Anda di halaman 1dari 18

KOMUNIKASI PADA LANSIA

Kelompok 2

Disusun oleh :

1. Reza Eka (19.0601.0013) 7. Iqbal Maulana (19.0601.0019)


2. Novita R (19.0601.0014) 8. Ella Pradita (19.0601.0020)
3. Okta Maulia K (19.0601.0015) 9. Erra K
(19.0601.0021)
4. Indri A R (19.0601.0016) 10. Reni M (19.0601.0022)
5. Zini Puspita (19.0601.0017) 11. Mei Lutfi (19.0601.0023)
6. Randhika A (19.0601.0018) 12. Nirmala T (19.0601.0024)

KEPERAWATAN D3

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

TAHUN AKADEMIK 2019/2020

i
ii
KATA PENGANTAR

Assalamua’laikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dengan judul
“KOMUNIKASI PADA LANSIA”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah
ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Magelang, 26 Maret 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................1

DAFTAR ISI.......................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................3

1.1 Latar Belakang........................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................3

1.3 Tujuan......................................................................................................4

1.4 Manfaat....................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................5

2.1 Definisi Komunikasi pada Lansia..........................................................5

2.2 Teknik Komunikasi pada Lansia...........................................................6

2.3 Teknik Pendekatan Komunikasi pada Lansia......................................8

2.4 Teknik Perawatan Lansia pada Reaksi Penolakan..............................9

2.5 Hambatan Berkomunikasi dengan Lansia..........................................11

2.5.1 Agresif..............................................................................................11

2.5.2 Non Asertif.......................................................................................11

2.6 Prinsip-prinsip Komunikasi Terapeutik Pada Lansia.......................13

BAB III PENUTUP..........................................................................................15

3.1 Kesimpulan............................................................................................15

3.2 Saran.......................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................16

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang
memungkinkan seseorang menetapkan, mempertahankan, dan
meningkatkan kontak dengan orang lain. Komunikasi sebenarnya adalah
proses yang kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta
memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan
lingkungan sekitarnya.
Untuk memperbaiki interpretasi pasien terhadap pesan, perawat harus
tidak terburu-buru dan mengurangi kebisingan serta distraksi. Kalimat yang
jelas dan mudah dimengerti dipakai untuk menyampaikan pesan karena arti
suatu kata sering kali telah lupa atau ada kesulitan dalam mengorganisasi
dan mengekspresikan pikiran. Instruksi yang berurutan dan sederhana dapat
dipakai untuk mengingatkan pasien dan sering sangat membantu.
Komunikasi pada lansia membutuhkan perhatian khusus. Perawat harus
waspada terhadap perubahan fisik, psikologi, emosi, dan sosial yang
mempengaruhi pola komunikasi. Perubahan yang berhubungan dengan
umur dalam sistem auditors dapat mengakibatkan kerusakan pada
pendengaran. Perubahan pada telinga bagian dalam dan telinga
menghalangi proses pendengaran pada lansia sehingga tidak toleran
terhadap suara.
1.2 Rumusan Masalah
1. Definisi Komunikasi pada Lansia
2. Teknik Komunikasi pada Lansia
3. Teknik Pendekatan Komunikasi pada Lansia
4. Teknik Perawatan Lansia pada Reaksi Penolakan
5. Hambatan Berkomunikasi dengan Lansia
6. Prinsip Komunikasi Terapeutik Pada Lansia

3
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi komunikasi pada lansia
2. Mengetahui teknik komunikasi pada lansia
3. Mengetahui teknik pendekatan komunikasi pada lansia yang
digunakan
4. Mengetahui teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan
5. Mengetahui hambatan berkomunikasi dengan lansia
1.4 Manfaat
Menambah wawasan dan pengetahuan kepada para pembaca mengenai
komunikasi pada lansia.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Komunikasi pada Lansia


Komunikasi merupakan suatu hubungan atau kegiatan-kegiatan
yang berkaitan dengan masalah atau dapat diartikan sebagai proses saling
tukar-menukar pendapat serta dapat diartikan sebagai hubungan kontak
antara manusia baik individu maupun kelompok.

Lansia merupakan periode dimana organisme telah mencapai


kemasakan dalam ukuran, fungsi, dan juga telah menunjukkan kemunduran
sejalan dengan waktu. Ada beberapa pendapat mengenai “usia
kemunduran” yaitu ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun, dan 70 tahun.
Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang
menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang
disebut lanjut usia. Kelompok lanjut usia (LANSIA) adalah kelompok
penduduk yang berusia 60 tahun ke atas.

Berdasarkan usianya, organisasi kesehatan dunia (WHO)


mengelompokkan usia lanjut menjadi empat macam meliputi:

1. Usia pertengahan (middle age) kelompok usia 45 sampai 59


tahun
2. Usia lanjut (elderly) kelompok usia antara 60 sampai 70 tahun
3. Usia lanjut usia (old) kelompok usia antara 75 sampai 90 tahun
4. Usia tua (very old) kelompok usia di atas 90 tahun

Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan


jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi. Karena itu di

5
dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan
struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan
mengakhiri hidup dengan episode terminal.

Dalam komunikasi dengan lansia harus diperhatikan faktor fisik,


psikologi, maupun lingkungan dalam situasi individu harus
mengaplikasikan keterampilan komunikasi yang tepat. Di samping itu,
diperlukan juga pemikiran penuh serta memperhatikan waktu yang tepat.

2.2 Teknik Komunikasi pada Lansia


Untuk dapat melaksanakan komunikasi yang efektif pada lansia,
selain pemahaman yang memadai tentang karakteristik lansia, petugas
kesehatan atau perawat juga harus mempunyai teknik-teknik khusus agar
komunikasi yang di lakukan dapat berlangsung secara lancar dan sesuai
dengan tujuan yang diinginkan.

Beberapa teknik komunikasi yang dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Teknik Asertif

Asertif yaitu sikap yang dapat menerima, memahami pasangan


bicara dengan menunjukkan sikap peduli dan sabar untuk mendengarkan
dan memperhatikan ketika pasangan bicara agar maksud pembicaraan
dapat di mengerti. Asertif merupakan pelaksanaan dan etika
berkomunikasi. Sikap ini akan sangat membantu petugas kesehatan
untuk menjaga hubungan yang terapeutik dengan klien lansia.

2. Responsive

Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien


merupakan bentuk perhatian petugas kepada klien. Sikap aktif dari
petugas kesehatan ini akan menciptakan perasaan tenang bagi klien.
Ketika perawat mengetahui adanya perubahan sikap atau kebiasaan

6
klien sekecil apapun hendaknya menanyakan atau klarifikasi tentang
perubahan tersebut misalnya dengan mengajukan pertanyaan seperti
‘apa yang sedang bapak/ibu pikirkan saat ini?’, ‘apa yang bisa saya
bantu…?’

3. Focus

Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap


materi komunikasi yang diinginkan. Ketika klien mengungkapkan
pertanyaan-pertanyaan di luar materi yang diinginkan, maka perawat
hendaknya mengarahkan maksud pembicaraan. Upaya ini perlu di
perhatikan karena umumnya klien lansia senang menceritakan hal-hal
yang mungkin tidak relevan untuk kepentingan petugas kesehatan.

4. Supportif

Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik maupun
psikis secara bertahap dapat menyebabkan emosi klien relative menjadi
labil. Perubahan ini perlu disikapi dengan menjaga kestabilan emosi
klien lansia, misalnya dengan mengiyakan, senyum, dan
menganggukkan kepala ketika lansia mengungkapkan perasaannya
sebagai sikap hormat dan menghargai selama lansia berbicara. Sikap ini
dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia, sehingga lansia tidak
menjadi beban bagi keluarganya. Dengan demikian, diharapkan klien
dapat termotivasi untuk menjadi dan berkarya sesuai dengan
kemampuannya.

Selama memberi dukungan baik secara material maupun moril,


petugas kesehatan juga tidak boleh terkesan menggurui atau mengajari
klien, karena ini dapat merendahkan kepercayaan klien kepada perawat
atau petugas kesehatan lainnya. Ungkapkan kata-kata yang bisa
memberi motivasi, meningkatkan kepercayaan diri klien tanpa terkesan

7
menggurui atau mengajari misalnya dengan kalimat ‘saya yakin
bapak/ibu lebih berpengalaman dari saya, untuk itu bapak/ibu dapat
melaksanakan nya dan bila diperlukan kami dapat membantu’.

5. Klarifikasi

Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, proses


komunikasi sering tidak berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan
cara mengajukan pertanyaan ulang dan memberi penjelasan lebih dari
satu kali perlu dilakukan oleh perawat agar maksud pembicaraan dapat
diterima dan dipersepsikan sama oleh klien. Misalnya dengan
mengungkapkan kalimat ‘bapak/ibu bisa menerima apa yang saya
sampaikan tadi? bisa minta tolong bapak/ibu untuk menjelaskan
kembali apa yang saya sampaikan tadi?’

6. Sabar dan Ikhlas

Seperti diketahui sebelumnya bahwa klien lansia umumnya


mengalami perubahan-perubahan yang terkadang merepotkan dan
kekanak-kanakan, perubahan ini bila tidak disikapi dengan sabar dan
ikhlas dapat menimbulkan perasaan jengkel bagi perawat sehingga
komunikasi yang dilakukan tidak terapeutik, namun dapat juga
berakibat komunikasi berlangsung emosional dan menimbulkan
kerusakan hubungan antara klien dengan petugas kesehatan.

2.3 Teknik Pendekatan Komunikasi pada Lansia


1) Pendekatan Fisik
Mencari informasi tentang kesehatan objektif, kebutuhan,
kejadian, yang dialami, perubahan fisik organ tubuh, tingkat
kesehatan yang masih bisa dicapai dan di kembangkan serta
penyakit yang dapat dicegah progresifitasnya. Pendekatan ini

8
relative lebih mudah dilaksanakan dan dicarikan solusinya karena
riil dan mudah di observasi.
2) Pendekatan Psikologis
Pendekatan ini bersifat abstrak dan mengarah pada perubahan
perilaku, maka umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama.
Untuk melaksanakan pendekatan ini, perawat berperan sebagai
konselor dan advokat terhadap segala sesuatu yang asing atau
sebagai penampung masalah pribadi dan sebagai sahabat yang
akrab bagi klien.
3) Pendekatan Sosial
Pendekatan ini dilakukan untuk meningkatkan keterampilan
berinteraksi dalam lingkungan. Mengadakan diskusi, tukar pikiran,
bercerita, bermain, atau mengadakan kegiatan-kegiatan kelompok
merupakan implementasi dari pendekatan ini agar klien dapat
berinteraksi dengan sesama klien maupun dengan petugas
kesehatan.
4) Pendekatan Spiritual
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya
dengan Tuhan atau agama yang dianut nya terutama ketika klien
dalam keadaan sakit atau mendekati kematian.
2.4 Teknik Perawatan Lansia pada Reaksi Penolakan
Penolakan adalah ungkapan ketidakmampuan seseorang untuk
mengakui secara sadar terhadap pikiran, keinginan, perasaan, atau
kebutuhan pada kejadian-kejadian nyata atau bentuk ancaman.
Penolakan merupakan reaksi ketidaksiapan lansia menerima perubahan
yang terjadi pada dirinya.
Perawat dalam menjamin komunikasi perlu memahami kondisi
ini sehingga dapat menjalin komunikasi yang efektif dan tidak
menyinggung perasaan lansia yang relative sensitive. Beberapa langkah

9
berikut yang dapat dilaksanakan untuk menghadapi klien lansia dengan
reaksi penolakan, diantaranya:

1. Kenali segera reaksi penolakan klien


Membiarkan klien lansia bertingkah laku dalam tenggang waktu
tertentu. Hal ini merupakan mekanisme penyesuaian diri sejauh
tidak membahayakan klien, orang lain serta lingkungannya.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan, antara lain:

a. Identifikasi pikiran yang paling membahayakan dengan cara


observasi klien bila sedang mengalami puncak reaksi nya.
b. Ungkapkan kenyataan yang dialami klien secara perlahan
dimulai dari kenyataan yang merisaukan.
c. Jangan menyongkong penolakan klien, akan tetapi berikan
perawatan yang cocok bagi klien dan bicarakan sesering
mungkin jangan sampai menolak.
2. Orientasikan klien lansia pada pelaksanaan diri sendiri

Langkah ini bertujuan mempermudah proses penerimaan klien


terhadap perawatan yang akan dilakukan serta upaya untuk
memandirikan klien. Langkah yang dapat dilakukan antara lain:

a. Libatkan klien dalam perawatan dirinya, misalnya dalam


perencanaan waktu, tempat dan macam, perawatan.
b. Puji klien lansia karena usahanya untuk merawat dirinya atau
mulai mengenal kenyataan.
c. Membantu klien lansia untuk mengungkapkan keresahan atau
perasaan sedihnya dengan mempergunakan pertanyaan terbuka,
mendengarkan dan meluangkan waktu bersamanya.
3. Libatkan pihak keluarga terdekat dengan tepat

10
Langkah ini bertujuan membantu perawat atau petugas kesehatan
memperoleh sumber informasi atau data klien dan mengekfektifkan
rencana atau tindakan dapat terealisasi dengan baik dan tepat. Upaya
yang dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Melibatkan keluarga atau pihak terkait dalam membantu klien


lansia menentukan perasaannya.
b. Meluangkan waktu untuk menerangkan kepada mereka yang
bersangkutan tentang apa yang sedang terjadi pada klien lansia
serta hal-hal yang dapat di lakukan dalam rangka membantu.
c. Hendaknya pihak-pihak lain memuji usaha klien lansia untuk
menerima kenyataan.
d. Menyadarkan pihak lain akan pentingnya hukuman (bukan
hukuman fisik) apabila klien lansia mempergunakan penolakan
atau denial.
2.5 Hambatan Berkomunikasi dengan Lansia
Proses komunikasi antara petugas kesehatan atau perawat dengan klien
lansia akan terganggu apabila ada sikap agresif dan sikap non asertif.
2.5.1 Agresif
Sikap agresif dalam berkomunikasi biasanya ditandai dengan
perilaku-perilaku seperti:
1. Berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain
(lawan bicara)
2. Meremehkan orang lain
3. Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
4. Menonjolkan diri sendiri
5. Mempermalukan orang lain di depan umum, baik dengan
perkataan maupun tindakan
2.5.2 Non Asertif
Beberapa tanda-tanda dari sikap non asertif, diantarnya:

11
1. Menarik diri bila diajak berbicara
2. Merasa tidak sebaik orang lain (rendah diri)
3. Merasa tidak berdaya
4. Tidak berani mengungkapkan keyakinan
5. Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk
dirinya
6. Tampil diam (pasif)
7. Mengikuti kehendak orang lain
8. Mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga
hubungan baik dengan orang lain

Adanya hambatan komunikasi pada lansia merupakan hal


yang wajar seiring dengan menurunnya fisik dan psikis klien,
namun sebagai tenaga kesehatan yang professional, seorang
perawat dituntut mampu menghadapi hambatan tersebut untuk
itu perlu adanya teknik tertentu yang perlu diperhatikan agar
komunikasi dapat berjalan dengan efektif, antara lain:

a. Selalu mulai komunikasi dengan mengecek


pendengaran klien.
b. Keraskan suara jika memang diperlukan.
c. Dapatkan perhatian klien sebelum berbicara,
pandanglah klien agar klien dapat melihat mulut anda.
d. Atur lingkungan sehingga menjadi kondusif untuk
komunikasi yang baik, pastikan juga pencahayaan nya
cukup.
e. Ketika merawat orang tua dengan gangguan
komunikasi, ingat kelemahan nya. Jangat anggap bahwa
klien tidak kooperatif saat sedang berkomunikasi.
f. Jangan berharap berkomunikasi dengan cara yang sama
dengan orang yang tidak memiliki gangguan,

12
bertindaklah sebagai partner yang bertugas
memfasilitasi klien untuk mengungkapkan perasaan dan
pemahaman nya.
g. Berbicara dengan pelan dan jelas saat menatap matanya,
gunakan kalimat pendek dengan bahasa yang sederhana.
h. Bantulah kata-kata dengan isyarat visual.
i. Serasikan bahasa tubuh anda dengan pembicaraan anda.
j. Ringkas lah hal-hal penting dari pembicaraan tersebut.
k. Berilah klien banyak waktu untuk bertanya dan
menjawab pertanyaan yang diajukan.
l. Biarkan klien membuat kesalahan, jangan menegur
secara langsung, tahan keinginan anda untuk
menyelesaikan kalimat.
m. Jadilah pendengar yang baik.
n. Arahkan suatu topic pada suatu saat.
o. Jika memungkinkan, ikutkan keluarga atau yang
merawat bersama anda. Orang ini biasanya paling akrab
dengan pola komunikasi klien dan dapat membantu
proses komunikasi.
2.6 Prinsip-prinsip Komunikasi Terapeutik Pada Lansia

1. Menjaga agar tingkat kebisingan minimum.

2. Menjadi pendengar yang setia, sediakan waktu untuk mengobrol.

3. Menjamin alat bantu dengar yang berfungsi dengan baik (periksa


baterai).

4. Yakinkan bahwa kacamata bersih dan pas.

5. Jangan berbicara dengan keras atau berteriak, bicara langsung dengan


telinga yang dapat mendengar dengan lebih baik. Berdiri di depan klien.

13
6. Pertahankan penggunaan kalimat yang pendek dan sederhana.

7. Beri kesempatan pada klien untuk mengenang.

8. Mendorong keikutsertaan dalam aktivitas sosial seperti perkumpulan


orang tua, kegiatan rohani.

9. Membuat rujukan pada terapi wicara dan kegiatan sosial sesuai


kebutuhan.

10. Berbicara pada tingkat pemahaman klien.

11. Selalu menanyakan respons, terutama ketika mengajarkan suatu


tugas atau keahlian.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang
memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan
meningkatkan kontrak dengan oran lain karena komunikasi dilakukan oleh
setiap orang setiap hari. Komunikasi merupakan proses yang kompleks
yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan individu
berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu
merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis yang
maknanya dipacu dan ditransmisikan.

3.2 Saran
Komunikasi pada lansia sebaiknya dilakukan secara bertahap
supaya mudah dalam pemahamannya. Lansia merupakan kelompok yang
sensitive dalam perasaannya, oleh sebab itu, saat melakukan komunikasi
dengan lansia harus berhati-hati agar tidak menyinggung perasaannya.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Damayanti, M. (2010). Komunikasi Terapeutik dalam Praktik


Keperawatan. Bandung: Refika Aditama
2. Azizah, Lilik Ma’arifatul. (2011). Keperawatan Lanjut Usia.
Yogyakarta: Graha Ilmu
3. Kushariyadi. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia.
Jakarta: Salemba Medika

16

Anda mungkin juga menyukai