Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TEKNIK ISOLASI
INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS KURNIA JAYA PERSADA
PROGRAM STUDI
KEBIDANAN (S1)
TAHUN AJARAN 2023/
2024

KATA PENGANTAR

DI SUSUN OLEH:
Puji Syukur KELOMPOK
penyusun 3
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , karena atas
berkat dan rahmatNya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai : “TEKNIK
1. ETI / 042023687
ISOLASI”
2. NURASYIFAH/ / 042023693
3. NURFATWA / 042023694
Kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman sekelompok serta
4. RAHMATIA / 042023698
teman-teman dari kelompok lain yang telah memberikan masukkan dan kritikkan
5. RESTU / 042023699
yang membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan tepat
6. RINA JUMIATI/ / 042023700
dengan waktunya . Makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
7. STEVANI NAPA KASIH / 042023705
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
8. SUDARMIN / 042023706
makalah ini.
9. WAYAN EKA WATI/ 042023710
10. WIRA KOLOMERATI / 042023711
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi teman-teman dan
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Kolaka , 4 Januari 2024


Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i


DAFTAR ISI............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Teknik Isolasi........................................................................2
B. Perkembangan Sejarah Kewaspadaan Teknik Isolasi.............................2
C. Kategori Isolasi yang memerlukan perhatian...................................3
D. Prosedur Perawatan Ruang Isolasi.....................................................8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..............................................................................................12
B. Saran .......................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ruang isolasi adalah ruangan khusus yang terdapat di rumah sakit maupun
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya seperti di Puskesmas yang merawat
pasien dengan kondisi medis tertentu terpisah dari pasien lain ketika mereka
mendapat perawatan medis dengan tujuan mencegah penyebaran penyakit atau
infeksi kepada pasien dan mengurangi risiko terhadap pemberi layanan
kesehatan serta mampu merawat pasien menular agar tidak terjadi atau
memutus siklus penularan penyakit melindungi pasien dan petugas kesehatan.
CDC telah merekomendasikan suatu “Universal Precaution atau Kewaspadaan
Umum” yang harus diberlakukan untuk semua penderita baik yang dirawat
maupun yang tidak dirawat di Rumah Sakit terlepas dari apakah penyakit yang
diderita penularanya melalui darah atau tidak.
Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa darah dan cairan tubuh dari
penderita (sekresi tubuh biasanya mengandung darah, sperma, cairan vagina,
jaringan, Liquor Cerebrospinalis, cairan synovia, pleura, peritoneum,
pericardial dan amnion) dapat mengandung Virus HIV, Hepatitis B dan bibit
penyakit lainnya yang ditularkan melalui darah.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Teknik Isolasi?
2. Bagaimana perkembangan sejarah kewaspadaan teknik isolasi?
3. Apa saja Kategori Isolasi Yang Memerlukan Perhatian ?
4. Bagaimana Prosedur Perawatan di Ruang Isolasi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Teknik Isolasi
2. Untuk mengetahui perkembangan sejarah kewaspadaan teknik isolasi
3. Untuk mengetahui Kategori Isolasi yang Memerlukan Perhatian
4. Untuk mengetahui Prosedur Perawatan Ruang Isolasi

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teknik Isolasi

Teknik Isolasi adalah sebutan untuk metode perawatan pasien dengan


penyakit yg mudah tertular, Penting bahwa setiap orang bertanggung jawab
dan menggunakan teknik isolasi yg tepat utk mencegah penyebaran penyakit
untuk orang lain dan Seluruh benda2 yang berhubungan dengan ekskresi,
sekresi, darah/ cairan tubuh yg mengandung mikroba yg sdh dikenal atau
masih dalam dugaan hrs dianggap terkontaminasi bahan2 potensial infeksi dan
harus diperlakukan secara khusus. Sedangkan Ruang Isolasi adalah dilakukan
terhadap penderita penyakit menular, isolasi menggambarkan pemisahan
penderita atau pemisahan orang atau binatang yang terinfeksi selama masa
inkubasi dengan kondisi tertentu untuk mencegah atau mengurangi terjadinya
penularan baik langsung maupun tidak langsung dari orang atau binatang yang
rentan ( Garner,JS dan Samsons,DT. 1983 dalam Barbara C. Long 1996 )

B. Perkembangan Sejarah Kewaspadaan Teknik Isolasi


1. Tahun1877 berkembang teknik isolasi Early Isolation Precaution dengan
perlakuan Memisahkan pasien infeksi dan non infeksi
2. Tahun 1890-1960 teknik isolasi Early Isolation Precaution dengan
perlakuan Pemisahan pasien sesuai jenis infeksi dan tindakan aseptik
Sistem kubikel,aseptik, cuci tangan,gaun, disinfeksi alat RS infeksi ditutup
kecuali RS TB ditutup pasien TB dirawat di RSU di Isolasi.
3. Tahun 1985 -1988 teknik isolasi Universal Precaution perlakuan Epidemik
HIV petugas kesehatan, waspada terhadap darah dan cairan tubuh (semen
Vagina, peritonial, perikardial sinovial, amniotic, cerebrospinal, bukan
feces, urine, muntah, sputum,sekret hidung keringat),tangani dengan
menggunakan sarung tangan, gaun, masker , pelindung mata, Setelah
melepas sarung tangan harus cuci tangan.
4. Tahun 1987 teknik isolasi Body Substance Isolation (BSI)di Seatle,
Washington, San Diego, California, perlakuanyya Waspada terhadap
darah, feses, urine sputum,saliva,wound drainage,cairan tubuh lainnya,
permukaan tubuh yang basah dan lembab, gunakan sarung tangan, setelah
melepas tidak perlu cuci tangan.
5. Tahun 1990-1996 teknik Isolation Precaution perlakuan dengan
Kewaspadaan Standar ditujukan kepada semua pasien tanpa memandang
apakah infeksi atau tidak, waspada terhadap darah dan cairan tubuh,
sekresi, ekskresi , kecuali keringat, gunakan APD jika tindakan
memungkinkan terkena darah atau cairan,sekresi,ekskresi Kewaspadaan
Berdasarkan Transmisi Airborne, droplet, kontak, ditujukan pada pasien
yang yang sudah terinfeksi atau di duga infeksi Kewaspadaan Standar
meliputi Kebersihan tangan,Penggunaan APD,Peralatan perawatan
pasien,Pengendalian lingkungan , Penanganan limbah, Penempatan pasien
Penanganan linen, Kesehatan karyawan
6. Tahun 2007 teknik Isolation Precaution dengan perlakuan Kewaspadaan
Standar ditambah Etika batuk/Kebersihan pernapasan Penyuntikan yang
aman Praktek lumbal punksi Hospital Acquired Infection (HAI) menjadi
Healthcare Associated Infections ( HAIs), Cuci tangan menjadi kebersihan
tangan

C. Kategori Isolasi yang memerlukan perhatian


1. Isolasi ketat
Isolasi ketat dilaksanakan guna mencegah infeksi yang sangat mudah
menular atau tingkat virulensinya sangat tinggi yang bisa menyebar
melalui udara dan kontak. Penyakit-penyakit yang perlu isolasi ketat
adalah difteri faring, pes paru-paru, cacar, varicella, zoster (pada pasien
dengan daya tahan tubuh menurun) .Spesifikasi untuk isolasi ketat sebagai
berikut :
a. Menentukan ruang tersendiri ; pintu harus terus tertutup. Pada
umumnya pasien yang infeksi dengan organisme yang sama boleh
disatukan
b. Semua orang yang masuk ke kamar harus memakai masker, celemek,
dan sarung tangan
c. Harus mencuci tangan setelah meraba pasien atau alat-alat yang angat
tercemar dsn sebelum menolong pasien lain.
d. Alat-alat yang terkena bahan infeksi harus dibuang atau dimasukkan
ke dalam sebuah kantong yng disertai etiket sebelum dikirim ke tempat
dekontaminasi dan sebelum dilakukan proses
2. Isolasi kontak
Isolasi kontak dilaksanakan guna mencegah infeksi-infeksi yang daya
yang tidak memungkinkan isolasi ketat. Semua penyakit dan kondisi yang
termasuk kepada kategori ini ditularkan terutama karena berdekatan atau
kontak langsung. Jadi masker, celemek, dan sarung tangan dianjurkan
dipakai kepada siapa saja yang berhubungan dekat atau kontak langsung
dengan pasien yang menderita infeksi atau koloni yang termasuk ke dalam
kategori infeksi. Untuk penyakit atau kondisi tertentu, sesungguhnya
ketiga cara pencegahan tersebut tidak perlu dipakai. Contoh, masker dan
sarung tangan umumnya tidak dianjurkan pada bayi dan anak-anak
dengan infeksi virus dari respiratori, celemek tidak dianjurkan pada
konjungtivitis gonorhoea pada bayi yang baru lahir, dan masker tidak
dianjurkan pada perawatan pasin dengan infeksi campuran dari mikro
organisme yang resisten, kecuali pneomoni. Penyakit yang memerlukan
isolasi kontak yaitu infeksi akut respiratori pada bayi dan balita, termasuk
parotitis, pilek, bronkhitis, bronkhitis yang disebabkan oleh virus syncytial
respiratori, virus adenoid, virus corona, virus influenza, virus
paraininfluenza, virus hidung. Spesifikasi isolasi kontak sebagai berikut :
a. Menentukan ruang tersendiri. Pada umumnya pasien dengan infeksi
organisme yang sama boleh disekamarkan. Pada waktu terjadi wabah
sindroma respiratori klinis yang sama boleh disatukamarkan.
b. Masker dianjurkan bagi mereka yang mendekati pasien
c. Celemek dipakai bila mungkin akan terkotori
d. Sarung tangan dipakai bila meraba barang-barang yang tercemar.
e. Tangan harus dicuci setelah meraba pasien atau alat-alat yang potensial
terkontaminasi sebelum merawat pasien yang lain
f. Alat-alat yang terkontaminasi oleh bahan-bahan yang terinfeksi harus
dibuang atau dikantongi disertai etiket sebelum dikirim kebagian
dekontaminasi dan diproses kembali. ( Garner,JS dan Samsons,DT.
1983 dalam Barbara C. Long 1996 )
3. Isolasi respiratori
Isolasi respiratori ditunjukkan untuk mencegah penularan penyakit
infeksi terutama untuk jarak dekat mellui udara ( droplet infection) terjadi
penularan langsung atau tidak oleh infeksi-infeksi yang termasuk dalam
kategori, tapi tidak jarang terjadi. Penyakit-peyakit yang memerlukan
isolasi respiratori yaitu epiglotis, haemophilus,influenzae, erithema
infectiosum, parotitis, meningitis, pneumonia mengingicocal, campak,
pertussis.
Spesifikasi isolasi respiratori sebagai berikut :
a. Ruang terpisah, tapi pada umumnya yang yang infeksi organisme
yang sama boleh disatukamarkan
b. Masker dianjurkan bagi yang mendekati pasien
c. Celemek dan sarung tangan tidak dianjurkan
d. Tangan harus dicuci setelah meraba pasien atau alat-alat yang
potensi terkontaminasi dan sebelum merawat orang lain
e. Alat-alat yang terkontaminasi oleh bahan-bahan infeksi harus
dibuang atau dimasukkan kedalam kantong disertai etiket sebelum
dikirim ke tempat dekontaminasi atau diproses kembal.
4. Isolasi tuberculosis (AFB)
Isolasi tuberculosis adalah kategori isolasi pasien-pasien tuberculosis
pulmonari yang pemeriksaan dahak positif atau x-ray thoraknya menduga
tuberculosis. Tuberculosis laring juga termasuk dalam kategori ini. Pada
umumnya bayi dan balita yang menderita tuberculosis tidak memerlukan
isolasi karena ereka jarang berbatuk dan sekresi bronkhialnya sedikit
mengandung AFB bila dibandingkan dengan tuberculosis paru-paru dari
orang dewasa. Spesifikasi isolasi tuberculosis :
a. Ruang tersendiri dengan ventilasi khusus, pintu harus selalu tertutup.
Pada umumnya orang yang menderita infeksi yang sama bisa di
satukamarkan
b. Masker dianjurkan bagi yang mendekati pasien dan untuk pasien itu
sendiri.
c. Celemek hanya dianjurkan bila pasien bila mungkin terjadi
pencemaran kepada pasien.
d. Sarung tangan tidak dianjurkan
e. Tangan harus dicuci setelah meraba pasien atau alat-alat yang potensi
terkontaminasi dan sebelum merawat orang lain
f. Alat-alat yang terkontaminasi oleh bahan-bahan infeksi harus dibuang
atau dimasukkan kedalam kantong disertai etiket sebelum dikirim ke
tempat dekontaminasi atau diproses kembali
5. Kewaspadaan enterik
a. Tujuan : mencegah infeksi yang ditularkan oleh kontak langsung atau
tidak langsung dengan feses.
b. Kondisi penyakit : kolera, hepatitis, gastroenteritis akibat organisme
infeksius.
c. Ruangan : ruangan terpisah bila higiene pasien buruk, pasien dengan
infeksi oleh organisme yang sama dapat brada dalam satu ruangan
yang sama.
d. Peralatan pelindung :
1) Jubah : diindikasikan bila akan ada pengotoran.
2) Sarung tangn : diindikasikan ketika akan menyentuh bahan
infeksius.
3) Masker diperlukan ila pasien batuk-batuk dan tidak menutup
mulut
e. Kewaspadaan : peralatan harus dibersihkan dan didesinfeksi secara
menyeluruh atau dibuang
6. Kewaspadaan drainase dan sekret
a. Tujuan : mencegah tranmisi organisme lewat kontak dengan bahan
nanah atau drainase dari bagian tubuh yang mengalami infeksi
b. Kondisi penyakit : abses, infeksi luka bakar, luka yang terinfeksi
c. Ruangan : tidak ada indikasi pemisahan ruangan
d. Peralatan pelindung :
1) jubah diperlukan bila akan ada pengotoran dari bahan yang
terimfeksi
2) sarung tangan diidikasikan bila akan menyentuh bahan yang
terinfeksi
3) masker tidak diindikasikan
4) pelindung mata bila ada resiko tinggi terpapar cipratan
e. kewaspadaan : peralatan harus dibersihkan dan didesinfeksi secara
menyeluruh dan dibuang
7. Kewaspadaan umum terhadap darah dan cairan tubuh
a. Tujuan : mencegah kontak dengan darah atau cairan tubuh yang
mengandung darah.
b. Kondisi penyakit : HIV, hepatitis B, sifilis.
c. Ruangan : ruangan terpisah bila higine pasien buruk.
d. Peralatan pelindung
1) Jubah diindikasikan selama prosedur yang kemungkinan akan
menghasilkan cipratan darah atau cairan tubuh
2) Sarung tangan diindikasikan ketika menyetuh darah atau cairan
tubuh yang mengandung darah, membran mukosa atau kulit
semua pasien yang tidak utuh
3) Masker diindikasikan selama prosedur yang kemungkinan akan
menghasilkan percikan darah.
4) Pelindung mata diindikasikan jika diperkirakan akan ada
cipratan atau semburan.
e. Kewaspadaan
1) Buang atau bungkus dan beri label peralatan yang
terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh.
2) Desifeksi dan sterilisasi peralatan.
3) Hindari tusukan jarum.
4) Buang jarum yang sudah digunakan ke dalam wadah yahan
tusukan.
5) Bersihan tumpahan darah segera dengan larutan sedimen
hipoklarit atau pemutih.
8. Perawatan pasien yang mengalami imunosupresi berat
a. Tujuan : melindungi pasien dengan imunitas dan kekebalan yang
rendah agar jangan sampai terjangkit organisme infeksius
b. Kondisi penyakit : leukimia, linfoma, anemia, anemia aplastik
c. Ruangan : ruangan terpisah
d. Peralatan pelindung
1) Jubah diperlukan
2) Sarung tangan diperlukan
3) Masker diperlukan untuk semua personil yang akan melakukan
kontak dengan asien
e. Kewaspadaan : gunakan sarung tangan steril untuk luka terbuka atau
luka bakar.

D. Prosedur Perawatan Ruang Isolasi


1. Tujuan
a. Menghindari penyebaran dan penularan penyakit
b. Memudahkan perawatan
c. Memberikan ketenangan dan rasa aman bagi klien
2. Dilakukan pada
a. Klien yang mengidap penyakit menular
b. Klien yang dicurigai mengidap penyakit menular
c. Klien yang gelisah atau mengganggu pasien lain
d. Klien yang memerlukan perawatan khusus
e. Klien yang sedang sakratul maut
3. Persiapan alat
Pemilihan peralatan bergantung pada tipe perawatan yang diberikan
pada klien (misalnya, alat-alat untuk memberikan obat, alat-alat untuk
kebersihan, lat-alat untuk mengganti sprai tempat tidur)
4. Prosedur pelaksanaan
a) Perhatikan insturuksi dokter untuk memastikan jenis isolasi yang
dibeikan sesuai dengan penyakit klien.
R/ jenis toleransi akan mengelompokan jenis pakaian pelindung yang
digunakan dan kewaspadaan yang harus ditakuti
b) Perhatikan kebijakan dan menual prosedur atau kebijakan pengawasan
infeksi institusi sebagai kewaspdaan yang harus diikuti.
R/ setiap institusi memerlukan pedoman yang bervariasi
c) Telaah hasil pemeriksaan laboratorium untuk menentukan jenis
mikroorganisme yang menyebabkan klien diisolasi.
R/ Memungkinkan anda untuk mengetahui mikroorganisme apa yang
menginfeksi klien dalam media apa mikroorganisme tersebut
diidentifikasi(misalnya sputum, darah, luka). Informasi ini
memudahakan anda untuk melakukan tindakan kewaspadaan yang
tepat ketika mengalam i eksudat terinfeksi atau drainase
d) Pertahankan jenis tindakan perawatan atau prosedur yang akan
dilakukan diruangan klien.
R/ Membantu anda mengantisipasi kebutuhan terhadap ala-alat, waktu
yang anda sesuaikan ketika diruangan, dan mengoordinasikan aktivitas
anda
e) Siapkan semua peralatan dan bahan yang diperlukan
R/ Mencegah tuntutan untuk bolak balik keruangan beberapa kali yang
meningkatkan resiko infeksi
f) Cuci tangan
R/ Mengurangi transmisi mikroorganisme
g) Kenakan skort, masker dan sarung tangan dengan tepat
1) Kenakan skort, pastikan skort ini menutup semua bagian luar
pakaian. Tarik lengan sampai kepergelangan tangan, ikat dengan
aman pada leher dan pinggul
Pakaian pelindung masker dan sarung tangan mencegah teransmisi
organisme perawat dan melindungi perawat dari kontak dengan
patogen infeksi
2) Kenakan sarung tangan sekali pakai. Jika digunakan dengan skort
masukan tepi skort kedalam lipatan sarung tangan
3) Gunakan masker bedah sekitar mulut da hidung, ikat dengan kuat.
h) Masuki ruangan klien. Atur bahan dan peralatan. Jika peralatan tidak
akan dibuang dari ruangan untuk penggunaan ulang bungkus dengan
handuk bersih
R/ Mencegah kontaminasi alat
i) Kaji tanda-tanda vital
1) Letakan kertas disamping tempat tidur. Letakan sehelai kertas
tambahan diatasnya
Membantu menghindari kontak badan bersih pada lingkungan
terkontaminasi diruangan iaolasi
2) Letakan jam diatas handuk agar mudah dilihat
3) Jika peralatan masih sidalam ruangan, lanjutkan pengkajian tanda-
tanda vital dengan prosedur rutin. Hindari kontak stetoskop atau
menset tekanan darah dari bahan terinfeksi
4) Tuliskan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada selembar kertas
5) Jika stetoskop akan digunakan ulan, bersihkan diafragma atau bell
dengan alkohol. Simpan ditempat yang bersih.
j) Berikan obat.
1) Berikan obat oral dalam pembungkusa atau mangkuk
Bahan-bahan ditangani dengan baik dan dibuang uantuk
meminimilkan pemindahan mikroorganisme
2) Buang pembungkus atau mangkuk kedalam wadah plastik
3) Berikan injeksi saat menggunakan sarung tangan
4) Buang sput kedalam wadah khusus
k) Dorong higiene
1) Hindari jangan sampai skort menjadi basah
2) Bantu klien melepaskan skort, buang dalam kantong linen khusus
3) Lepaskan linen dari tempat tidur, jka terlalu kotor hindari kontak
dengan gaun anda. Buang dalam kantonh linen khusus
4) Pasang kembali linen tempat tidur yang bersih
5) Ganti sarung tangan jika terlalu kotor dan diperlukan perawatan
khusus
l) Kumpulkan spesimen
1) Letakan spesimen darah dan cairan tubuh dalam wadah yang baik
dengan penutup yang kuat untuk mencegah kebocoran selama
pengiriman
2) Letakan wadah spesimen pada kertas dikamar mandi klien
3) Kumpulkan spesimen yang diperlukan dengan teknik yamn tepat.
Pindahkan spesimen kewadah dengan meminimalkan kontak pada
tangan menggunakan sarung tangan dengan permukaan luar wadah
4) Perikssa dan pastikan wadah spesimen telah tertutup rapat dan
permukaan bagian luar wadah tidak kotor. Pindahkan wadah
kekantong plastik bersih
5) Beri label pada wadah spesimen dengan nama klien. Kirim
kelaboratorium
m) Buang kantong linen dan sampah jika sudah penuh
1) Gunakan kantong khusus untuk menampung alat kotor jika alat
tersebut tahan dan kuat terhadap kelembaban
2) Ikat kan tong dengan kuat pada bagian atas
n) Sediakan kembali peralatan yang dibutuhkan diruangan dengan
meminta orang lain memindahkan peralatan tersebut dari pintu
o) Tinggalkan ruangan isolasi
1) Lepaskan ikatan skort padapergelangan. Lepaskan sarung tangan
dengan menggengam ujung salah satu sarung tangan dan tarik,
balikan sarung tangan bagian luar. Lalu dengan tangan yang tidak
bersarung tangan, sususpkan tangan kebagian pergelangan tangan
yang masih bersarung tangan, tarik bagian dalam keluar
2) Lepaskan ikatan atau tarik masker dari telinga anda dan buang
dalam wadah
3) Lepaskan ikatan skort pada leher, dan biarkan skort jatuh dari bahu.
Lepaskan tangan dari lengan skort. Pegang skort bagian dalam
pada bahu dan lipat dari dalam keluar, taruh pada kantong cucian
4) Cuci tangan anda
5) Keluarkan kembali jam tangan dan stetoskop, hati-hati untuk tidak
menyentuhnya. Catat tanda-tanda vital.
6) Beri tahu klien kapan anda datang kembali keruangan. Tanyakan
apakah anda memerlukan alat perawatan pribadi
7) Tinggalkan ruangan tutup pintu dengan baik
p) Catat tanda-tanda vital dan prosedur lain sesuai pedoman untuk setiap
keterampilan pada catatan perawat
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teknik Isolasi adalah sebutan untuk metode perawatan pasien dengan
penyakit yg mudah tertular, Penting bahwa setiap orang bertanggung
jawab dan menggunakan teknik isolasi yg tepat utk mencegah penyebaran
penyakit untuk orang lain dan Seluruh benda2 yang berhubungan dengan
ekskresi, sekresi, darah/ cairan tubuh yg mengandung mikroba yg sdh
dikenal atau masih dalam dugaan hrs dianggap terkontaminasi bahan2
potensial infeksi dan harus diperlakukan secara khusus. Sedangkan Ruang
Isolasi adalah dilakukan terhadap penderita penyakit menular, isolasi
menggambarkan pemisahan penderita atau pemisahan orang atau binatang
yang terinfeksi selama masa inkubasi dengan kondisi tertentu untuk
mencegah atau mengurangi terjadinya penularan baik langsung maupun
tidak langsung dari orang atau binatang yang rentan. Kategori Isolasi yang
memerlukan perhatian :Isolasi ketat, Isolasi kontak, Isolasi respiratori,
Kewaspadaan enterik, Isolasi tuberculosis (AFB), Kewaspadaan drainase
dan sekret, Kewaspadaan umum terhadap darah dan cairan tubuh,
Perawatan pasien yang mengalami imunosupresi berat.

B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini kita sebagai mahasiswa dapat
mengetahui bagaimana teknik isolasi dan penerapanya dalam pelayanan
kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Barbara C. Long.1996. Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGC


Annamma Jacob,dkk.2014.Crinical Nursing Procedures. Jakarta : EGC
Ester,Monica,dkk. 2005.Pedoman Perawatan Pasien.Jakarta : EGC,
Anne Griffin Perry,dkk. 2005.Keterampilan dan Prosedur Dasar ed-5.Jakarta :
EGC,
Ns.Eni Kusyati,S.Kep,dkk. 2006.Keterampilan dan Prosedur
Laboratorium.Jakarta : EGC,

Anda mungkin juga menyukai