Anda di halaman 1dari 14

PANDUAN PELAYANAN PASIEN

DENGAN PENYAKIT MENULAR


DAN IMMUNO-SUPPRESSED
RUMAH SAKIT UMUM WONOLANGAN
JL. Raya Dringu SAKIT
RUMAH No.118 UMUM
Probolinggo
WONOLANGAN
JL. Raya Dringu No.118 Probolinggo
UMUM WWOWWONOLANGAN
118 Probolinggo

Layanan Bermutu
Pasien Aman
KATA PENGANTAR

Perawatan pasien dengan penyakit menular di Rumah Sakit Umum Wonolangan


dilaksanakan secara terintegrasi, tidak hanya untuk kesembuhan pasien, tetapi
terlebih perlu memperhatikan kemungkinan terjadinya penularan terhadap pasien
lainnya maupun petugas kesehatan di rumaah sakit.
Panduan ini merupakan acuan standar penanganan pasien dengan penyakit
menular, meliputi penyediaan ruangan dan fasilitas khusus, penanganan atas
sumber penularan, penanganan limbah medis infeksius dan penggunaan alat
pelindung diri.
Semua tenaga kesehatan, baik dokter, perawatan, dan tenaga professional lainnya
harus memperhatikan dan melaksanakan ketentuan sebagaimana diatur dalam
panduan ini untuk menghindarkan terjadinya penularan penyakit menular tersebut.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i


DAFTAR ISI ......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. DEFINISI............................................................................................................. 1
B. MAKSUD DAN TUJUAN ................................................................................... 2
BAB II RUANG LINGKUP ............................................................................................... 3
A. JENIS PENYAKIT MENULAR YANG MEMERLUKAN
PENANGANAN KHUSUS .................................................................................. 3
B. UNIT KERJA YANG TERKAIT DALAM PELAYANAN PASIEN
DENGAN PENYAKIT MENULAR ...................................................................... 4
BAB III TATA LAKSANA ................................................................................................. 5
A. TATA LAKSANA PERAWATAN PASIEN DI RUANG ISOLASI.......................... 5
B. TATA LAKSANA PENANGANAN LIMBAH PASIEN DENGAN
PENYAKIT MENULAR ....................................................................................... 5
C. TATA LAKSANA PENGGUNAAN PERALATAN MAKAN
PASIEN DENGAN PENYAKIT MENULAR......................................................... 6
D. TATA LAKSANA PENANGANAN PASIEN DENGAN
HIV/AIDS ........................................................................................................... 7
E. TATA LAKSANA PENGATURAN RUANG PERAWATAN
PASIEN TB ......................................................................................................... 8
F. TATA LAKSANA EDUKASI PASIEN TENTANG ETIKA BATUK ........................ 9
BAB IV DOKUMENTASI ............................................................................................... 11

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. DEFINISI
1. Penyakit Menular adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh sebuah
agen biologi (seperti virus, bakteria atau parasit), bukan disebabkan faktor
fisik (seperti luka bakar) atau kimia (seperti keracunan)
2. Ruang Isolasi adalah ruang di rumah sakit yang khusus menjaga pasien
dengan kondisi medis tertentu yang terpisah dari pasien lain saat mereka
menerima perawatan medis (Sabra L. Katz-Wise, 2006), R uang isolasi
adalah ruang yang digunakan untuk perawatan pasien dengan
penyakitresiko yang dapat ditularkan pada orang lain seperti penyakit-
penyakit infeksi antara lainHIV/AIDS, SARS, Flu Burung, Flu Babi, dan
lain-lain (DepKes RI).
Ruang isolasi adalah ruangan khusus yang terdapat di rumah sakit yang
merawat pasien dengan kondisi medis tertentu terpisah dari pasien lain
ketika mereka mendapat perawatan medis dengan tujuan mencegah
penyebaran penyakit atau infeksi kepada pasien dan mengurangi risiko
terhadap pemberi layanan kesehatan.
Ruang isolasi adalah Tempat yang mampu merawat pasien yang
memerlukan preawatan isolasi mulai pemeriksaan awal sampai perawatan
lanjutan dan terintegrasi semua aspek pelayanan dalam satu tempat (satu
pintu) serta mampu menciptakanlingkungan yang aman dari kontaminasi
bagi seluruh komponen
Ruang isolasi adalah suatu ruangan perawatan yang mampu merawat
pasien menular agar tidak terjadi atau memutus siklus penularan penyakit
melindungi pasien dan petugas kesehatan.Pada umumnya, ruang isolasi
terbagi menjadi dua jenis, yaitu tekanan udara negatif (Negative Pressure)
dimana tekanan udara di ruang isolasi negatif terhadap area di sekitarnya
untuk mencegah penyakit-penyakit yang mudah mengkontaminasi seperti,
tuberculosis, cacar air (varicella), herpes zoster, dan measles (rubella),
sedangkan pasien yang memiliki sistem imun yang lemah seperti pada
pasien HIV dan pasien yang mendapat transplantasi sumsum tulang

1
belakang (Bone Marrow Transplant) menggunakan ruang isolasi dengan
tekanan udara positif (Positive Pressure) dimana tekanan udara di ruang
isolasi positif terhadap area sekitarnya untuk melindungi pasiendari
kontaminasi luar.

B. MAKSUD DAN TUJUAN


1. Memberikan gambaran kepada perawat pentingnya pengetahuan
mengenai ruang isolasi.
2. Memberikan pengetahuan kepada perawat mengenai pentingnya
kewaspadaan umum (universal precaution) terhadap infeksi nasokomial
di ruang isolasi.

2
BAB II RUANG LINGKUP

A. JENIS PENYAKIT MENULAR YANG MEMERLUKAN


PENANGANAN KHUSUS
Tidak semua penyakit menular memerlukan penanganan khusus selama
dirawat di rumah sakit. Penyakit menular yang penularannya berpotensi untuk
menular kepada pasien lain dan atau petugas selama dirawat di rumah sakit
yang memerlukan penanganan khusus. Beberapa penyakit tersebut yang perlu
diwaspadai meliputi:
1. Penularan melalui darah:
a. Penyakit HIV/AIDS
b. Penyakit Hepatitis B/C/D
2. Penularan enteric (melalui saluran cerna)
a. Penyakit Hepatitis A
b. Penyakit Typhus abdominalis
3. Penularan melalui droplet
a. Penyakit Tuberkulosis paru
Penyakit TB paru ditegakkan dari hasil pemeriksaan sputum pasien
dengan BTA positif. Pasien TB paru dianggap infeksius karena
potensi penularan dapat terjadi akibat perilaku pasien yang tidak
menutup mulut pada waktu batuk, terlebih pada pasien yang
didapatkan adanya kavitas pada paru dari hasil pemeriksaan foto
toraks.
Pasien TB paru dapat dianggap tidak infeksius bila:
1) Sudah menerima pengobatan OAT (obat anti tuberculosis) yang
adekuat selama > 2 minggu
2) Terdapat perbaikan gejala klinis
3) Pemeriksaan mikroskopis BTA dengan hasil negatif 3 kali
berturut-turut dengan interval 8-24 jam (dengan minimal 1 kali
pemeriksaan sputum pagi hari).

3
b. Penyakit Difteri
4. Penularan melalui Kontak
a. Penyakit Varicella
b. Penyakit Herpes
B. UNIT KERJA YANG TERKAIT DALAM PELAYANAN PASIEN
DENGAN PENYAKIT MENULAR
1. Instalasi Gawat Darurat
2. Unit Rawat Inap
3. Unit Kamar Bersalin dan Perinatologi
4. Unit Kamar Operasi dan Sterilisasi
5. Unit Rawat Intensif
6. Unit Laundry
7. Unit Gizi
8. Unit Pemulasaran Jenazah

4
BAB III TATA LAKSANA

A. TATA LAKSANA PERAWATAN PASIEN DI RUANG ISOLASI


Syarat – syarat Ruang Isolasi
1. Pencahayaan
Menurut KepMenKes 1204/Menkes/SK/X/2004, ruang isolasi harus
mendapat paparan sinar matahari yang cukup.
2. Pengaturan sirkulasi udara
Pengaturan sirkulasi udara ruang isolasi bertekanan negatif udara di dalam
ruang isolasi lebih rendah dibandingkan udara luar. Hal ini
mengakibatkan tidak akan ada udara yang keluar dari ruangan isolasi
sehingga udara luar tidak terkontaminasi oleh udara dari ruang isolasi.
Ruang isolasi bertekanan negatif ini digunakan untuk penyakit- penyakit
menular khususnya yang menular melalui udara airborne atau droplet
infection sehingga kuman-kuman penyakit tidak akan mengkontaminasi
udara luar, Untuk metode pembuangan udara atau sirkulasi udara
menggunakan exhaust fan.

B. TATA LAKSANA PENANGANAN LIMBAH PASIEN DENGAN


PENYAKIT MENULAR
Pada prinsipnya pengelolaan limbah pada ruang isolasi sama dengan
pengelolaan limbah medis infeksius yang umumnya terdiri dari penimbunan,
penampungan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan.
1. Penimbunan (Pemisahan dan Pengurangan)
Proses pemilahan dan reduksi sampah hendaknya merupakan proses yang
kontinyu yang pelaksanaannya harus mempertimbangkan : kelancaran
penanganan dan penampungan sampah, pengurangan volume dengan
perlakuan pemisahan limbah B3 dan non B3 serta menghindari
penggunaan bahan kimia B3, pengemasan dan pemberian label yang jelas
dari berbagai jenis sampah untuk efisiensi biaya, petugas dan
pembuangan.
2. Penampungan

5
Penampungan sampah ini wadah yang memiliki sifat kuat, tidak mudah
bocor atau berlumut, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup
dan tidak overload.Penampungan dalam pengelolaan sampah medis
dilakukan perlakuan standarisasikantong dan kontainer seperti dengan
menggunakan kantong yang bermacamwarna seperti telah ditetapkan
dalam Permenkes RI no. 986/Men.Kes/Per/1992 dimana kantong
berwarna kuning dengan lambang biohazard untuk sampah infeksius,
kantong berwarna ungu dengan simbol citotoksik untuk limbah citotoksik,
kantong berwarna merah dengan simbol radioaktif untuk limbah
radioaktif dan kantong berwarna hitam dengan tulisan domestik´.
3. Pengangkutan
Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan
eksternal.Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke
tempat pembuangan atau ke incinerator (pengolahan on-site ). Dalam
pengangkutan internal biasanya digunakan kereta dorong sebagai yang
sudah diberi label, dandibersihkan secara berkala serta petugas pelaksana
dilengkapi dengan alat proteksidan pakaian kerja khusus.Pengangkutan
eksternal yaitu pengangkutan sampah medis ketempat pembuangan di luar
(off-site). Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur pelaksanaan
yang tepat dan harus dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur tersebut
termasuk

C. TATA LAKSANA PENGGUNAAN PERALATAN MAKAN PASIEN


DENGAN PENYAKIT MENULAR
1. Pada prinsipnya semua peralatan makanan dan minuman pasien dengan
penyakit menular dapat digabungkan dengan peralatan makanan dan
minuman pasien lainnya.
2. Peralatan makanan dan minuman (gelas, piring, sendok, dll.) pasien
dengan penyakit infeksi enteric atau rongga mulut dan tuberculosis yang
telah digunakan direndam dalam disinfektan klorin 0,5% selama 10
menit, kemudian disiram air panas dicuci dengan sabun cuci piring dan
air mengalir. Petugas wajib menggunakan sarung tangan.

6
D. TATA LAKSANA PENANGANAN PASIEN DENGAN HIV/AIDS
1. Apabila terdapat pasien dengan tanda dan gejala antara lain:
a. Batuk kronis
b. Diare berat dan berkepanjangan
c. Penyakit oportunistik lainnya
d. Perdarahan
e. Neutropenia berat
f. Sariawan berkepanjangan
g. Dan tanda – tanda lainnya
Maka pasien tersebut dapat dicurigai sebagai pasien suspek HIV/AIDS
2. Apabila terdapat pasien dengan suspek HIV/AIDS maka akan dilakukan
pemeriksaan HIV/AIDS dengan sebelumnya meminta persetujuan kepada
pasien dan atau keluarga
3. Apabila dari hasil pemeriksaan HIV/AIDS ternyata hasilnya reaktif, pasien
dengan HIV/AIDS dilakukan rujukan ke Rumah Sakit yang terdapat
pelayanan VCT (Voluntary Conselling Test) karena keterbatasan fasilitas
dan sumber daya di rumah sakit umum wonolangan.
4. Apabila terdapat pasien yang sudah dinyatakan reaktif mengidap
HIV/AIDS melalui riwayat pemeriksaan atau riwayat MRS sebelumnya,
maka pasien tersebut langsung dilakukan rujukan ke Rumah Sakit yang
terdapat pelayanan VCT (Voluntary Conselling Test) saat berada di IGD
tanpa melalui proses MRS.
5. Petugas kesehatan yang akan merujuk pasien HIV/AIDS perlu
menggunakan pakaian dan perlengkapan pelindung diri:
a. Masker
b. Baju pelindung dari plastic (skort plastic)
c. Sarung tangan rangkap dua

7
E. TATA LAKSANA PENGATURAN RUANG PERAWATAN PASIEN TB
1. Ruang pemeriksaan dan perawatan pasien TB paru harus mempunyai
ventilasi alami maupun ventilasi mekanik; serta memiliki jendela yang
memungkinkan sinar matahari dapat masuk.
2. Ventilasi alami
a. Pintu dan jendela harus selalu terbuka
b. Dapat menggunakan kipas angin untuk aliran udara
c. Petugas kesehatan harus duduk dekat dengan sumber udara bersih

3. Ventilasi mekanik
a. Ventilasi exhaust local
1) Menghentikan penyebaran udara yang terkontaminasi ke
lingkungan yang lebih luas
2) Sebaiknya dipergunakan pada ruang tindakan yang menimbulkan
rangsangan batuk.
b. Airborne Infection Isolation (AII) Room
1) Untuk mencegah penyebaran penyakit melalui droplet nuclei
2) Mempunyai tekanan negative dimana udara bersih dialirkan dari
koridor ke dalam ruangan

8
F. TATA LAKSANA EDUKASI PASIEN TENTANG ETIKA
BATUK
1. Perawat wajib memberikan edukasi kepada pasien mengenai etika batuk
selama di dalam ruang perawatan pasien maupun selama berada di
lingkungan rumah sakit maupun di rumah.
2. Penjelasan perawat mengenai cara dan etika batuk yang baik dan benar
meliputi:
a. Saat batuk, tutup mulut dan hidung dengan tissue
b. Jika tidak ada tissue, tutuplah mulut dan hidung dengan tangan dan
lengan baju pasien
c. Cucilah tangan setelah batuk atau bersin dengan air mengalir atau
dengan larutan yang mengandung alcohol.
d. Buanglah tissue pada tempat sampah yang tersedia

9
10
BAB IV DOKUMENTASI

1. Pencatatan perkembangan kondisi pasien dengan penyakit menular dan


immuno-suppressed dilakukan pada formulir observasi dan tindakan
keperawatan meliputi tensi, nadi, suhu serta tindakan keperawatan yang
sudah dilakukan
2. Pencatatan kondisi perkembangan pasien meliputi keadaan umum, keluhan
pasien dan terapi dicatat menggunakan SOAP (Subyektif, Obyektif,
Assesmen, Planing) pada formulir Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi (CPPT)

11

Anda mungkin juga menyukai