Anda di halaman 1dari 15

PANDUAN PENEMPATAN PASIEN

DENGAN PENYAKIT MENULAR DAN PASIEN YANG


MENGALAMI IMUNITAS RENDAH (IMMUNOCOMPROMISED)
DI BLUD RUMAH SAKIT KONAWE UTARA
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

RUMAH SAKIT KONAWE UTARA

2018

DAFTAR ISI

JUDUL
Hal

DAFTAR ISI .................................................................................................................i

BAB I

PENDAHULUAN........................................................................................................3

A. Latar Belakang................................................................................................3

B. Pengertian........................................................................................................3

BAB II RUANG LINGKUP..........................................................................................5

A. Lingkup Area...................................................................................................5

B. Kewajiban Dan Tanggung Jawab....................................................................5

BAB III KEBIJAKAN...................................................................................................6

A. Kebijakan Umum............................................................................................6

B. Kebijakan Khusus............................................................................................6

BAB IV TATALAKSANA.........................................................................................11

A. Perawatan Pasien Isolasi...............................................................................11

B. Fasilitas perawatan Isolasi di BLUD Rumah Sakit Konawe Utara...............11

C. Indikasi Perawatan Isolasi di BLUD Rumah Sakit Konawe Utara...............11

D. Pelaksanaan Kewaspadaan Standar Dan Kewaspadaan Isolasi Pada Pasien


Isolasi.............................................................................................................12

E. Prosedur Pembersihan Ruang Isolasi Setelah Digunakan.............................12

F. Pengaturan Penempatan Pasien.....................................................................12

G. Transportasi Pasien Isolasi............................................................................13

BAB V DOKUMENTASI...........................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Panduan Penempatan Pasien dengan Penyakit Menular dan Pasien yang
Mengalami Imunitas Rendah ini dibuat berdasarkan kebijakan Nomor 445.126/
SK/BLUD-RSKONUT/XI/2018 tentang Kebijakan Penempatan Pasien dengan
Penyakit Menular dan Pasien yang Mengalami Imunitas Rendah tanggal 01 No-
vember 2018, oleh karena itu BLUD Rumah Sakit Konawe Utara mendukung
peningkatan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien yang berorientasi kepada
patient center care (PCC) demi terwujudnya standar nasional akreditasi rumah
sakit dan mencapai visi rumah sakit sebagai rumah sakit mandiri dan bersaing
global.
Healthcare associated infections (HAI’s) adalah infeksi yang terjadi se-
lama proses perawatan di rumah sakit atau di fasilitas kesehatan lain, di mana
pasien tidak ada infeksi atau tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi yang
didapat di rumah sakit tapi muncul setelah pulang, juga infeksi pada petugas ke-
sehatan yang terjadi di pelayanan kesehatan. Infeksi silang dapat terjadi
melalui penularan dari pasien kepada petugas, dari pasien ke pasien yang
lain, dari pasien kepada pengunjung atau keluarga maupun dari petugas
kepada pasien, melalui kontak langsung ataupun melalui peralatan atau ba-
han yang sudah terkontaminasi dengan darah ataupun cairan tubuh lainnya. Ke-
berhasilan pengendalian infeksi sangat dipengaruhi oleh pengetahuan
dan perilaku petugas kesehatan. Sehingga perlu dilakukan penekanan
dalam upaya pencegahan penularan untuk merubah perilaku petugas dalam
memberikan pelayanan dengan terus meningkatkan pengetahuan dan keter-
ampilan serta adanya panduan dalam pelaksanaan kegiatan pencegahan dan
pengendalian infeksi di BLUD Rumah Sakit Umum Konawe Utara.

B. Pengertian
Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan, yang ditandai
dengan adanya agen atau penyebab penyakit yang hidup dan dapat berpindah.
Penularan ini disebabkan proses infeksi oleh kuman. Infeksi merupakan invasi
tubuh oleh patogen yang mampu menyebabkan sakit. Rumah sakit merupakan
tempat pelayanan pasien dengan berbagai penyakit diantaranya penyakit karena
infeksi dari mulai yang ringan sampai yang berat dengan begitu hal ini dapat
menyebabkan resiko penyebaran infeksi dari satu pasien ke pasien yang lainnya.
Ruang isolasi adalah ruangan perawatan khusus dirumah sakit yang
digunakan untuk merawat pasien dengan kondisi medis tertentu secara terpisah
dari pasien lain (Sabra L.Katz-Wize, 2006), dengan tujuan mencegah penyebaran
penyakit atau infeksi dari pasien tersebut kepada pasien lain atau kepada petugas
kesehatan, atau sebaliknya mencegah pasien tersebut tertular infeksi lain di
rumah sakit karena daya tahannya yang rendah. Dengan demikian ruang isolasi
berfungsi untuk membantu memutus siklus penularan penyakit serta melindungi
pasien dan petugas kesehatan.
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Lingkup Area
1. Pelaksana panduan ini adalah tenaga kesehatan terdiri dari :
a. Staf Medis
b. Staf Perawat
c. Staf Bidan
d. Staf Umum
2. Instalasi yang terlibat dalam pelaksanaan Panduan Perawatan Pasien Penyakit
Menular adalah :
a. Instalasi Rawat Inap
b. Instalasi Gawat Darurat
c. Instalasi Intensive Care Unit

B. Kewajiban Dan Tanggung Jawab


1. Seluruh Staf Rumah Sakit wajib memahami tentang Panduan Perawatan
Pasien Penyakit Menular
2. Perawat Yang Bertugas (Perawat Penanggung Jawab Pasien) Bertanggung
jawab melakukan Panduan Perawatan Pasien Penyakit Menular
3. Kepala Instalasi/Kepala Ruangan
a. Memastikan seluruh staf di Instalasi memahami Panduan Perawatan
Pasien Penyakit Menular
b. Terlibat dan melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan Panduan Per-
awatan Pasien Penyakit Menular
4. Manager
a. Memantau dan memastikan Panduan Perawatan Pasien Penyakit Menular
dikelola dengan baik oleh Kepala Instalasi
b. Menjaga standarisasi dalam menerapkan Panduan Perawatan Pasien
Penyakit Menular
BAB III
KEBIJAKAN

A. Kebijakan Umum
a. Kewaspadaan isolasi diterapkan untuk mengurangi risiko infeksi penyakit
menular pada petugas kesehatan baik dari sumber infeksi yang diketahui
maupun yang tidak diketahui.
b. Dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit setiap petugas harus
menerapkan kewaspadaan isolasi yang terdiri dari dua lapis yaitu kewaspa-
daan standar dan kewaspdaan berdasarkan transmisi
c. Kewaspadaan standar harus diterapkan secara rutin dalam perawatan di ru-
mah sakit yang meliputi : kebersihan tangan, penggunaan APD, pemprosesan
peralatan perawatan pasien, pengendalian lingkungan, penatalaksanaan linen,
pengelolaan limbah, kesehatan karyawan, penempatan pasien, hygiene respi-
rasi (etika batuk), praktek menyuntik yang aman dan praktek untuk lumbal
punksi.
d. Kewaspadaan berdasarkan transmisi diterapkan sebagai tambahan kewaspa-
daan standar pada kasus – kasus yang mempunyai risiko penularan melalui
kontak, droplet, airborne.

B. Kebijakan Khusus
a. Penempatan Pasien tidak infeksius
1) Penempatan Pasien. Pasien bisa ditempatkan di semua ruang perawatan
kecuali ruang Isolasi.
2) Kebersihan Tangan
a) Lakukan lima saat kebersihan tangan
b) Gunakan cairan berbasis alkohol (handrub) dan sabun antiseptik un-
tuk kebersihan tangan
3) Sarung Tangan
Pakai sarung tangan (bersih dan tidak perlu steril) bila menyentuh darah,
cairan tubuh, sekresi, ekskresi dan barang-barang terkontaminasi. Pakai
sarung tangan sebelum menyentuh lapisan mukosa dan kulit yang luka
(non-intact skin). Ganti sarung tangan di antara dua tugas dan prosedur
berbeda pada pasien yang sama setelah menyentuh bagian yang kemungki-
nan mengandung banyak mikroorganisme. Lepas sarung tangan setelah se-
lesai melakukan tindakan, sebelum menyentuh barang dan permukaan
lingkungan yang tidak terkontaminasi, dan sebelum berpindah ke pasien
lain, dan cuci tangan segera untuk mencegah perpindahan mikroorganisme
ke pasien lain atau lingkungan.
4) Masker, Pelindung Mata dan Pelindung Wajah. Gunakan masker dan
pelindung mata atau wajah untuk melindungi lapisan mukosa pada mata,
hidung dan mulut saat melakukan prosedur atau aktifitas perawatan pasien
yang memungkinkan adanya cipratan darah, cairan tubuh, sekresi dan ek-
skresi.
5) Gaun
Gunakan gaun (bersih dan tidak perlu steril) untuk melindungi kulit dan un-
tuk mencegah ternodanya pakaian saat melakukan prosedur dan aktifitas
perawatan pasien yang memungkinkan adanya cipratan darah. Lepas gaun
kotor sesegera mungkin dan cuci tangan untuk mencegah perpindahan
mikroorganisme ke pasien lain atau lingkungan.
6) Peralatan
Perawatan Pasien dan ekskresi hendaknya diperlakukan sedemikian rupa se-
hingga tidak bersentuhan dengan kulit dan lapisan mukosa, tidak mengo-
tori pakaian, dan tidak memindahkan mikroorganisme ke pasien lain dan
lingkungan. Pastikan bahwa peralatan yang dapat dipakai ulang tidak di-
pakai lagi untuk pasien lain sebelum dibersihkan dan diproses selayaknya.
Pastikan bahwa peralatan sekali pakai, dan yang terkontaminasi darah,
cairan tubuh, sekresi dibuang dengan cara yang benar.
7) Pengendalian Lingkungan
Lakukan prosedur untuk perawatan rutin, pembersihan, dan desinfeksi
permukaan lingkungan, tempat tidur, tiang-tiang tempat tidur, peralatan di
samping tempat tidur, dan permukaan lainnya yang sering disentuh, dan
pastikan prosedur ini dilaksanakan.
8) Linen
Tangani, tranportasikan dan proseslah linen yang terkontaminasi dengan
darah, cairan tubuh, sekresi dan ekskresi dengan baik sehingga tidak
bersentuhan dengan kulit dan lapisan mukosa, tidak mengotori paka-
ian, dan tidak memindahkan mikroorganisme ke pasien lain dan
lingkungan.
9) Kesehatan Karyawan dan Penularan Penyakit Melalui Darah (Bloodborne
Pathogens )
a) Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala terhadap petugas
kesehatan dan pemberian imunisasi.
b) Penatalaksanaan limbah benda tajam dan tertusuk jarum ditangani
sesuai SPO berkoordinasi dengan K3RS.
c) Peralatan yang dapat menggantikan pernafasan dari mulut ke mulut
(mouth-to-mouth resuscitation), seperti mouthpiece, kantong resusi-
tasi, dan peralatan ventilasi lainnya hendaknya diletakkan di tempat
yang sering dibutuhkan.

b. Penempatan pasien infeksius


1) Transmisi Airborne
a) Penempatan Pasien. Tempatkan pasien di isolasi yang memiliki syarat
sebagai berikut ;
(1) Ruangan bertekanan udara negatif dibandingkan dengan ruangan
sekitarnya.
(2) Bila ruangan dengan tekanan negatif penuh, tempatkan pasien di
ruangan ventilasi alami dengan pertukaran udara 6 sampai 12 kali
per jam.
(3) Memiliki saluran pengeluaran udara ke lingkungan yang
memadai atau memiliki sistem penyaringan udara yang efisien
sebelum udara disirkulasikan ke ruang lain. Pintu harus selalu ter-
tutup dan pasien tersebut ada di dalamnya. Bila tidak tersedia ka-
mar tersendiri, tempatkan pasien bersama dengan pasien lain yang
terinfeksi aktif dengan mikroorganisme yang sama, kecuali bila
ada rekomendasi lain. Dilarang menempatkan pasien dengan
pasien jenis infeksi lain. Bila tidak tersedia kamar tersendiri dan per-
awatan gabung tidak diinginkan, konsultasikan dengan petugas pen-
gendalian infeksi sebelum menempatkan pasien.
b) Perlindungan Pernafasan (Masker). Gunakan masker partikulat N-95
bila memasuki kamar pasien yang diketahui atau dicurigai menderita
airborne disease (Tbc, Varicela, rubella dll). Orang-orang yang sensitif
dilarang memasuki kamar pasien yang diketahui atau dicurigai
menderita airborne disease. Petugas yang kebal pada measles (rube-
ola) atau varicella tidak perlu memakai perlindungan pernafasan.
Pasien harus selalu menggunakan masker medik/bedah.
c) Pemindahan Pasien. Batasi pemindahan dan transportasi pasien dari ka-
mar yang khusus tersedia untuknya hanya untuk hal yang sangat pent-
ing saja. Bila memang dibutuhkan pemindahan dan transportasi,
perkecil penyebaran droplet dengan memakaikan masker bedah pada
pasien bila memungkinkan.
2) Transmisi Droplet
a) Penempatan Pasien. Pasien dengan droplet diseases bisa ditempatkan
disemua ruang perawatan kecuali ruang isolasi dengan kamar
tersendiri. Bila tidak tersedia kamar tersendiri, tempatkan pasien
dalam kamar bersama dengan pasien yang terinfeksi dengan
mikroorganisme yang sama, tetapi bila tidak memungkinkan ditem-
patkan dengan pasien kasus yang sama maka tempatkan pasien
bersama dengan pasien dengan kasus yang lain (kecuali pasien den-
gan airborne diseases) tetapi dengan jarak sedikitnya 1,8 meter den-
gan pasien lainnya dan pengunjung. Tidak dibutuhkan penanganan
udara dan ventilasi yang khusus, dan pintu boleh tetap terbuka.
b) Masker. Gunakan masker bedah bila bekerja dalam jarak kurang
dari 1 meter dari pasien.
c) Pemindahan Pasien. Batasi pemindahan dan transportasi pasien dari
kamar yang khusus tersedia untuknya hanya untuk hal yang sangat
penting saja. Bila memang dibutuhkan pemindahan dan transportasi,
perkecil penyebaran droplet dengan memakaikan masker bedah
pada pasien, bila memungkinkan.
3) Transmisi kontak
a) Penempatan Pasien. Pasien bisa ditempatkan di semua ruang per-
awatan. Tempatkan pasien di kamar tersendiri. Bila tidak tersedia ka-
mar tersendiri, tempatkan pasien dalam kamar bersama dengan
pasien yang terinfeksi dengan mikroorganisme yang sama, tetapi
bila tidak memungkinkan dengan jarak sedikitnya 3 kaki (kira-kira 1
meter) dengan pasien lainnya dan pengunjung. Tidak dibutuhkan
penanganan udara dan ventilasi khusus, dan pintu boleh tetap ter-
buka.
b) Sarung Tangan dan Cuci Tangan. Pakailah sarung tangan (bersih dan
tidak perlu steril) saat memasuki kamar dan merawat pasien, ganti
sarung tangan setelah menyentuh bahan-bahan terinfeksi yang kira-
kira mengandung mikroorganisme dengan konsentrasi tinggi (feces dan
drainase luka). Lepas sarung tangan sebelum meninggalkan lingkun-
gan pasien dan segera lakukan kebersihan tangan dengan cuci tan-
gan atau handrub.
c) Gaun. Pakailah gaun (bersih dan tidak perlu steril) saat memasuki ka-
mar pasien
d) Pemindahan Pasien. Batasi pemindahan dan transportasi pasien hanya
untuk hal yang sangat penting saja. Bila memang dibutuhkan pe-
mindahan dan transportasi, pastikan kewaspadaan tetap terjaga untuk
meminimalkan kemungkinan penyebaran mikroorganisme ke pasien
lain dan kontaminasi permukaan lingkungan dan peralatan.
e) Peralatan Perawatan Pasien. Penggunaan peralatan non-kritikal
hanya untuk satu pasien saja (atau digunakan bersama dengan pasien
yang terinfeksi atau terkolonisasi dengan patogen yang sama yang
membutuhkan kewaspadaan) untuk mencegah penggunaan bersama
dengan pasien lain. Bila penggunaan bersama tidak dapat dihindari,
maka bersihkan dan desinfeksi peralatan tersebut sebelum digunakan
oleh pasien lain.
BAB IV
TATALAKSANA

A. Perawatan Pasien Isolasi


Ruang isolasi adalah ruangan perawatan khusus dirumah sakit yang
digunakan untuk merawat pasien dengan kondisi medis tertentu secara terpisah
dari pasien lain (Sabra L.Katz-Wize, 2006), dengan tujuan mencegah penyebaran
penyakit atau infeksi dari pasien tersebut kepada pasien lain atau kepada petugas
kesehatan, atau sebaliknya mencegah pasien tersebut tertular infeksi lain di
rumah sakit karena daya tahannya yang rendah. Dengan demikian ruang isolasi
berfungsi untuk membantu memutus siklus penularan penyakit serta melindungi
pasien dan petugas kesehatan.

B. Fasilitas perawatan Isolasi di BLUD Rumah Sakit Konawe Utara


1. Ruang isolasi yang terdapat di BLUD Rumah Sakit Konawe Utara adalah
ruang isolasi bertekanan standar atau bertekanan normal. Ruang isolasi ini
dapat digunakan oleh pasien–pasien yang menular secara droplet ataupun
kontak.
2. Ruang isolasi di BLUD Rumah Sakit Konawe Utara dilengkapi dengan kamar
mandi di dalam dan sarana cuci tangan.
3. Sedangkan untuk pasien yang kritis yang memerlukan perawatan intensif
sekaligus memerlukan perawatan isolasi, dirujuk kerumah sakit yang
memiliki fasilitas kesehatan yang memadai.

C. Indikasi Perawatan Isolasi di BLUD Rumah Sakit Konawe Utara


1. Ruang isolasi di BLUD Rumah Sakit Konawe Utara diindikasikan untuk
pasien menular secara droplet (seperti : chiken pox, tuberculusis, mumps,
rubella, bacterial meningitis, dan sebagainya) atau kontak (seperti: impertigo,
warts, sypilis, dan sebagainya)
2. Penularan secara droplet adalah penularan melalui percikan ludah saat bicara,
bersin atau batuk. Biasanya sifat patogen mikroorganisme penyebabnya tidak
cukup infeksius dalam jarak yang lebih jauh, maka pengaturan udara dan
ventilasi secara khusus tidak terlalu diperlukan untuk pencegahan
penularannya.
3. Penularan secara kontak
4. Droplet precaution dan contack precaution ditujukan untuk pencegahan
transmisi pathogen yang disebar melalui sekret udara nafas atau kontak
dengan selaput lendir pernafasan, misalnya dengan penerapan hand hygiene,
penggunaan APD yang tepat, serta prosedur penempatan paien yang tepat.
5. Ruang isolasi di BLUD Rumah Sakit Konawe Utara tidak cukup memadai
untuk perawatan pasien dengan airbone infection. kasus airbone yang dapat
dirawat di ruang isolasi di rumah sakit misalnya : Varicella/chikenpox,
meales, tuberculosis.
6. Pasien dengan kasus airbone yang fatal : seperti SARS, flu burung/avian
influenza, yang mungkin ditemukan di rumah sakit, akan dirujuk ke rumah
sakit yang memiliki fasilitas yang lebih seperti Rumah Sakit Umum
Bahteramas Prov. Sultra, dengan tetap melakukan kewaspadaan transmisi.
7. Untuk kasus HIV/AIDS yang ditemukan di BLUD Rumah Sakit Konawe
Utara ditetapkan untuk dirujuk ke rumah sakit yang sudah ditunjuk oleh
Kementrian Kesehatan sebagai klinik VCT, yaitu Rumah Sakit Umum
Bahteramas Prov. Sultra.

D. Pelaksanaan Kewaspadaan Standar Dan Kewaspadaan Isolasi Pada Pasien


Isolasi
Petugas kesehatan harus melaksanakan kewaspadaan standar dan
kewaspadaan isolasi secara tepat dan disiplin dalam melaksanakan pasien isolasi,
1. Petugas harus melakukan prosedur cuci tangan setiap kali sebelum dan
sesudah memasuki ruangan isolasi
2. Petugas harus menggunakan APD pada saat melakukan tindakan perawatan/
tindakan kedokteran kepada pasien-pasien isolasi (misalnya : masker, sarung
tangan skort).
3. Pasien menular secara doplet/ airbone yang harus ditransfer ke unit pelayanan
lain harus menggunakan masker selama proses transfer.

E. Prosedur Pembersihan Ruang Isolasi Setelah Digunakan


1. Ruang isolasi wajib dibersihkan secara rutin dua kali sehari sesuai dengan
prosedur pembersihan ruangan isolasi
2. Pembersihan kamar isolasi dilakukan terakhir kali setelah semua ruang
perawatan lain dibersihkan.
3. Petugas yang membersihkan kamar isolasi harus menggunakan APD lengkap
4. Pembongkaran kamar isolasi harus dilakukan setiap kali kamar isolasi selesai
digunakan, sebelum digunakan oleh pasien yang lain, sesuai prosedur yang
telah ditetapkan.
5. Setelah pembongkaran, sterilisasi ruang dengan lampu ultraviolet dapat
digunakan di kamar isolasi untuk mengurangi transmisi patogen melalui
kemampuan lampu ultraviolet melakukan surface sterilisasi.

F. Pengaturan Penempatan Pasien


1. Pengaturan penempatan pasien adalah komponen penting dalam kewaspadaan
isolasi. Ruangan khusus penting untuk mencegah transmisi direk-indirek
kontak khususnya jika pasien memiliki kebiasaan kebersihan yang buruk,
potensial mengkontaminasi lingkungan, atau tidak dapat diharapkan dapat
mendukung upaya pengendalian infeksi dalam rangka tranmisi
mikroorganisme (misalnya pasien bayi, anak-anak, pasien dengan perubahan
status mental).
2. Pasien yang potensial mentransmisikan mikroorgnisme patogen secara
droplet / kontak diletakkan di ruang perawatan khusus/ isolasi yang
dilengkapi dengan fasilitas cuci tangan dan kamar mandi, untuk mengurangi
kemungkinan transmisi mikroorganisme.
3. Jika ruang perawatan khusus tidak tersedia, pasien infeksi hendaknya
ditempatkan dengan pasien yang sejenis (kohorting). Pasien yang terinfeksi
oleh mikroba yang sama, dapat ditempatkan dalam ruang perawatan yang
sama, untuk mencegah agar mereka tidak terinfeksi oleh mikroorganisme
yang lain, dan kemungkinan terjadi terinfeksi oleh mikroorganisme yang
sama menjadi minimal.
4. Alternatif lain adalah dengan melakukan pengumpulan pasien-pasien yang
sejenis. Ini sangat membantu pada keadaan KLB atau keterbatasan ruang
perawatan khusus. Apabila keduanya tidak memungkinkan dilaksanakan
(isolasi/ kohorting), sangat penting untuk mendiskusikan epidemiologi
penyakit dan mode transmisi penyakit dengan para ahli pengendalian infeksi,
atau setidaknya dengan tim PPIRS.

G. Transportasi Pasien Isolasi


Batasi perpindahan dan pergeseran pasien infeksius, khususnya pasien
terinfeksi mikroorgnisme yang virulen dan penting secara epidemiologi.
Pastikan bahwa pasien meninggalkan ruang perawatannya hanya oleh
karena indikasi yang kuat dan esensial, untuk mengurangi kemungkinan
transmisi penyakit.
Dalam melakukan transportasi pasien, penting untuk diperhatikan.:
1. APD yang lengkap sesuai indikasi (masker, gaun/apron) dikenakan pada
pasien untuk menurunkan kemungkinan trasmisi kepada pasien lain, petugas
kesehatan, pengunjung rumah sakit, serta kontaminasi terhadap lingkungan.
2. Petugas kesehatan di unit yang dituju harus mendapatkan informasi terhadap
kedatangan pasien infeksius tersebut dan langkah pencegahan yang harus
dilakukan sehubungan dengan transmisi penyakitnya.
3. Kepada pasien harus di informasikan langkah/atau tindakan apa yang dapat
dilakukan untuk membantu mencegah transmisi penyakit yang dideritanya
kepada orang lain.
BAB V
DOKUMENTASI

Adapun Pendokumentasian pelayanan pasien yang dirawat di ruangan penyakit


menular (isolasi) adalah sebagai berikut :
1. Dokumen registrasi pasien-pasien yang dirawat di ruang isolasi
2. Prosedur penempatan pasien penyakit menular (Ruang Isolasi)
3. Cara pembersiah ruang perawatan pasien penyakit menular
4. Persiapan peralatan dalam mendukung staf dalam melaksanakan pelayanan
pasien penyakit menular seperti APD dan lainnya

Ditetapkan di : Wanggudu
Pada Tanggal : 01 November 2018
DIREKTUR,

dr. DEWI SARLI TOMBILI, Sp.PD

Anda mungkin juga menyukai