DOSEN PENGAMPU :
SANDRA DEWI, S.Pd, M.Kes
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
1. IKHSANNUL ABDULLAH (22334042)
2. FADILLA ANISA PUTRI (22334030)
Kami menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki.
Oleh karena itu, semua kritik dan saran pembaca akan kami terima dengan senang
hati demi perbaikan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................
3.2 Saran.........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ruang isolasi adalah ruangan khusus atau ruangan tertutup yang perlu
perlindungan dan kewaspadaan. Dimana, ruangan tersebut digunakan khusus
untuk merawat pasie yang mempunyai kerentanan lebih besar terhadap infeksi
atau carrier mikroorganisme yang dapat dengan mudah ditransmisikan ke orang
lain.
................. Mengingat di ruang isolasi tidak bisa sembarangan keluar masuk, untuk itu
dikembangkanlah sistem monitoring yang mampu memantau beberapa parameter
yang dibutuhkan agar ruangan tersebut memenuhi standar operasional prosedur.
Salah satunya adalah pengelolaan tata udara yang harus dijaga yaitu suhu ruangan
dan kelembapan ruangan. Kemudian diperlukan juga sirkulasi udara yang baik,
dan untuk menjaga agar kelembapan ruangan stabil dibutuhkan kipas exhaust.
Udara dalam ruangan dan kontaminan dalam ruangan minimal 6x pertukaran
udara perjam dengan suhu ruangan 24 - 26 C dan kelembaban relatif 40 - 60%.
Agar kelembapan stabil dan kipas exhaust bekerja dengan baik, perlu
menggunakan sebuah metode dalam hal ini adalah Fuzzy Logic. (DR. Dr. Eka
Ginanjar, 2020).
1
kesehatan dan pihak lain dalam pembangunan Ruang Isolasi yang benar sehingga
tercapai output yang bermutu.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi dan ruang lingkup isolasi
2. Untuk mengetahui prinsip dari ruang isolasi
3. Untuk mengetahui alat-alat di ruang isolasi
4. Untuk mengethaui kriteria ruang perawatan isolasi yang ketat dan ideal
5. Untuk mengetahui syarat petugas yang bekerja dikamar isolasi
6. Untuk mengetahui prosedur keluar ruang perawatan isolasi
2
BAB II
PEMBAHASAN
Ruang isolasi merupakan ruangan yang didesain khusus dan terpisah dari
pasien lain. Penting untuk memperhatikan fasilitas dan infrastruktur ruang isolasi
untuk pengendalian penyebaran penyakit atau infeksi. Ruang isolasi merupakan
ruangan khusus yang terdapat di rumah sakit yang merawat pasien dangan kondisi
3
medis tertentu yang terpisah dari pasien lain ketika mendapat perawatan medis
dengan tujuan untuk mencegah penyebaran penyakit atau infeksi kepada pasien
dan mengurangi resiko terhadap pemberi layanan kesehatan serta mampu merawat
pasien menular agar tidak terjadi atau memutus siklus penularan penyakit.
4
1. Ruang perawat harus dipantau agar tetap dalam tekanan negatif dibanding
tekanan di koridor
2. Pergantian sirkulasi udara 6-12 kali per jam
3. Udara harus dibuang keluar, atau diresirkulasi dengan menggunakan filter
HEPA (High-Efficiency Particulate Air)
4. Setiap pasien harus dirawat di ruang rawat tersendiri
5. Pada saat petugas atau orang lain berada di ruang rawat, pasien harus
memakai masker bedah (surgical mask) atau masker N95 (bila mungkin)
6. Ganti masker setiap 4-6 jam dan buang di tempat sampah infeksius
1. Ruang isolasi harus terhindar dari sirkulasi/lalu lintas rutin unit lain.
2. Pilihan tempat isolasi dan penempatan pasien di dalam ruang isolasi harus
direncanakan dengan teliti dan dirancang untuk lebih mencegah transmisi
penyakit infeksi.
3. Lokasinya dapat tersendiri dalam sebuah unit rawat inap ataupun
merupakan satu klaster yang hanya berisi unit ruang isolasi.
4. Saat merancang bangunan sarana pelayanan kesehatan di rumah sakit,
sebaiknya tempat isolasi terletak tersendiri dari bagian-bagian lain, dan
dibangun di tempat yang diperkirakan mempunyai karakteristik angin
yang baik sepanjang tahun. Udara harus diarahkan dari tempat perawatan
pasien ke tempat terbuka di luar gedung yang jarang digunakan dilalui
orang.
5. Di dalam ruang pencegahan infeksi melalui airborne, pasien harus
ditempatkan dekat jendela bukan dekat pintu masuk.
6. Ruang isolasi sebaiknya berada dalam area yang dapat dipantau oleh
perawat
5
Melindungi mata dan wajah dari percikan darah, cairan tubuh,
sekresi dan ekskresi (Kementrian Kesehatan RI, 2017). Selama prosedur
perawatan gigi, partikel kotoran yang besar dan saliva akan menyemprot
kewajah praktisi. Partikel-partikel ini mengandung sejumlah besar
konsentrasi bakteri dan secara fisik membahayakan mata.
Indikasi
Tidak hanya untuk mencegah cidera fisik, tetapi juga untuk
mencegah infeksi, Pada saat tindakan operasi, pertolongan persalinan dan
tindakan persalinan, tindakan perawatan gigi dan mulut, pencampuran B3
cair, pemulasaraan jenazah, penanganan linen terkontaminasidi laundry, di
ruang dekontaminasi CSSD.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
Perlu mendapat perhatian adalah virus herpes simpleks dan
Staphylococcus aureus: meskipun demikian, kebanyakan anggota flora
mulut yang normal juga harus dianggap sebagai pathogen oprtunistik.
Kacamata yang memberikan perlindungan terbaik mempunyai penutup
bagian atas dan samping dan beberapa model diantaranya dibuat agar
dapat dipakai diatas kacamata koreksi serta dilengkapi pelindung wajah
dari plastic bening. Kacamata pelindung yang terkontaminasi harus dicuci
bersih dengan sabun dan air, diguyur bersih-bersih dan disterilkan, bila
mungkin atau didesinfeksi dengan bahan-bahan yang tidak merusak
kacamata (Cottone, dkk, 2000).
6
Ada beberapa jenis alat pelindung mata diantaranya :
1. Kaca Mata Biasa (Spectacle Gogles)
Kaca mata terutama pelindung mata dapat dengan mudah atau
tanpa pelindung samping. Kaca mata dengan pelindung samping lebih
banyak memberikan perlindungan.
2. Gogles
Mirip kacamata, tetapi lebih protektif dan lebih kuat terikat karena
memakai ikat kepala. Dipakai untuk pekerjaan yang amat
membahayakan bagi mata.
Pemprosesan kembali
7
4. Waktu kontak yang cukup dengan disinfektan (misalnya, 10 menit jika
menggunakan natrium hipoklorit 0,1%) harus dipenuhi sebelum
kacamata digunakan ulang. Setelah pembersihan dan disinfeksi,
kacamata harus disimpan di area yang bersih untuk menghindari
kontaminasi kembali.
Kriteria melepaskan:
Resiko:
8
digunakan untuk melindungi tangan perawat dari segala macam subtansi
yang dihasilkan klien, misalnya darah, sputum, feses, urine, membrane
mukosa dan kulit. Sedangkan masker digunakan untuk melindungi resikp
resiko transmisi organisme berupa droplet, kuman yang dapat
berpindahpindah lewat udara ataupun cipratan yang dihasilkan klien
Indikasi
APD efektif dipakai jika
1. Klien menderita penyakit dengan gangguan imunitas (misalnya
leukemia, klien dengan kemotrapi)
2. Klien menderita penyakit dengan tingkat infeksi yang tinggi (misalnya
HIV-AIDS)
9
Hal-hal yang perlu diperhatikan
3. Letakkan kemasan dalam yang steril pada permukaan rata yang bersih dan
kering, tanpa menyentuh permukaan kemasan steril. Bukalah kemasan
dengan menyentuh ujung kemasan lalu lipat hingga menghadap ke bawah,
dan biarkan kemasan terbuka
4. Dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk salah satu tangan, pegang
sarung tangan pada bagian ujung yang terlipat
6. Ambil sarung tangan kedua dengan cara menyelipkan jari-jari tangan yang
telah menggunakan sarung tangan ke dalam liipatan manset sarung tangan
kedua
10
8. Jika dibutuhkan, setelah kedua sarung tangan terpasang, perbaiki letak
sarung tangan pada jari-jari hingga sarung tangan terpasang dengan
nyaman
11.Tangan yang telah memakai sarung tangan hanya boleh menyentuh area
dan alat-alat yang telah disterilkan serta area tubuh pasien yang telah
didisinfeksi
3. Ikatkan tali gaun (biasanya ada dibagian posterior leher kepala dada dan
pinggul)
11
Memakai Masker Medis
1. Mencuci tangan
2. Memberi tahu pasien maksud perawat memakai masker
3. Memasang masker menutupi hidung dan mulut, kemudian mengikat tali-
talinya, tali bagian atas diikat ke belakang kepala melewati bagian atas
telinga sedangakan tali bagian bawah diikat dibelakang leher
4. Menanggalkan masker, dengan melepaskan ikatan tali-talinya kemudian
masker dilipat bagian luar di dalam
5. Masker direndam dalam larutan Lysol (masker disposable langsung
dibuang)
a) Masker hanya dipakai satu kali, kemudian dicuci atau dibuang. Jika
masker sudah lembab berarti tidak efektif lagi dan harus diganti
b) Jangan menggulung makser di leher dan kemudian dipakai lagi
c) Tidak memakai masker keluar lingkungan pasien
d) Mencuci tangan
5. Modular minimal= 3 x 3 m
12
1. Zona pajanan sekunder /pajanan sedang
13
1. Pos perawat/nurse station agar dapat menjangkau seluruh pasien dengan
cepat dan mudah
2. Pos perawat/nurse station harus menjamin kesehatan, keselamatan,
kenyamanan dan kemudahaan dengan ukuran minimal 8 m2 atau 3-5 m2
per petugas
3. Pos perawat/nurse station harus mempunyai pencahayaan 100 lux/m2 dan
dilengkapi jam dinding
4. Pos perawat/nurse station dilengkapi dengan lemari penyimpanan barang
habis pakai dan obat
5. Pos perawat/nurse station harus memiliki pertukaraan udara minimal 6
ACH (Air Change rate perhour)
6. Pos perawat/nurse station tersedia sistem komunikasi langsung (handsfree)
antara pos dengan pasien di ruangan
14
Disediakan juga ruang penyimpanan silinder gas medik,pantry, ruang
penyimpanan alat medik, ruang utilitas bersih dan kotor, ruang mesin filtrasi
udara, parkir troly, ruang ganti pasien dan petugas, janitor, dan toilet pengunjung
E. Pantri
Ruang ini untuk menyiapkan makanan dan minuman untuk
petugas, dilengkapi meja untuk menyiapkan makanan, freezer, bak cuci
dengan kran air dingin dan air panas, microwave dan atau kompor, dan
lemari pendingin. Ruang ini lebih efektif dan efisien jika menjadi satu
dengan Ruang ICU atau Ruang Rawat Inap.
15
G. Ruang Utilitas Bersih
a. Ruang utilitas bersih dan kotor harus ruang terpisah yang tidak saling
berhubungan.
b. Lantai sebaiknya ditutup dengan bahan tanpa sambungan untuk
memudahkan pembersihan.
c. Ruang utilitas bersih sebaiknya digunakan untuk menyimpan obat-
obatan, semua barang-barang yang bersih dan steril, dan boleh juga
digunakan untuk menyimpan linen bersih.
d. Rak dan lemari untuk penyimpanan harus diletakkan cukup tinggi dari
lantai untuk memudahkan akses pembersihan lantai yang ada di bawah
rak dan lemari tersebut.
e. Tempat/kabinet/lemari penyimpanan instrumen dan bahan perbekalan
yang diperlukan, termasuk untuk barang-barang steril.
16
g. Pada ruang Spoolhoek juga harus disediakan kran air bersih untuk
mencuci wadah kotoran pasien. Ruang spoolhoek ini harus menghadap
keluar/berada di luar ruang rawat pasien Ruang Isolasi ke arah koridor
kotor.
h. Saluran air kotor/limbah dari Spoolhoek dihubungkan ke tangki septik
khusus atau jaringan IPAL.
i. Kontainer tertutup yang terpisah harus disediakan untuk linen kotor dan
limbah padat
j. Kontainer khusus sebaiknya disediakan untuk buangan jarum suntik
dan barang- barang tajam lainnya.
17
3. Berbicara seperlunya
4. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
5. Pergunakan barrier nursing seperti pakaian khusus, topi, masker, sarung
tangan, dan sandal khusus
6. Cuci tangan sebelum masuk kamar isolasi
7. Kuku harus pendek
8. Tidak memakai perhiasan
9. Pakaian rapi dan bersih
10. Mengetahui prinsip aseptic/ antiseptic
11. Harus sehat
1. Mencuci tangan
2. Menggunakan alat pelindung diri/APD seperti: sarung tangan, masker,
pelindung wajah, kacamata dan apron pelindung
3. Praktik keselamatan kerja
4. Perawatan pasien
5. Penggunaan antiseptik, penanganan peralatan dalam perawatan pasien dan
kebersihan lingkungan
18
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
....................... Ruang isolasi adalah ruangan khusus yang terdapat di rumah sakit yang
merawat pasien dengan kondisi medis tertentu terpisah dari pasien lain ketika
mereka mendapat perawatan medis dengan tujuan mencegah penyebaran penyakit
atau infeksi kepada pasien dan mengurangi risiko terhadap pemberi layanan
kesehatan serta mampu merawat pasien menular agar tidak terjadi atau memutus
siklus penularan penyakit melindungi pasien dan petugas kesehatan.
............... Tujuan dari pada di lakukannya “Kewaspadaan Umum” ini adalah agar para
petugas kesehatan yang merawat pasien terhindar dari penyakit-penyakit yang di
tularkan melalui darah yang dapat menulari mereka melalui tertusuk jarum karena
tidak sengaja, lesi kulit, lesi selaput lendir.Prosedur perawatan ruang isolasi
adalah tata cara kerja atau cara menjalankan perawatan di ruang isolasi.
3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini kita sebagai mahasiswa dapat
mengetahui bagaimana melaksanakan Prosedur Perawatan di Ruang Isolasi.
20
DAFTAR PUSTAKA
Sundari, T., Lisdawati, V., Jahiroh, J., Indrawanto, D., Murtiani, F., Yohana, Y.,
Montain, M. M., Pakki, T. R., & Rogayah, R. (2018). Peran Sistem Tata
Udara dalam Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Di Ruang Isolasi
Airborne RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso Tahun 2017. The Indonesian
Journal of Infectious Diseases, 4(1). https://doi.org/10.32667/ijid.v4i1.56
21