KEPERAWATAN PALIATIF
OLEH :
NIM : 15C11560
KELAS : C
SARJANA KEPERAWATAN
Pelayanan perawatan paliatif pada pasien dengan penyakit kronis dan stadium lanjut atau
akhir dapat dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan atau di rumah pasien. Sekitar 50 negara di
dunia telah menyediakan pelayanan perawatan paliatif, terutama di negara maju seperti, Inggris,
Amerika Serikat, Australia, Belanda. Beberapa Negara di benua Eropa turut mengembangkan
pelayanan paliatif seperti, Austria, Finlandia, Italia, Irlandia, Jerman, Perancis, Polandia, Spanyol,
swiss, Slovakia, Swedia dan Yunani. Sedangkan dibelahan dunia yang lainnya seperti di Selandia
baru, beberapa Negara Asia, di Afrika dan Amerika Latin telah menyediakan dan
mengintegrasikan pelayanan perawatan paliatif dalam system pelayanan kesehatan.
A. MODEL PELAYANAN PALIATIF
Pelayanan perawatan paliatif dapat dilakukan di rumah, di rumah sakit atau fasilitas
kesehatan lainnya yang menyediakan layanan berupa rawat inap maupun rawat jalan dimana
pasien dapat mengakses layanan tersebut setiap hari dengan pelaynan konsultasi.
1. Perawatan Suportif
a. Perawatan Di Rumah
Dibeberapa Negara maju seperti Australia, Inggris, Amerika Serikat, dan Belanda
petugas kesehatan di pelayanan primer (Puskesma) merupakan tim utama dalam
penyediaan layanan terhadap pasien yang mengalami sakit stadium akhir. Dokter dan
perawat melakukan kerja sama dalam mengelola kasus pasien dengan kondisi terminal
ditatanan layanan primer. Beberapa tenaga kesehatan lainnya yang dapat berkontribusi
dalam pelayanan perawatan paliatif seperti pekerja sosial medic, fisioterapi, psikologi,
rohaniawan, dan relawan. Perawat yang telah mendalami atau belajar tentang paliatif
yang dapat melakukan beberapa layanan terhadap pasien yaitu berupa manajemen
keluhan baik fisik maupun psikis, melakukan edukasi, dan dukungan terutama disaat
keluarga dalam masa berduka. Ada 2 bentuk pelayanan paliatif dirumah yang telah
dikembangkan, yaitu:
- Tim yang terdiri dari dokter spesialis dan perawat spesialis dengan macam latar
belakang keahlian atau perawat yang terlatih.
- Tim yang semua anggotanya terdiri dari perawat, namun perawat yang bergabung
adalah perawat yang telah terdidik atau terlatih di bidang paliatif.
Model terbaru perawatan rumah yang dikembangkan di Inggris dikenal dengan istilah
rapid response team dan respite care team.
- Team cepat tanggap (rapid response team) seperti layanan kegawat daruratan yang
menyediakan layanan kritis, dimana dokter atau perawat akan dipanggil ke rumah
pasien disaat pasien mengalami kondisi kritis. Tim cepat tanggap dapat terdiri dari
dokter spesialis paliatif atau dokter terlatif paliatif, perawat terlatih paliatif, dimana
anggota tim tersebut mampu memberikan intervensi yang tepat pada pasien dengan
kondisi krotis. Tim tersebut akan bekerja dan berada di rumah pasien hingga
kondisi pasien menunjukan perbaikan atau kemajuan.
- Tim respite care tim, merupakan tim yang menyediakan layanan sebagai
pengganti peran keluarga pasien dalam mengurusi pasien. Keluarga sewaktu-
waktu membutuhkan istrirahat dari mengurusi anggota keluarganya, karena
merawat pasien dengan penyakit kronis terkadang membuat penjaga orang sait
mengalami keletihan ataupun stres, akibat rutinitas yang bukan hanya melibatkan
aspek fisik tapi juga psikis.
Tujuan dari pelayanan perawatan paliatif di rumah adalah untuk menyediakan
pelayanan yang lebih nyaman bagi pasien, sehingga pasien mampu mempersiapkan
diri menghadapi proses kematian yang pasti akan terjadi.
2. Pelayanan Rawat Inap
Ada beberapa jenis model perlayanan rawat inap perawatan paliatif yaitu:
a. Rumah Hospis
Rumah hospsis menyediakan tim perawatan multi disiplin hal ini bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan pasien yang begitu kompleks atau adanya perubahan kebutuhan
dasar dari pasien dengan kondisi dimana hidup terbatasi akibat penyakt yang diderita,
serta kebutuhan keluarga pasien. Beberapa bentuk layanan yang diberikan di rumah
hospis yaitu berupa pengontrolan gejala atau keluhan, rehabilitasi, perawatan akhir
kehidupan atau perawatan menjelang ajal/kematian, dukungan rawat jalan, konseling
keluarga, perawatan sehari dan dukungan masa berduka. Tim dalam pelayanan paliatif
di rumah hospis terdiri dari perawat, dokter, fisioterapi, okupasiterapi, pekerja social
medic, rohaniawan, relawan dan kadang juga psikolog atau konselor, serta berbagai
praktis terapi komplementer dan alternatif. Berikut ini beberpa perbedaan antara
perawatan paliatif dan perawatan hospis (Guido, 2010)
2. Komunikasi
Komunikasi yang baik dengan pasien dan keluarga adalah hal vital. Komunikasi antara
pasien dan perawat menjadi lebih terbuka bila pasien menginginkan informasi yang lebih
detail mengenai penyakitnya. Akan tetapi untuk mendiskusikan kondisi penyakit disaat
terminal atau persiapan kematian terkadang menjadi hal yang tabu atau belum diterima
oleh sebagian kalangan.
3. Perawatan
Semua tindakan atau intervensi dalam proses perawatan paliatif harus sesuai dengan tahap
atau fase penyakit pasien serta prognosisnya. Perawatan paliatif yang baik yaitu mencakup
proses perencanaan yang disusun secara teliti, cermat dan berhati-hati. Dimana aspek-
aspek seperti pencegahan akan terjadinya kondisi kritis baik secara fisik berdasarkan
progress penyakit pasien maupun secara emosional. Banyak kondisi klinis yang timbul
seiring dengan progress penyakit dapat diantisipasi dan beberapa diantaranya dapat
dicegah dengan intervensi yang sesuai.
Menikmati Pekerjaan
menikmati pekerjaan sekalipun dalam kondisi sulit seperti bekerja di area paliatif yang
menghadapi pasien menjelang ajal/kematian menimbulkan kepuasan dan membuat
seseorang menjadi lebih nyaman.
Kepedulian
Kepedulian terhadap sesame anggota dan tim merupakan hal yang bersifat dasar dalam
membangun tim yang baik. Setiap anggota harus merasa dirinya berharga dan peduli.
2. Peran Dokter
Peran seorang dokter bagian dari tim secara umum yaitu, mengatasi keluhan atau masalah
pasien yang bersifat kompleks termasuk memahami kemungkinan penyebab yang
berkenaan dengan diagnosis dan prognosis pasien beserta isu hubungan keluarga. Dokter
memiliki peran untuk memberikan pengajaran pada para calon dokter, dokter muda,
ataupun perawat mengenai praktik dalam perawatan paliatif. Dokter yang bekerja di area
perawatan paliatif harus memiliki kompetensi dalam hal memahami dengan baik penyakit
keganasan atau atau penyakit kronis lainnya yangsering ditemukan pada pasien.
5. Peran Apoteker
Walker, Scarpaci & McPherson (2010), membedakan peran apoteker di area perawatan
paliatif:
Penyedia layanan obat-obatan
- Penyimpanan dan distribusi obat-obatan untuk pasien paliatif
- Menyediakan obat generic sesuai dengan dosis dan kebutuhan pasien paliatif
- Mengatur obat-obatan yang diberikan sesuai dengan rute pemberiannya
Mengoptimalkan pemberian obat
- Mengevaluasi atau keluhan pasien sebagai akibat dari efek samping obat dan
memberikan rekomendasi sesuai obat yang cocok sesuai dengan kondisi pasien
- Memberikan informasi detail mengenai konversi obat-obatan
- Membuat rekomendasi mengenai seberapa cepat obat diberikan ulang, dosis
dinaikan atau diturunkan
- Merekomendasikan strategi penetapan dosis yang tepat ketika mengganti obat
yang memiliki fungsi yang sama
Pendidikan dan informasi tentang obat-obatan
- Mengajarkan kepada tim perawatan paliatif mengenai farmakoterapi pada pasien
paliatif
- Memberikan informasi kepada pasien dan penjaga pasien mengenai penggunaan
terapi komplementer
- Mengajarkan pasien, keluarga dan penjaga pasien mengenai cara pemberian dan
penggunaan obat
Keselamatan pasien
- Melakukan investigasi terhadap kejadian atau kesalahan dalam pengobatan
]melaukan analisis trend untuk merencanakan program pencegahan, pembenahan
dan pedoman pengobatan
- Mengembangkan strategi pendeteksi dini terhadap ptensi kesalahan yang
menyangkut dengan pengobatan pasien
Managemen dan administrasi pelayanan obat
- Mengembangakan formula pengobatan sesuai dengan standar praktik dan
pembiayaaan yang lebih efektif
- Mengembangkan protocol manajemen nyeri dan keluhan fisik lainnya untuk
mengoptimalkan penggunaan obat-obatan.
6. Peran Okupasi Terapis
Okupasi terapis memiliki peran utama untuk merancang atau mendesain alat bantu sesuai
dengan kondisi, sehingga pasien dapat tetap beraktifitas dirumah. Seorang okupasi terapis
dapat melakukan pemeriksaan mengenai kemampuan pasien untuk hidup secara mandiri,
menyediakan alat bantu serta mengajarkan cara penggunaannya sehingga pasien dapat
beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggal dan mampu melakukan aktifitas harian rutin
seperti makan, minum, berpakaian dan toileting.
8. Peran Rohaniawan
Rohaniawan merupakan professional yang lebih kompeten untuk mengatasi isu-isu yang
berkenaan dengan spriritualitas dan religiusitas. Memberikan konseling danberpartisipasi
dalam tindak lanjut masa berduka merupakan aktifitas utama rohaniawan dilingkungan
klinis. Rohaniawan juga memiliki peran untuk membantu pasien menjalankan Ibadan,
berdoa terutama saat kondisi menjelang ajal/kematian.