BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 3
A. Latar Belakang.............................................................................. 3
B. Tujuan .......................................................................................... 4
C. Dasar Hukum................................................................................ 4
D. Sasaran ......................................................................................... 4
E. Cakupan Kegiatan ........................................................................ 4
BAB II ISI....................................................................................................... 5
A. Pengertian .................................................................................... 5
B. Syarat-syarat Ruang isolasi ......................................................... 5
C. Dua Lapis Kewaspadaan Isolasi ................................................ 8
A. LATAR BELAKANG
Kewaspadaan isolasi merupakan bagian dari pencegahan dan pengendalian infeksi
rumah sakit/HAIs. Mikroorganisme yang ada di udara merupakan salah satu sumber
infeksi nosokomial, misalnya Mycobakterium tuberculosis, aspergilus spp, virus campak dan
varicella. System ventilasi yang dibutuhkan tergantung dari keadaan pasien yang dirawat
dan kualitas udara disekitar ruangan.
Melihat tingginya risiko terhadap gangguan kesehatan di rumah sakit, maka perlu
dilakukan upaya-upaya pencegahan terhadap kejadian penyakit atau traumatik akibat
lingkungan kerja dan faktor manusianya. Salah satu upaya tersebut diantaranya adalah adanya
ruang isolasi. Kemampuan petugas untuk mencegah transmisi infeksi dan upaya pencegahan
infeksi di Rumah Sakit Umum Daerah Madani Palu dan upaya pencegahan adalah tingkatan
pertama dalam pemberian pelayanan bermutu.
Perawat berperan dalam pencegahan infeksi nosokomial, hal ini disebabkan perawat
merupakan salah satu anggota tim kesehatan yang berhubungan langsung dengan klien dan
bahan infeksius di ruang rawat (Habni, 2009).
B. Tujuan
Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Madani Palu
Tujuan Khusus
Memutus mata rantai infeksi yaitu dari pasien ke pasien lainnya, dari pasien ke petugas dan
sebaliknya, dari pasien ke pengunjung atau sebaliknya, dari permukaan lingkungan ke pasien
atau petugas maupun pengunjung.
C. Dasar Hukum
1.Undang-undang Republik Indonesia nomor No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
menyebutkan bahwa kesehatan kerja di selenggarakan agar setiap pekerja dapat bekerja
secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, agar di
perolah produktifitas kerja yang optimal, sejalan dengan program perlindungan tenaga
kerja.
2.Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan lainnya Departemen Kesehatan 2007.
3.Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 382/Menkes/SK/III/2007 tentang Pelaksanaan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit maupun fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya sebagai upaya untuk memutus siklus penularan penyakit dan melindungi
pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan masyarakat yang menerima pelayanan
kesehatan, baik di rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
D. Sasaran
Dewan Direksi Rumah Sakit Umum Daerah Madani Palu
Komite Medik,
Semua kepala SMF dan anggotanya,
Pejabat structural dan fungsional
Semua staf di lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Madani Palu
Semua pasien Rumah Sakit Umum Daerah Madani Palu
Semua pengunjung Rumah Sakit Umum Daerah Madani Palu
E. Cakupan Kegiatan
1. Kebersihan tangan (hand hygiene)
2. Alat pelindung diri : sarung tangan, masker, google (kacamata pelindung), gaun
3. Peralatan perawatan pasien
4. Pengendalian lingkungan
5. Penatalaksanaan linen
6. Kesehatan karyawan
7. Penempatan pasien
8. Hygiene respirasi (etika batuk)
9. Praktek menyuntik yang aman
10. Praktek pencegahan untuk prosedur lumbal punksi
BAB II
ISI
A. Pengertian
Ruang Isolasi adalah ruang khusus yang terdapat di rumah sakit yang merawat pasien
dengan kondisi medis tertentu terpisah dari pasien lain ketika mereka mendapat
perawatan medis dengan tujuan mencegah penyebaran penyakit atau infeksi kepada
pasien menular agar tidak terjadi atau memutus siklus penularan penyakit melindungi
pasien dan petugas kesehatan.
Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa darah dan cairan tubuh dari penderita (sekresi
tubuh biasanya mengandung darah, sperma, cairan vagina, jaringan, cairan
cerebrospinalis, cairan synovial, pleura, peritoneum, pericardial dan amnion) dapat
mengandung Virus HIV, Hepatitis B dan bibit penyakit lainnya.
Ruangan diupayakan atau dirancang dengan ventilasi yang baik dengan pembuangan udara
terkontaminasi yang efektif, penurunan konsentrasi droplet nuklei infeksius sehingga dapat
mengurangi resiko infeksi. Kualitas ventilasi merupakan salah satu faktor utama yang
menentukan resiko pajanan di ruangan isolasi, Rekomendasi ruangan dengan pertukaran
udara per jam/ACH ≥ 12 dan arah aliran udara yang diharapkan, dapat dicapai dengan
ventilasi alami atau mekanis. Ruangan yang memenuhi persyaratan seperti ini dapat
dipakai untuk mengisolasi pasien yang terinfeksi patogen yang ditularkan melalui udara
(misalnya : tuberkulosiss paru-paru, campak, cacar air dan ISPA) yang disebabkan agen
baru yang dapat menimbulkan kekhawatiran dimana cara penularannya belum diketahui.
ACH (pertukaran
Kondisi ruangan
udara per jam
Jendela dibuka penuh + pintu dibuka 29,3 – 93,2
Jendela dibuka penuh + pintu ditutup 15,1 – 31,4
Jendela dibuka separuh + pintu ditutup 10,5 – 24
Jendela ditutup 8,8
Ada 3 jenis ventilasi utama :
3. Pengelolaan Limbah
Pada prinsipnya pengelolaan limbah pada ruang isolasi sama dengan pengelolaan
limbah infeksius/limbah terkontaminasi dengan darah, pus, urin, tinja, jaringan
tubuh lain dan bahan lain bukan dari tubuh seperti bekas pembalut luka, kasa,
kapas, dll, jika tidak dikelola secara benar akan dapat menular pada petugas yang
menyentuh limbah tersebut. Pembuangannya di tempat sampah dengan plastik
kuning. Sedangkan limbah benda tajam dibuang di safety box yaitu wadah tahan
tusukan.
1. Kewaspadaan Standar
Kewaspadaan yang terpenting, dirancang untuk diterapkan secara rutin dalam perawatan
seluruh pasien dalam rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, baik
terdiagnosis infeksi, diduga terinfeksi atau kolonisasi. Diciptakan untuk mencegah
transmisi silang sebelum diagnosis ditegakkan atau hasil pemeriksaan laboratorium belum
ada.
Strategi utama untuk PPI, menyatukan Universal Precautions dan Body Substance
Isolation adalah kewaspadaan dalam pencegahan dan pengendalian infeksi Rutin dan harus
diterapkan terhadap Semua Pasien di Semua Fasilitas Kesehatan.
KEWASPADAAN STANDAR
Kewaspadaan Standar untuk pelayanan semua pasien. Kategori I meliputi
a. Kebersihan tangan/Handhygiene
b. Alat Pelindung Diri (APD) : sarung tangan, masker, goggle (kaca mata pelindung), face
shield (pelindung wajah), gaun
c. Peralatan perawatan pasien
d. Pengendalian lingkungan
e. Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen
f. Kesehatan karyawan / Perlindungan petugas kesehatan
g. Penempatan pasien
h. Hygiene respirasi/Etika batuk
i. Praktek menyuntik yang aman
j. Praktek untuk lumbal punksi
a. Kebersihan Tangan
Hindari menyentuh permukaan disekitar pasien agar tangan terhindar kontaminasi
patogen dari dan ke permukaan. (kategori I B)
Bila tangan tampak kotor, mengandung bahan berprotein, cairan tubuh, cuci
tangan dengan sabun biasa/antimikroba dengan air mengalir. (kategori I A)
Bila tangan tidak tampak kotor, dekontaminasi dengan alkohol handrub (kategori
IB)
Sebelum kontak langsung dengan pasien (kategori I B)
b. Alat Pelindung Diri (APD) : Sarung tangan Masker, Kaca mata pelindung,
Pelindung wajah, Gaun
• Pakai sesuai ukuran tangan dan jenis tindakan (kategori I B)
• Pakai sarung tangan sekali pakai saat merawat pasien langsung (kategori I B)
• Pakai sarung tangan sekali pakai atau pakai ulang untuk membersihkan
lingkungan (kategori I B)
• Lepaskan sarung tangan segera setelah selesai, sebelum menyentuh benda dan
permukaan yang tidak terkontaminasi ,atau sebelum beralih ke pasien lain
(kategori I B)
• Pakai bila mungkin terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi dan
bahan terkontaminasi, mukus membran dan kulit yang tidak utuh, kulit utuh yang
potensial terkontaminasi (kategori I B)
• Jangan memakai sarung tangan 1 pasang untuk pasien yang berbeda (kategori
I B)
• Gantilah sarung tangan bila tangan berpindah dari area tubuh terkontaminasi ke
area bersih (kategori I B)
• Cuci tangan segera setelah melepas sarung tangan
• Pakailah APD untuk melindungi konjungtiva,mukus membran mata, hidung,
mulut selama melaksanakan prosedur dan aktifitas perawatan pasien yang
berisiko terjadi cipratan/semprotan dari darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi
(kategori I B)
• Pilih APD sesuai tindakan yang akan dikerjakan
• Masker bedah dapat dipakai secara umum untuk petugas RS untuk mencegah
transmisi melalui partikel besar dari droplet saat kontak erat (<1 m) dari pasien
saat batuk/bersin.
• Pakailah selama tindakan yang menimbulkan aerosol walaupun pada pasien tidak
diduga infeksi (kategori I B)
• Kenakan gaun ( bersih, tidak steril ) untuk melindungi kulit, mencegah baju
menjadi kotor, kulit terkontaminasi selama prosedur/merawat pasien yang
memungkinkan terjadinya percikan/semprotan cairan tubuh pasien (kategori I
B)
• Pilihlah yang sesuai antara bahan gaun dan tindakan yang akan dikerjakan dan
perkiraan jumlah cairan yang mungkin akan dihadapi. Bila gaun tembus cairan,
perlu dilapisi apron tahan cairan mengantisipasi semprotan/cipratan cairan
infeksius
• Lepaskan gaun segera dan cucilah tangan untuk mencegah transmisi mikroba ke
pasien lain ataupun ke lingkungan (kategori I B)
d. Pengendalian lingkungan
Pastikan bahwa rumah sakit membuat dan melaksanakan prosedur rutin untuk
pembersihan, disinfeksi permukaan lingkungan, tempat tidur, peralatan disamping
tempat tidur dan pinggirannya, permukaan yang sering tersentuh dan pastikan
kegiatan ini dimonitor ( kategori IB ).
RS harus mempunyai disinfektan standar untuk menghalau patogen dan
menurunkannya secara signifikan di permukaan terkontaminasi sehingga
memutuskan rantai penularan penyakit. Disinfeksi adalah membunuh secara fisikal
dan kimiawi mikroorganisme tidak termasuk spora Pembersihan harus mengawali
disinfeksi.
Benda dan permukaan tidak dapat didisinfeksi sebelum dibersihkan dari bahan
organik (ekskresi, sekresi pasien, kotoran) Pembersihan ditujukan untuk mencegah
aerosolisasi, menurunkan pencemaran lingkungan. Ikuti aturan pakai pabrik cairan
disinfektan, waktu kontak, dan cara pengencerannya
Transport pasien Batasi gerak, Batasi gerak dan Batasi gerakan dna
transport pasien transportasi untuk transport pasien
hanya kalau perlu batasi droplet dari hanya kalau
saja. Bila pasien dengan diperlukan saja.
diperlukan pasien mengenakan Bila perlu untuk
keluar ruangan masker pada pasien pemeriksaan pasien
perlu kewaspadaan (kategori IB) dan dapat diberi masker
agar risiko minimal menerapkan bedah untuk cegah
transmisi ke pasien hygiene respirasi menyebar droplet
lain atau dan etika batuk nuklei (kategori IB)
lingkungan
(kategori IB)
Apron
Bial gaun
permeable, untuk
mengurangi
penetrasi cairan,
tidak dipakai
sendiri
PENUTUP
Kewaspadaan isolasi merupakan bagian dari pencegahan dan pengendalian infeksi rumah
sakit/HAIs. Mikroorganisme yang ada di udara merupakan salah satu sumber infeksi
nosokomial, misalnya Mycobakterium tuberculosis, aspergilus spp, virus campak dan varicella.
SIstem ventilasi yang dibutuhkan tergantung dari keadaan pasien yang dirawat dan kualitas udara
disekitar ruangan.
Pengadaan ruang isolasi merupakan satu langkah yang akan memberikan pengaruh yang
sangat besar dalam proses pelayanan dan peningkatan mutu suatu Rumah Sakit, termasuk sebagai
kunci dalam pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit. Didalam pelaksanaannya
diharapkan semua staf di Rumah Sakit Umum Daerah Madani Palu telah terpapar dan mampu
mengimplementasikan dilapangan, dan mampu memberikan contoh / mengedukasi kepada pasien,
keluarga pasien, dan para pengunjung di Rumah Sakit Umum Daerah Madani Palu
Dengan adanya panduan ruang isolasi ini semoga langkah dan usaha Rumah Sakit
Umum Daerah Madani Palu dalam pencapaian mutu dan kualitas Rumah sakit yang lebih baik
akan tercapai. Dalam payung yang lebih besar dan lebih luas panduan ini ada di dalam pedoman
pelaksaan tim pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit Umum Daerah Madani
Palu.
Semoga panduan ini bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya
Terbatas, YBP-SP, Jakarta 2009
Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Lainnya, Depkes, 2007
Tietjen LG, D Bosseneyer and N Mclntosh. 2003. Infection Prevention Guidlines for
Healthcare Facilities with Limited Resources. JHPIEGO : Baltimore, MD
CDC Website. “Contact Precautions” 1996. hal 1-2 (http://www.cdc.gov/ncidod/hip/
isolat/contact prec excerpt.htm)
CDC Website. “Contact Precautions” 1996. hal 1-3 (http://www.cdc.gov/ncidod/hip/
isolat/contact prec excerpt.htm)