Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

MANAJEMEN PATIENT SAFETY


PROSEDUR BEKERJA DI RUANG ISOLASI

DOSEN PENGAMPU :
SANDRA DEWI, S.Pd, M.Kes

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
1. IKHSANNUL ABDULLAH (22334042)
2. FADILLA ANISA PUTRI (22334030)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
serta karunia-Nya sehingga kami dapat meneyelesaikan Tugas Makalah
Manajemen Patient Safety dengan judul “Prosedur Bekerja di Ruang Isolasi”
tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki.
Oleh karena itu, semua kritik dan saran pembaca akan kami terima dengan senang
hati demi perbaikan makalah ini.

Makalah ini dapat sepenuhnya diselesaikan berkat adanya bimbingan dan


bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya pada kesempatan
ini kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak, terutama
kepada dosen mata kuliah Manajemen Patient Safety yaitu Ibuk Sandra Dewi,
S.Pd, M.Kes yang telah memberikan masukkan demi kelancaran makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat kepada kita semua.

Pariaman, 1 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................
1.3 Tujuan.........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................

2.1............................................................................ Defenisi dan Ruang Lingkup Isolasi


....................................................................................................................................
2.2.................................................................................................... Prinsip Ruang Isolasi
....................................................................................................................................
2.3............................................................................................. Alat-alat di Ruang Isolasi
....................................................................................................................................
2.4............................................... Kriteria Ruang Perawatan Isolasi yang Ketat dan Ideal
..................................................................................................................................
2.5............................................................... Syarat Petugas yang Bekerja dikamar Isolasi
..................................................................................................................................
2.6................................................................... Prosedur Keluar Ruang Perawatan Isolasi
..................................................................................................................................

BAB III PENUTUP............................................................................................................

3.1 Kesimpulan...............................................................................................................
3.2 Saran.........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Ruang isolasi adalah ruangan khusus atau ruangan tertutup yang perlu
perlindungan dan kewaspadaan. Dimana, ruangan tersebut digunakan khusus
untuk merawat pasie yang mempunyai kerentanan lebih besar terhadap infeksi
atau carrier mikroorganisme yang dapat dengan mudah ditransmisikan ke orang
lain.

Ruang isolasi merupakan ruangan yang didesain khusus untuk menangani


pasien dengan penyakit infeksi agar terpisah dari pasien lain. Tujuan adanya ruang
isolasi adalah untuk mengendalikan penyebaran penyakit menular yang bisa
mewabah. Ruang isolasi adalah ruangan khusus, orang-orang yang bisa masuk ke
ruangan ini juga sangat terbatas.

................. Mengingat di ruang isolasi tidak bisa sembarangan keluar masuk, untuk itu
dikembangkanlah sistem monitoring yang mampu memantau beberapa parameter
yang dibutuhkan agar ruangan tersebut memenuhi standar operasional prosedur.
Salah satunya adalah pengelolaan tata udara yang harus dijaga yaitu suhu ruangan
dan kelembapan ruangan. Kemudian diperlukan juga sirkulasi udara yang baik,
dan untuk menjaga agar kelembapan ruangan stabil dibutuhkan kipas exhaust.
Udara dalam ruangan dan kontaminan dalam ruangan minimal 6x pertukaran
udara perjam dengan suhu ruangan 24 - 26 C dan kelembaban relatif 40 - 60%.
Agar kelembapan stabil dan kipas exhaust bekerja dengan baik, perlu
menggunakan sebuah metode dalam hal ini adalah Fuzzy Logic. (DR. Dr. Eka
Ginanjar, 2020).

Pedoman ini disusun dengan partisipasi berbagai pihak termasuk fasilitas


pelayanan kesehatan, organisasi profesi dan instansi terkait baik pembina maupun
pengelola fasilitas pelayanan kesehatan. Pedoman teknis ini merupakan acuan
bagi para pengelola fasilitas pelayanan kesehatan, praktisi bangunan di fasilitas
pelayanan kesehatan, para perencana atau pengembang fasilitas pelayanan

1
kesehatan dan pihak lain dalam pembangunan Ruang Isolasi yang benar sehingga
tercapai output yang bermutu.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa defenisi dan ruang lingkup dari isolasi?
2. Apa prinsip dari ruang isolasi?
3. Apa saja alat-alat di ruang isolasi?
4. Bagaimana kriteria ruang perawatan isolasi yang ketat dan ideal?
5. Apa syarat petugas yang bekerja dikamar isolasi?
6. Bagaimana prosedur keluar ruang perawatan isolasi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi dan ruang lingkup isolasi
2. Untuk mengetahui prinsip dari ruang isolasi
3. Untuk mengetahui alat-alat di ruang isolasi
4. Untuk mengethaui kriteria ruang perawatan isolasi yang ketat dan ideal
5. Untuk mengetahui syarat petugas yang bekerja dikamar isolasi
6. Untuk mengetahui prosedur keluar ruang perawatan isolasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Defenisi dan Ruang Lingkup Isolasi

Ruang isolasi merupakan ruangan yang didesain khusus untuk menangani


pasien dengan penyakit infeksi agar terpisah dari pasien lain. Tujuan adanya ruang
isolasi di rumah sakit adalah untuk mengendalikan penyebaran penyakit menular
yang bisa mewabah. Mengingat ruangan isolasi di rumah sakit adalah ruangan
khusus, orang-orang yang bisa masuk ke ruangan ini juga sangat terbatas.
Prosedur masuknya pun tidak sembarangan dan harus ditaati oleh perawat, dokter,
petugas rumah sakit, maupun anggota keluarga pasien (Nereza, 2020).Secara
umum, fungsi utama ruang isolasi adalah mencegah penularan penyakit ke orang
lain. (Kemenkes RI, 2020)

Ruang isolasi adalah ruang yang digunakan untuk meminimalkan kontak


antara pasien dengan dunia luar disekitar kamar pasien dan sebaliknya, ruang ini
dilakukan terhadap penderita penyakit menular, isolasi menggambarkan
pemisahan penderita yang terinfeksi selama masa inkubasi dengan kondisi tertentu
untuk mencegah atau mengurangi terjadinya penularan penyakit baik secara
langsung maupun tidak langsung dari pasien yang rentan.

Perawatan isolasi adalah suatu perawatan yang diberikan apabila pasien


menderita suatu penyakit yang dapat ditularkan kepada orang lain, baik melalui
udara, percikan ataupun kontak langsung. Perawatan ini diterapkan dimana pasien
akan dirawat tersendiri atau bila terdapat lebih dari satu pasien dengan jenis
penularan penyakit yang sama, maka pasien dapat dirawat secara bersama di
dalam ruang isolasi.

Ruang isolasi merupakan ruangan yang didesain khusus dan terpisah dari
pasien lain. Penting untuk memperhatikan fasilitas dan infrastruktur ruang isolasi
untuk pengendalian penyebaran penyakit atau infeksi. Ruang isolasi merupakan
ruangan khusus yang terdapat di rumah sakit yang merawat pasien dangan kondisi

3
medis tertentu yang terpisah dari pasien lain ketika mendapat perawatan medis
dengan tujuan untuk mencegah penyebaran penyakit atau infeksi kepada pasien
dan mengurangi resiko terhadap pemberi layanan kesehatan serta mampu merawat
pasien menular agar tidak terjadi atau memutus siklus penularan penyakit.

.Isolasi berarti proses dimana ruang terbatas tersebut di-nonfungsikan dan


tertutup sepenuhnya dari pelepasan energi atau material ke lingkungan terbuka
melalui cara seperti: pemasangan sorokan (blanking/blinding), pemindahan
jaringan pipa atau saluran, penutupan dan pengurasan, penutupan seluruh sumber
energi, dan pemutusan seluruh jaringan. Pada ruang isolasi diharapkan interaksi
antara pasien dan lingkungan luar sangat terbatas dan hanya beberapa orang yang
dapat mengakses diantaranya para dokter dan tenaga medis lainnya untuk
mendapatkan privasi tersebut

2.2 Prinsip Ruang Isolasi

Sistem tata udara yang terpasang di ruang isolasi airborne RSPI-SS


dirancang sesuai standar nasional maupun internasional, yaitu ruangan bertekanan
negatifdan mempunyai pergantian udara >12 Air Change per Hour (ACH) serta
dilengkapi hepafilter

Ruang perawatan isolasi terdiri dari :

1. Ruang ganti umum


2. Ruang bersih dalam
3. Stasi perawat
4. Ruang rawat pasien
5. Ruang dekontaminasi
6. Kamar mandi petugas

Prinsip kewaspadaan airborne harus diterapkan disetiap ruang perawatan isolasi


yaitu :

4
1. Ruang perawat harus dipantau agar tetap dalam tekanan negatif dibanding
tekanan di koridor
2. Pergantian sirkulasi udara 6-12 kali per jam
3. Udara harus dibuang keluar, atau diresirkulasi dengan menggunakan filter
HEPA (High-Efficiency Particulate Air)
4. Setiap pasien harus dirawat di ruang rawat tersendiri
5. Pada saat petugas atau orang lain berada di ruang rawat, pasien harus
memakai masker bedah (surgical mask) atau masker N95 (bila mungkin)
6. Ganti masker setiap 4-6 jam dan buang di tempat sampah infeksius

Lokasi Ruang Isolasi

1. Ruang isolasi harus terhindar dari sirkulasi/lalu lintas rutin unit lain.
2. Pilihan tempat isolasi dan penempatan pasien di dalam ruang isolasi harus
direncanakan dengan teliti dan dirancang untuk lebih mencegah transmisi
penyakit infeksi.
3. Lokasinya dapat tersendiri dalam sebuah unit rawat inap ataupun
merupakan satu klaster yang hanya berisi unit ruang isolasi.
4. Saat merancang bangunan sarana pelayanan kesehatan di rumah sakit,
sebaiknya tempat isolasi terletak tersendiri dari bagian-bagian lain, dan
dibangun di tempat yang diperkirakan mempunyai karakteristik angin
yang baik sepanjang tahun. Udara harus diarahkan dari tempat perawatan
pasien ke tempat terbuka di luar gedung yang jarang digunakan dilalui
orang.
5. Di dalam ruang pencegahan infeksi melalui airborne, pasien harus
ditempatkan dekat jendela bukan dekat pintu masuk.
6. Ruang isolasi sebaiknya berada dalam area yang dapat dipantau oleh
perawat

2.3 Alat-alat di Ruang Isolasi

A. Kacamata Pelindung (Gogless)


 Tujuan

5
Melindungi mata dan wajah dari percikan darah, cairan tubuh,
sekresi dan ekskresi (Kementrian Kesehatan RI, 2017). Selama prosedur
perawatan gigi, partikel kotoran yang besar dan saliva akan menyemprot
kewajah praktisi. Partikel-partikel ini mengandung sejumlah besar
konsentrasi bakteri dan secara fisik membahayakan mata.

 Indikasi
Tidak hanya untuk mencegah cidera fisik, tetapi juga untuk
mencegah infeksi, Pada saat tindakan operasi, pertolongan persalinan dan
tindakan persalinan, tindakan perawatan gigi dan mulut, pencampuran B3
cair, pemulasaraan jenazah, penanganan linen terkontaminasidi laundry, di
ruang dekontaminasi CSSD.
 Hal-hal yang perlu diperhatikan
Perlu mendapat perhatian adalah virus herpes simpleks dan
Staphylococcus aureus: meskipun demikian, kebanyakan anggota flora
mulut yang normal juga harus dianggap sebagai pathogen oprtunistik.
Kacamata yang memberikan perlindungan terbaik mempunyai penutup
bagian atas dan samping dan beberapa model diantaranya dibuat agar
dapat dipakai diatas kacamata koreksi serta dilengkapi pelindung wajah
dari plastic bening. Kacamata pelindung yang terkontaminasi harus dicuci
bersih dengan sabun dan air, diguyur bersih-bersih dan disterilkan, bila
mungkin atau didesinfeksi dengan bahan-bahan yang tidak merusak
kacamata (Cottone, dkk, 2000).

6
Ada beberapa jenis alat pelindung mata diantaranya :
1. Kaca Mata Biasa (Spectacle Gogles)
Kaca mata terutama pelindung mata dapat dengan mudah atau
tanpa pelindung samping. Kaca mata dengan pelindung samping lebih
banyak memberikan perlindungan.
2. Gogles
Mirip kacamata, tetapi lebih protektif dan lebih kuat terikat karena
memakai ikat kepala. Dipakai untuk pekerjaan yang amat
membahayakan bagi mata.

Tata cara penggunaan goggles


1. Pastikan tangan telah dibersihkan sebelum menyentuh goggles

2. Periksa kondisi goggles yang akan digunakan apabila terdapat


kerusakan maka goggles tidak dapat digunakan

3. Letakan tali pengika goggles ke sisi belakang kepala

4. Letakan bingkai goggles menutupi mata

5. Kencangkan tali pengikat sehingga membentuk sambungan yang era


tantara bingkai dan kulit wajah

6. Pastikan goggles sudah terpasang dengan baik, tidak longgar atau


goyang

Pemprosesan kembali

1. Bersihkan kacamata dengan sabun/detergen dan air bersih kemudian


disinfeksi dengan larutan natrium hipoklorit 0,1% (kemudian bilas
dengan air bersih) atau seka alkohol 70%.
2. Kacamata dapat langsung dibersihkan setelah dilepas dan tangan dicuci
atau ditempatkan di wadah tertutup khusus untuk dibersihkan dan di
desinfeksi
3. Pastikan pembersihan kacamata dilakukan di atas permukaan yang
bersih dengan cara mendesinfeksi permukaan sebelum membersihkan
kacamata.

7
4. Waktu kontak yang cukup dengan disinfektan (misalnya, 10 menit jika
menggunakan natrium hipoklorit 0,1%) harus dipenuhi sebelum
kacamata digunakan ulang. Setelah pembersihan dan disinfeksi,
kacamata harus disimpan di area yang bersih untuk menghindari
kontaminasi kembali.

Kriteria melepaskan:

1. Jika kacamata terkontaminasi cipratan bahan kimia, bahan infeksius,


atau cairan tubuh
2. Jika kacamata mengganggu keselamatan tenaga kesehatan atau
menghalangi tenaga kesehatan melihat lingkungan

Kriteria melepaskan dan kewaspadaan:

1. Jika kacamata terkontaminasi cipratan bahan kimia, bahan infeksius,


atau cairan tubuh
2. Jika kacamata mengganggu keselamatan tenaga kesehatan atau
menghalangi tenaga kesehatan melihat lingkungan atau menjadi
renggang
3. Ikuti prosedur melepaskan kacamata dengan aman untuk menghindari
kontaminasi pada mata

Resiko:

1. Residu natrium hipoklorit dapat beracun jika pembilasan setelah


disinfeksi tidak menyeluruh.
2. Meningkatkan beban kerja tenaga kesehatan (batasan).

B. Sarung Tangan, Apron, Masker


 Definisi
Memakai alat-alat yang dapat melindungi transmisi
mikrooragnisme. Alat-alat yang di maksud adalah sarung tangan, gaun
apron, dan masker alat-alat tersebut dapat dihindarkan kontak secara
langsung antara klien dengan perawat. Sarung tangan dan celemek

8
digunakan untuk melindungi tangan perawat dari segala macam subtansi
yang dihasilkan klien, misalnya darah, sputum, feses, urine, membrane
mukosa dan kulit. Sedangkan masker digunakan untuk melindungi resikp
resiko transmisi organisme berupa droplet, kuman yang dapat
berpindahpindah lewat udara ataupun cipratan yang dihasilkan klien

Indikasi
APD efektif dipakai jika
1. Klien menderita penyakit dengan gangguan imunitas (misalnya
leukemia, klien dengan kemotrapi)
2. Klien menderita penyakit dengan tingkat infeksi yang tinggi (misalnya
HIV-AIDS)

9
Hal-hal yang perlu diperhatikan

1. Yakinkan masker menutupi semua bagian mulut dan hidung


2. Jangan memakai masker yang sudah terpakai di dalam sebelumnya, jadi
hanya untuk sekali pakai
3. Masker harus diganti jika sudah dalam keadaann lembab atau basah.
Buang masker yang tidak terpakai di tempat sampah
4. Jika perawat memakai kacamata maka gunakan masker di bawah kacamata

Cara memakai sarung tangan steril

1. Lakukan sanitasi tangan dengan sabun atau cairan pembersih

2. Pastikan integritas kemasan. Buka kemasan luar non-steril tanpa


menyentuh kemasan steril di dalamnya

3. Letakkan kemasan dalam yang steril pada permukaan rata yang bersih dan
kering, tanpa menyentuh permukaan kemasan steril. Bukalah kemasan
dengan menyentuh ujung kemasan lalu lipat hingga menghadap ke bawah,
dan biarkan kemasan terbuka

4. Dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk salah satu tangan, pegang
sarung tangan pada bagian ujung yang terlipat

5. Masukkan tangan lain ke dalam sarung tangan dengan satu gerakan


tunggal, biarkan lipatan sarung tangan pada daerah pergelangan tangan

6. Ambil sarung tangan kedua dengan cara menyelipkan jari-jari tangan yang
telah menggunakan sarung tangan ke dalam liipatan manset sarung tangan
kedua

7. Dengan satu gerakan tunggal, masukkan tangan yang belum memakai


sarung tangan ke sarung tangan kedua dengan menghindari
kontak/sentuhan antara tangan yang telah memakai sarung tangan dengan
area selain sarung tangan yang akan dipakai (adanya kontak menyebabkan
kurangnya asepsis dan membutuhkan pergantian sarung tangan)

10
8. Jika dibutuhkan, setelah kedua sarung tangan terpasang, perbaiki letak
sarung tangan pada jari-jari hingga sarung tangan terpasang dengan
nyaman

9. Bukalah lipatan pada manset dengan menyelipkan jari-jari tangan lain di


bawah lipatan, hindari kontak atau bersentuhan dengan permukaan selain
permukaan luar sarung tangan (adanya kontak menyebabkan kurangnya
asepsis dan membutuhkan pergantian sarung tangan)

10. Lakukan pada kedua sarung tangan

11.Tangan yang telah memakai sarung tangan hanya boleh menyentuh area
dan alat-alat yang telah disterilkan serta area tubuh pasien yang telah
didisinfeksi

Cara melepaskan sarung tangan steril

1. Lepaskan sarung tangan pertama dengan menggunakan tangan lainnya.


Buka dengan cara melipat bagian dalam ke luar sampai daerah sendi
jari kedua (jangan melepas seluruh sarung tangan)

2. Lepaskan sarung tangan kedua dengan melipat bagian terluarnya


menggunakan tangan yang telah terlepas sebagian sarung tangannya

3. Lepaskan sarung tangan dengan melipat bagian dalam keluar hingga


sarung tangan terbuka seluruhnya. Pastikan tangan hanya bersentuhan
dengan bagian dalam sarung tangan

4. Buang sarung tangan pada tempat sampah medis

5. Lakukan sanitasi tangan dengan sabun atau cairan pembersih


Memakai gaun apron

1. Pakai gaun sampai menutupi pakaian perawat

2. Tarik lengan baju sampai ke bagian pergelangan tangan

3. Ikatkan tali gaun (biasanya ada dibagian posterior leher kepala dada dan
pinggul)

11
Memakai Masker Medis

1. Mencuci tangan
2. Memberi tahu pasien maksud perawat memakai masker
3. Memasang masker menutupi hidung dan mulut, kemudian mengikat tali-
talinya, tali bagian atas diikat ke belakang kepala melewati bagian atas
telinga sedangakan tali bagian bawah diikat dibelakang leher
4. Menanggalkan masker, dengan melepaskan ikatan tali-talinya kemudian
masker dilipat bagian luar di dalam
5. Masker direndam dalam larutan Lysol (masker disposable langsung
dibuang)

Hal-hal yang harus diperhatikan

a) Masker hanya dipakai satu kali, kemudian dicuci atau dibuang. Jika
masker sudah lembab berarti tidak efektif lagi dan harus diganti
b) Jangan menggulung makser di leher dan kemudian dipakai lagi
c) Tidak memakai masker keluar lingkungan pasien
d) Mencuci tangan

2.4 Kriteria Ruang Perawatan Isolasi yang Ketat dan Ideal

 Perawatan isolasi (isolation room)

1. Zona pajanan primer /pajanan tinggi

2. Pengkondisian udara masuk dengan open circulation system

3. Pengkondisian udara keluar melalui vaccum luminar air suction system

4. Air sterilizer system dengan burning dan filter

5. Modular minimal= 3 x 3 m

 Ruang kamar mandi perawatan isolasi (isolation rest room)

12
1. Zona pajanan sekunder /pajanan sedang

2. Pengkondisian udara masuk dengan open circulation system

3. Pengkondisian udara keluar melalui vaccum luminar air suction system

4. Modular minimal= 1,50 x 2,50 m2

 Ruang bersih dalam (ante room/foyer air lock)

1. Zona pajanan sekunder /pajanan sedang

2. Pengkondisian udara masuk dengan AC open circulation system

3. Pengkondisian udara keluar ke arah inlet saluran buang ruang rawat


isolasi

4. Modular minimal= 3 x 2,50 m2

 Area sirkulasi (circulation corridor)

1. Zona pajanan tersier /pajanan rendah/ tidak terpajan

2. Pengkondisian udara masuk dengan AC open circulation system

3. Pengkondisian udara keluar dengan system exhauster

4. Modular minimal= 2,40 m

 Ruang stasi perawat (nurse station)

1. Zona pajanan tersier /pajanan rendah/tidak terpajan

2. Pengkondisian udara masuk dengan AC open circulation system

3. Pengkondisian udara keluar dengan system exhauster

4. Modular minimal= 2 x 1,5 m2 / petugas (termasuk alat)

Persyaratan ruangan perawatan isolasi

A. Ruang perawat/nurse station

13
1. Pos perawat/nurse station agar dapat menjangkau seluruh pasien dengan
cepat dan mudah
2. Pos perawat/nurse station harus menjamin kesehatan, keselamatan,
kenyamanan dan kemudahaan dengan ukuran minimal 8 m2 atau 3-5 m2
per petugas
3. Pos perawat/nurse station harus mempunyai pencahayaan 100 lux/m2 dan
dilengkapi jam dinding
4. Pos perawat/nurse station dilengkapi dengan lemari penyimpanan barang
habis pakai dan obat
5. Pos perawat/nurse station harus memiliki pertukaraan udara minimal 6
ACH (Air Change rate perhour)
6. Pos perawat/nurse station tersedia sistem komunikasi langsung (handsfree)
antara pos dengan pasien di ruangan

B. Ruang rawat inap pasien

1. Adanya nurse call disekitar tempat tidur yang menghubungkan pos


perawat
2. Pencahahayaan minimal 100-200 lux/m2. Pada saat pasien tidur
pencahayaan maksimal 50 lux/m2
3. Maksimalkan dinding transparan dan jendela yang kedap udara, tidak
menyimpan debu dan mudah dibersihkan yang terbuat dari kaca sebagai
saarana visual untuk menguatkan orientasi pada siang dan malam hari dan
mendapatkan sinar matahari langsung
4. Daerah rawat inap harus mudah dibersihkan, tahan api, bebas debu
5. Luasan ruangan 15m2- 20m2 per kamar, per kamar tidur dilengkapi
anteroom dan kamar mandi tersendiri yang letaknya menyatu dengan
ruang perawatan

C. Ruang Istirahat petugas

1. Harus dekat dengan ruang rawat isolasi


2. Dilengkapi dengan sistem komunikasi internal dan sistem alarm

14
Disediakan juga ruang penyimpanan silinder gas medik,pantry, ruang
penyimpanan alat medik, ruang utilitas bersih dan kotor, ruang mesin filtrasi
udara, parkir troly, ruang ganti pasien dan petugas, janitor, dan toilet pengunjung

D. Ruang penyimpanan silinder gas medik.

a. Ruang yang digunakan untuk menyimpan tabung.-tabung gas medis


cadangan yang digunakan di Ruang Isolasi.
b. Penyimpanan silinder gas medik ini berlaku bagi RS yang tidak memiliki
sentral gas O2, vacuum dan compress air (udara tekan medik).

E. Pantri
Ruang ini untuk menyiapkan makanan dan minuman untuk
petugas, dilengkapi meja untuk menyiapkan makanan, freezer, bak cuci
dengan kran air dingin dan air panas, microwave dan atau kompor, dan
lemari pendingin. Ruang ini lebih efektif dan efisien jika menjadi satu
dengan Ruang ICU atau Ruang Rawat Inap.

F. Ruang Penyimpanan Alat Medik


a. Ruang penyimpanan alat medik berfungsi sebagai penyimpanan peralatan
medik yang setiap saat diperlukan dan belum digunakan.
b. Peralatan yang disimpan di ruangan ini harus dalam kondisi siap pakai dan
dalam kondisi yang sudah disterilisasi.
c. Alat-alat yang disimpan dalam ruangan ini antara lain respirator/ventilator,
alat/mesin hemodialisa (HD), mobile X-ray, monitor pasien, syringe
pump, infusion pump, defibrillator dan lain-lain.
d. Ruang sebaiknya cukup besar untuk memudahkan akses, lokasinya mudah
untuk mengeluarkan peralatan.
e. Kotak kontak pembumian listrik sebaiknya tersedia di dalam ruang dengan
kapasitas yang cukup untuk membuang arus baterai dari peralatan yang
menggunakan baterai.

15
G. Ruang Utilitas Bersih
a. Ruang utilitas bersih dan kotor harus ruang terpisah yang tidak saling
berhubungan.
b. Lantai sebaiknya ditutup dengan bahan tanpa sambungan untuk
memudahkan pembersihan.
c. Ruang utilitas bersih sebaiknya digunakan untuk menyimpan obat-
obatan, semua barang-barang yang bersih dan steril, dan boleh juga
digunakan untuk menyimpan linen bersih.
d. Rak dan lemari untuk penyimpanan harus diletakkan cukup tinggi dari
lantai untuk memudahkan akses pembersihan lantai yang ada di bawah
rak dan lemari tersebut.
e. Tempat/kabinet/lemari penyimpanan instrumen dan bahan perbekalan
yang diperlukan, termasuk untuk barang-barang steril.

H. Ruangan Utillitas Kotor


a. Ruang utilitas bersih dan kotor harus ruang terpisah yang tidak saling
berhubungan.
b. Ruang utilitas kotor harus menghadap ke luar/berada di luar ruangan
rawat pasien
c. Ruang Isolasi ke arah koridor kotor. c. Ruang utilitas kotor tempat
membuang kotoran bekas pelayanan pasien khususnya yang berupa
cairan.
d. Ruang ini temperaturnya harus terkontrol, dan pasokan udara dari ruang
utilitas kotor harus dibuang ke luar.
e. Ruang utilitas kotor harus dilengkapi dengan spoelhoek dan slang
pembilas serta pembuangan air limbahnya disalurkan ke instalasi
pengolahan air limbah RS.
f. Spoelhoek adalah fasilitas untuk membuang kotoran bekas pelayanan
pasien khususnya yang berupa cairan. Spoelhoek berupa bak atau kloset
yang dilengkapi dengan leher angsa (water seal).

16
g. Pada ruang Spoolhoek juga harus disediakan kran air bersih untuk
mencuci wadah kotoran pasien. Ruang spoolhoek ini harus menghadap
keluar/berada di luar ruang rawat pasien Ruang Isolasi ke arah koridor
kotor.
h. Saluran air kotor/limbah dari Spoolhoek dihubungkan ke tangki septik
khusus atau jaringan IPAL.
i. Kontainer tertutup yang terpisah harus disediakan untuk linen kotor dan
limbah padat
j. Kontainer khusus sebaiknya disediakan untuk buangan jarum suntik
dan barang- barang tajam lainnya.

I. Ruangan Mesin Filtrasi Udara


a. Tempat operasional dan pemeliharaan AHU dan filter di kelas N dan P
b. Hanya terdapat di ruang isolasi klaste

2.5 Syarat Petugas yang Bekerja dikamar Isolasi

Petugas kesehatan termasuk petugas pendukung seperti petugas


laboratorium, rumah tangga, CSSD, pembuang sampah dan lainnya juga
terpajan pada risiko besar terhadap infeksi. Petugas kesehatan harus
memahami, mematuhi dan menerapkan kewaspadaan isolasi yaitu
kewaspadaan standar, kewaspadaan berdasarkan transmisi agar tidak
terinfeksi. Kewaspadaan yang terpenting, dirancang untuk diterapkan secara
rutin dalam perawatan seluruh pasien dalam rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya, baik terdiagnosis infeksi, diduga terinfeksi atau
kolonisasi. (Depkes, 2011). Keberhasilan program PPI dimulai dari
kewaspadaan isolasi yang terdiri dari Kewaspadaan Standar dan Kewaspadaan
berdasarkan Transmisi.

1. Cuci tangan sebelum meninggalkan kamar isolasi


2. Lepaskan barrier nursing sebelum keluar kamar isolasi

17
3. Berbicara seperlunya
4. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
5. Pergunakan barrier nursing seperti pakaian khusus, topi, masker, sarung
tangan, dan sandal khusus
6. Cuci tangan sebelum masuk kamar isolasi
7. Kuku harus pendek
8. Tidak memakai perhiasan
9. Pakaian rapi dan bersih
10. Mengetahui prinsip aseptic/ antiseptic
11. Harus sehat

Komponen utama standar pencegahan dan pengendalian dalam tindakan


operasional mencakup kegiatan sebagai berikut:

1. Mencuci tangan
2. Menggunakan alat pelindung diri/APD seperti: sarung tangan, masker,
pelindung wajah, kacamata dan apron pelindung
3. Praktik keselamatan kerja
4. Perawatan pasien
5. Penggunaan antiseptik, penanganan peralatan dalam perawatan pasien dan
kebersihan lingkungan

2.6 Prosedur Keluar Ruang Perawatan Isolasi

1. Perlu disediakan ruang ganti khusus untuk melepaskan alat perlindungan


diri (APD)
2. Pakaian bedah/masker tetap dipakai
3. Lepaskan pakaian bedah dan masker di ruang ganti pakaian umum,
masukkan dalam kantung binatu berlabel infeksius
4. Mandi dan cuci rambut (keramas)
5. Sesudah mandi kenakan pakaian biasa
6. Pintu keluar dari ruang perawatan isolasi harus terpisah dari pintu masuk

18
19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
....................... Ruang isolasi adalah ruangan khusus yang terdapat di rumah sakit yang
merawat pasien dengan kondisi medis tertentu terpisah dari pasien lain ketika
mereka mendapat perawatan medis dengan tujuan mencegah penyebaran penyakit
atau infeksi kepada pasien dan mengurangi risiko terhadap pemberi layanan
kesehatan serta mampu merawat pasien menular agar tidak terjadi atau memutus
siklus penularan penyakit melindungi pasien dan petugas kesehatan.
............... Tujuan dari pada di lakukannya “Kewaspadaan Umum” ini adalah agar para
petugas kesehatan yang merawat pasien terhindar dari penyakit-penyakit yang di
tularkan melalui darah yang dapat menulari mereka melalui tertusuk jarum karena
tidak sengaja, lesi kulit, lesi selaput lendir.Prosedur perawatan ruang isolasi
adalah tata cara kerja atau cara menjalankan perawatan di ruang isolasi.

3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini kita sebagai mahasiswa dapat
mengetahui bagaimana melaksanakan Prosedur Perawatan di Ruang Isolasi.

20
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Y., & Damanik, S. M. (2021). Petunjuk Praktikum Manajemen Patient


Safety. 35.
http://repository.uki.ac.id/2746/1/PETUNJUKPRAKTIKUMPATIENTSA
FETY.pdf

Dokumenindonesia. (2020). Makalah Prosedur Perawatan Ruang Isolasi”.


http://dokumen.tips/dokuments/makalah-prosedur-perawatan-ruang-
isolasi.html

Jaya, I. K. P. (2020). I Kadek pranajaya DESAIN RUMAH SAKIT DARURAT


SEBAGAI STRATEGI MENGHADAPI PANDEMIK COVID-19 DI
BALI. Jurnal Lentera Widya, 1(2), 14–23.
https://doi.org/10.35886/lenterawidya.v1i2.90.

Putra, H. A., & Roosandriantini, J. (2021). Ruang Perawatan Isolasi Sebagai


Bentuk Ruang Pemisah Pasien Covid-19 Di Rumah Sakit Umum Haji
Surabaya. Jurnal Arsitektur Dan Perencanaan (JUARA), 4(1), 49–61.

Sundari, T., Lisdawati, V., Jahiroh, J., Indrawanto, D., Murtiani, F., Yohana, Y.,
Montain, M. M., Pakki, T. R., & Rogayah, R. (2018). Peran Sistem Tata
Udara dalam Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Di Ruang Isolasi
Airborne RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso Tahun 2017. The Indonesian
Journal of Infectious Diseases, 4(1). https://doi.org/10.32667/ijid.v4i1.56

21

Anda mungkin juga menyukai