Anda di halaman 1dari 13

TUGAS PERBAIKAN

PERAWATAN PASIEN DALAM ISOLASI

Diajukan untuk memenuhi tugas remedial mata kuliah Pencegahan Dan Penanggulangan Infeksi

Dosen Pengampu : Waqid Sanjaya, S.Kep., Ners., M.Kep

Penyusun :

Medina Sindi Saidina (C1AA21070)

1-A

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI

2021
A. Perawatan Pasien Dalam Isolasi Persiapan dan Pemeliharaan Ruangan

1. Persiapan Ruang Isolasi

Pengaturan Sirkulasi Udara , Pengaturan sirkulasi udara ruang isolasi pada


dasarnya menggunakan prinsip tekanan yaitu tekanan bergerak dari tekanan tinggi
ke tekanan rendah. Secara umum, fungsi utama ruang isolasi adalah mencegah
penularan penyakit ke orang lain. Ruang isolasi terbagi dalam 2 jenis, yaitu ruangan
yang menggunakan tekanan udara negatif dan tekanan udara positif. Berdasarkan
tekanannya ruang isolasi dibedakan atas :

a. Rung Isolasi Bertekanan Negatif


Pada ruang isolasi bertekanan negatif udara di dalam ruang isolasi lebih
rendah dibandingkan udara luar. Hal ini mengakibatkan tidak akan ada
udara yang keluar dari ruangan isolasi sehingga udara luar tidak
terkontaminasi oleh udara dari ruang isolasi
b. Rung Isolasi Bertekanan Positif
Pada ruang isolasi bertekanan positif udara di dalam ruang isolasi lebih
tinggi dibandingkan udara luar sehingga menyebabkan terjadi perpindahan
udara dari dalam ke luar ruang isolasi. Hal ini mengakibatkan tidak akan
ada udara luar yang masuk ke ruangan isolasi sehingga udara ruang isolasi
tidak terkontaminasi oleh udara luar.
c. Pengelolaan Limbah
Pada prinsipnya pengelolaan limbah pada ruang isolasi sama dengan
pengelolaan limbah medis infeksius yang umumnya terdiri dari
penimbunan, penampungan, pengolahan dan pembuangan.
d. Satu Ruang Isolasi Fasilitas isolasi sekitar Pelayanan Kesehatan Masyarakat
bervariasi. Bentuk paling sederhana dari isolasi adalah satu kamar dengan
baskom mencuci tangan. Dimana satu ruangan hanya baskom mencuci
tangan diberikan, ini harus digunakan untuk tujuan cuci tangan saja dan
tidak untuk pasien kebutuhan umum kebersihan.
1) Untuk Standar ruangan isolasi pada pasien yang resiko penularan lewat udara adalah
 Ruangan bertekanan negatif termonitor (negative air flow) < - 2,5 Pascal dan ada
kamar mandi di dalam ruangan pasien
 Ruang isolasi tidak boleh memakai AC sentral, lebih baik memakai exhausted fan.
 Ruang isolasi mempunyai pintu tertutup (selalu tertutup), pintu tidak boleh dibuka
bila tidak perlu
 Memiliki jendela yang dapat dibuka keluar atau ke udara bebas
 Ada ruang antara yang dilengkapi : Loker untuk penyimpanan APD dan peralatan
medis, Fasilita cuci tangan (wastafel, tissue, sabun dan cairan antiseptik)
 Minimal pergantian udara 12 (dua belas) kali setiap jam yang dipantau terus
menerus.
 Pembuangan udara keluar yang memadai dan penggunaan filter tingkat tinggi
termonitor sebelum udara beredar keseluruh Rumah Sakit.
 Bila tidak ada tempat tersendiri, tempatkan pasien dalam ruangan dengan pasien
lain yang terinfeksi mikroorganisme yang sama, dan tidak ada infeksi lain.

2) Di dalam ruang isolasi, harus ada :


 Sabun dan sistem alcohol
 kertas /handuk
 pakai sarung tangan
 plastik celemek
 Kantong untuk Limbah klinis dan pemegang Larut dalam air bag yang terinfeksi
linen
 Peralatan Pasien - wastafel, sphygmomanometer dengan manset pakai, pakai
tourniquet, stetoskop, dll
 Kipas angin tidak boleh digunakan .

3) Di luar ruang isolasi :


 Trolley / dispenser dengan celemek plastik dan sarung tangan.
 Pasokan Kecil limbah klinis dan tas luar merah (untuk menggandakan tar
digunakan dalam ruang isolasi).
 Tampilan kartu pintu di pintu masuk ruangan.
 Lambang kait
 Menjaga pintu kamar
 Mendokumentasikan semua intervensi
 Dianjurkan persediaan harus disimpan ke minimum dan disimpan tepat misalnya
lemari /tertutup troli.

2. Cohort Isolasi Keperawatan


Dimana satu kamar tidak tersedia, pasien yang terpapar atau terinfeksi, dengan
mikro- organisme yang sama mungkin dirawat di daerah yang ditunjuk
diidentifikasi, teluk atau lingkungan (keperawatan Cohort). Ini disediakan bahwa
mereka tidak terinfeksi lainnya berpotensi menular mikro-organisme dan
kemungkinan infeksi ulang dengan organisme yang sama minimal.Standar sarana
yang digunakan dalam keperawatan kohort harus serupa dengan yang diharapkan
dalam satu ruangan isolasi.

3. Isolasi Bangsal / daerah


Dalam keadaan ekstrim, saran dari Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi /
Wabah, Komite mungkin untuk mendirikan sebuah bangsal isolasi / daerah.
Prinsip-prinsip isolasi masih akan berlaku, dalam tambahan untuk saran lain dari
Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Wabah.

4. Ventilasi Kamar Isolasi.


Tujuan dari ruang isolasi adalah untuk memberikan elemen kontrol dengan
mencegah penyebaran mikroorganisme, terutama dari sifat udara. Ventilasi yang
tepat dalam keadaan yang penting. Dalam satu kamar sederhana, di mana sistem
ventilasi tidak hadir, pintu ke kamar harus ditutup setiap saat. Jendela-jendela di
ruangan dijinkan menjadi terbuka memberikan pembersihan lingkungan dari
standar tinggi. Kipas angina tidak boleh digunakan. Dalam kamar tunggal dengan
sistem ventilasi di tempat, bimbingan pada penggunaan yang tepat dapat diperoleh
dari Departemen Pemeliharaan. Setiap kegagalan dalam sistem ventilasi harus
segera dilaporkan, menyelesaikan risiko lokal diperlukan formulir pelaporan (IR1).

 Pemeliharaan Ruang Isolasi


Pemeliharaan Inspeksi (Inspection Maintenance) Pada awalnya kegiatan pemeliharaan
hanya dilakukan pada saat mesin / alat mengalami gangguan saja yang kemudian dikenal
sebagai breakdown maintenance. Namun kemudian teknik pemeliharaan semakin
berkembang dengan adanya preventive maintenance yang mengandalkan inspeksi sebagai
senjata ampuh untuk menekan terjadinya breakdown. Dengan demikian maka
dikembangkan teknik perencanaan pemeliharaan berdasarkan pada proses inspeksi.

Pemeliharaan inspeksi adalah kegiatan pemeliharaan yang dilakukan dengan cara


memantau kondisi dan fungsi dari suatu peralatan, dan dapat pula dilakukan pada suatu
bangunan maupun prasarana, dalam hal ini khusus yang ada di ruang isolasi. Dengan
berdasarkan periode waktu / jadwal pemantauan, maka pelaksanaan pemeliharaan inspeksi
ini menjadi lebih mudah dilaksanakan untuk melihat / mengetahui gejala kerusakan lebih
dini. Inspeksi direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak terlalu sedikit namun juga
tidak berlebihan serta dilakukan secara berkala seperti halnya membersihkan dan
mengganti sukucadang. Inspeksi atau pemantauan ini merupakan kegiatan kunci pada
kegiatan pemeliharaan secara menyeluruh, dimana kita dapat mengetahui gejala kerusakan
suatu mesin / alat lebih awal, sehingga tindakan pencegahan maupun perbaikannya Adapun
tahapan kegiatan pemantauan fungsi (inspection maintenance), meliputi :
 Melihat (Visual inspection)
 Mendengar (Hearing inspection)
 Merasakan
 Menuliskan pada checklist
 Memahami & ditindaklanjuti
Pemeliharaan Preventif (Preventive Maintenance) Pemeliharaan preventif atau
pencegahan adalah kegiatan pemeliharaan berupa perawatan dengan membersihkan alat
yang dilaksanakan setiap hari oleh operator dan kegiatan penyetelan, pelumasan serta
penggantian bahan pemeliharaan yang dilaksanakan oleh teknisi secara berkala.
Pemeliharaan preventif bertujuan guna memperkecil kemungkinan terjadinya kerusakan.

Dalam hal ini kegiatan pemeliharaan dapat berupa pembersihan, pelumasan, pengecekan,
fungsi komponen, penyetelan, penggantian bahan pemeliharaan, pengukuran keluaran dan
keselamatan. Pemeliharaan Preventif juga terdiri atas inspeksi periodik dan pemeriksaan
peralatan atau sistem untuk mengungkap dan mengantisipasi permasalahan, dengan
mempertimbangkan jumlah unit (jumlah hari, jumlah operasi, jumlah jam pelayanan).
Sedangkan berdasarkan kegiatannya, pemeliharaan preventive atau dapat dikatakan pula
sebagai pemeliharaan berkala meliputi; pembersihan (cleaning), pelumasan (lubricating),
pengaturan (adjusting), pengencangan (tightening), & penggantian part (replacing).
Berikut operasi yang dapat diklasifikasikan sebagai pemeliharaan preventif
 Uji kerja pada peralatan-peralatan dalam kondisi stand by
 Inspeksi / Pemantauan fungsi
 Uji kinerja pada setiap peralatan
 Uji keamanan sistem, sistem mekanikal, elektrikal, PSV, metering, detektor
asap dan panas, Kegiatan rutin, harian, mingguan, bulanan dan tahunan
 Penggantian suku cadang secara rutin, dan material pendukung.

Suatu prosedur pengawasan dan pemeliharaan ruang isolasi harus tersedia sebelum ruang
isolasi difungsikan untuk pelayanan. Sangat penting untuk menentukan personil yang
bertanggung jawab untuk operasional, monitoring dan pemeliharaan ruang. Pelatihan rutin
tahunan harus disediakan untuk petugas Rumah Sakit dengan tujuan memastikan bahwa
petugas dapat mengerti dan memahami fungsi ruang, teknik melalukan monitoring serta
bagaimana menginterpretasi instrumen. Rencana keperawatan untuk pasien ruang isolasi
harus mencakup monitoring dan dokumentasi tekanan udara di ruang isolasi dan di
anteroom karena hal ini penting untuk meminimalisasi transmisi mikroorganisme patogen
dari atau ke pasien.
Adapun yang termasuk dalam target pemeliharaan bangunan dan prasarana pada ruang
isolasi, antara lain :
a) Sistem Interior Ruangan (Lantai, Dinding, Plafon, Pintu, Jendela &
Furniture)
b) Sistem Tata Udara (AHU/FCU, Split duct/AC-Unit, HEPA Filter, Exhaust
Fan & Instalasi Ducting)
c) Sistem Kelistrikan (Sumber listrik cadangan, Jaringan Distribusi & Lampu)
d) Sistem Gas Medis (Bedhead, gas outlet, & regulator/flowmeter gas medis)
e) Sistem Komunikasi & Keamanan (Telepon, Aiphone, Nursecall, Paging
system, Televisi & CCTV)
f) Sistem Sanitasi (Air Bersih & Pengelolaan Limbah)
g) Signage ruangan : label (tekanan ruangan, petunjuk jenis ruangan isolasi, &
pemakaian APD), nama ruangan, penunjuk arah, dll

Pemeliharaan Sistem Interior Ruangan Permukaan benda-benda di dalam ruang isolasi


harus rutin dibersihkan setiap hari. Pembersihan ini bertujuan untuk menghilangkan
material organik, debu atau debris untuk mengurangi jumlah bakteri di lingkungan sekitar
pasien. Pembersihan ini meliputi lantai, dinding, platfon, pintu, jendela, furniture, serta
termasuk permukaan benda yang sering disentuh seperti bedrail, handel pintu dan tombol
lampu. Permukaan benda-benda seperti furniture serta permukaan ruang isolasi harus
dipilih dari material yang mudah dibersihkan, tidak menyerap debu dan tahan terhadap
paparan desinfektan. Saat sedang terisi, ruang isolasi harus dibersihkan setiap hari
menggunakan cairan berbasis clorin (konsentrasi 0,5%), pembersihan juga harus dilakukan
tiap kali ruang isolasi tersebut telah digunakan atau akan digunakan kembali. Pembersihan
mendalam (deep cleaning) sebaiknya dilakukan setiap tahun sekali saat ruang isolasi tidak
digunakan. Segel kedap udara di jendela atau di pintu harus rutin diperiksa untuk mencegah
kebocoran, kebocoran yang terjadi akibat ausnya segel dapat berakibat perubahan tekanan
udara dalam ruang isolasi.
B. Perawatan Pasien Dalam Isolasi Memasuki Ruangan
Di Indonesia telah dikeluarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
382/Menkes/SK/III/2007 tentang pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Rumah sakit maupun fasilitas pelayanan kesehatan lain sebagai upaya untuk memutus
siklus penularan penyakit dan melindungi pasien, petugas kesehatan, baik di rumah sakit
maupun fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Sebagai petugas kesehatan yang terpajan
berisiko infeksi besar terhadap infeksi harus memahami, mematuhi dan dapat menerapkan
kewaspadaan isolasi yaitu kewaspadaan standar, kewaspadaan berdasarkan transmisi agar
tidak terinfeksi.
Bila kewaspadaan isolasi diterapkan benar dapat menurunkan resiko
transmisi dari pasien infeksi/kolonisasi. Tujuan kewaspadaan isolasi adalah menurunkan
transmisi mikroba infeksius dintara petugas dan pasien. Kewaspadaan isolasi harus
diterapkan kewaspadaan isolasi sesuai gejala klinis, sementara menunggu hasil
laboratorium keluar. Dalam garis besarnya ada dua jenis isolasi:
a) Jenis isolasi yang berorientasi pada epidemiologi penyakit
Secara epidemiologi, penyait infeksi memiliki sejumlah model cara penularan,
sehingga tata cara pelaksanaan isolasinya juga sangat beragam. Dengan mengenal
model penularan atau cara penyebaranmikroba patogen dengan penderita sebagai
sumber penularan, maka jenis isolasinya disebut source isolution. Pembagiannya
sebagai berikut :
 Isolasi berdasarkan adanya kontak langsung dengan kulit/luka penderita
ataupun melalui alat-alat yang terkontaminasi. Disebut juga isolasi penyakit
kulit/luka atau isolasi kontak. Contoh: gas gangrene, herpes zoster, plaque,
dermatitis yang luas, pediculosis, impetigo,furunculosis, scabies.
 Isolasi berdasarkan adanya udara yang tercemar oleh droplet nuclei yang
terinfeksius, berasal dari percikan lendir atau ludah. Disebut juga isolasi
penyakit saluran napas atau isolasi respirasi. Contoh: morbili, meningitis
purulenta, tuberkolosis paru, parotitis, pertusis (whooping cough), rubela,
pneumonia pneumococcus, varicella.
 Isolasi berdasarkan adanya metabolik yang infeksius, dikeluarkan oleh
tubuh melalui sluran cerna (fese) dengan penyebarannya baik langsung
maupun tidak langsung. Disebut juga isolasi penyakit saluran cerna atau
isolasi enterik. Contoh: demam tifoid, disentri amuba, hepatitis A, kolera
 Isolasi berdasarkan adanya cairan tubuh yang terinfeksius seperti darah,
cairan serebrospinal dengan penyebarannya melalui kontak langsung
ataupun tidak langsung. Disebut juga isolasi darah atau cairan tubuh.
Contoh: arthropod borne disease, hepatitis B dan non-A serta non-B,
leptospirosis, malaria, rat bite fever, sifilis.
 Isolasi berdasarkan adanya sekreta yang infeksius, dikeluarkan dari kulit
atau mukosa dekat kulit. Disebut juga isolasi sekresi. Walaupun prinsip
isolasinya mirip dengan isolasi kontak, namun jenis penyakit- penyakit pada
kelompok ini tidak sama dengan penyakit-penyakit pada isolasi kontak.
Sekreta dari penyakit-penyakit jenis isolasi kontak berasal dari
penyakit/kelainan kulit itu sendiri sedangkan pada jenis isolasi sekresi,
kelainan pada kulit muncul sebagian bagian manifestasi klinis dari penyakit
organ lain. Contoh: urethritis gonorhoica, trachoma, antrax.

b) Jenis isolasi yang berorientasi pada kondisi klinis penyakit


Selanjtnya dikenal isolasi yang berorientasi pada kondisi klinik penyakit, yaitu:
 Isolasi ketat adalah isolasi yang berorientasi pada epidemiologi penyakit,
tetapi memiliki kondisi khusus antara lain: masa inkubasinya yang relatif
pendek, gejala klinisnya berjalan secara progresif, banyak menimbulkan
komplikasi, masa penularannya (infeksius) cukup panjang.Jadi isolasi ketat
adalah jenis isolasi yang ditujukan bagi penyakit-penyakit yang sangat
menular (contangius), baik melalui kontak langsung maupun melalui udara.
Jenis penyakitnya adalah difteria, varicella, pneumonia yang disebabkan
oleh staphylococcus aureus dan streptococcus group A.
 Isolasi protektif, yang berbeda bahkan bertolak belakang dengan semua
jenis isolasi lainnya. Semua jenis isolasi yang terdahulu bertujuan
mencegah invasi mikroba patogen dari sumbernya, yaitu penderita(source
isolution). Sedang pada isolasi protektif bertujuan melindungi dan
mengamankan penderita dari kemungkinan invasi mikroba patogen dari
luar. Karena penyakitnya, menyebabkan penderita sangat rentan dan
mudah tertular. Contoh: agranulositosis, leukimia, penderita dengan
pengobatan imunosupresif, penderita dengan penyakit keganasan, luka
bakar berat, AIDS, steven-Johnson syndrome.

 Aturan Khusus Ruang Isolasi di Rumah Sakit


Setiap rumah sakit memiliki prosedur yang berbeda-beda bagi pengunjung yang
ingin menjenguk pasien di ruang isolasi. Ada yang diperbolehkan, ada juga yang tidak
diperbolehkan. Peraturan di ruang isolasi tergantung pada penyakit pasien yang sedang
dirawat di dalamnya.
Jika Anda dibolehkan mengunjungi pasien isolasi, pastikan Anda melaporkan diri
terlebih dahulu kepada dokter atau perawat yang menjaga ruangan tersebut. Ikutilah
instruksi yang diberikan untuk menjenguk pasien. Aturan khusus yang perlu diikuti saat
menjenguk pasien yang dirawat di ruang isolasi antara lain:

 Mencuci tangan dengan benar, baik sebelum maupun sesudah menjenguk pasien di
ruang isolasi
 Mengenakan alat pelindung diri (APD) untuk mencegah penularan penyakit dari pasien
atau untuk melindungi pasien dari kuman penyakit yang mungkin dibawa oleh
pengunjung
 Menutup pintu dengan rapat setelah masuk maupun keluar dari ruangan isolasi
 Tidak masuk ruang isolasi bila sedang menderita flu atau penyakit lainnya yang rentan
menular atau rentan tertular penyakit
Pengunjung juga harus mengikuti petunjuk dan kebijakan lain yang berlaku di
rumah sakit, misalnya jam besuk. Umumnya, anak-anak tidak diperkenankan masuk ke
dalam ruang isolasi. Ketika seseorang dirawat di ruang isolasi, besar kemungkinan
penyakit yang ia alami akan berbahaya jika menular ke orang lain. Kemungkinan lainnya,
akan sangat berbahaya bagi pasien jika ia terkena infeksi yang ringan sekalipun. Efek yang
terjadi bila peraturan di ruang isolasi tidak diindahkan bisa sangat besar, tidak hanya untuk
pasien, tapi juga untuk tenaga medis, petugas rumah sakit, pengunjung, bahkan masyarakat
luas. Itulah sebabnya semua orang yang masuk ke ruang isolasi harus mengikuti peraturan
dengan tertib.

C. Perawatan Pasien Dalam Isolasi Keluar Ruangan

Pasien yang hasil pemeriksaannya dinyatakan negatif dan diperbolehkan untuk di rawat
biasa di ruangan untuk mengurangi kontak dan penularan dari pasien yang masi dirawat
 Kriteria pindah rawat dari ruang isolasi ke ruang perawatan biasa :
 Terbukti bukan kasus yang mengharuskan untuk dirawat di ruang isolasi.
 Pasien telah dinyatakan tidak menular atau telah diperbolehkan untuk
dirawat di ruang rawat inap biasa oleh dokter.
 Pertimbangan lain dari dokter
 Prosedur pelaksanaan pemindahan pasien perawatan isolasi

 Perawat jaga ruang isolasi menghubungi perawat ruangan yang dituju


sesuai kelas perawatan untuk memastikan ketersediaan tempat jika penuh
dapat dicari ruang alternatif yang lain
 Memberitahu keluarga atau pasien bahwa pasien sudah bisa dirawat di rang
perawatan biasa
 Perawat jaga ruang isolasi melengkapi dokumen yang diperlukan sat pasien
akan dipindahkan Perawat jaga ruang isolasi memberitahu kepada petugas
RMIGD bahwa ada pasien yang akan dipindahkan dari ruang isolasi khusus
ke rung perawatan biasa denpan stutus sebagai pasien baru dari IGD
 Perawat jaga ruang isolasi menginformasikan identitas pasien bar kepada
petugas RM IGD untuk melengkapi status tersebut sesuai dengan KTP dan
data baru terkait dengan kebutuhan kelengkapan RM pasien baru
 Petugas Rekamedis (RM) IGD melengkapi identitas dan data pasien pada
status RM bar dengan nomor RM yang sama dengan status RM sebelumnya
 Bila RM pasien baru sudah selesai dilengkapi maka petugas RM IGD
menyerahkan RM tersebut kepada petugas IGD (Perawat dan Dokter)
 Petugas IGD menelpon perawat jaga rang isolasi untuk konfirmasi bahwa
ada pasien yang akan dipindahkan dari ruang isolasi khusus ke ruang
perawatan biasa
 Perawat jaga ruang isolasi memberikan informasì data pasien kepada
petugas IGD berupa KTP dan RM 5 atau resume lembaran pasien serta data
yang terkait dengan kebutuhan RM pasien baru
 Perawat jaga ruang isolasi menyiapkan pasien yang akan pindah dengan
sistem kewaspadaan standar dan Kewaspadaan transmisi.
 Sambil menunggu proses RM baru maka Perawat ruangan yang dituju untuk
penjemputan pasien di ruang isolasi terkecuali ruang intensif
(ICU,ICCU,NICU,PICU dan HCU) maka yang mengantar petugas dan
perawat jaga ruang isolasi.
 Serah terima pasien dilakukan di luar ruangan Perawat jaga rang isolasi Bila
data pasien sudah terisi lengkap oleh petugas IGD (Perawat dan Dokter )
maka status RM pasien baru dapar diantar oleh petugas Portir IGD ke
ruangan perawatan yang dituju
 Bila pasien dan status RM pasien baru sudah datang ke ruangan maka
perawat ruangan biasa dapat melengkapi status RM tersebut dengan
identitas dan data sebagai pasien baru
 15.Selanjutnya Perawnt dapat menghubungi DPJP bahwa pasien sudah di
rawat di ruangan biasa
 Prosedur perawat keluar ruang perawatan isolasi :
o Perlu disediakan ruang ganti khusus untuk melepaskan Alat Perlindung Diri (APD).
o Pakaian bedah / masker masih tetap dipakai.
o Lepaskan pakaian bedah dan masker di ruang ganti pakaianumum,masukkan dalam
kantung binatu berlabel infeksius.
o Mandi dan cuci rambut (keramas)
o Sesudah mandi, kenakan pakaian biasa.
o Pintu keluar dari Ruang Perawatan isolasi harus terpisah daripintu masuk.

Anda mungkin juga menyukai