapeutik dengan klien lansia.

2. Responsif
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien
merupakan bentuk perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat
mengetahui adanya perubahan sikap atau kebiasaan klien sekecil apapun

7
hendaknya segera menanyakan atau klarifikasi tentang perubahan tersebut,
misalnya dengan mengajukan pertanyaan, "Apa yang sedang Bapak/Ibu
pikirkan saat ini ? Apa yang bisa saya bantu ?". Berespon berarti bersikap
aktif, tidak menunggu bantuan dari klien. Sikap aktif dari petugas
kesehatan ini akan menciptakan perasaan tenang bagi klien.

3. Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap
materi komunikasi yang diinginkan. Ketika klien mengungkapkan
pernyataan-pernyataan diluar materi yang diinginkan, maka perawat
hendaknya mengarahkan maksud pembicaraan. Upaya ini perlu
diperhatikan karena umumnya klien lansia senang menceritakan yang
mungkin tidak relevan untuk kepentingan petugas kesehatan.

4. Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia baik pada aspek fisik maupun
psikis secara bertahap menyebabkan emosi klien relatif menjadi labil.
Perubahan ini perlu disikapi dengan menjaga kestabilan emosi klien lansia,
misalnya dengan mengiyakan, senyum dan menganggung kepala ketika
lansia mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat dan menghargai
sesama lansia berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri
klien lansia sehingga lansia tidak merasa menjadi beban bagi keluarganya,
dengan demikian diharapkan klien termotivasi untuk mandiri dan berkarya
sesuai kemampuannya. Selama memberi dukungan baik secara moril
maupun materil, petugas kesehatan jangan sampai terkesan menggurui
atau mengajari klien karena ini dapat merendahkan kepercayaan klien
kepada perawat atau petugas kesehatan lainnya. Ungkapan-ungkapan yang
bisa memberi motivasi, meningkatkan kepercayaan diri klien tanpa
terkesan menggurui atau mengajari misalnya : "Saya yakin Bapak/Ibu
lebih berpengalaman dari saya, untuk itu kami yakin Bapak/Ibu mampu
melaksanakan....dan bila diperlukan kami siap membantu".

5. Klarifikasi

8
Dengan berbagai perubahan yang terjadi dengan lansia, sering proses
komunikasi tidak berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara
mengajukan pertanyaan ulang dan memberi penjelasan lebih dari satu kali
perlu dilakukan oleh perawat agar maksud pembicaraan kita dapat diterima
dan dipersepsikan sama oleh klien. "Bapak/Ibu bisa menerima apa yang
saya sampaikan tadi ? bisa minta tolong Bapak/Ibu untuk menjelaskan
kembali apa yang saya sampaikan tadi?"

6. Sabar dan Ikhlas


Seperti diketahui sebelumnya bahwa klien lansia umunya mengalami
perubahan-perubahan yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan.
Perubahan ini bila tidak disikapi dengan sabar dan ikhlas dapat
menimbulkan perasaan jengkel bagi perawat sehingga komunikasi yang
dilakukan tidak terpeutik, solutif, namun dapat berakibat komunikasi
berlangsung emosional dan menimbulkan kerusakan hubungan antara
klien dengan petugas kesehatan

Suasana komunikasi dengan lansia yang dapat menunjang tercapainya


tujuan yang harus diperhatikan adalah adanya suasana saling menghormati,
saling percaya, dan terbuka. Komunikasi verbal dan nonverbal adalah bentuk
komunikasi yang harus saling mendukung satu sama lain. Ekspresi wajah,
gerakan tubuh dan nada suara member tanda tentang status emosional dari
orang dewasa dan lansia. Lansia memiliki pengetahuan, pengalaman, sikap,
dan ketrampilan yang menetap dan sukar untuk dirubah dalam waktu singkat.
Memberi motivasi dan memberdayakan pengetahuan/pengalaman dan sikap
yang sudah dimiliki adalah hal yang penting untuk melakukan komunikasi
dengan lansia.

C. Strategi Komunikasi pada Lansia


1. Pendekatan fisik
Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan,
kejadian-kejadian yang dialami pasien lanjut usia semasa hidupnya,
perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa
dicapai dan dikembangkan, dan penyakit yang dapat dicegah atau ditekan

9
progresivitasnya. Perawatan fisik secara umum bagi pasien lanjut usia
dapat dibagi atas dua bagian, yakni pasien lanjut usia yang masih aktif,
yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain
sehingga untuk kebutuhan sehari-hari masih mampu melakukan sendiri;
pasien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan
fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit.

2. Pendekatan Psikis
Perawat harus mempunyai peranan penting untuk mengadakan
pendekatan edukatif pada lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai
supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, dan sebagai
sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan
ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak
untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa
puas. Perawat harus selalu memegang prinsip “Triple S”, yaitu sabar,
simpatik, dan service. Bila perawat ingin mengubah tingkah laku dan
pandangan mereka terhadap kesehatan, perawat bisa melakukannya
secara perlahan dan bertahap, perawat harus dapat mendukung mental
mereka ke arah pemuasan pribadi sehingga seluruh pengalaman yang
dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu diusahakan agar di masa
lanjut usia ini mereka dapat merasa puas dan bahagia.

3. Pendekatan Sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah
satu upaya perawat dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk
berkumpul bersama dengan sesama klien lanjut usia berarti menciptakan
sosialisasi mereka. Pendekatan sosial ini merupakan suatu pegangan bagi
perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah makhluk sosial yang
membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaannya, perawat dapat
menciptakan hubungan sosial antara lanjut usia dan lanjut usia maupun
lanjut usia dan perawat sendiri. Para lanjut usia perlu dirangsang untuk
mengetahui dunia luar, seperti menonton tv, mendengar radio, atau
membaca majalah dan surat kabar.

10
4. Pendekatan Spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin
dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnya, terutama
bila pasien lanjut usia dalam keadaan sakit atau mendekati kematian.
Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi pasien lanjut usia yang
menghadapi kematian, Dr. Tony Setyabudhi mengemukakan bahwa maut
seringkali menggugah rasa takut. Rasa takut semacam ini didasari oleh
berbagai macam faktor, seperti ketidakpastian akan pengalaman
selanjutnya, adanya rasa sakit atau penderitaan yang sering
menyertainya, kegelisahan untuk tidak kumpul lagi dengan keluarga atau
lingkungan sekitarnya.

D. Hambatan Komunikasi pada Pasien Lansia


a. Mendominasi pembicaraan
Karakter lansia yang terkadang merasa lebih tua dan mengerti
banyak hal menimbulkan perasaan bahwa ia mengetahui segalanya.
Kondisi seperti ini akan menyebabkan seorang lansia jadi lebih
mendominasi pembicaraan atau komunikasi. Selanjutnya adalah ia tidak
akan merasa senang jika lawan bicaranya memotong pembicaraan yang
sedang ia lakukan. Hal ini akan sangat menyulitkan pembicaraan yang
terjadi.

b. Mempertahankan hak dengan menyerang


Kebanyakan lansia memang bersifat agresif. Beberapa dari mereka
berusaha untuk mempertahankan haknya dengan menyerang lawan
bicaranya.
c. Cuek
Cuek oleh lansia ditandai dengan sikap menarik diri saat akan
diajak berbicara atau berkomunikasi. Sikap seperti ini biasanya diikuti
dengan perasaan menyepelekan orang lain.
d. Kondisi fisik
Para lansia yang akan diajak berkomunikasi tentunya memiliki
keterbatasan fisik yang membuatnya menjadi kesulitan dalam

11
berkomunikasi.Banyak masalah yang timbul akibat kondisi fisik yang
tidak baik pada lansia. Misalnya saja jika ia memiliki masalah pada
pendengaran, tentunya akan menjadi masalah juga dalam komunikasi.
Lansia tersebut akan membutuhkan alat bantu dengar agar ia dapat
berkomunikasi dengan baik dan lancar.
5. Stress
Lansia sangat mudah diserang stress,baik dari kondisi fisiknya
maupun faktor lain. Jika seorang lansia sudah menderita stres, maka ia
akan selalu mudah marah dan tidak mau mendengar apapun yang
dikatakan oleh orang lain. Kondisi ini hanya bisa diperbaiki jika sumber
dari beban pikirannya telah diatasi.
6. Mempermalukan orange lain di depan umum
Lansia yang selalu merasa benar dan tahu segalanya biasanya juga
akan mempermalukan orang lain di depan umum.Hal ini sering dilakukan
untuk menutupi kekurangan yang terdapat dalam diri mereka sendiri.
7. Tertidur
Beberapa lansia mengalami masalah dengan sistem saraf mereka
sehingga banyak dari mereka yang mungkin akan tertidur ketika diajak
berbicara.
8. Lupa
Lupa adalah salah satu ciri dari seorang lansia. Kebanyakan lansia
akan berkali-kali menanyakan hal yang sama meskipun sudah dijawab
berulang kali.Jika lawan bicaranya tidak sabar, maka komunikasi yang
terjadi pun menjadi tidak lancar. Menjadi sebuah kewajaran dimana
lansia menjadi sangat pelupa, sehingga sangat dibutuhkan pengertian dan
kesabaran dari lawan bicara dalam menghadapi lansia.
9. Gangguan penglihatan
Komunikasi pada lansia juga sering terkendala akibat adanya
gangguan penglihatan pada lansia. Gangguan penglihatan yang terjadi
bisa berupa rabun jauh, dekat, atau bahkan sulit melihat.
10. Lansia yang lebih banyak diam

12
Lansia yang diajak melakukan komunikasi namun lebih banyak
diam biasanya merupakan jenis lansia yang pasif. Lansia dengan kondisi
seperti ini akan menyerahkan setiap topik dan keputusan dalam sebuah
komunikasi pada lawan bicaranya.
11. Cerewet
Bagi kebanyakan orang, lansia adalah pribadi yang cerewet yang
dihindari untuk diajak bicara. Beberapa lansia memang terkesan sangat
cerewet.
12. Pemarah
Lansia identik dengan berbagai macam penyakit dan komplikasi.
Rasa sakit yang dirasakan tentu saja akan membuatnya tidak nyaman dan
menjadi mudah marah, bahkan meskipun tidak ada penyebabnya.Rasa
mudah marah ini membuat banyak orang menjadi malas untuk
melakukan cara berkomunikasi dengan baik dengan lansia karena akan
selalu disalahkan atas segala sesuatu yang ada

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan
dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan
dengan waktu. Penggolongan lansia terdiri dari tiga kelompok. Dalam
berkomunikasi dengan lansia diperlukan pengetahuan tentang sikap-sikap
yang khas pada lansia. Gunakan perasaan dan pikiran lansia, bekerja sama
untuk menyelesaikan masalah dan memberikan kesempatan pada lansia untuk
mengungkapkan pengalaman dan memberi tanggapan sendiri terhadap
pengalaman tersebut. Banyak strategi yang digunakan untuk melakukan
pendekatan kepada pasien lansia. Ada strategi-strategi khusus untuk
berkomunikasi terapeutik kepada pasien lansia.

B. Saran
Kita sebagai perawat harus mampu mempraktekkan komunikasi
terapeutik kepada pasien lansia yang bertujuan untuk kesembuhan pasien.
Dengan melakukan komunikasi terapeutik tersebut kita bisa mendapatkan
data-data apa yang kita cari.

14
DAFTAR PUSTAKA

Rika Sarfika, dkk. 2018. BUKU AJAR KEPERAWATAN DASAR 2 KOMUNIKASI


TERAPEUTIK DALAM KEPERAWATAN. Padang: Andalas University
Press
Damaiyanti, Mukhripah. 2010. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik
Keperawatan. Bandung: Refika Aditama.
Cangara, Hafied. 2012. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja
GrafindoPersada.

15

Anda mungkin juga menyukai