Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MATERI PEMBEKALAN PBL RSUD KARAWANG


“Kewaspadaan Isolasi”
Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Keterampilan klinik Praktik Kebidanan

Disusun oleh:
Kelompok 2

Ania Aulia Salwa 2210631100001


Dzakiyah Firyaal Gholibah 2210631100004
Fyirensha Fathia Ghanyya R 2210631100008
Najwa Arikah Abiyyah 2210631100012
Nisa Fathonah 2210631100013
Refha Aprilya Maulyda 2210631100016
Tantri Lestari N 2210631100023
Zealin Imanda 2210631100025

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2022/2023
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayah- Nya sehingga kami bisa menyusun tugas makalah Mata Kuliah
Keterampilan Klinik Praktik Kebidanan yang berjudul “Kewaspadaan Isolasi” ini dengan
baik serta tepat waktu. Seperti yang sudah kita ketahui kewaspadaan isolasi dalam praktik itu
sangat penting diketahui oleh para mahasiswa kebidanan. Semuanya perlu dibahas pada
makalah ini.
Tugas ini kami buat untuk memberikan ringkasan tentang materi pembekalan dari
RSUD Karawang mengenai Kewaspadaan Isolasi. Mudah-mudahan makalah yang kami buat
ini bisa menolong mahasisawa kebidanan agar lebih tahu apa yang dimaksud dengan
kewaspadaan isolasi tersebut. Kami menyadari kalau masih banyak kekurangan dalam
menyusun makalah ini. Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat
kami harapkan guna kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Dosen mata kuliah Keterampilan Klinik Praktik Kebidanan, Kepada pihak yang telah
memberikan waktu kepada kami untuk melampirkan makalah ini. Atas perhatian serta
waktunya, kami sampaikan banyak terimakasih.

Karawang, 03 Juni 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan....................................................................................................................1
1.1Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah................................................................................................................2
BAB II Pembahasan...................................................................................................................3
2.1 Kewaspadaan Standar....................................................................................................3
2.1.1 Kebersihan Tangan..................................................................................................3
2.1.2 Penggunaan APD....................................................................................................4
2.1.3 Menajemen Laundry...............................................................................................5
2.1.4 Manejemen Lingkungan.........................................................................................7
2.1.5 Manajemen Limbah................................................................................................8
2.1.6 Pemprosesan Alat Habis Pakai..............................................................................8
2.1.7 Penyuntikan Yang Aman........................................................................................9
2.1.8 Kebersihan Pernapasan/Etika Batuk.....................................................................9
2.1.9 Pemeliharaan Kesehatan Karyawan......................................................................9
2.1.10 Penempatan Pasien.................................................................................................9
2.1.11 Praktek Lumbal Punksi..........................................................................................9
2.2 Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi.........................................................................10
BAB III Penutup......................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................14
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Kewaspadaan Isolasi merupakan bagian dari program PPI, yang bertujuan
untuk memutus rantai infeksi.

Kewaspadaan isolasi adalah tindakan pencegahan atau pengendalian infeksi


yang disusun olehCenter for Desease Control (CDC) dan harus diterapkan di rumah
sakit dan pelayanan kesehatan lainnya. Kewaspadaan isolasi diterapkan untuk
menurunkan resiko trasmisi penyakit dari pasien ke pasien lain atau ke pekerja medis.
Kewaspadaan isolasi memiliki 2 pilar atau tingkatan, yaitu Kewaspadaan Standar
(Standard/Universal Precautions) dan Kewaspadaan berdasarkan cara penularan
(Transmission based Precautions).
Kewaspadaan Isolasi mengalami perkembangan sejak tahun 1800 sampai
tahun 1990, bertujuan memutus rantai Infeksi. Tahun 1990 , Universal dan Body
Substain digabung menjadi Kewaspadaan standar . Kewaspadaan standar terdiri dari
11 point antara lain Kebersihan Tangan, penggunaan APD, pemrosesan peralatan
kesehatan, namun kepatuhan melaksanakannya masih sangat rendah, sehingga infeksi
HAIs masih tinggi. Kewaspadaan isolasi diterapkan untuk mengurangi risiko infeksi
penyakitmenular pada petugas kesehatan baik dari sumber infeksi yang
diketahuimaupun yang tidak diketahui. Dalam memberikan pelayanan kesehatan di
rumah sakit setiap petugas harusmenerapkan kewaspadaan isolasi yang terdiri dari
dua lapis yaitu kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasarkan transmisi.
Kewaspadaan standar harus diterapkan secara rutin dalam perawatan dirumah
sakit yang meliputi : kebersihan tangan, penggunaan APD, pemrosesan peralatan
perawatan pasien, pengendalian lingkungan, penatalaksanaan linen, pengelolaan
limbah, kesehatan karyawan, penempatan pasien, hygiene respirasi (etika batuk),
praktek menyuntik yang aman dan praktek untuk lumbal punksi. Kewaspadaan
berdasarkan transmisi diterapkan sebagai tambahan kewaspadaan standar pada kasus-
kasus yang mempunyai risiko penularan melalui kontak, droplet, udara (airborne),
common vehicle (makanan, air,obat, alat, peralatan), dan vektor (lalat, nyamuk, tikus).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Kewaspadaan Isolasi?
2. Apa yang dimaksud kewaspadaan standar dan tindakan apa saja yang meliputi
kewaspadaan standar?
3. Apa yang dimaksud kewaspadaan berdasarkan transmini dan Tindakan apa
saja yang meliputi kewaspadaan berdasarkan transmisi?
1.3 Tujuan Masalah
Mahasiswa mengetahui apa itu kewaspadaan isolasi, apa yang dimaksud
kewaspadaan standar dan berdasarkan transmisi serta bentuk tindakan apa saja yang
meliputi kewaspadaan standar dan berdasarkan transmisi.
BAB II
Pembahasan

2.1 Kewaspadaan Standar


Kewaspadaan standar adalah kewaspadaan dalam pencegahan dan pengendalian
infeksi rutin dan harus diterapkan terhadap semua pasien di semua fasilitas kesehatan.
Kewaspadaan standar/universal yaitu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan
oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi dan
didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan
penyakit, baik berasal dari pasien maupun petugas kesehatan (Nursalam, 2007).
Tindakan dalam kewaspadaan standar meliputi:
2.1.1 Kebersihan Tangan
a) Hal utama dalam PPI
b) Komponen sentral dari Patient Safety
c) Sederhana dan efektif mencegah HAIs
d) Menciptakan lingkungan yang aman
e) Pelayanan Kesehatan aman
f) Bila tangan kotor gunakan air dan sabun antiseptik (handwash).
- Lakukan 6 langkah cuci tangan.
g) Bila tangan tangan tidak kotor gunakan cairan berbasis alkohol
(handrub).
- Lakukan 6 langkah cuci tangan.
5 momen untuk mencuci tangan:
1. Sebelum kontak dengan pasien
2. Sebelum melakukan Tindakan aseptic
3. Setelah terkena cairan tubuh pasien
4. Setelah kontak dengan pasien
5. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
2.1.2 Penggunaan APD
APD (Alat Pelindung Diri) merupakan alat Kesehatan yang terdiri dari
masker, topi, sarung tangan, pelindung wajah, sepatu yang digunakan petugas
maupun pasien untuk melindungi diri dari kontaminasi penyakit infeksi. APD
digunakan sesuai indikasi dan segera dilepas jika sudah selesai tindakan.
Alat pelindung diri merupakan komponen utama personal precaution
beserta penggunaannya yang biasa digunakan perawat sebagai kewaspadaan
standar (standard precaution) dalam melakukan tindakan keperawatan menurut
Departemen Kesehatan RI, 2007 yang bekerjasama dengan Perhimpunan
Pengendalian Infeksi Indonesia (PERDALIN) tahun 2008.
Jenis-Jenis APD :
a) Sarung tangan. Sarung tangan digunakan oleh petugas kesehatan
dianjurkan untuk dua alasan utama, yaitu: untuk mengurangi resiko
kontaminasi tangan petugas kesehatan dengan darah dan cairan tubuh
pasien dan untuk mengurangi resiko penyebaran kuman ke lingkungan
dan transmisi dari petugas kesehatan ke pasien dan sebaliknya, serta
dari satu pasien ke pasien lain . Sarung tangan steril digunakan untuk
intervensi bedah dan beberapa perawatan non-bedah, seperti kateter
pembuluh darah pusat serta saat akan memegang atau kontak dengan
peralatan steril atau luka
b) Masker . Masker digunakan untuk menghindarkan perawat menghirup
mikroorganisme dari saluran pernapasan klien dan mencegah
penularan patogen dari saluran pernapasan perawat ke klien, begitu
pula sebaliknya.
c) Goggle atau Kacamata Perawat menggunakan kacamata pelindung,
masker, atau pelindung wajah saat ikut serta dalam prosedur invasif
yang dapat menimbulkan adanya percikan atau semprotan darah atau
cairan tubuh lainnya meliputi pembersihan luka, membalut luka,
mengganti kateter atau dekontaminasi alat bekas pakai. Kacamata
harus terpasang dengan pas sekeliling wajah sehingga cairan tidak
dapat masuk antara wajah dan kacamata.
d) Gown atau Gaun pelindung Gaun digunakan untuk melindungi
seragam atau baju petugas dari kemungkinan genangan atau percikan
darah atau cairan tubuh yang terinfeksi, serta digunakan untuk
menutupi pakaian atau seragam saat merawat pasien yang atau
dicurigai menderita penyakit menular melalui udara.
e) Penutup kepala atau Topi Penutup kepala atau topi digunakan untuk
menutup rambut dan kulit kepala sehingga mencegah mikroorganisme
yang terdapat di 20 rambut dan kulit kepala tidak masuk atau jatuh ke
daerah atau alat yang steril. Topi digunakan untuk melindungi petugas
kesehatan dari darah atau cairan tubuh yang menyemprot atau
terpercik.
f) Sepatu Pelindung (Pelindung Kaki) Sepatu pelindung adalah sepatu
khusus yang digunakan oleh petugas yang bekerja diruangan tertentu
misalnya ruang bedah, laboratorium, ICU, ruang isolasi, ruang
pemulasaran, dan petugas sanitasi, tidak boleh dipakai ke ruangan
lainnya. Tujuannya untuk melindungi kaki petugas dari tumpahan atau
percikan darah atau cairan tubuh lainnya dan mencegah dari
kemungkinan tusukan benda tajam atau kejatuhan alat Kesehatan.
2.1.3 Menajemen Laundry
Maksud dari "Linen" adalah bahan atau kain yang digunakan di rumah
sakit untuk kebutuhan sprei, bantal, guling, selimut, baju petugas, baju pasien
dan alat instrument steril lainnya. Linen yang akan digunakan harus dalam
kondisi bersih dan bebas dari kuman penyakit; maka dilakukan pencucian atau
disebut juga Laundry Rumah Sakit yang didalamnya termasuknya juag proses
Sterilisasi. Linen juga harus nyaman digunakan oleh pasien; maka dilakukan
pemeliharaan, perbaiakan atau penggantian.
Manajemen Linen dan Laundry adalah upaya pengelolaan dan
pengawasan terhadap tahapan-tahapan pencucian linen di rumah sakit untuk
mengurangi risiko gangguan kesehatan dan lingkungan hidup yang
ditimbulkan. Linen merupakan salah satu kebutuhan pasien dirumah sakit
yang dapat memberikan dampak kenyamanan dan jaminan kesehatan.
Pengelolaan linen yang buruk akan menyebabkan potensi penularan penyakit
bagi pasien, staf dan pengguna linen lainnya.
1. Linen Infeksius
Linen infeksius dalah linen yang terkontaminasi dengan darah dan
cairan tubuh.
2. Linen Non Infeksius
Linen non infeksius adalah linen yang tidak terkontaminasi darah dan
cairan tubuh.
Yang harus diperhatikan dalam pengelolaan linen yaitu:
a) Pemisahan ruangan
b) Pengangkutan
c) Penanganan di laundry (APD, alur, pencucian, penyetrikaan, pelipatan,
penyortiran, fasilitas dan sarana)
d) Pendistribusian

Perlakuan terhadap Liinen di Rumah Sakit :


a) Pengumpulan
Pemilahan antara linen infeksius dan non infeksius dimulai dari
sumber dan memasukkan linen kedalam kantong plastik sesuai
jenisnya serta diberi labelMenghitung dan mencatat linen
diruangangDilarang melakukan perendaman linen kotor di ruangan
sumber.
b) Penerimaan
Mencatat linen yang diterima dan telah dipilah antara infeksius dan
non infeksiusLinen dipilah berdasarkan tingkat kekotorannya.
c) Pencucian
Menimbang berat linen untuk menyesuaikan dengan kapasitas mensin
cuci dan kebutuhan deterjen dan disinfektanMembersihkan linen
kotor dari tinja, urin, darah dan muntahan dengan menggunakan mesin
cuci infeksiusMencuci dikelompokan berdasarkan tingkat
kekotorannyaPengeringan linen dengan mesin pengering (dryer)
sehingga didapat hasil pengeringan yang baikPenyeterikaan dengan
mesin seterika uap, mesin flat ironer sehingga didapat hasil seterikaan
yang baikLinen bersih harus ditata sesuai jenisnya dan sistem stok
linen (minimal 4 bagian) dengan sistem first in first out.
d) Distribusi
Dilakukan berdasarkan kartu tanda terima dari petugas penerima,
kemudian petugas menyerahkan linen bersih kepada petugas ruangan
sesuai kartu tanda terima.
e) Pengangkutan
Kantong untuk membungkus linen bersih harus dibedakan dengan
kantong yang digunakan untuk membungkus linen
kotorMenggunakan kereta yang berbeda dan tertutup antara linen
bersih dan linen kotor. Untuk kereta linen kotor didesain dengan pintu
membuka keatas dan untuk linen bersih dengan pintu membuka ke
samping, dan pada setiap sudut sambungan permukaan kereta harus
ditutup dengan pelapis (siller) yang kuat agar tidak bocorKereta
dorong harus dicuci dengan disinfektan setelah digunakan mengangkut
linen kotorWaktu pengangkutan linen bersih dan kotor tidak boleh
dilakukan bersamaanLinen bersih diangkut dengan kereta dorong
yang berbeda warnaRumah sakit yang tidak mempunyai laundry
tersendiri, pengangkutannya dari dan ketempat laundry harus
menggunakan mobil khusus.
f) APD
g) Petugas yang bekerja dalam pengelolan laundry linen harus
menggunakan alat pelindung diri seperti masker, sarung tangan, apron,
sepatu boot, penutup kepala, selain itu dilakukan pemeriksaaan
kesehatan secara berkala, serta harus memperoleh imunisasi hepatitis B
setiap 6 (enam) bulan sekali.
h) Pihak Ketiga
Untuk rumah sakit yang tidak mempunyai laundry tersendiri,
pencuciannya dapat bekerjasama dengan pihak lain dan pihak lain
tersebut harus memenuhi persyaratan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan, serta dilakukan pengawasan penyelenggaraan
linen secara rutin oleh pihak rumah sakit.

2.1.4 Manejemen Lingkungan


Sistem manajemen lingkungan di rumah sakit memang dibutuhkan
untuk bisa diterapkan di setiap instansi kesehatan tersebut untuk mengurangi
dampak lingkungan yang bisa saja menjadikan lingkungan rumah sakit
menjadi buruk, bahkan rusak. strategi manajemen dalam pengembangan
kapasitas pengelolaan lingkungan di sekitar rumah sakit.
1. Kontruksi bangunan
Kegiatan konstruksi/renovasi rumah sakit adalah upaya pencegahan,
pengendalian dan pengawasan berbagai sumber-sumber pengotoran,
pencemaran dan penularan penyakit pada area yang terkait dengan
kegiatan konstruksi dan atau renovasi bangunan di rumah sakit.
2. Udara
3. Air
4. Pembersihan lingkungan RS
Aksi penciptakan lingkungan yang sehat sehingga tidak mudah terserang
berbagai penyakit seperti demam berdarah, muntaber dan lainnya.
5. Pembersihan lingkungan di ruangan gizi
Pencegahan dan pengendalian infeksi di pelayanan makanan pada Instalasi
GIZI
6. Pembersihan di ruangan laundry
Pengelolaan dan pengawasan terhadap tahapan-tahapan pencucian linen di
rumah sakit untuk mengurangi risiko gangguan kesehatan dan lingkungan
hidup yang ditimbulkan.
7. Limbah RS
Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan oleh kegiatan
rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Limbah rumah sakit bisa
mengandung bermacam-macam mikroorganisme tergantung pada jenis
rumah sakit dan tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang.
Limbah medis merupakan limbah yang berasal dari pelayanan medis yang
menggunakan bahan-bahan yang beracun, infeksius, dan berbahaya.
Sedangkan Limbah B3 Medis Padat merupakan barang atau bahan sisa
hasil kegiatan yang tidak digunakan kembali yang berpotensi
terkontaminasi oleh zat yang bersifat infeksius.
PPI harus terlibat dalam renovasi, demolisi dan pembangunan gedung.

2.1.5 Manajemen Limbah


Manajemen limbah adalah usaha untuk mengatur siklus alur limbah
dari mulai kondisi ruang, komposisi , proses pengelolaan lanjut siklus limbah
yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penumpukan limbah dan
pencemaran lingkungan secara berkelanjutan.
Jenis limbah :
1. Limbah padat
Limbah padat rumah sakit yang lebih dikenal dengan pengertian sampah
rumah sakit adalah sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi, atau
sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang
dilakukan oleh manusia, dan umumnya bersifat padat. Limbah yang
terkontaminasi darah dan cairan tubuh masukkan kedalam kantong plastik
berwarna kuning.
1) Infeksius
Seperti jaringan tubuh pasien, jarum suntik, darah, perban,
biakan kultur, bahan atau perlengkapan yang bersentuhan
dengan penyakit menular atau media lainnya yang diperkirakan
tercemari oleh penyakit pasien
2) Non infeksius
botol cairan infus
2. Limbah cair
Limbah cair Rumah Sakit adalah semua air buangan termasuk tinja yang
berasal dari kegiatan rumah sakit, yang kemungkinan mengandung
mikroorganisme bahan beracun, dan radio aktif serta darah yang berbahaya
bagi kesehatan.
1) Infeksius
Seperti Urine, Darah, Dahak, Muntahan, dan menularkan
kepada orang lain
2) Non infeksius
3. Limbah benda tajam
Limbah yang memiliki permukaan tajam, masukkan kedalam wadah tahan
tusuk dan air. Penyimpanannya pada safety box/container. Seperti jarum
suntik, syringe, gunting, pisau, kaca pecah dan hal lainnya yang dapat
menyebabkan luka dan infeksi.

2.1.6 Pemprosesan Alat Habis Pakai


Pembersihan (Cuci bersih, tiriskan, keringkan) di bagi menjadi 3
macam, yaitu:
1. Sterilisasi
adalah upaya untuk membunuh mikroorganisme termasuk dalam bentuk
spora.
Peralatan kritis yaitu peralatan yang bersentuhan dengan darah atau
jaringan steril dibawah kulit, masuk dalam pembuluh darah/jaringan tubuh.
Seperti : instrument bedah/operasi, dan lain-lain.
2. Disinfeksi tingkat tinggi
adalah suatu proses yang mengeliminasi semua organisme kecuali
sebagian besar populasi endospora bakteribakteri dengan cara merebus
atau kimiawi.
Peralatan semi kritikal yaitu peralatan yang hanya menyentuh selaput
lendir atau kulit luar yang terluka. Seperti : Endotracheal tube, NGT,
kateter urine, kateter suction, nasal canula oksigen, nasal canula CPAP.
3. Disinfeksi tingkat rendah
adalah membunuh semua bakteri vegetatif serta sebagian virus dan jamur,
tetapi tida diharapkan mampu membunuh mikrobakterium atau spora.
Peralatan non kritikal yaitu peralatan yang menyentuh kulit utuh
membutuhkan disinfeksi tingkat rendah. Seperti : Tensi meter, termometer,
bedpan, meja pasien, lantai, dinding, dan furnitur.

2.1.7 Penyuntikan Yang Aman


1. Tidak memakai ulang jarum suntik
2. Upayakan tidak memakai obat-obat/cairan multidose
3. Pertahankan teknik aseptik dan antiseptik pada pemberian suntikan
4. Segera buang jarum suntik habis pakai
5. Tidak melakukan recapping jarum suntik habis pakai

2.1.8 Kebersihan Pernapasan/Etika Batuk


….
2.1.9 Pemeliharaan Kesehatan Karyawan
….
2.1.10 Penempatan Pasien
…..
2.1.11 Praktek Lumbal Punksi
….
2.2 Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi
Kewaspadaan berdasarkan transmisi merupakan tambahan untuk kewaspadaan
standar, yaitu tindakan pencegahan atau pengendalian infeksi yang dilakukan setelah
jenis infeksinya sudah terdiagnosa atau diketahui (Akib, dkk, 2008).Tujuannya untuk
memutus mata rantai penularan mikroba penyebab infeksi, jadi kewaspadaan ini
diterapkan pada pasien yang memang sudah terinfeksi kuman tertentu yang bisa
ditransmisikan lewat udara, droplet, kontak kulit atau lain-lain (Muchtar, 2014).
Berdasarkan IPC tahun 2008, jenis kewaspadaan berdasarkan transmisi :

2.2.1 Kontak/Contact
Transmisi kontak merupakan cara transmisi yang terpenting dan
tersering menimbulkanHealthcare Associated Infections(HAIs).contohnya
Virus Herpes Simplex (HSV) atau scabies,MRSA (Methicillin Resistant
Staphylococcus aureus ),Viral gastroenteritis,clostridium difficile,VRE
( vancomycin resistant enterococci ) ,ESBL(extended beta lactamases).
Kewaspadaan transmisi kontak ini ditujukan untuk menurunkan resiko
transmisi mikroba yang secara epidemiologi ditransmisikan melalui kontak
langsung atau tidak langsung.
1. Kontak langsung
Meliputi kontak permukaan kulit terluka/abrasi orang yang
rentan/petugas dengan kulit pasien terinfeksi atau kolonisasi.Misal perawat
membalikkan tubuh pasien, memandikan, membantu pasien bergerak, dokter
bedah dengan luka basah saat mengganti verband, petugas tanpa sarung
tangan merawat oral pasien dengan Virus Herpes Simplex (HSV) atau
scabies.
2. Kontak tidak langsung
Meliputi kontak antara orang yang rentan dengan benda yang
terkontaminasi mikroba infeksius di lingkungan, instrumen yang
terkontaminasi, jarum, kasa, tangan terkontaminasi dan belum dicuci atau
sarung tangan yang tidak diganti saat menolong pasien satu dengan yang
lainnya, dan melalui mainan anak serta kontak dengan cairan sekresi pasien
terinfeksi yang ditransmisikan melalui tangan petugas atau benda mati
dilingkungan pasien.
Petugas harus menahan diri untuk menyentuh mata, hidung, mulut saat
masih memakai sarung tangan terkontaminasi ataupun tanpa sarung
tangan.Petugas harus menghindari mengkontaminasi permukaan lingkungan
yang tidak berhubungan dengan perawatan pasien misal: pegangan pintu,
tombol lampu, telepon.
Penerapan kewaspadaan dengan :
1. Isolasi pasien atau kohorting dgn infeksi sama
2. Gunakan sarung tangan bersih - tidak perlu steril - SETIAP kali masuk
ruangan pasien dan ganti segera setelah menyentuh bahan infeksius (pus,
pembalut luka, pasien, tempat tidur pasien).
3. Gunakan gaun bersih - tidak perlu steril - bila ada kemungkinan
terkontaminasi lingkungan pasien yang tercemar (diare, kolostomi,
drainase luka) Lepaskan gaun/sarung tangan SEBELUM meninggalkan
ruangan isolasi.
4. Hindari menyentuh permukaan lingkungan lain yg tidak berhubungan dgn
perawatan pasien sebelum melakukan aktivitas kebersihan tangan (hand
hygiene).
5. Petugas harus menahan diri utk tidak menyentuh mata, hidung, mulut, saat
masih memakai sarung tangan terkontaminasi/tanpa sarung tangan

2.2.2 Droplet
Diterapkan sebagai tambahan Kewaspadaan Standar terhadap pasien
dengan infeksi diketahui mengidap mikroba yang dapat ditransmisikan melalui
droplet( > 5μm). Droplet yang besar terlalu berat untuk melayang di udara dan
akan jatuh dalam jarak 1 m dari sumber. Transmisi droplet melibatkan kontak
konjungtiva atau mucus membrane hidung/mulut, orang rentan dengan droplet
partikel besar mengandung mikroba berasal dari pasien pengidap atau carrier
dikeluarkan saat batuk, bersin, muntah, bicara, selama prosedur suction,
bronkhoskopi.
Transmisi droplet langsung, dimana droplet mencapai mucus
membrane atau terinhalasi. Transmisi droplet ke kontak, yaitu droplet
mengkontaminasi permukaan tangan dan ditransmisikan ke sisi lain misal:
mukosa membrane. Transmisi jenis ini lebih sering terjadi daripada transmisi
droplet langsung, misal: commoncold, respiratory syncitial virus
(RSV),Adenovirus,H5N1,H1N1. Transmisi ini dapat terjadi saat pasien
terinfeksi batuk, bersin, bicara, intubasi endotrakheal, batuk akibat induksi
fisioterapi dada, resusitasi kardiopulmoner
Penerapan kewaspadaan dengan :
1. Isolasi pasien atau kohorting dengan infeksi sama,jarak antar pasien > 1
meter
2. Tidak di perlukan penanganan udara secara khusus
Pintu ruangan boleh terbuka
3. Petugas : gunakan masker bedah dala m jarak 1 m dari pasien ( 2m pada
pasien flu burung ) ,APD ( kaca mata/pelindung wajah ) dan Gaun ketika
merawat pasien
4. Pasien : gunakan masker bedah ketika keluar ruangan

2.2.3 Udara/Airborne
Kewaspadaan transmisi melalui udara diterapkan sebagai tambahan
kewaspadaan standar terhadap pasien yang diduga atau telah diketahui
terinfeksi mikroba yang secara epidemiologi penting dan ditransmisikan
melalui jalur udara.Seperti transmisi partikel terinhalasi (varicella zoster/cacar
air,TBC, campak) langsung melalui udara dan penyebarannya itu bias di
sebabkan karena batuk,bersin,berbicara,tindakan intubasi, bronkospi.
Kewaspadaan transmisi melalui udara ditunjukan untuk menurunkan resiko
transmisi udara mikroba penyebab infeksi baik yang ditransmisikan berupa
droplet nuklei (sisa partikel kecil < 5μm evaporasi dari droplet yang bertahan
lama di udara) atau partikel debu yang mengandung mikroba penyebab infeksi.
Mikroba tersebut akan terbawa aliran udara > 2m dan sumber, dapat terinhalasi
oleh individu rentan di ruang yang sama dan jauh dari pasien sumber mikroba,
tergantung pada faktor lingkungan, misal penanganan udara dan ventilasi yang
penting dalam pencegahan transmisi melalui udara, droplet nuklei atau sisik
kulit luka terkontaminasi bakteriS. Aureus.
Penerapan kewaspadaan dengan :
1. Isolasi pasien / kohorting dengan infeksi sama
2. Ruangan isolasi bertekanan ngatif,pertukaran udara setiap 5-10 menit atau (
>12 x/jam “ 12 Air Changes per Hour / ACH “)
3. Jangan menggunakan AC central, tapi Ventilasi menggunakan hepa-
filter,yang menyaring udara dan di keluarkan ke udara luar yang aman
4. Pintu ruangan harus selalu tertutup rapat
5. Petugas : gunakan masker N95
Petugas yang rentan ( misal ibu hamil ) tidak boleh mendekati pasien
6. Pasien : gunakan masker bedah ketika keluar ruangan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kewaspadaan isolasi adalah tindakan pencegahan atau pengendalian
infeksi yang disusun olehCenter for Desease Control (CDC) dan harus
diterapkan di rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya. Kewaspadaan
isolasi diterapkan untuk menurunkan resiko trasmisi penyakit dari pasien ke
pasien lain atau ke pekerja medis. Kewaspadaan isolasi memiliki 2 pilar atau
tingkatan, yaitu Kewaspadaan Standar (Standard/Universal Precautions) dan
Kewaspadaan berdasarkan cara penularan (Transmission based Precautions).
Kewaspadaan standar adalah kewaspadaan dalam pencegahan dan
pengendalian infeksi rutin dan harus diterapkan terhadap semua pasien di
semua fasilitas kesehatan. Kewaspadaan standar/universal yaitu tindakan
pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk
mengurangi resiko penyebaran infeksi dan didasarkan pada prinsip bahwa
darah dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan penyakit, baik berasal
dari pasien maupun petugas kesehatan (Nursalam, 2007).
Kewaspadaan standar harus diterapkan secara rutin dalam perawatan
dirumah sakit yang meliputi : kebersihan tangan, penggunaan APD,
pemrosesan peralatan perawatan pasien, pengendalian lingkungan,
penatalaksanaan linen, pengelolaan limbah, kesehatan karyawan, penempatan
pasien, hygiene respirasi (etika batuk), praktek menyuntik yang aman dan
praktek untuk lumbal punksi. Kewaspadaan berdasarkan transmisi diterapkan
sebagai tambahan kewaspadaan standar pada kasus-kasus yang mempunyai
risiko penularan melalui kontak, droplet, udara (airborne), common vehicle
(makanan, air,obat, alat, peralatan), dan vektor (lalat, nyamuk, tikus).
Kewaspadaan berdasarkan transmisi merupakan tambahan untuk
kewaspadaan standar, yaitu tindakan pencegahan atau pengendalian infeksi
yang dilakukan setelah jenis infeksinya sudah terdiagnosa atau diketahui
(Akib, dkk, 2008).Tujuannya untuk memutus mata rantai penularan mikroba
penyebab infeksi, jadi kewaspadaan ini diterapkan pada pasien yang memang
sudah terinfeksi kuman tertentu yang bisa ditransmisikan lewat udara, droplet,
kontak kulit atau lain-lain (Muchtar, 2014).
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/7355/f.%20BAB%20II.pdf?
sequence=6
https://www.academia.edu/37254327/KEBIJAKAN_KEWASPADAAN_ISOLASI
https://docs.google.com/presentation/d/
1wXK38KNPuoAcZfpHO5NvNPsWg6t6ouaknmybQ11h_R4/edit#slide=id.p21
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/2926/BAB%20II.pdf?sequence=6
https://krakataumedika.com/info-media/artikel/pengelolaan-linen-dan-laundry-di-rumah-sakit
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/2926/BAB%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y
https://permata-asklin.com/wp-content/uploads/2021/09/1.-PPI-Di-Fasyankes-oleh-dr.-
Suparman-Supriadi-M-Kes-.pdf
https://mutuinstitute.com/post/sistem-manajemen-lingkungan-rumah-sakit/#:~:text=Sistem
%20manajemen%20lingkungan%20di%20rumah%20sakit%20memang%20dibutuhkan
%20untuk%20bisa,diketahui%20dan%20dipahami%20terlebih%20dahulu
https://galihendradita.wordpress.com/2019/04/04/pengawasan-kegiatan-konstruksi-renovasi-
bangunan-rumah-sakit/
http://rsudpurihusada.inhilkab.go.id/pencegahan-dan-pengendalian-infeksi-di-pelayanan-
makanan-pada-instalasi-gizi-rumah-sakit/
https://krakataumedika.com/info-media/artikel/pengelolaan-linen-dan-laundry-di-rumah-sakit
https://ombudsman.go.id/artikel/r/pwkinternal--krisis-pengelolaan-limbah-
medis#:~:text=Limbah%20medis%20merupakan%20limbah%20yang,oleh%20zat%20yang
%20bersifat%20infeksius
https://web.rshs.or.id/limbah-rumah-sakit/
https://fk.uii.ac.id/mikrobiologi/materi/sterilisasi/#:~:text=Sterilisasi%20didefinisikan
%20sebagai%20upaya%20untuk,spora%20(Tille%2C%202017)

Anda mungkin juga menyukai