Anda di halaman 1dari 55

KEBIJAKAN DAN SITUASI

PENYAKIT ZOONOSIS
( LEPTOSPIROSIS)
DI JAWA TIMUR
KEBIJAKAN
PENYAKIT
ZOONOSIS
(LEPTOSPIROSIS)
Kebijakan Percepatan Pengendalian Zoonosis
Perpres Nomor 30 tahun 2011

1. Kebijakan Nasional Pengendalian


Zoonosis berpedoman pada Rencana
Pembangunan Nasional Jangka
Menengah dan Panjang
2. Kebijakan Daerah berpedoman pada
Rencana Pembangunan Daerah Jangka
Menengah dan Panjang
Dasar Hukum
1. UU Karantina Udara no. 1 tahun 1962
2. UU Karantina Laut No. 2 tahun 1962
3. UU Penyakit Wabah no 4 tahun 1984
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
5. IHR (International Health Regulation) tahun
2005
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010
Tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang
Dapat Menimbulkan Wabah
7. Peraturan Presiden No.30 tahun 2011 tentang
Pengendalian Zoonosis
Permenkes No 1501 th 2010
tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat
Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangannya
Permenkes No 1501 th 2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu
yang Dapat Menimbulkan Wabah
dan Upaya Penanggulangannya
Strategi Pengendalian Zoonosis
menurut Perpres Nomor 30 tahun
2011
1. Penguatan perlindungan wilayah yang masih bebas
terhadap penularan Zoonosis baru
2. Peningkatan upaya perlindungan masyarakat dari
ancaman penularan zoonosis
3. penguatan kapasitas sumber daya yang meliputi ( SDM;
Logistisk,Pedoman pelaksanaan,Prosedur teknis
pengendalian,Kelembagaan dan Anggaran
pengendaliannya) pedoma
4. penguatan lit-bang bidang zoonosis n
5. pemberdayaan masyarakat melibatkan dunia usaha,
perguruan tinggi,LSM;organisasi profesi dan pihak lain
Strategi Pengendalian Zoonosis
1. penguatan
menurut
2011
Perpres Nomor perlindungan
30 tahun

1. Wilayah yang bebas terhadap penularan


masi
zoonosis baru;
h
2. peningkatan upaya perlindungan
masyarakat dari ancaman penularan zoonosis;
3. penguatan kapasitas sumber daya yang meliputi
sumber manusia, pedoma
daya
pelaksanaan, logistik, prosedur pengendalia
n
teknis
dan n,
kelembagaa anggaran pengendalia
n zoonosis; n
MASALAH KESEHATAN
MASYARAKAT
DI INDONESIA
Prioritas pengendalian
1. Angka kematian tinggi
2. Berpotensi menimbulkan KLB
3. Terkait dengan nama baik negara
4. penderita mengalami gejala sisa permanen
(Japenese Encefalitis )
5. penyebaran cepat di daerah ;berkembang menjadi
parah
TUJUAN
PENGENDALIAN ZOONOSIS
.
• Menurunkan angka kesakitan dan
1 kematian akibat zoonosis

• Mencegah/membatasi/menanggulangi
2 Kejadian Luar Biasa/wabah zoonosis

• Mencegah dan membatasi keluar masuknya


KLB/Wabah zoonosis antar daerah/wilayah serta
masuknya zoonosis dari dan ke Indonesia pada
3 situasi Pandemi.
LEPTOSPIROSIS pada MANUSIA
Epidemiologi
LEPTOSPIROSIS
Penyakit infeksi ZOONOSIS, tersebar paling luas di dunia

ZOONOSIS : penyakit yang secara alamiah dapat ditularkan


oleh binatang kepada manusia (atau sebaliknya)

Disebabkan oleh bakteri Leptospira sp


Genus Leptospira terdiri atas:
- Leptospira interrogan (bersifat patogen)
- Leptospira biflexa (non patogen)
-Serologi : > 240 serovars
-Molekuler : genomospecies
Leptospirosis sudah lama ada di Indonesia
Lebih daripada 240 serovar telah diidentifikasi di dunia

Sejumlah serovar / strain diberi nama dengan


nama “Indonesia” (nama orang, tempat dsb)

sarmin, salinem, paidjan, sentot

hardjoprajitno, rachmat, djasiman

medanensis, samaranga, bataviae,

javanica, bindjei, bangkinang etc.


EPIDEMIOLOGi : distribusi & insidens

Studi seroprevalensi di Indonesia

Leptospirosis: endemik di Indonesia !

Jawa : Tengah, Barat, Timur, dan Yogyakarta

Sumatra : Utara, Barat, Selatan, Lampung, Bengkulu

Sulawesi : Utara, Selatan.

Kalimantan : Barat, Timur

Bali, Nusa Tenggara Barat


Epidemiologi

Transmisi Leptospira dari binatang ke manusia

 Biasanya melalui air yang terkontaminasi bakteri atau tanah


yang lembab
 Bakteri Leptospira masuk ke tubuh manusia memalui kulit
yang luka, lecet atau selaput lendir (mata, mulut, nasofaring
atau esofagus)
 Leptospira dikeluarkan melalui urin binatang yang sakit atau
pembawa bakteri (karier) kedalam lingkungan
 Untuk kehidupan optimal, bakteri Leptospira perlu lingkungan
hidup beriklim hangat dan lembab
Transmisi Leptospira sp: rodent/mamalia-lingkungan-manusia

www.glean-lepto.org
Masa inkubasi
• Masa inkubasi leptospirosis :
– Antara 2 – 30 hari
• Biasanya rata rata 7 – 10 hari
Triangle Epidemiologi Leptosprisis
• Hewan mamalia (Sapi, Babi,
Kuda, Domba, Kucing, Tikus,
anjing
• Manusia HOST
Leptospira intterogans
• 172/200 serovar 
19/20 serogroup
• Kondisi baik : 193 hari
• Kondisi buruk : 30
ENVIRONMENT menit

• Lembab
AGENT •• Urin babi : 60 hari
Urin sapi+air : 35 hari
• Daerah Banjir • Susu Sapi 30 menit
• PH 6 – 8 • Susu + air : 60 hari
• Suhu optimum 28 – 30 oC • Mati : panas
• Mati pada suhu <7 – 10 oC, matahari,sabun,
> 34 – 36 oC detergen, desinfektan
Surveilans
PENGERTIAN
• Surveilans Epidemiologi adalah analisis secara sistematis dan terus-menerus
terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang
mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah
kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara
efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan
penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.
(KEPMENKES 1116/2003, Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan)

• Sistem Kewaspadaan Dini KLB (SKD-KLB) adalah merupakan kewaspadaan


terhadap penyakit berpotensi KLB beserta faktor-faktor yang
mempengaruhinya dengan menerapkan teknologi surveilans epidemiologi dan
dimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan, upaya-upaya
pencegahan dan tindakan penanggulangan kejadian luar biasa yang cepat dan
tepat. (KEPMENKES 949/2004, Pedoman Penyelenggaraan SKD-KLB)
TUJUAN SURVEILANS LEPTOSPIROSIS

• Memantau kecenderungan Leptospirosis menurut waktu,


tempat dan orang.
• Mengetahui angka kesakitan dan kematian
• Mendeteksi dini dan memprediksi terjadinya KLB
Leptospirosis
• Memantau kemajuan program pengendalian
Leptospirosis Menyediakan informasi untuk perencanaan
pengendalian Leptospirosis
• Penyusunan kebijakan pengendalian Leptospirosis
SUMBER DATA
KLINIS : LINGKUNGAN :
• PUSKESMAS • Sanitasi Lingkungan
• Dokter Praktek Mandiri • Pengamatan Rodent
• Rumah Sakit • Pemantauan kawasan
• Laboratorium : BBVet., banjir.
Lab. Klinik. • Pengamatan
pemukiman kumuh dan
padat (termasuk
penampungan
pengungsi).
JENIS DATA
Case Based : Agregate :
• Umur, jenis kelamin, geografis, • Jumlah kasus suspek, probabbel
pekerjaan. & konfirm
• Gejala & Tanda Klinis • Jumlah kasus meninggal
• Riwayat Masuk Faskes • Jumlah kasus menurut tipe
• Riwayat Pajanan (kontak serogroup Leptospirosis.
binatang, banjir).
• Data mikrobiologi & serologi.
• Tanggal mulai sakit.
FORM PENCATATAN DAN PELAPORAN
LEPTOSPIROSIS
FAKTOR RISIKO LEPTOSPIROSIS
Faktor risiko
• Tikus dengan serovar patogen
• Lepto pada Hewan ternak (Ponorogo)
• Genangan air di sawah
• Penbasmian tikus massal tidak
dilakukan penanganan bangkai tikus
yg baik
• Banjir
• Sanitasi dapur yang buruk
• Penggunaan APD
• Luka pada kaki
FAKTOR RISIKO PENULARAN LEPTOSPIROSIS
DI KOTA SEMARANG
(A HOSPITAL─BASED CASE CONTROL STUDY)

No Variabel P OR Adjusted 95% CI

1 Riwayat ada luka


0,002 44,3 4,25 – 463,5

2 Aktifitas dalam air < 0,001 18,1 4,2 – 77,30

3 Ada genangan air (banjir) 0,037 12,9 1,2 – 142,7

4 Kebersihan pribadi 0,017 11,3 1,5 – 84,4

D. Wiharyadi, M. H. Gasem, 2004


PENAPISAN LINGKUNGAN AIR DI
KOTA SEMARANG

Selokan untuk buang Barang & Perabot RT tdk teratur Buang sampah disembarang tempat
sampah
Penapisan Lingkungan air
Hasil Pengukuran lingkungan air
Kondisi lingkungan Hasil Pengukuran • Sumber air masyarakat;
sumur dan PDAM.
Suhu lingkungan 30 – 36⁰ C • Hasil pengukuran pH air,
Kelembaban 50 – 80% chlor dan pemeriksaan
Kandungan chlor Air 0 – 2 mg/L bakteri Leptospira dg PCR
PDAM dalam air : berpotensi
Kandungan chlor air 0 – 0.5 mg/L sebagai media bakteri
sumur leptospira di air alam
Kandungan chlor 0 mg/L
Got dan genangan Hasil Pemeriksaan (metode PCR)
pH air 7 – 8.7 Jumlah sampel air Jumlah sampel
diperiksa air positif
Leptospira
45 TPA dan 3 TPA dan
genangan air genangan air
(air bak mandi, got (got, genangan)
dan genangan)
Penapisan Pada Hewan
Ternak/Piaraan dan Tikus

Tim Penapisan Hewan Pengambilan darah Pengambilan darah


kucing kambing
Hasil Pemeriksaan PCR
330 bp

Hasil PCR

Sampel anjing

Hewan piaraan Hewan ternak

Jenis-jenis hewan ternak/piaraan, sampel darahnya


Sampel domba
positif bakteri Leptospira
Penapisan tikus di Kota Semarang, Tahun 2012
Persentase jenis tikus Tikus rumah R. tanezumi
tertangkap (40%) dan tikus riul R.
norvegicus dominan
daripada jenis lainnya

Jumlah tikus positif


Leptospirosis

Tikus riul R. norvegicus dominan


positif leptospirosis daripada jenis
lainnya
Tipe daerah Leptospirosis

1.Leptospirosis daerah persawahan


Leptospirosis yang sering terjadi
pada petani, saat sawah
tergenang air.
2.Leptospirosis daerah banjir
Leptospirosis pada warga korban
banjir, terjadi setelah banjir
(lbh kurang 2-4 minggu), karena
genangan air terkontaminasi
bakteri leptospirosis
3.Leptospirosis pemukiman kumuh
Leptospirosis pada warga
dipemukiman kumuh baik musim
kemarau maupun hujan.
SITUASI PENYAKIT
ZOONOSIS
DI JAWA TIMUR
Peta Kasus Leptospirosis
pada Manusia dan dan Rodent
13 Prov pada manusia.
21 prov pada hewan/rodent.

: tertular pada manusia


: tertular pada hewan
Kasus Leptospirosis Provinsi Jawa Timur
Tahun 2011 s/d Maret 2018

2018 (sampai dengan 15


2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Maret 2018)
No Kabupaten
P M CFR P M CFR P M CFR P M CFR P M CFR P M CFR P M CFR P M CFR

1. Ponorogo 31 3 9.7 26 1 3.8 26 0 0.0 0 0 #### 9 0 0.0 1 0 0.0 9 2 22.2 0 0 #####


2. Sampang 0 0 #### 0 0 #### 96 9 9.4 32 0 0.0 0 0 #### 32 4 12.5 34 0 0.0 0 0 #####
0 0 0 1
3. Tulungagung 0 0 #### 2 0 0.0 0 0 #DIV/0! 0 #### #### 0 0 #### 0 0.0 0 0 #####
0 0 0
4. Trenggalek 0 0 #### 0 0 #### 1 1 100.0 0 #### #### 1 0 0.0 0 0 #### 2 2 100.0
5. Kota Malang 0 0 #### 0 0 #### 0 0 #DIV/0! 0 0 #### 0 0 #### 322 2 0.6 0 0 #### 0 0 #####
6. Malang 0 0 #### 0 0 #### 4 0 0.0 0 0 #### 0 0 #### 0 0 #### 0 0 #### 0 0 #####
7. Gresik 7 7 #### 16 3 18.8 1 1 100.0 14 0 0.0 15 0 0.0 0 0 #### 0 0 #### 10 2 20.0
8. Surabaya 4 0 0.0 0 0 #### 7 0 0.0 0 0 #### 0 0 #### 34 0 0.0 0 0 #### 3 0 0.0
0
#### 0
0
9. Lumajang 0 0 #### 0 0 #### 0 0 #DIV/0! 0 #### 2 0 0.0 0 0 #### 0 0 #####
10 Pacitan 0 0 #### 0 0 #### 0 0 #DIV/0! 0 0 #### 0 0 #### 6 4 66.7 52 11 21.2 0 0 #####
11 Magetan 0 0 #### 0 0 #### 0 0 #DIV/0! 0 0 #### 0 0 #### 0 0 #### 1 0 0.0 0 0 #####
12 Kota Probolinggo 0 0 #### 0 0 #### 0 0 #DIV/0! 0 0 #### 0 0 #### 0 0 #### 9 2 22.2 5 2 40.0
13 Bondowoso 0 0 #### 0 0 #### 0 0 #DIV/0! 0 0 #### 0 0 #### 0 0 #### 2 0 0.0 0 0 #####
14 Kab Probolinggo 0 0 #### 0 0 #### 0 0 #DIV/0! 0 0 #### 0 0 #### 0 0 #### 1 0 0.0 2 0 0.0
15 Kab Ngawi 0 0 #### 0 0 #### 0 0 #DIV/0! 0 0 #### 0 0 #### 0 0 #### 0 0 #### 1 0 0.0
  Total 42 10 23.8 44 4 9.1 135 11 8.1 46 0 0.0 24 0 0.0 398 10 2.5 109 13 11.9 23 6 26.1
KASUS DAN KEMATIAN LEPTOSPIROSIS CASE FATALITY RATE LEPTOSPIROSIS
JAWA TIMUR TH 2016 S/D MARET 2018 JAWA TIMUR TH 2016 S/D MARET 2018

450 30
398
400
26.1
25
350

300 20
250
15
200
11.9
150 10
109
100
5
50 23
10 13 6 2.5
0 0
TH 2016 TH 2017 TH 2018 TH 2016 TH 2017 TH 2018
Kasus Mati CFR
DATA KASUS LEPTOSPIROSIS DI BEBERAPA KABUPATEN /KOTA
DI JAWA TIMUR
PERIODE JANUARI S/D 17 APRIL 2018

No Kabupaten/kota Jumlah Hidup Meninggal CFR(%)


kasus

1 Kab. Gresik 10 8 2 20

2 Kota. Surabaya 3 3 0 0

3 Kota. Probolinggo 5 3 2 40

4 Kab. Probolinggo 11 10 1 9

5 Kab.Trenggalek 2 0 2 100

6 Kab. Ngawi 1 1 0 0

7 Kab. Pacitan 14 12 2 14

8 Kab. Sumenep 1 0 1 100

9 Kab. Magetan 1 0 1 100

10 Kab. Lumajang 4 4 0 0

Jumlah 52 41 11 21 %
PENDERITA LEPTOSPIROSIS
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PROBOLINGGO
BULAN JANUARI s/d APRIL 2018

NO NAMA UMUR (TH) JENIS KELAMIN ALAMAT PEKERJAAN TANGGAL MASUK RS RUMAH SAKIT RDT KET
Dusun Krajan RT. 5 RW.
1 Supardi 52 Laki-Laki 02 Desa Banyuanyar Kidul Peternak 04-Jan-18 RS Wonolangan Dringu RDT - Hidup
Kec. Banyuanyar

Dusun Kuini RT 6 RW 3
2 Ari 28 Laki-Laki Petani 12-Jan-18 RS Wonolangan Dringu RDT - Hidup
Desa Tukul Kec. Sumber

Desa Pusung Lor RT 9 RW


RSUD dr. Moh Saleh
3 Sholehan 41 Laki-Laki 3 Desan Wringin Anom Supir 27-Jan-18 RDT + Hidup
Probolinggo
Kec. Kuripan
Dusun Triwung RT 9 RW 3
RSUD dr. Moh Saleh
4 Suyit 45 Laki-Laki Desa Tunggak Kec. Supir 27-Jan-18 RDT + Hidup
Probolinggo
Wonomerto

Karyawan
5 Anton 30 Laki-Laki Tegal Rejo, Dringu 01-Feb-18 RS Wonolangan Dringu RDT - Meninggal
Swasta

Dusun Sumber RT. 001


6 Jimet 53 Laki-Laki RW. 002 Tegal Rejo, Buruh Tani 06-Feb-18 RS Wonolangan Dringu RDT - Hidup
Dringu

Aslah Asmi Jl. Hasanuddin gg. 1/07 RSUD dr. Soetomo


7 53 Laki-Laki PNS 08-Feb-18 RDT - Hidup
Irianto Bulu Kraksaan Surabaya

Dusun Tegal Juwet RT. 14


Kusnan / RSUD dr. Moh Saleh
8 54 Laki-Laki RW. 005 Sumber Bulu Buruh Tani 19-Feb-18 RDT + Hidup
Slamet Probolinggo
Tegalsiwalan

Dusun Tengan 10/11


9 Ny. Supiati 40 Perempuan 06-Mar-18 RS Wonolangan Dringu RDT - Hidup
Sumber Bulu Tegalsiwalan

Tegalsiwalan, Sumber
10 Tn. Mistali 59 Laki-Laki 15-Mar-18 RS Wonolangan Dringu RDT - Hidup
Bulu, Tegal Juwet 20/05

Jalan Rawa Tirta RT 09


11 Suut 38 Laki-Laki RW 08 Sumber Kedawung Buruh 14-Apr-18 RDT- Hidup
Leces
Minggu laporan SKDR
M2 = PKM Banyuanyar
M4 = PKM Wonomerto
PKM Kahuripan
M9 = PKM Tegal siwalan
M10 = PKM Dringu
M11 = ...... ?
M 12 = PKM Tegal siwalan
M14 = Leces
SISTEM KEWASPADAAN DINI (SKD)
SEBARAN LEPTOSPIROSIS DI KABUPATEN PACITAN TAHUN 2017
Distribusi Kasus Leptospirosis DISTRIBUSI KASUS LEPTOSPIROSIS
Menurut Kelompok Umur MENURUT GEJALA KLINIS,PACITAN,
(tahun), Pacitan, Desember DESEMBER 2016-APRIL 2017
2016 – April 2017

Gejala Ya %
Demam 39 83.0
65+ 10 - 24
9% Sakit Kepala 37 78.8
14%
Malaise 15 31.9
Nyeri Betis 13 27.7
45 - 64 25 - 44
33% 44% Mialgia 11 23.4
Ikterus 11 23.4
Conjungtifal
9 19.1
Suffusion
Masalah
• Terlambat diagnosis
• Timbul kepanikan pada masyarakat dan petugas
• Kemampuan tenaga medis masih kurang dalam
deteksi dan penanganan kasus lepto berat
• Kesiapan RS kurang
• Over diagnosis  semua kasus di RDT
• Kurangnya PE
• Pencatatan dan pengolah data masih kurang
Solusi
• Penguatan SDM
• Penyuluhan masyakat
• Kerja sama lintas sektor
• Penguatan surveilans
Aplikasi Promosi Kesehatan Penanggulangan Leptospirosis

Penyerahan Poster
kepada pamong desa

Pemasangan
baliho

Penyuluhan
Materi Promosi Kesehatan
penanggulangan leptospirosis

Etiologi leptospirosis
Penyebab Baliho

Cara penularan
Tanda awal
Jenis reservoir
Poster
Metode pencegahan dan pengendalian tikus
Cara pengendalian tikus rumah
Cara pencegahan kontak bakteri
Cara pencucian perangkap
Guna sodium hipoklorit
Periksa nakes untuk pencegahan dini Leaflet

Anda mungkin juga menyukai