Anda di halaman 1dari 18

PANDUAN

PERAWATAN PASIEN RUANG ISOLASI


RSU NEGARA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida


Sang Hyang Widhi Waḉa, oleh karena atas rahmat-Nyalah maka
Panduan Perawatan Pasien Ruang Isolasi dapat disusun sesuai
kondisi Rumah Sakit Umum Negara

Pedoman ini diharapkan dapat dijadikan acuan oleh semua staf


dan unit layanan di dalam memberikan pelayanan pasien infeksi
menular tertentu di Rumah Sakit Umum Negara dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan dan senantiasa berorientasi pada
perbaikan kondisi pasien, perubahan prilaku pasien dengan mengikuti
program yang sudah ditentukan, sehingga kesembuhan pasien dapat
dicapai.

Kami menyadari bahwa pedoman ini masih jauh dari sempurna,


oleh karena itu kami siap menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun dan juga tidak lupa kami ucapkan terima kasih atas
kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak.

Harapan kami semoga dapat dijadikan sebagai salah satu sarana


pendukung dalam penilaian akreditasi dan dapat bermanfaat bagi kita
semua.

. Direktur RSU Negara

dr. Ni Putu Eka Indrawati


NIP. 19760324 200604 2 016

ii
DAFTAR ISI

1. Kata Pengantar.............................................................................i
2. Daftar Isi......................................................................................ii
3. Kebijakan Direktur RSU Negara.................................................iii
4. Bab I Pendahuluan......................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................1
B. Universal Precaution Ruang Isolasi......................................2
5. Bab II Ruang Lingkup..................................................................5
A. Prinsip Ruang Isolasi.............................................................5
B. Kewajiban dan Tanggung Jawab..........................................5
C. Tujuan Panduan Ruang Isolasi.............................................6
D. Syarat Ruang Isolasi
E. Kategori Ruang Isolasi
6. Bab III Tatalaksana.....................................................................7
A. Prosedur Perawatan Ruang Isolasi ....................................10
B. Lama Perawatan Isolasi......................................................11
C. Kriteria Pindah Rawat dari Ruang Isolasi ke Ruang
Perawatan Biasa.................................................................12
7. Dokumentasi.............................................................................13

iii
iv
RSU NEGARA

LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR RSU NEGARA
NOMOR : 466/RSUN2022
TANGGAL: 20 JUNI 2022
TENTANG
PANDUAN PERAWATAN PASIEN RUANG
ISOLASI DI RSU NEGARA

PANDUAN
PERAWATAN PASIEN RUANG ISOLASI

BAB I
DEFINISI

A. Ruang Isolasi dan Penyakit Infeksi Menular


Ruang isolasi adalah ruangan khusus yang terdapat di rumah sakit
yang merawat pasien dengan kondisi medis tertentu terpisah dari pasien
lain ketika mereka mendapat perawatan medis dengan tujuan mencegah
penyebaran penyakit atau infeksi kepada pasien dan juga mengurangi
risiko penularan kepada petugas pemberi layanan kesehatan sehingga
siklus penularan penyakit dapat diputus. Ruang Isolasi dilakukan terhadap
penderita penyakit menular. Isolasi menggambarkan pemisahan penderita
atau pemisahan orang yang terinfeksi selama masa inkubasi dengan
kondisi tertentu untuk mencegah atau mengurangi terjadinya penularan
baik langsung maupun tidak langsung dari orang yang terinfeksi.
Penyakit menular adalah penyakit yang dapat di tularkan dari orang
yang satu ke orang yang lainnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung maupun perantara. Penyakit menular ini ditandai dengan adanya
agen atau penyebab penyakit yang hidup dan dapat berpindah. Penularan
penyakit disebabkan proses infeksi oleh kuman. Infeksi merupakan invasi
1
tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit.
Rumah sakit merupakan tempat pelayanan pasien dengan berbagai macam
penyakit diantaranya penyakit karena infeksi, sehingga terdapat risiko
penyebaran infeksi dari satu pasien ke pasien lainnya, begitu juga dengan
petugas kesehatan yang sering terpapar dengan agen infeksi.

Penularan infeksi dapat melalui beberapa cara diantaranya melalui


darah dan cairan tubuh seperti halnya penyakit HIV/AIDS dan Hepatitis
B/Hepatitis C. Penyebaran virus HIV dan Hepatitis B/Hepatitis C melalui:
perilaku seks bebas, penyalahgunaan narkoba; umumnya tertular melalui
penggunaan jarum suntik bersama, melalui transfusi darah, alat-alat
kedokteran, dan apabila ada kontak antara cairan tubuh (terutama darah,
semen, sekresi vagina) dengan luka terbuka pada seseorang yang sehat
walaupun kecil. Seseorang yang memiliki penyakit ini dapat menularkan
virusnya kepada orang lain jika darah atau cairan tersebut masuk kedalam
darah orang lain melalui luka atau produk darah.
CDC (Center of Disease Control) telah merekomendasikan suatu
Universal Precaution atau Kewaspadaan Umum yang harus diberlakukan
untuk semua penderita baik yang dirawat maupun yang tidak dirawat di
Rumah Sakit tidak tergantung kepada apakah penyakit yang diderita
penularanya melalui darah atau media lain. Hal ini dilakukan dengan
asumsi bahwa darah dan cairan tubuh dari penderita (sekresi tubuh
biasanya mengandung mengandung darah, sperma, cairan vagina,
jaringan, Liquor Cerebrospinalis, cairan synovia, pleura, peritoneum,
pericardial dan amnion) dapat mengandung virus HIV, Hepatitis B/Hepatitis
C yang ditularkan melalui darah. Kewaspadaan isolasi yang perlu dilakukan
meliputi. Kewaspadaan standar. Memperhatikan kebersihan tangan dengan
mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien maupun alat-
alat yang terkontaminasi sekret pernapasan. Kewaspadaan kontak.
Menggunakan sarung tangan dan gaun pelindung selama kontak dengan
pasien, menggunakan peralatan terpisah untuk setiap pasien seperti
stetoskop, termometer, tensimeter, oksimeter dan lain-lain. Perlindungan
mata. Menggunakan kacamata pelindung atau pelindung muka, apabila

2
berada pada jarak ≤ 1 (satu) meter dari pasien. Kewaspadaan airborne.
Menempatkan pasien di ruang isolasi khusus penyakit airborne.
Menggunakan masker partikulat/masker N95 bila memasuki ruangan
khusus ini.

B. Universal Precaution Ruang Isolasi


Kewaspadaan umum yaitu tindakan pengendalian infeksi yang
dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi risiko
penyebaran infeksi dan didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairan
tubuh dapat berpotensi menularkan penyakit, baik berasal dari pasien
maupun petugas kesehatan. Secara garis besar, standar kewaspadaan
universal di ruang isolasi antara lain:
1. Cuci tangan (kebersihan tangan)
a. Hindari menyentuh permukaan disekitar pasien agar tangan
terhindar kontaminasi patogen dari dan ke permukaan.
b. Bila tangan tampak kotor, mengandung bahan berprotein,
cairan tubuh,cuci tangan dengan sabun biasa/antimikroba
dengan air
c. Bila tangan tidak tampak kotor, atau setelah membuang
kotoran dengan sabun biasa dan air, dekontaminasi dengan
alkohol handsrub
d. Sebelum kontak langsung dengan pasien
e. Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi,
kulit yang tidak utuh, ganti perban
f. Setelah kontak dengan kulit pasien yang utuh
g. Bila tangan beralih dari area tubuh terkontaminasi menuju
area bersih
h. Segera setelah melepas sarung tangan.
i. Setelah kontak dengan benda mati (termasuk alat medis) di
area sekitar pasien

3
j. Cuci tangan dengan sabun biasa dan air mengalir bila kontak
dengan kecurigaan spora, karena alkohol, klorhexidin, iodofor
aktivitasnya lemah terhadap spora
2. Penggunaan masker bedah/medis atau masker partikulat
a. Masker dipilih sesuai kondisi atau diagnosis pasien
b. Masker bedah dapat dipakai secara umum untuk petugas RS
untuk mencegah transmisi melalui partikel besar dari droplet
saat kontak erat (<3 m) dari pasien saat batuk /bersin.
c. Masker partikulat untuk pelayanan kesehatan N95 (healthcare
particular respirator), merupakan masker khusus dengan
efisiensi tinggi untuk melindungi seseorang dari partikel
berukuran < 5 mikron yang dibawa melalui udara. 
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kewaspadaan umum:
a. Tutup luka dan lecet dengan plester tahan air
b. Tangani jarum/benda tajam dengan aman
c. Buang jarum/benda tajam dalam kotak tahan tusukan/tahan
air
d. Proses instrumen dengan benar
e. Lakukan pengelolaan limbah dengan benar
f. Bersihkan tumpahan darah dan cairan tubuh lain segera dan
dengan seksama
g. Buang sampah terkontaminasi dengan aman
h. Lakukan pengelolaan alat kesehatan untuk mencegah infeksi
dalam kondisi sterildan siap pakai dengan cara
dekontaminasi, pencucian alat, dan desinfeksi dansterilisasi

BAB II

4
RUANG LINGKUP

A. Prinsip Ruang Isolasi


Penggunaan kamar isolasi diterapkan kepada semua pasien rawat
inap yang mengidap penyakit infeksi menular yang dianggap mudah
menular dan berbahaya. Pelaksana Panduan ini adalah semua elemen
rumah sakit beserta pasien dan keluarga.
1. Setiap pasien dengan penyakit Infeksi menular dan dianggap
berbahaya dirawat di ruang terpisah dari pasien lainnya yang
mengidap penyakit bukan infeksi.
2. Penggunaan alat pelindung diri diterapkan kepada setiap
pengunjung dan petugas kesehatan terhadap pasien yang dirawat di
kamar isolasi.
3. Pasien yang tidak termasuk kriteria diatas dirawat di ruang rawat
inap biasa.
4. Pasien yang dirawat di ruang isolasi, dapat dipindahkan ke ruang
rawat inap biasa apabila telah dinyatakan bebas dari penyakit atau
menurut petunjuk dokter penanggung jawap pasien.

B. Kewajiban dan Tanggung Jawab


1. Seluruh Staf Rumah Sakit: mematuhi peraturan yang ditetapkan di
kamar isolasi
2. Perawat Instalasi Rawat Inap
a. Melakukan pelayanan kesehatan terhadappasien di kamar isolasi
b. Menjaga terlaksananya peraturan ruang isolasi yang ditetapkan
c. Mencegah terjadinya infeksi terhadap pengunjung kamar isolasi
atau pasien yang dirawat di kamar isolasi.
3. Dokter Penanggung Jawab Pasien
a. Menetapkan diagnosa pasien dan menentukan apakah pasien
memerlukan perawatan di ruang Isolasi

5
b. Memastikan pasien yang membutuhkan perawatan di ruang isolasi
mendapat perawatan secara benar
4. Kepala Instalasi/ Kepala Ruangan
a. Memastikan peraturan di Ruang Isolasi terlaksana dengan baik
b. Mengidentifikasi setiap kelalaian yang timbul dalam Ruang Isolasi
dan memastikan terlaksananya suatu tindakan untuk mencegah
terulangnya kembali insiden tersebut.
5. Direktur
a. Memantau dan memastikan peraturan di Ruang Isolasi terlaksana
dengan baik.
b. Menetapkan kebijakan untuk mengembangkan atau mengatasi
setiap masalah yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan perawatan
pasien di ruang Isolasi

C. Tujuan Panduan Ruang Isolasi


1. Tujuan Umum
Sebagai panduan bagi Manajemen Rumah Sakit Umum Negara
untuk dapat melaksanakan isolasi pada pasien dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai pedoman pelaksanaan isolasi pada pasien dengan infeksi
menular dan merupakan salah satu upaya rumah sakit dalam
mencegah infeksi nosokomial.
b. Mencegah terjadinya infeksi pada petugas kesehatan.
c. Mencegah terjadinya Infeksi pada pasien rawat inap lainnya atau
pasien dengan penurunan daya tahan tubuh.

6
BAB III
TATA LAKSANA

A. Syarat Perlengkapan Ruang Isolasi


1. Syarat Ruang Isolasi
a. Pencahayaan: ruang isolasi harus mendapat paparan sinar
matahari yang cukup.
b. Pengaturan sirkulasi udara: ruang isolasi pada dasarnya
menggunakan prinsip tekanan yaitu tekanan bergerak dari
tekanan tinggi ke tekanan rendah. Pengaturan sirkulasi dapat
dibantu dengan penggunaan exhaust fan dengan tujuan
mempercepat sirkulasi udara dengan membuang udara dari
dalam kamar isolasi keluar dan memberikan ruang untuk
masuknya udara bersih dari luar ke kamar isolasi
c. Pengelolaan limbah: pengelolaan limbah pada ruang isolasi
sama dengan pengelolaan limbah medis infeksius pada
umumnya
2. Syarat Petugas Ruang Isolasi:
a. Sehat
b. Mengetahui prinsip aseptik dan antiseptik 
c. Pakaian rapi dan bersih
d. Tidak memakai perhiasan
e. Kuku harus pendek 
f. Selalu cuci tangan sebelum masuk kamar isolasi
g. Menggunakan barrier nursing  seperti pakaian khusus (gaun
medis, masker medis/masker N95, nurse cap, sarung tangan,
face shield, goggle dan shoe cover) sebelum masuk ruang
isolasi
h. Selalu cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien
i. Berbicara kepada pasien seperlunya
j. Melepaskan barrier nursing  sebelum keluar ruang isolasi

7
k. Selalu cuci tangan sebelum meninggalkan kamar isolasi
3. Syarat Peralatan Ruang Isolasi
a. Alat-alat yang dibutuhkan tersedia dalam jumlah cukup
b. Alat selalu dalam keadaan steril
c. Alat dari bahan yang mudah dibersihkan
d. Alat suntik bekas dibuang pada tempat tertutup dan
dimusnahkan
e. Alat yang tidak habis pakai dicuci dan disterilkan kembali
f. Linen bekas dimasukkan ke dalam tempat tertutup

B. Kategori Pasien Ruang Isolasi


Kategori pasien yang dirawat di ruang isolasi meliputi pasien anak
( >28 hari sampai 18 tahun ) dan dewasa sesuai dengan patogenesis
penyakitnya dan cara penularan/penyebaran kuman. Secara umum,
kategori isolasi membutuhkan kamar terpisah, sedangkan kategori tindakan
pencegahan tidak memerlukan kamar terpisah.
1. Isolasi airborne/aerosol
Tujuan airborne/aerosol adalah mencegah penyebaran semua penyakit
yang sangat menular, baik melalui kontak langsung maupun melalui
udara. Transmisi melalui airborne/aerosol sangat menular karena
partikel kuman biasanya lebih kecil <5 mikrometer, dapat bertahan di
dalam udara dan bila dihirup dapat mencapai alveoli. Isolasi ini
mengharuskan pasien berada di kamar tersendiri dan petugas yang
berhubungan dengan pasien harus memakai pakaian khusus, masker,
dan sarung tangan serta mematuhi aturan pencegahan yang ketat.
Alat-alat yang terkontaminasi bahan infeksius dibuang atau dibungkus
dan diberi label sebelum dikirim untuk proses selanjutnya. Prinsip
kewaspadaan airborne/aerosol harus diterapkan di setiap ruang
perawatan isolasi ketat yaitu: udara harus dibuang keluar, atau
diresirkulasi dengan menggunakan bantuan ventilasi mekanik berupa
exhaust fan. Contoh infeksi dengan isolasi ini adalah SARS.
2. Isolasi droplet

8
Tujuan isolasi droplet adalah untuk mencegah penyebaran patogen dari
saluran pernapasan dengan cara kontak langsung dan peredaran
udara. Transmisi melalui droplet lebih tidak menular dibandingkan
aerosol karena partikel kuman biasanya lebih besar, >5 mikrometer,
tidak dapat bertahan di dalam udara dan bila dihirup tidak dapat
mencapai alveoli. Isolasi ini mengharuskan pasien dirawat dalam kamar
terpisah, memakai masker dan dilakukan tindakan pencegahan khusus
terhadap pengeluaran sekret nafas/sputum. Contoh infeksi dengan
isolasi ini adalah infeksi tuberkulosis, pertusis.
3. Isolasi kontak 
Tujuan isolasi kontak untuk mencegah penularan penyakit infeksi yang
mudah ditularkan melalui kontak langsung. Pasien perlu kamar
tersendiri, masker perlu dipakai bila mendekati pasien, gaun dipakai
bila ada kemungkinan lingkungan pasien kotor, sarung tangan dipakai
setiap menyentuh badan infeksius, cuci tangan sesudah melepas
sarung tangan dan sebelum merawat pasien lain. Alat-alat yang
terkontaminasi bahan infeksius diperlakukan seperti pada isolasi
airborne/aerosol. Contoh infeksi dengan isolasi ini adalah konjungtivitis
gonorhoea, pneumonia atau infeksi kulit oleh streptococcus grup A,
herpes simpleks diseminata, rabies, rubella.
4. Isolasi stimuli
Ditujukan bagi penderita tetanus dengan ditandai kejang otot
paroksismal diikuti kekakuan otot seluruh badan. Spesifikasi kamar
yang diperlukan adalah kamar khusus untuk menghindari rangsangan
luar seperti suara dan cahaya yang berlebihan. Pemakaian masker
dianjurkan bagi mereka yang kontak dengan penderita, gaun medis dan
sarung tangan tidak diperlukan.

5. Tindakan pencegahan enterik 

9
Tujuannya untuk mencegah infeksi oleh patogen yang menular karena
kontak langsung atau tidak langsung dengan feses yang mengandung
kuman penyakit menular. Pasien ini dapat bersama dengan pasien lain
dalam satu kamar, tetapi dilakukan pencegahan kontaminasi silang
melalui feko-oral. Tindakan pencegahan enterik dilakukan pada pasien
dengan diare infeksius atau gastroenteritis yang disebabkan oleh
kolera, salmonella, shigella, amuba, campylobacter, crytosporidium,
E.coli patogen.
6. Tindakan pencegahan sekresi
Tujuannya untuk mencegah penularan infeksi karena kontak langsung
atau tidak langsung dengan bahan purulen, sekresi atau drainase dari
bagian badan yang terinfeksi. Pasien tidak perlu ditempatkan di kamar
tersendiri. Petugas yang berhubungan langsung harus memakai gaun,
masker, dan sarung tangan. Tangan harus segera dicuci sebelum
merawat pasien lain. Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan
pada saat penggantian balutan.
7. Isolasi protektif
Tujuannya untuk mencegah kontak antara patogen yang berbahaya
dengan orang yang daya rentannya semakin besar, atau melindungi
seseorang tertentu terhadap semua jenis patogen, yang biasanya dapat
dilawannya. Pasien harus ditempatkan dalam lingkungan yang
mempermudah terlaksananya tindakan pencegahan yang perlu.
misalnya pada pasien yang sedang menjalani pengobatan sitostatika
atau imunosupresi.

C. Prosedur Perawatan Ruang Isolasi


1. Langkah awal saat hand over pasien:
a. Memastikan penggunaan masker medis/bedah pada pasien
b. Edukasi mengenai pernapasan higienis/etika batuk/bersin
c. Memberitahukan tata tertib di ruang isolasi, kendali infeksi dan
pembatasan kontak social
2. Saat masuk ruang isolasi:

10
a. Mencuci tangan
b. Menggunakan peralatan pelindung diri (nursing barrier seperti
gaun medis, masker medis, nurse cap, goggle, face shield)
3. Saat keluar ruang isolasi:
a. Melepaskan peralatan pelindung diri (nursing barrier seperti gaun
medis, masker medis, nurse cap, goggle, face shield)
b. Mencuci tangan
c. Membuang sampah yang terkontaminasi sesuai panduan
tentang sampah medis/infeksius
4. Setelah keluar dari ruang isolasi:
a. Membuang atau membersihkan peralatan khusus untuk pasien
sesuai panduan yang telah ditetapkan
b. Mengganti atau mencuci linen sesuai panduan yang telah
ditetapkan
c. Membersihkan ruangan sesuai panduan yang telah ditetapkan
5. Sebelum membawa pasien ke ruangan lain (misal: Bagian Radiologi)
a. Batasi akses keluar masuk dan perhatikan aturan kendali infeksi.
b. Sediakan perlengkapan khusus pasien.
c. Pastikan jarak <1 meter antara pasien dan area pengunjung.
6. Sebelum memasuki area khusus (misal: Bagian Radiologi)
a. Mencuci tangan.
b. Menggunakan alat pelindung diri (sarung tangan, gaun, masker,
dan pelindung mata).
7. Sebelum meninggalkan area khusus (misal: Bagian Radiologi)
a. Melepaskan alat pelindung diri (sarung tangan, gaun, masker,
dan pelindung mata).
b. Mencuci tangan.
c. Mencuci dan mensterilkan peralatan untuk pasien dan
perlengkapan pribadi pasien yang dikenakan pasien.
d. Membuang sampah yang terkontaminasi (infeksius) sesuai
panduan tentang sampah medis.
8. Setelah pasien pulang

11
a. Membersihkan kamar dan peralatan khusus untuk pasien isolasi
sesuai panduan yang telah ditetapkan.
b. Memasukkan linen kotor ke tempat linen infeksius dan
mengganti dengan linen bersih.
c. Membersihkan ruangan sesuai panduan yang telah ditetapkan
d. Membuang sampah yang terkontaminasi (infeksius) sesuai
panduan tentang sampah medis.
9. Perawatan lingkungan
Peralatan di sekitar tempat tidur pasien dan permukaan lain yang
sering tersentuh dibersihkan setiap hari.
10. Perawatan peralatan pasien
Peralatan seperti stetoskop, tensimeter, termometer harus selalu
dibersihkan dan didesinfeksi sebelum dipakai untuk setiap pasien.

D. Lama Perawatan Isolasi


Lama perawatan isolasi tergantung pada jenis penyakit, kuman
penyebab dan fasilitas laboratorium, misalnya:
1. Sampai penyakit sembuh
Misalnya herpes, limfogranuloma venerum, khusus untuk luka atau
penyakit kulit sampai tidak mengeluarkan bahan menular
2. Selama pasien dirawat di rumah sakit
Misalnya hepatitis virus A dan B, leptospirosis
3. Sampai 24 jam setelah dimulainya pemberian antibiotika yang efektif
Misalnya pada sifilis, konjungtivitis gonore pada neonatus

E. Kriteria Pindah Rawat dari Ruang Isolasi ke Ruang Perawatan


Biasa
1. Terbukti bukan kasus yang mengharuskan untuk dirawat di ruang
isolasi.

12
2. Pasien telah dinyatakan tidak menular atau telah diperbolehkan
untuk dirawat di ruang rawat inap biasa oleh dokter penanggung
jawab
3. Atas pertimbangan lain dari dokter penanggung jawab

F. Ketentuan Penunggu Pasien


a. Pasien anak dengan usia ≤ 10 tahun yang dirawat dapat
ditunggu oleh keluarga maksimal 2 orang penunggu.
b. Pasien anak usia > 10 tahun dan dewasa yang dirawat dapat
ditunggu oleh keluarga maksimal 1 orang penunggu
c. Khusus untuk pasien Covid-19 dapat ditunggu oleh keluarga
maksimal 1 orang penunggu dengan syarat tidak boleh keluar
masuk ruang isolasi dan menandatangani surat persetujuan
bahwa penunggu mengikuti isolasi. pasien tidak boleh dikunjungi
oleh keluarga lainnya.
d. Untuk penunggu pasien dengan infeksi aerosol rumah sakit
menyediakan masker bedah ( 1 lembar/hari)
e. Rumah sakit tidak menyediakan makan minum untuk penunggu
pasien.
f. Semua penunggu pasien wajib menandatangani surat
persetujuan perawatan isolasi dan ketentuan penunggu pasien
sebelum masuk ruang isolasi.
g. Semua penunggu / pengunjung pasien wajib menggunakan kartu
penunggu pasien dan diserah terimakan apabila ada pergantian
penunggu atau pengunjung.

13
BAB IV
DOKUMENTASI

Pelaksanaan perawatan pasien infeksi menular di ruang isolasi


dicatat seperti pencatatan registrasi pasien pada umumnya. Pengendalian
infeksi nosokomial merupakan suatu upaya penting dalam meningkatkan
mutu pelayanan medis rumah sakit. Hal ini hanya dapat dicapai dengan
keterlibatan secara aktif semua staf rumah sakit, mulai dari petugas
kebersihan sampai dengan dokter dan mulai dari pekerja sampai dengan
manajemen rumah sakit. Khusus pelaporan pasien TBC dan HIV-AIDS
dilakukan oleh bagian Tim TB DOTS dan Tim VCT dan dilaporkan secara
rutin setiap tiga bulan ke Dinas kesehatan dan dilakukan pelaporan online
melalui aplikasi yang telah disediakan oleh Kemenkes.

Ditetapkan di : Negara
Pada Tanggal : 20 Juni 2022
Direktur RSU Negara

dr. Ni Putu Eka Indrawati


NIP. 19760324 200604 2 016

14

Anda mungkin juga menyukai