KIPI
a. Definisi KIPI
KIPI adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa 1 bulan
setelah imunisasi.
b. Klasifikasi KIPI
1) Kesalahan program/teknik pelaksanaan
Berhubungan dengan masalah program atau teknik pelaksanaan imunisasi yang
meliputi kesalahan program penyimpanan, pengelolaan, dan tata laksana pemberian
vaksin, misalnya :
a. Dosis antigen (terlalu banyak)
b. Lokasi dan cara menyuntik
c. Sterilisasi spuit dan jarum suntik
d. Jarum bekas pakai
e. Tindakan dan antiseptic
f. Kontaminasi vaksin dan peralatan suntik
g. Penyimpanan vaksin
h. Pemakaian sisa vaksin
i. Jenis dan jumlah pelarut vaksin
j. Tidak memperhatikan petunjuk pemakaian, indikasi dan kontraindikasi)
2) Reaksi suntikan
Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk jarum suntik baik langsung (rasa
sakit, bengkak dan merah pada bekas suntikan) maupun tidak langsung (rasa takut,
pusing, mual, sampai sinkope) harus dicatat sebagai reaksi KIPI.
a. Reaksi vaksin
Gejala KIPI disebabkan induksi atau reaksi vaksin umumnya sudah dapat
diprediksi terlebih dahulu karena merupakan reaksi simpang vaksin dan secara
klinis biasanya ringan. Walaupun demikian dapat saja terjadi gejala klinis hebat
seperti reaksi anafilaksis sistemik dengan risiko kematian.
b. Factor kebetulan (koinsiden)
1
Indicator factor kebetulan ditandai dengan ditemukannya kejadian yang sama
disaat bersamaan pada kelompok populasi setempat dengan karakteristik serupa
tetapi tidak mendapat imunisasi.
c. Penyebab tidak diketahui
Bila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat dikelompokkan kedalam
salah satu penyebab mmaka untuk sementara dimasukkan kedalam kelompok ini
sambil menunggu informasi lebih lanjut. Biasanya dengan kelengkapan informasi
tersebut akan dapat ditentukan kelompok penyebab KIPI.
3) Pelaporan KIPI
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pelaporan
a. Identitas : nama anak, tanggal dan tahun lahir (umur), jenis kelamin nama orang
tua dan alamat harus jelas.
b. Jenis vaksin yang diberikan, dosis, nomor batch, siapa yang memberikan
c. Nama dokter yang bertanggung jawab
d. Adakah KIPI pada imunisasi terdahulu
e. Gejala klinis yang timbul dan diagnosis (bila ada) bila tidak terdeteksi dalam
kolom tertulis.lah dirawat dan sembuh
f. Waktu pemberian imunisasi (tanggal, jam)
g. Saat timbulnya gejala KIPI sehingga diketahui, berapa lama interval waktu antara
pemberian imunisasi dengan terjadinya KIPI
h. Apakah terdapat gejala sisa, setelah dirawat dan sembuh
i. Bagaimana cara menyelesaikan masalah KIPI (kronologis)
j. Adakah tuntunan dari keluarga)
4) Deteksi dan pelaporan KIPI
Kejadian ikutan pasca imunisasi adalah insiden medic yang terjadi setelah imunisasi
dan dianggap disebebkan oleh imunisasi
5) KIPI yang harus dilaporkan
Semua kejadian yang berhubungan dengan imunisasi seperti :
a. Abses pada tempat suntikan
b. Semua kasus limfadenitis BCG
2
c. Semua kematian, semua kasus rawat inap dan Insiden medic yang berat atau tidak
lazim yang diduga oleh petugas kesehatan atau masyarakat yang berhungungan
dengan imunisasi.
us KIPI
1. Hepatitis B
1. Definisi
Hepatitis B merupakan penyakit endemic dihampir seluruh bagian dunia. Pada
anak sering menimbulkan gejala yang minimal bahkan sering menjadi sub-klinik,
namun sering menyebabkan hepatitis yang kronik, yang dalam kurun waktu 10-20
tahun dapat menjadi sirosis ataupun hepatoma, sedangkan pada orang dewasa
lebih sering menjadi hepatitis akut. Hepatitis B juga dapat berkembang menjadi
bentuk fulminan, dengan angka kematian yang tinggi.
(Ariyanto. 2010. Asuhan neonatus bayi dan anak balit. Jakarta. Salemba medika)
2. Cara pemberian
Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspense menjadi
hormone.
7
Vaksin disuntikkan dengan dosis 0.5 ml atau 1 (buah) HB PID pemberian
suntikan secara intaramuscular, sebaiknya pada anterolateral paha
Pemberian sebanyak 3 dosis. Dosis pertama diberikan pada usia 0-7hari, dosis
berikutnya dengan interval minimum 4 minggu (I buah).
(MODUL 1, 2, 3, 4, 5, & 6 PELATIHAN SAFE INJECTION kerjasama
direktorat jenderal PPM & PL departemen kesehatan R.I. dan path tahun 2005)
3. Pencegahan
Dilakukan dengan menghindari kontak dengan virus baik terhadap pengidap, ,
donor darah, donor tubuh, transplantasi, maupun alat-alat kedokteran.
Dapat pula dengan pemberian kekebalan melalui imunisasi , baik imunisasi aktif
maupun pasif.
(Ariyanto. 2010. Asuhan neonatus bayi dan anak balit. Jakarta. Salemba medika)
4. KIPI
Efek samping yang terjadi pasca imunisasi hepatitis B pada umumnya ringan,
hanya berupa nyeri, bengkak, mual, panas, dan nyeri sendi maupun otot.
(Ariyanto. 2010. Asuhan neonatus bayi dan anak balit. Jakarta. Salemba medika)
Efek samping yang terjadi umumnya berupa reaksi local yang ringan serta bersifat
sementara, kadang-kadang dapat menimbulkan demam ringan untuk 1-2 hari.
(prof. DR. Dr. Sri Rezeki S Hadinegoro, SpA(K). 2005. Pedoman imunisasi
diindonesia. Jakarta. Badan penerbit pengurus pusat ikatan dokter anak Indonesia)
5. Kontraindikasi
Sampai saat ini belum dipastikan adanya kontraindikasi absolit terhadap
pemberian imunisasi hepatitis B, kecuali pada ibu hamil.
(Ariyanto. 2010. Asuhan neonatus bayi dan anak balit. Jakarta. Salemba medika)
8
Daftar pustaka
(Ariyanto. 2010. Asuhan neonatus bayi dan anak balit. Jakarta. Salemba medika)
(prof. DR. Dr. Sri Rezeki S Hadinegoro, SpA(K). 2005. Pedoman imunisasi diindonesia. Jakarta.
Badan penerbit pengurus pusat ikatan dokter anak Indonesia)
(Dr. I. Nyoman Kandun MPH. 2005. Pedoman teknis imunisasi tingkat puskesmas. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI)
(Ariyanto.2008. pengantar ilmu kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan. Jakarta. Salemba
medika).
9
10