Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH MANAJEMEN PASIEN SAFETY (MPS)

CARA BEKERJA DI RUANG ISOLASI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Manajemen Pasien Safety (MPS)
Dosen Pengampu : Kustiasih Lestari, SKM., M.Si

Disusun oleh :
Kelompok 5
Tk. 2A
Putri Azkia ( 032014401030)
Tasya Iqrammullah ( 032014401038)
Rian Hamdani ( 032014401033)
Nur Alfarida ( 032014401028)
Vina Malinda ( 032014401041)

POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN RIAU


Jl. Melur No. 103, Harjosari, Kec. Sukajadi, Kota Pekanbaru, Riau
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
   Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
 
 

Pekanbaru, 25 November 2021


 
                                                         

                                   
Penyusun

1
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar...............................................................................................................1
Daftar Isi........................................................................................................................2
Bab I Pendahuluan.........................................................................................................3
1.1. Latar Belakang....................................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................3
1.3. Tujuan.................................................................................................................3
Bab II Pembahasan........................................................................................................5
2.1. Pengertian Ruang Isolasi.....................................................................................5
2.2. Tujuan Isolasi......................................................................................................5
2.3. Syarat – Syarat Ruang Isolasi.............................................................................5
2.4. Kategori Isolasi yang memerlukan perhatian.....................................................6
2.5. Prinsip – Prinsip Isolasi....................................................................................11
2.6. Prosedur Perawatan Ruang Isolasi....................................................................12
Bab III Penutup............................................................................................................17
3.1. Kesimpulan.......................................................................................................17
3.2. Saran.................................................................................................................17
Daftar Pustaka..............................................................................................................18

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ruang isolasi adalah ruangan khusus yang terdapat di rumah sakit yang
merawat pasien dengan kondisi medis tertentu terpisah dari pasien lain ketika
mereka mendapat perawatan medis dengan tujuan mencegah penyebaran penyakit
atau infeksi kepada pasien dan mengurangi risiko terhadap pemberi layanan
kesehatan serta mampu merawat pasien menular agar tidak terjadi atau memutus
siklus penularan penyakit melindungi pasien dan petugas kesehatan. CDC telah
merekomendasikan suatu “Universal Precaution atau Kewaspadaan Umum” yang
harus diberlakukan untuk semua penderita baik yang dirawat maupun yang tidak
dirawat di Rumah Sakit terlepas dari apakah penyakit yang diderita penularanya
melalui darah atau tidak.
Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa darah dan cairan tubuh dari penderita
(sekresi tubuh biasanya mengandung darah, sperma, cairan vagina, jaringan,
Liquor Cerebrospinalis, cairan synovia, pleura, peritoneum, pericardial dan
amnion) dapat mengandung Virus HIV, Hepatitis B dan bibit penyakit lainnya
yang ditularkan melalui darah.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah Pengertian Ruang Isolasi?
2. Apakah Tujuan Isolasi?
3. Apa Saja Syarat-Syarat Ruang Isolasi?
4. Apa Saja Kategori Isolasi Yang Memerlukan Perhatian ?
5. Apa Saja Prinsip-Prinsip Isolasi?
6. Bagaimana Prosedur Perawatan di Ruang Isolasi?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Ruang Isolasi

3
2. Untuk mengetahui Tujuan Isolasi
3. Untuk mengetahui Syarat-Syarat Ruang Isolasi
4. Untuk mengetahui Kategori Isolasi yang Memerlukan Perhatian
5. Untuk mengetahui Prinsip-Prinsip Isolasi
6. Untuk mengetahui Prosedur Perawatan Ruang Isolasi

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Ruang Isolasi

Ruang Isolasi adalah dilakukan terhadap penderita penyakit menular, isolasi


menggambarkan pemisahan penderita atau pemisahan orang atau binatang yang
terinfeksi selama masa inkubasi dengan kondisi tertentu untuk mencegah atau
mengurangi terjadinya penularan baik langsung maupun tidak langsung dari orang
atau binatang yang rentan ( Garner,JS dan Samsons,DT. 1983 dalam Barbara C.
Long 1996 )

2.2. Tujuan Isolasi

Tujuan dari adanya ruang isolasi adalah dapat memberikan observasi


kewaspadaan yang khusus dalam merawat pasien atau klien yang mempunyai
kerentanan lebih besar terhadap infeksi, carrier mikroorganisme atau penyakit
yang mudah menular sehinnga dapat mencegah penularan terhadap orang lain.

Selain itu, dari pada di lakukannya “Kewaspadaan Umum” ini adalah agar
para petugas kesehatan yang merawat pasien terhindar dari penyakit-penyakit
yang di tularkan melalui darah yang dapat menulari mereka melalui tertusuk
jarum karena tidak sengaja, lesi kulit, lesi selaput lendir. Alat-alat yang dipakai
untuk melindungi diri antara lain pemakaian sarung tangan, jas Lab, masker, kaca
mata atau kaca penutup mata. Ruangan khusus diperlukan jika hygiene penderita
jelek. Limbah Rumah Sakit diawasi oleh pihak yang berwenang.

2.3. Syarat – Syarat Ruang Isolasi

a. Ruangan dan alat-alat kesehatan yang akan digunakan harus steril


b. Ruangan tertutup atau terpisah dari ruangan pasien-pasien yang lainnya
c. Pengaturan Pencahayaan
d. Pengaturan sirkulasi udara

5
Syarat Petugas Yang Bekerja Di Kamar Isolasi
1. Cuci tangan sebelum meninggalkan kamar isolasi
2. Lepaskan barrier nursing sebelum keluar kamar isolasi
3. Berbicara seperlunya
4. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
5. Pergunakan barrier nursing seperti pakaian khusus, topi, masker, sarung
tangan, dan sandal khusus
6. Cuci tangan sebelum masuk kamar isolasi
7. Kuku harus pendek
8. Tidak memakai perhiasan
9. Pakaian rapi dan bersih
10. Mengetahui prinsip aseptic/antiseptic
11. Harus sehat

2.4. Kategori Isolasi yang memerlukan perhatian


1. Isolasi ketat
Isolasi ketat dilaksanakan guna mencegah infeksi yang sangat mudah
menular atau tingkat virulensinya sangat tinggi yang bisa menyebar melalui
udara dan kontak. Penyakit-penyakit yang perlu isolasi ketat adalah difteri
faring, pes paru-paru, cacar, varicella, zoster (pada pasien dengan daya tahan
tubuh menurun) .Spesifikasi untuk isolasi ketat sebagai berikut :
a. Menentukan ruang tersendiri ; pintu harus terus tertutup. Pada umumnya
pasien yang infeksi dengan organisme yang sama boleh disatukan
b. Semua orang yang masuk ke kamar harus memakai masker, celemek, dan
sarung tangan
c. Harus mencuci tangan setelah meraba pasien atau alat-alat yang angat
tercemar dsn sebelum menolong pasien lain.

6
d. Alat-alat yang terkena bahan infeksi harus dibuang atau dimasukkan ke
dalam sebuah kantong yng disertai etiket sebelum dikirim ke tempat
dekontaminasi dan sebelum dilakukan proses
2. Isolasi kontak
Isolasi kontak dilaksanakan guna mencegah infeksi-infeksi yang daya
yang tidak memungkinkan isolasi ketat. Semua penyakit dan kondisi yang
termasuk kepada kategori ini ditularkan terutama karena berdekatan atau
kontak langsung. Jadi masker, celemek, dan sarung tangan dianjurkan dipakai
kepada siapa saja yang berhubungan dekat atau kontak langsung dengan
pasien yang menderita infeksi atau koloni yang termasuk ke dalam kategori
infeksi. Untuk penyakit atau kondisi tertentu, sesungguhnya ketiga cara
pencegahan tersebut tidak perlu dipakai. Contoh, masker dan sarung tangan
umumnya tidak dianjurkan pada bayi dan anak-anak dengan infeksi virus dari
respiratori, celemek tidak dianjurkan pada konjungtivitis gonorhoea pada bayi
yang baru lahir, dan masker tidak dianjurkan pada perawatan pasin dengan
infeksi campuran dari mikro organisme yang resisten, kecuali pneomoni.
Penyakit yang memerlukan isolasi kontak yaitu infeksi akut respiratori pada
bayi dan balita, termasuk parotitis, pilek, bronkhitis, bronkhitis yang
disebabkan oleh virus syncytial respiratori, virus adenoid, virus corona, virus
influenza, virus paraininfluenza, virus hidung. Spesifikasi isolasi kontak
sebagai berikut :
a. Menentukan ruang tersendiri. Paa umumnya pasien dengan infeksi
organisme yang sama boleh disekamarkan. Pada waktu terjadi wabah
sindroma respiratori klinis yang sama boleh disatukamarkan.
b. Masker dianjurkan bagi mereka yang mendekati pasien
c. Celemek dipakai bila mungkin akan terkotori
d. Sarung tangan dipakai bila meraba barang-barang yang tercemar.
e. Tangan harus dicuci setelah meraba pasien atau alat-alat yang potensial
terkontaminasi sebelum merawat pasien yang lain

7
f. Alat-alat yang terkontaminasi oleh bahan-bahan yang terinfeksi harus
dibuang atau dikantongi disertai etiket sebelum dikirim kebagian
dekontaminasi dan diproses kembali. ( Garner,JS dan Samsons,DT. 1983
dalam Barbara C. Long 1996 )
3. Isolasi respiratori
Isolasi respiratori ditunjukkan untuk mencegah penularan penyakit infeksi
terutama untuk jarak dekat mellui udara ( droplet infection) terjadi penularan
langsung atau tidak oleh infeksi-infeksi yang termasuk dalam kategori, tapi
tidak jarang terjadi. Penyakit-peyakit yang memerlukan isolasi respiratori
yaitu epiglotis, haemophilus,influenzae, erithema infectiosum, parotitis,
meningitis, pneumonia mengingicocal, campak, pertussis.
Spesifikasi isolasi respiratori sebagai berikut :
a. Ruang terpisah, tapi pada umumnya yang yang infeksi organisme yang
sama boleh disatukamarkan
b. Masker dianjurkan bagi yang mendekati pasien
c. Celemek dan sarung tangan tidak dianjurkan
d. Tangan harus dicuci setelah meraba pasien atau alat-alat yang potensi
terkontaminasi dan sebelum merawat orang lain
e. Alat-alat yang terkontaminasi oleh bahan-bahan infeksi harus dibuang
atau dimasukkan kedalam kantong disertai etiket sebelum dikirim ke
tempat dekontaminasi atau diproses kembal.
4. Isolasi terhadap Tuberculosis (BTA)
Isolasi tuberculosis adalah kategori isolasi pasien-pasien tuberculosis
pulmonari yang pemeriksaan dahak positif atau x-ray thoraknya menduga
tuberculosis. Tuberculosis laring juga termasuk dalam kategori ini. Pada
umumnya bayi dan balita yang menderita tuberculosis tidak memerlukan
isolasi karena ereka jarang berbatuk dan sekresi bronkhialnya sedikit
mengandung BTA bila dibandingkan dengan tuberculosis paru-paru dari
orang dewasa. Spesifikasi isolasi tuberculosis :

8
a. Ruang tersendiri dengan ventilasi khusus, pintu harus selalu tertutup. Pada
umumnya orang yang menderita infeksi yang sama bisa di satukamarkan
b. Masker dianjurkan bagi yang mendekati pasien dan untuk pasien itu
sendiri.
c. Celemek hanya dianjurkan bila pasien bila mungkin terjadi pencemaran
kepada pasien.
d. Sarung tangan tidak dianjurkan
e. Tangan harus dicuci setelah meraba pasien atau alat-alat yang potensi
terkontaminasi dan sebelum merawat orang lain
f. Alat-alat yang terkontaminasi oleh bahan-bahan infeksi harus dibuang
atau dimasukkan kedalam kantong disertai etiket sebelum dikirim ke
tempat dekontaminasi atau diproses kembali
5. Kewaspadaan enterik
a. Tujuan : mencegah infeksi yang ditularkan oleh kontak langsung atau
tidak langsung dengan feses.
b. Kondisi penyakit : kolera, hepatitis, gastroenteritis akibat organisme
infeksius.
c. Ruangan : ruangan terpisah bila higiene pasien buruk, pasien dengan
infeksi oleh organisme yang sama dapat brada dalam satu ruangan yang
sama.
d. Peralatan pelindung :
1) Jubah : diindikasikan bila akan ada pengotoran.
2) Sarung tangn : diindikasikan ketika akan menyentuh bahan
infeksius.
3) Masker diperlukan ila pasien batuk-batuk dan tidak menutup mulut
e. Kewaspadaan : peralatan harus dibersihkan dan didesinfeksi secara
menyeluruh atau dibuang

6. Kewaspadaan drainase dan sekret

9
a. Tujuan : mencegah tranmisi organisme lewat kontak dengan bahan nanah
atau drainase dari bagian tubuh yang mengalami infeksi
b. Kondisi penyakit : abses, infeksi luka bakar, luka yang terinfeksi
c. Ruangan : tidak ada indikasi pemisahan ruangan
d. Peralatan pelindung :
1) jubah diperlukan bila akan ada pengotoran dari bahan yang
terimfeksi
2) sarung tangan diidikasikan bila akan menyentuh bahan yang
terinfeksi
3) masker tidak diindikasikan
4) pelindung mata bila ada resiko tinggi terpapar cipratan
e. kewaspadaan : peralatan harus dibersihkan dan didesinfeksi secara
menyeluruh dan dibuang
7. Kewaspadaan umum terhadap darah dan cairan tubuh
a. tujuan : mencegah kontak dengan darah atau cairan tubuh yang
mengandung darah.
b. Kondisi penyakit : HIV, hepatitis B, sifilis.
c. Ruangan : ruangan terpisah bila higine pasien buruk.
d. Peralatan pelindung
1) Jubah diindikasikan selama prosedur yang kemungkinan akan
menghasilkan cipratan darah atau cairan tubuh
2) Sarung tangan diindikasikan ketika menyetuh darah atau cairan
tubuh yang mengandung darah, membran mukosa atau kulit semua
pasien yang tidak utuh
3) Masker diindikasikan selama prosedur yang kemungkinan akan
menghasilkan percikan darah.
4) Pelindung mata diindikasikan jika diperkirakan akan ada cipratan
atau semburan.
e. Kewaspadaan

10
1) Buang atau bungkus dan beri label peralatan yang terkontaminasi
dengan darah atau cairan tubuh.
2) Desifeksi dan sterilisasi peralatan.
3) Hindari tusukan jarum.
4) Buang jarum yang sudah digunakan ke dalam wadah yahan
tusukan.
5) Bersihan tumpahan darah segera dengan larutan sedimen hipoklarit
atau pemutih.
8. Perawatan pasien yang mengalami imunosupresi berat
a. Tujuan : melindungi pasien dengan imunitas dan kekebalan yang rendah
agar jangan sampai terjangkit organisme infeksius
b. Kondisi penyakit : leukimia, linfoma, anemia, anemia aplastik
c. Ruangan : ruangan terpisah
d. Peralatan pelindung
1) Jubah diperlukan
2) Sarung tangan diperlukan
3) Masker diperlukan untuk semua personil yang akan melakukan
kontak dengan asien
e. Kewaspadaan : gunakan sarung tangan steril untuk luka terbuka atau luka
bakar.

2.5. Prinsip Isolasi


Ruang Perawatan isolasi terdiri dari :
 Ruang ganti umum
 Ruang bersih dalam
 Stasi perawat
 Ruang rawat pasien
 Ruang dekontaminasi
 Kamar mandi petugas

11
Prinsip kewaspadaan airborne harus diterapkan di setiap ruang perawatan isolasi,
yaitu:

 Ruang rawat harus dipantau agar tetap dalam tekanan negatif dibanding
tekanan di koridor
 Pergantian sirkulasi udara 6-12 kali perjam
 Udara harus dibuang keluar, atau diresirkulasi dengan menggunakan filter
HEPA (High-Efficiency-Particulate-Air)
 Setiap pasien harus dirawat di ruang rawat tersendiri
 Pada saat petugas atau orang lain berada di ruang rawat, pasien harus
memakai masker bedah (surgical mask) atau masker N95 (bila mungkin)
 Ganti masker setiap 4-6 jam dan buang di tempat sampah infeksius
 Pasien tidak boleh membuang ludah atau dahak di lantai, gunakan
penampung dahak/ludah tertutup sekali pakai (disposable)

2.6. Prosedur Perawatan Ruang Isolasi


1. Tujuan
a. Menghindari penyebaran dan penularan penyakit
b. Memudahkan perawatan
c. Memberikan ketenangan dan rasa aman bagi klien
2. Dilakukan pada
a. Klien yang mengidap penyakit menular
b. Klien yang dicurigai mengidap penyakit menular
c. Klien yang gelisah atau mengganggu pasien lain
d. Klien yang memerlukan perawatan khusus
e. Klien yang sedang sakratul maut
3. Persiapan alat
Pemilihan peralatan bergantung pada tipe perawatan yang diberikan pada
klien (misalnya, alat-alat untuk memberikan obat, alat-alat untuk kebersihan,
lat-alat untuk mengganti sprai tempat tidur)

12
4. Prosedur pelaksanaan
a) Perhatikan insturuksi dokter untuk memastikan jenis isolasi yang dibeikan
sesuai dengan penyakit klien.
R/ jenis toleransi akan mengelompokan jenis pakaian pelindung yang
digunakan dan kewaspadaan yang harus ditakuti
b) Perhatikan kebijakan dan menual prosedur atau kebijakan pengawasan
infeksi institusi sebagai kewaspdaan yang harus diikuti.
R/ setiap institusi memerlukan pedoman yang bervariasi
c) Telaah hasil pemeriksaan laboratorium untuk menentukan jenis
mikroorganisme yang menyebabkan klien diisolasi.
R/ Memungkinkan anda untuk mengetahui mikroorganisme apa yang
menginfeksi klien dalam media apa mikroorganisme tersebut
diidentifikasi(misalnya sputum, darah, luka). Informasi ini memudahakan
anda untuk melakukan tindakan kewaspadaan yang tepat ketika mengalam
i eksudat terinfeksi atau drainase
d) Pertahankan jenis tindakan perawatan atau prosedur yang akan dilakukan
diruangan klien.
R/ Membantu anda mengantisipasi kebutuhan terhadap ala-alat, waktu
yang anda sesuaikan ketika diruangan, dan mengoordinasikan aktivitas
anda
e) Siapkan semua peralatan dan bahan yang diperlukan
R/ Mencegah tuntutan untuk bolak balik keruangan beberapa kali yang
meningkatkan resiko infeksi
f) Cuci tangan
R/ Mengurangi transmisi mikroorganisme
g) Kenakan skort, masker dan sarung tangan dengan tepat
1) Kenakan skort, pastikan skort ini menutup semua bagian luar pakaian.
Tarik lengan sampai kepergelangan tangan, ikat dengan aman pada
leher dan pinggul

13
Pakaian pelindung masker dan sarung tangan mencegah teransmisi
organisme perawat dan melindungi perawat dari kontak dengan
patogen infeksi
2) Kenakan sarung tangan sekali pakai. Jika digunakan dengan skort
masukan tepi skort kedalam lipatan sarung tangan
3) Gunakan masker bedah sekitar mulut da hidung, ikat dengan kuat.
h) Masuki ruangan klien. Atur bahan dan peralatan. Jika peralatan tidak akan
dibuang dari ruangan untuk penggunaan ulang bungkus dengan handuk
bersih
R/ Mencegah kontaminasi alat
i) Kaji tanda-tanda vital
1) Letakan kertas disamping tempat tidur. Letakan sehelai kertas
tambahan diatasnya
Membantu menghindari kontak badan bersih pada lingkungan
terkontaminasi diruangan iaolasi
2) Letakan jam diatas handuk agar mudah dilihat
3) Jika peralatan masih sidalam ruangan, lanjutkan pengkajian tanda-
tanda vital dengan prosedur rutin. Hindari kontak stetoskop atau
menset tekanan darah dari bahan terinfeksi
4) Tuliskan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada selembar kertas
5) Jika stetoskop akan digunakan ulan, bersihkan diafragma atau bell
dengan alkohol. Simpan ditempat yang bersih.
j) Berikan obat.
1) Berikan obat oral dalam pembungkusa atau mangkuk
Bahan-bahan ditangani dengan baik dan dibuang uantuk
meminimilkan pemindahan mikroorganisme
2) Buang pembungkus atau mangkuk kedalam wadah plastik
3) Berikan injeksi saat menggunakan sarung tangan
4) Buang sput kedalam wadah khusus
k) Dorong higiene

14
1) Hindari jangan sampai skort menjadi basah
2) Bantu klien melepaskan skort, buang dalam kantong linen khusus
3) Lepaskan linen dari tempat tidur, jka terlalu kotor hindari kontak
dengan gaun anda. Buang dalam kantonh linen khusus
4) Pasang kembali linen tempat tidur yang bersih
5) Ganti sarung tangan jika terlalu kotor dan diperlukan perawatan
khusus
l) Kumpulkan spesimen
1) Letakan spesimen darah dan cairan tubuh dalam wadah yang baik
dengan penutup yang kuat untuk mencegah kebocoran selama
pengiriman
2) Letakan wadah spesimen pada kertas dikamar mandi klien
3) Kumpulkan spesimen yang diperlukan dengan teknik yamn tepat.
Pindahkan spesimen kewadah dengan meminimalkan kontak pada
tangan menggunakan sarung tangan dengan permukaan luar wadah
4) Perikssa dan pastikan wadah spesimen telah tertutup rapat dan
permukaan bagian luar wadah tidak kotor. Pindahkan wadah
kekantong plastik bersih
5) Beri label pada wadah spesimen dengan nama klien. Kirim
kelaboratorium
m) Buang kantong linen dan sampah jika sudah penuh
1) Gunakan kantong khusus untuk menampung alat kotor jika alat
tersebut tahan dan kuat terhadap kelembaban
2) Ikat kan tong dengan kuat pada bagian atas
n) Sediakan kembali peralatan yang dibutuhkan diruangan dengan meminta
orang lain memindahkan peralatan tersebut dari pintu
o) Tinggalkan ruangan isolasi
1) Lepaskan ikatan skort padapergelangan. Lepaskan sarung tangan
dengan menggengam ujung salah satu sarung tangan dan tarik, balikan
sarung tangan bagian luar. Lalu dengan tangan yang tidak bersarung

15
tangan, sususpkan tangan kebagian pergelangan tangan yang masih
bersarung tangan, tarik bagian dalam keluar
2) Lepaskan ikatan atau tarik masker dari telinga anda dan buang dalam
wadah
3) Lepaskan ikatan skort pada leher, dan biarkan skort jatuh dari bahu.
Lepaskan tangan dari lengan skort. Pegang skort bagian dalam pada
bahu dan lipat dari dalam keluar, taruh pada kantong cucian
4) Cuci tangan anda
5) Keluarkan kembali jam tangan dan stetoskop, hati-hati untuk tidak
menyentuhnya. Catat tanda-tanda vital.
6) Beri tahu klien kapan anda datang kembali keruangan. Tanyakan
apakah anda memerlukan alat perawatan pribadi
7) Tinggalkan ruangan tutup pintu dengan baik
p) Catat tanda-tanda vital dan prosedur lain sesuai pedoman untuk setiap
keterampilan pada catatan perawat

16
BAB III

PENUTUP

3.1. Keseimpulan
Ruang Isolasi adalah dilakukan terhadap penderita penyakit menular, isolasi
menggambarkan pemisahan penderita atau pemisahan orang atau binatang yang
terinfeksi selama masa inkubasi dengan kondisi tertentu untuk mencegah atau
mengurangi terjadinya penularan baik langsung maupun tidak langsung dari orang
atau binatang yang rentan. Kategori Isolasi yang memerlukan perhatian :Isolasi
ketat, Isolasi kontak, Isolasi respiratori, Kewaspadaan enterik, Isolasi tuberculosis
(BTA), Kewaspadaan drainase dan sekret, Kewaspadaan umum terhadap darah
dan cairan tubuh, Perawatan pasien yang mengalami imunosupresi berat.

3.2. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini kita sebagai mahasiswa dapat
mengetahui bagaimana melaksanakan Prosedur Perawatan di Ruang Isolasi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Fitri, A. (2019, Juni 12). Latar Belakang Ruang Isolasi. Retrieved from
https://pdfslide.net

Galih. (2020, Juli 05). Prosedur Perawatan Ruang Isolasi . Retrieved from
https://dokumen.tips.com

Nanik. (2020, Juni 24). Konsep Mengenai Ruang Isolasi. Retrieved from
https://www.scribd.com

18

Anda mungkin juga menyukai