Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

KEPERAWATAN PALIATIF

OLEH :

NAMA : Made Hredayanti

NIM : 15C11560

KELAS : C

TK/SMT : IV/ VIII

SARJANA KEPERAWATAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

TAHUN AJARAN 2019


MODEL PELAYANAN PERAWATAN PALIATIF

Pelayanan perawatan paliatif pada pasien dengan penyakit kronis dan stadium lanjut atau
akhir dapat dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan atau di rumah pasien. Sekitar 50 negara di
dunia telah menyediakan pelayanan perawatan paliatif, terutama di negara maju seperti, Inggris,
Amerika Serikat, Australia, Belanda. Beberapa Negara di benua Eropa turut mengembangkan
pelayanan paliatif seperti, Austria, Finlandia, Italia, Irlandia, Jerman, Perancis, Polandia, Spanyol,
swiss, Slovakia, Swedia dan Yunani. Sedangkan dibelahan dunia yang lainnya seperti di Selandia
baru, beberapa Negara Asia, di Afrika dan Amerika Latin telah menyediakan dan
mengintegrasikan pelayanan perawatan paliatif dalam system pelayanan kesehatan.
A. MODEL PELAYANAN PALIATIF
Pelayanan perawatan paliatif dapat dilakukan di rumah, di rumah sakit atau fasilitas
kesehatan lainnya yang menyediakan layanan berupa rawat inap maupun rawat jalan dimana
pasien dapat mengakses layanan tersebut setiap hari dengan pelaynan konsultasi.
1. Perawatan Suportif
a. Perawatan Di Rumah
Dibeberapa Negara maju seperti Australia, Inggris, Amerika Serikat, dan Belanda
petugas kesehatan di pelayanan primer (Puskesma) merupakan tim utama dalam
penyediaan layanan terhadap pasien yang mengalami sakit stadium akhir. Dokter dan
perawat melakukan kerja sama dalam mengelola kasus pasien dengan kondisi terminal
ditatanan layanan primer. Beberapa tenaga kesehatan lainnya yang dapat berkontribusi
dalam pelayanan perawatan paliatif seperti pekerja sosial medic, fisioterapi, psikologi,
rohaniawan, dan relawan. Perawat yang telah mendalami atau belajar tentang paliatif
yang dapat melakukan beberapa layanan terhadap pasien yaitu berupa manajemen
keluhan baik fisik maupun psikis, melakukan edukasi, dan dukungan terutama disaat
keluarga dalam masa berduka. Ada 2 bentuk pelayanan paliatif dirumah yang telah
dikembangkan, yaitu:
- Tim yang terdiri dari dokter spesialis dan perawat spesialis dengan macam latar
belakang keahlian atau perawat yang terlatih.
- Tim yang semua anggotanya terdiri dari perawat, namun perawat yang bergabung
adalah perawat yang telah terdidik atau terlatih di bidang paliatif.
Model terbaru perawatan rumah yang dikembangkan di Inggris dikenal dengan istilah
rapid response team dan respite care team.
- Team cepat tanggap (rapid response team) seperti layanan kegawat daruratan yang
menyediakan layanan kritis, dimana dokter atau perawat akan dipanggil ke rumah
pasien disaat pasien mengalami kondisi kritis. Tim cepat tanggap dapat terdiri dari
dokter spesialis paliatif atau dokter terlatif paliatif, perawat terlatih paliatif, dimana
anggota tim tersebut mampu memberikan intervensi yang tepat pada pasien dengan
kondisi krotis. Tim tersebut akan bekerja dan berada di rumah pasien hingga
kondisi pasien menunjukan perbaikan atau kemajuan.
- Tim respite care tim, merupakan tim yang menyediakan layanan sebagai
pengganti peran keluarga pasien dalam mengurusi pasien. Keluarga sewaktu-
waktu membutuhkan istrirahat dari mengurusi anggota keluarganya, karena
merawat pasien dengan penyakit kronis terkadang membuat penjaga orang sait
mengalami keletihan ataupun stres, akibat rutinitas yang bukan hanya melibatkan
aspek fisik tapi juga psikis.
Tujuan dari pelayanan perawatan paliatif di rumah adalah untuk menyediakan
pelayanan yang lebih nyaman bagi pasien, sehingga pasien mampu mempersiapkan
diri menghadapi proses kematian yang pasti akan terjadi.
2. Pelayanan Rawat Inap
Ada beberapa jenis model perlayanan rawat inap perawatan paliatif yaitu:
a. Rumah Hospis
Rumah hospsis menyediakan tim perawatan multi disiplin hal ini bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan pasien yang begitu kompleks atau adanya perubahan kebutuhan
dasar dari pasien dengan kondisi dimana hidup terbatasi akibat penyakt yang diderita,
serta kebutuhan keluarga pasien. Beberapa bentuk layanan yang diberikan di rumah
hospis yaitu berupa pengontrolan gejala atau keluhan, rehabilitasi, perawatan akhir
kehidupan atau perawatan menjelang ajal/kematian, dukungan rawat jalan, konseling
keluarga, perawatan sehari dan dukungan masa berduka. Tim dalam pelayanan paliatif
di rumah hospis terdiri dari perawat, dokter, fisioterapi, okupasiterapi, pekerja social
medic, rohaniawan, relawan dan kadang juga psikolog atau konselor, serta berbagai
praktis terapi komplementer dan alternatif. Berikut ini beberpa perbedaan antara
perawatan paliatif dan perawatan hospis (Guido, 2010)

Perawatan Paliatif Perawatan hospis


Pasien yang diterima adalah pasien yangPasien yang diterima adalah pasien yang
membutuhkan rasa nyaman dari penyakit membutuhkan rasa nyaman dari
atau kondisi yang dialaminya tanpa penyakit atau kondisi yang dialaminya ,
melihat harapan hidup pasien dimana harapan hidupnya diperkirakan
tidak lebih dari 6 bulan
Pasien dapat tetap melanjutkan Pasien yang mendapatkan pengobatan
pengobatannya, baik yang bersifat yang bersifat untuk mengontrol keluhan
control gejala saja spesifik saja seperti nyeri atau sesak,
dimana pengobatan yang bersifat aktif
biasanya sudah dihentikan.
Tidak ada batasan mengenai perawatan, Masa perawatan maksimum 6 bulan
tergantung kebutuhan pasien.
Perawatan dapat dilakukan dirumah Rumah hospis, pelayanan hospis yang
sakit, rumah perawatan, puskesmas, berbasis di rumah sakit
hospis atau rumah panti.
Bentuk lain dari rumah hospis berupa day care atau day hospis. Dimana tujuannya
antara lain:
- Mempertahankan atau meningkatkan kualitas hidup pasien
- Menyediakan pelayanan holistic melalui tim multidisiplin
- Melakukan rehabilitasi
- Melanjutkan perawatan yang telah dilakukan melalui kerjasama dan antar institusi
pelayanan kesehatan
- Membantu pasien untuk tetap dapat melanjutkan aktifitas rutinnya dirumah
sepanjang pasien merasakan mampu dan mungkin untuk melakukannya (Spencer
& Daniels, 1998).
Beberapa fasilitas day care juga menyediakan kegiatan untuk pasien sehingga pasien
tetap dapat melakukan berbagai aktifitas yang disukainya atau digemarinya seperti
bergabung pada kelompok menggambar, selagi aktifitas tersebut pasien masih mampu
dan memungkinkan untuk melakukannya.
b. Perawatan Paliatif di Rumah Sakit
Penyedia pelayanan dirumah sakit lebih difokuskan pada pasien kanker. Penyediaan
layanan perawatan paliatif dirumah sakit lebih menguntungkan jika dibandingkan
dengan layanan paliatif lainnya. Hal tersebut diakibatkan komposisi petugas di
pelayanan perawatan paliatif memiliki standar dan kualifikasi yang tinggi. Serta
peluang untuk melibatkan tenaga professional lainnya seperti fisioterapi, rohaniawan,
pekerja sosial medik, okupasi terapi menadi lebih memungkinkan terutama disaat
pasien dalam kondisi terminal.

c. Rumah perawatan (Nursing Homes)


Sejak dicetuskannya, rumah perawatan juga terlibat memberikan pelayanan perawatan
pada pasien dengan penyakit kronis atau pasien penyakit terminal. Rumah perawatan
telah berkontribusi cukup banyak dalam hal penyediaan layanan perawatan paliatif
pada pasien dengan penyakit non malignan, akan tetapi rumah perawatan juga
menyediakan layanan perawatan paliatif dan perawatan terminal jangka pendek pada
pasien kanker. Beberapa rumah perawatan paliatif, yang selanjutnya beberapa rumah
perawatan tersebut menginisiasi untuk mengintegrasikan pelayanan hospis dalam
rumah perawatan. Hal tersebut untuk memfasilitasi pasien yang tidak dapat dirumah
sakit, sehingga pasien dengan penyakit kanker stadium lanjut yang usianya
diperkirakan sekitar 2 minggu dapat memanfaatkan pelayanan rumah perawatan.

B. PRINSIP PELAYANAN KEPERAWATAN PALIATIF


Tujuan perawatan paliatif adalah untuk mengurangi nyeri dan mencegah penderitaan pada
pasien dengan pneyakit yang sudah tidak dapat diobati lagi. Pendekatan holistic yang
mencakup seluruh aspek perawatan yang tercantum dapat memberikan layanan dan praktik
yang lebih baik dan hal tersebut sebagi hal yang esensial dalam perawtan paliatif.
1. Perilaku Dalam Merawat
Perilaku caring merupakan hal yang mendasar dalam pelayanan pasie diperawatan
paliatif. Pelayanan perawatan memerlukan komitmen dari para praktisi yang terlibat untuk
dapat mensukseskan proses perawatan. Setiap pasien merupakan individu yang unik,
sehingga mengklasifikasikan pasien berdasarkan kesamaan penyakit atau kesamaan
keluhan terkadang membuat masalah non-fisik pasien terabaikan seperti masalah
psikososial.

2. Komunikasi
Komunikasi yang baik dengan pasien dan keluarga adalah hal vital. Komunikasi antara
pasien dan perawat menjadi lebih terbuka bila pasien menginginkan informasi yang lebih
detail mengenai penyakitnya. Akan tetapi untuk mendiskusikan kondisi penyakit disaat
terminal atau persiapan kematian terkadang menjadi hal yang tabu atau belum diterima
oleh sebagian kalangan.

3. Perawatan
Semua tindakan atau intervensi dalam proses perawatan paliatif harus sesuai dengan tahap
atau fase penyakit pasien serta prognosisnya. Perawatan paliatif yang baik yaitu mencakup
proses perencanaan yang disusun secara teliti, cermat dan berhati-hati. Dimana aspek-
aspek seperti pencegahan akan terjadinya kondisi kritis baik secara fisik berdasarkan
progress penyakit pasien maupun secara emosional. Banyak kondisi klinis yang timbul
seiring dengan progress penyakit dapat diantisipasi dan beberapa diantaranya dapat
dicegah dengan intervensi yang sesuai.

C. BEKERJA SECARA INTERPRFESIONAL DALAM PELAYANAN PERAWATAN


PALIATIF
Seiring dengan perkembangan penyakit pasien, maka gejala dan keluhan pasien akan menjadi
semakin kompleks, sehingga penanganan dengan berbagai persepektif menjadi hal yang
dibutuhkan. Sehingga pola pelayanan dengan interprofesional dapat dilakukan untuk
meningkatkan kualitas dan efektifitas layanan. Seorang perawat memiliki tanggung jawab
secara professional untuk memastikan dan bekerja secara kolaboratif dengan tenaga
professional lainnya. Membangun tim yang baik dan berkualitas membutuhkan seperangkat
nilai, sebai berikut:
 Humor
Rasa humor selalu dihubungkan kondisi kesehatan yang baik, sehingga saat ini menjadi
bagian dari terapi karena humor dapat mengurangi stress selaigus meningkatkan kreatifitas.
Humor memiliki kekuatan untuk mengajarkan sesuatu, menginspirasi, dan momitivasi.

 Mudah Untuk Berkomunikasi


Sangat penting untuk setap anggota tim merasa lebih mudah berkomunikasi dan diajak
komunikasi. Sehingga mudah membangun budaya diskusi sesame anggota tim terutama
disaat menghadapi situasi kritis dimana kondisi pasien memburuk.
 Memahami Kebutuhan Orang Lain
Setiap anggota tim harus memiliki pandangan dan wawasan yang luas serta sikap terbuka
dengan hal-hal baru. Harus mampu memahami kondisi setiap anggota tim karena setiap
anggota kemungkinannya memiliki keahlian atau keterampilan dan pengalaman yang
berbeda. Menawarkan bantuan atau bimbingan dan dukungan sebelum diminta merupakan
keterampilan ynag sangat penting dalam bekerja tim.

 Percaya Diri dan Saling Percaya


Percaya diri dan saling percaya merupakahal yang sulit untuk dilakukan, akan tetapi kedua
hal tersebut menjadi dasar sebagai karakteristik individu dalam kesuksesan kelompok, hal
ini harus dijadikan prinsip dalam bekerja tim.

 Menikmati Pekerjaan
menikmati pekerjaan sekalipun dalam kondisi sulit seperti bekerja di area paliatif yang
menghadapi pasien menjelang ajal/kematian menimbulkan kepuasan dan membuat
seseorang menjadi lebih nyaman.

 Kepedulian
Kepedulian terhadap sesame anggota dan tim merupakan hal yang bersifat dasar dalam
membangun tim yang baik. Setiap anggota harus merasa dirinya berharga dan peduli.

D. MEMAHAMI PERAN DALAM TIM PALIATIF


Kolaborasi secara interdisiplin dalam pelayanan perawatan paliatif memiliki tujuan
menunjukan sebagai bentuk penghargaan para anggota tim paliatif terhadap nilai yang dimiliki
oleh pasien dan keluatga sekaligus menunjukan nilai yang dimiliki oleh tim sebagai
profesional. Beberapa hal yang dibutuhkan dalam tim untuk mempertahankan dinamika
kelompok atau tim yaitu saling menguntungkan dimana semua anggota memahami bahwa kita
hadir bersama untuk mencapai tujuan bersama, respect yaitu bahwa setiap profesi memiliki
andil dalam proses penanganan dan mengatasi masalah pasien, dan interdependence. Menurut
Coyle (1997) mengidentifikasi beberapa hal yang dapat menjadi faktor penghambat proses
implementasi secara kolaboratif, yaitu:
 Budaya kerja pada suatu intuisi seperti hubungan dokter, perawat yang terjalin secara
hirarki otoriti
 Isu kepemilikian pasien
 Meragukan kemampuan anggota tim lainnya
 Model pelayanan
 Model tim
Pendapat lain, menyatakan beberapa hal yang dapat melemahkan proses membangun budaya
kerja tim, yaitu:
 Kurangnya dukungan dana serta komitmen dari pihak pimpinan institusi
 Komunikasi yang kurang
 Adanya kebingungan untuk dapat membedakan peran dan keterampilan dari masing-
masing angota.
Secara umum tim perawatan paliatif, perawat merupakan tulang punggung dalam pelayanan.
Berikut ini akan dijelaskan peran perawat, dokter, pekerja sosial medik, fifioterapi, okupasi
terapis, dietican nutrisionist, dan rohaniawan.
1. Peran Perawat
Beberapa bentuk peran perawatan paliatif yang didefinisikan sebagai satu dukungan untuk
berbagai hal menurut Davies dan Oberie (1990), yaitu:
- Valuing, memiliki kemampuan untuk menghargai terhadap nilai dan keyakinan
seseorang
- Connecting, menunjukan kekampuan untuk selalu dapat berkomunikasi dan mencoba
memhamai pengalaman yang dialami oleh mereka
- Empowering, memberdayakan pasien dan keluarga untuk melakukan sesuatu sesuai
dengan kemampuan
- Doing for, perawat memaksimalkan kemampuan pasien dan keluarga untuk mengatasi
masalah atau keluhan yang dialami oleh pasien
- Finding meaning, pelayanan perawatan paliatif mendorong pasien untuk menemukan
makna dari kondisi sakitnya atau kondisi kekiniannya merupakan hal yang penting
dalam membantu menentukan tata kelola keluhan yang dirasakan oleh pasien.
- Preserving own integrity, menjaga dan mempertahankan integritas diri merupakan hal
yang terpenting untuk mempertahankan diri sehingga mampu menjalankan peran dan
fungsi sebagai tim secara efektif.

2. Peran Dokter
Peran seorang dokter bagian dari tim secara umum yaitu, mengatasi keluhan atau masalah
pasien yang bersifat kompleks termasuk memahami kemungkinan penyebab yang
berkenaan dengan diagnosis dan prognosis pasien beserta isu hubungan keluarga. Dokter
memiliki peran untuk memberikan pengajaran pada para calon dokter, dokter muda,
ataupun perawat mengenai praktik dalam perawatan paliatif. Dokter yang bekerja di area
perawatan paliatif harus memiliki kompetensi dalam hal memahami dengan baik penyakit
keganasan atau atau penyakit kronis lainnya yangsering ditemukan pada pasien.

3. Peran Pekerja Sosial Medik


Beberapa peran pekerja sosial medik dalam tatanan pelayanan perawatan paliatif, yaitu:
- Meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi dan berespon terhadap lingkungan
- Memberikan dorongan internal atau mengajarkan keterampilan koping psikologis
pada pasien secara individu maupun pada keluarga
- Melakukan deteksi dini terhadap adanya gejala psikopatologi
- Membantu meningkatkan keyakinan diri dalam system keluarga termasuk pasien
- Menyediakan layanan pengontrolan secara spesifik terutama terkait masalah
psikologis, emosional dan sosial.
4. Peran Fisioterapis
Intervensi fisioterapi pada pelayanan rehabilitasi lebih mengutamakan pada upaya
peningkatan kemampuan fungsional pasien, sedangkan di pelayanan perawatan paliatif
tujuan fisioterapi adalah untuk meminimalisir sumber-sumber yang menyebabkan
kelemahan pada pasien. Seorang fisioterapis memiliki peran yang sangat penting untuk
mengatasi keluhan fisik dan non fisik dengan menggunakan intevensi non farmakologis,
meningkatkan kemampuan mobilitas, dan mengelola masalah limphoedema pasien.

5. Peran Apoteker
Walker, Scarpaci & McPherson (2010), membedakan peran apoteker di area perawatan
paliatif:
 Penyedia layanan obat-obatan
- Penyimpanan dan distribusi obat-obatan untuk pasien paliatif
- Menyediakan obat generic sesuai dengan dosis dan kebutuhan pasien paliatif
- Mengatur obat-obatan yang diberikan sesuai dengan rute pemberiannya
 Mengoptimalkan pemberian obat
- Mengevaluasi atau keluhan pasien sebagai akibat dari efek samping obat dan
memberikan rekomendasi sesuai obat yang cocok sesuai dengan kondisi pasien
- Memberikan informasi detail mengenai konversi obat-obatan
- Membuat rekomendasi mengenai seberapa cepat obat diberikan ulang, dosis
dinaikan atau diturunkan
- Merekomendasikan strategi penetapan dosis yang tepat ketika mengganti obat
yang memiliki fungsi yang sama
 Pendidikan dan informasi tentang obat-obatan
- Mengajarkan kepada tim perawatan paliatif mengenai farmakoterapi pada pasien
paliatif
- Memberikan informasi kepada pasien dan penjaga pasien mengenai penggunaan
terapi komplementer
- Mengajarkan pasien, keluarga dan penjaga pasien mengenai cara pemberian dan
penggunaan obat
 Keselamatan pasien
- Melakukan investigasi terhadap kejadian atau kesalahan dalam pengobatan
]melaukan analisis trend untuk merencanakan program pencegahan, pembenahan
dan pedoman pengobatan
- Mengembangkan strategi pendeteksi dini terhadap ptensi kesalahan yang
menyangkut dengan pengobatan pasien
 Managemen dan administrasi pelayanan obat
- Mengembangakan formula pengobatan sesuai dengan standar praktik dan
pembiayaaan yang lebih efektif
- Mengembangkan protocol manajemen nyeri dan keluhan fisik lainnya untuk
mengoptimalkan penggunaan obat-obatan.
6. Peran Okupasi Terapis
Okupasi terapis memiliki peran utama untuk merancang atau mendesain alat bantu sesuai
dengan kondisi, sehingga pasien dapat tetap beraktifitas dirumah. Seorang okupasi terapis
dapat melakukan pemeriksaan mengenai kemampuan pasien untuk hidup secara mandiri,
menyediakan alat bantu serta mengajarkan cara penggunaannya sehingga pasien dapat
beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggal dan mampu melakukan aktifitas harian rutin
seperti makan, minum, berpakaian dan toileting.

7. Peran Dietician dan Nutrisionist


Dietician and nutrisionist yang dimaksud adalah tenaga professional yang memiliki
kompetensi untuk menetapkan pola diet paien. Sorang dietician dapat melakukan
pengkajian terhadap pasien dan memberikan masukan terhadap pasien dan keluarganya
mengenai diet dan makanan tambahan atau supplement yang dibutuhkan oleh pasien sesuai
dengan perkembangan kondisi ataupun penyakitnya.

8. Peran Rohaniawan
Rohaniawan merupakan professional yang lebih kompeten untuk mengatasi isu-isu yang
berkenaan dengan spriritualitas dan religiusitas. Memberikan konseling danberpartisipasi
dalam tindak lanjut masa berduka merupakan aktifitas utama rohaniawan dilingkungan
klinis. Rohaniawan juga memiliki peran untuk membantu pasien menjalankan Ibadan,
berdoa terutama saat kondisi menjelang ajal/kematian.

Anda mungkin juga menyukai