Anda di halaman 1dari 10

3.

KIPI
a. Definisi KIPI
KIPI adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa 1 bulan
setelah imunisasi.
b. Klasifikasi KIPI
1) Kesalahan program/teknik pelaksanaan
Berhubungan dengan masalah program atau teknik pelaksanaan imunisasi yang
meliputi kesalahan program penyimpanan, pengelolaan, dan tata laksana pemberian
vaksin, misalnya :
a. Dosis antigen (terlalu banyak)
b. Lokasi dan cara menyuntik
c. Sterilisasi spuit dan jarum suntik
d. Jarum bekas pakai
e. Tindakan dan antiseptic
f. Kontaminasi vaksin dan peralatan suntik
g. Penyimpanan vaksin
h. Pemakaian sisa vaksin
i. Jenis dan jumlah pelarut vaksin
j. Tidak memperhatikan petunjuk pemakaian, indikasi dan kontraindikasi)
2) Reaksi suntikan
Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk jarum suntik baik langsung (rasa
sakit, bengkak dan merah pada bekas suntikan) maupun tidak langsung (rasa takut,
pusing, mual, sampai sinkope) harus dicatat sebagai reaksi KIPI.
a. Reaksi vaksin
Gejala KIPI disebabkan induksi atau reaksi vaksin umumnya sudah dapat
diprediksi terlebih dahulu karena merupakan reaksi simpang vaksin dan secara
klinis biasanya ringan. Walaupun demikian dapat saja terjadi gejala klinis hebat
seperti reaksi anafilaksis sistemik dengan risiko kematian.
b. Factor kebetulan (koinsiden)

1
Indicator factor kebetulan ditandai dengan ditemukannya kejadian yang sama
disaat bersamaan pada kelompok populasi setempat dengan karakteristik serupa
tetapi tidak mendapat imunisasi.
c. Penyebab tidak diketahui
Bila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat dikelompokkan kedalam
salah satu penyebab mmaka untuk sementara dimasukkan kedalam kelompok ini
sambil menunggu informasi lebih lanjut. Biasanya dengan kelengkapan informasi
tersebut akan dapat ditentukan kelompok penyebab KIPI.
3) Pelaporan KIPI
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pelaporan
a. Identitas : nama anak, tanggal dan tahun lahir (umur), jenis kelamin nama orang
tua dan alamat harus jelas.
b. Jenis vaksin yang diberikan, dosis, nomor batch, siapa yang memberikan
c. Nama dokter yang bertanggung jawab
d. Adakah KIPI pada imunisasi terdahulu
e. Gejala klinis yang timbul dan diagnosis (bila ada) bila tidak terdeteksi dalam
kolom tertulis.lah dirawat dan sembuh
f. Waktu pemberian imunisasi (tanggal, jam)
g. Saat timbulnya gejala KIPI sehingga diketahui, berapa lama interval waktu antara
pemberian imunisasi dengan terjadinya KIPI
h. Apakah terdapat gejala sisa, setelah dirawat dan sembuh
i. Bagaimana cara menyelesaikan masalah KIPI (kronologis)
j. Adakah tuntunan dari keluarga)
4) Deteksi dan pelaporan KIPI
Kejadian ikutan pasca imunisasi adalah insiden medic yang terjadi setelah imunisasi
dan dianggap disebebkan oleh imunisasi
5) KIPI yang harus dilaporkan
Semua kejadian yang berhubungan dengan imunisasi seperti :
a. Abses pada tempat suntikan
b. Semua kasus limfadenitis BCG

2
c. Semua kematian, semua kasus rawat inap dan Insiden medic yang berat atau tidak
lazim yang diduga oleh petugas kesehatan atau masyarakat yang berhungungan
dengan imunisasi.

(Dr. I. Nyoman Kandun MPH. 2005. Pedoman teknis imunisasi tingkat


puskesmas. Jakarta. Departemen Kesehatan RI).

No. KIPI Gejala Tindakan Keterang


an
1. Vaksin
Reaksi local - Nyeri,eritema, - Kompres Pengobata
ringan bengkak didaerah hangat n dapat
bekas suntikan - Jika nyeri dilakukan
<1cm mengganggu oleh guru
- Timbul <48 jam dapat UKS atau
setelah imunisasi diberikan orang tua
parasetamol
1/2-1 tablet
Reaksi local berat - Eritema/indurasi - Kompres Jika tidak
(jarang terjadi) >8 cm - Parasetamol ada
- Nyeri bengkak ½-1 tablet perubahan
dan hubungi
me=anifestasi puskesmas
sistemik terdekat
Reaksi arthus - Nyeri bengkak, - Kompres
indurasi dan - Parasetamol
edema ½-1 tablet
- Terjadi akibat - Dirujuk dan
reimunisasi pada dirawat di RS
pasien dengan
kadar antibody
yang masih
tinggi
- Timbul beberapa
jam dengan
puncaknya 12-36
jam setelah
imunisasi
Reaksi umum Demam, lesu, nyeri otot, - Berikan
(sistemik) nyeri kepala dan minum
3
menggigil hangat dan
selimut
- Parasetamol
½-1 tablet
Kolaps/keadaan - Episode - Rangsang
seperti syok hipotonik dengan
hiporesponsif wangian atau
- Anak tetap sadar bahan
tetapi tidak merangsang
bereaksi terhadap - Bila belum
rangsangan dapat diatasi
- Pada dalam waktu
pemeriksaan 30 menit
frekuensi, segera rujuk
amplitude nadi kepuskesmas
serta tekanan terdekat
darah tetap dalam
batas normal.
Sindrom Gullain- - Lumpuh, layu, - Rujuk segera Perlu
Barre (jarang simetris, ke RS untuk untuk
terjadi) asendens perawatan survey
(menjalar keatas) dan AFP
biasanya tungkai pemeriksaan
bawah lebih lanjut
- Ataksia
- Penurunan
refleksi tendon
- Gangguan
menelan
- Gangguan
pernafasan
- Parestesi
- Meningismus
- Tidak demam
- Peningkatan
protein dalam
cairan
serebrospinal
tanpa pleositosis
- Terjadi antara 5
hari sampai 6
minggu setelah
imunisasi
- Perjalanan
penyakit dari 1
s/d 3-4 hari
4
- Prognosis
umumnya baik
Neuritis brakial - Nyeri didalam - Parasetamol
(neuropati peksus terus menerus ½-1 tablet
brakialis) pada daerah bahu - Bila gejala
dan lengan atas menetap
- Terjadi 7 jam s/d rujuk ke RS
3 minggu setelah untuk
imunisasi fidioterapi
Syok anafilaksis - Terjadi - Suntikan
mendadak adrenalin 1:
- Gejala klasik, 1000, dosis 1-
kemerah merata, 0,3 ml
edem - Jika pasien
- Uritaria, sembab membaik dan
pada kelopak stabil
mata, sesak, dilanjutkan
nafas berbunyi dengan
- Jantung berdebar suntikkan
kencang deksametason
- Anak (1 amp)
pingsan/tidak secara
sadar intramuscular
- Dapat pula /intravena
terjadi langsung - Segera
berupa tekanan pasang infuse
darah menurun NaCl 0,9% 12
dan pingsan tetes/menit
tanpa diketahui - Rujuk ke RS
gejala lain terdekat
2. Tatalaksana
program
Abses dingin - Bengkak dan - Kompres Jika tidak
keras, nyeri hangat ada
daerah bekas - Parasetamol perubahan
suntikan. Terjadi ½-1 tablet hubungi
karena vaksin puskesmas
disuntikkan terdekat
masih dingin
Pembengkakan - Bengkak - Kompres Jika tidak
disekitar bekas hangat ada
suntikkan perubahan
- Terjadi karena hubungi
penyuntikkan puskesmas
kurang dalam terdekat
5
sepsis - Bengkak - Kompres
disekitar suntikan hangat
- Demam - Parasetamol
- Terjadi karena ½-1 tablet
jarum suntik - Rujuk ke RS
tidak steril terdekat
- Gejala timbul 1
minggu atau
lebih setelah
penyuntikan
Tetanus Kejang, dapat disertai Rujuk ke RS terdekat
dengan demam, anak
tetap sadar
Kelumpuhan/kele - Lengan sebelah Rujuk ke RS terdekat
mahan otot (daerah yang untuk fisioterapi
disuntik), tidak
bias digerakkan
- Terjadi karena
daerah
penyuntikan
salah (bukan
pertengahan
muskulus
deltoid)
3. Factor
penerima/pejam
u
Alergi - Pembengkakan Suntian dexametason Tanyakan
bibir dan 1 amp im/v. jika pada
tenggorokan, berlanjut pasang orangtua
sesak nafas infuse NaCl 0,9 % 12 adakah
eritema, papula tetes/menit penyakit
terasa gatal alergi
- Tekanan darah
menurun
Faktor psikologis - Ketakutan Tenangkan penderita Sebelum
- Berteriak beri minum air penyuntik
- Pingsan hangat : kan guru
- Beri sekolah
wewangian/al dapat
kohol memberik
- Setelah sadar an
beri minum pengertian
the manis dan
hangat menenang
6
6) T kan murid.
Bila
a
berlanjut
t hubungi
puskesmas
a
4. l Koinsiden - Gejala penyakit - Tangani
(factor terjadi secara penderita
a kebetulan) kebetulan sesuai gejala
k bersamaan - Cari
dengan waktu informasi
s imunisasi apakah ada
a - Gejala dapat kasus lain
berupa salah satu disekitarnya
n gejala KIPI pada pada
a tersebut diatas anak yang
atau bentuk lain tidak di
imunisasi
k - Kirim ke RS
untuk
a pemeriksaan
s lebih lanjut

us KIPI

1. Hepatitis B
1. Definisi
Hepatitis B merupakan penyakit endemic dihampir seluruh bagian dunia. Pada
anak sering menimbulkan gejala yang minimal bahkan sering menjadi sub-klinik,
namun sering menyebabkan hepatitis yang kronik, yang dalam kurun waktu 10-20
tahun dapat menjadi sirosis ataupun hepatoma, sedangkan pada orang dewasa
lebih sering menjadi hepatitis akut. Hepatitis B juga dapat berkembang menjadi
bentuk fulminan, dengan angka kematian yang tinggi.
(Ariyanto. 2010. Asuhan neonatus bayi dan anak balit. Jakarta. Salemba medika)

2. Cara pemberian
Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspense menjadi
hormone.

7
Vaksin disuntikkan dengan dosis 0.5 ml atau 1 (buah) HB PID pemberian
suntikan secara intaramuscular, sebaiknya pada anterolateral paha
Pemberian sebanyak 3 dosis. Dosis pertama diberikan pada usia 0-7hari, dosis
berikutnya dengan interval minimum 4 minggu (I buah).
(MODUL 1, 2, 3, 4, 5, & 6 PELATIHAN SAFE INJECTION kerjasama
direktorat jenderal PPM & PL departemen kesehatan R.I. dan path tahun 2005)

3. Pencegahan
Dilakukan dengan menghindari kontak dengan virus baik terhadap pengidap, ,
donor darah, donor tubuh, transplantasi, maupun alat-alat kedokteran.
Dapat pula dengan pemberian kekebalan melalui imunisasi , baik imunisasi aktif
maupun pasif.
(Ariyanto. 2010. Asuhan neonatus bayi dan anak balit. Jakarta. Salemba medika)

4. KIPI
Efek samping yang terjadi pasca imunisasi hepatitis B pada umumnya ringan,
hanya berupa nyeri, bengkak, mual, panas, dan nyeri sendi maupun otot.
(Ariyanto. 2010. Asuhan neonatus bayi dan anak balit. Jakarta. Salemba medika)
Efek samping yang terjadi umumnya berupa reaksi local yang ringan serta bersifat
sementara, kadang-kadang dapat menimbulkan demam ringan untuk 1-2 hari.
(prof. DR. Dr. Sri Rezeki S Hadinegoro, SpA(K). 2005. Pedoman imunisasi
diindonesia. Jakarta. Badan penerbit pengurus pusat ikatan dokter anak Indonesia)

5. Kontraindikasi
Sampai saat ini belum dipastikan adanya kontraindikasi absolit terhadap
pemberian imunisasi hepatitis B, kecuali pada ibu hamil.
(Ariyanto. 2010. Asuhan neonatus bayi dan anak balit. Jakarta. Salemba medika)

8
Daftar pustaka

(Ariyanto. 2010. Asuhan neonatus bayi dan anak balit. Jakarta. Salemba medika)

(prof. DR. Dr. Sri Rezeki S Hadinegoro, SpA(K). 2005. Pedoman imunisasi diindonesia. Jakarta.
Badan penerbit pengurus pusat ikatan dokter anak Indonesia)

(Dr. I. Nyoman Kandun MPH. 2005. Pedoman teknis imunisasi tingkat puskesmas. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI)

(Hartomo. 2013. DETEKSI PENYAKIT ANAK & PENGOBATANNYA. Jakarta. platinum)

(MODUL 1, 2, 3, 4, 5, & 6 PELATIHAN SAFE INJECTION kerjasama direktorat jenderal PPM


& PL departemen kesehatan R.I. dan path tahun 2005)

(Ariyanto.2008. pengantar ilmu kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan. Jakarta. Salemba
medika).

9
10

Anda mungkin juga menyukai