Anda di halaman 1dari 13

TUGAS INDIVIDU

MANAJEMEN PERAWATAN PASIEN (KOHORT) DAN HEPA FILTER

OLEH :

IDA AYU NANDA PURNAMASARI


NIM. 1402105040

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2018
MANAJEMEN PASIEN DENGAN PENYAKIT MENULAR DI RUMAH SAKIT

Penempatan pasien dengan penyakit menular atau suspek adalah menempatkan pasien
dalam satu ruangan tersendiri. Jika ruangan tersendiri tidak tersedia, kelompokkan kasus yang
telah dikonfirmasi secara terpisah didalam ruangan atau bangsal dengan beberapa tempat tidur
dari kasus yang belum dikonfirmasi atau sedang didiagnosis (kohorting). Bila ditempatkan dalam
satu ruangan, jarak antara tempat tidur harus lebih dari dua meter dan diantara tempat tidur harus
ditempatkan penghalang (fisik seperti tirai atau sekat). Tujuannya adalah menghindari penularan
penyakit melalui kontak langsung, droplet, airborn, dan vehicle. (Depkes, R. I. dan Perdalin,
2009).

Upayakan ruangan tersebut dialiri udara bertekanan negatif yang di monitor (ruangan
bertekanan negatif) dengan 6-12 pergantian udara perjam dan system pembuangan udara keluar
atau menggunakan saringan udara partikulasi efisiensi tinggi (filter HEPA) yang termonitor
sebelum masuk ke system sirkulasi udara lain di rumah sakit. Jika tidak tersedia ruangan
bertekanan negatif dengan system penyaringan udara partikulasi efisiensi tinggi, buat tekanan
negatif di dalam ruangan pasien dengan memasang pendingin ruangan atau kipas angin di
jendela sedemikian rupa agar aliran udara keluar gedung melalui jendela. Jendela harus
membuka keluar dan tidak mengarah ke daerah public. (Peraturan Direktur Rumah Sakit, 2014).
Uji untuk tekanan negatif dapat dilakukan dengan menempatkan sedikit bedak tabur
dibawah pintu dan amati apakah terhisap ke dalam ruangan. Jika diperlukan kipas angin
tambahan di dalam ruangan dapat meningkatkan aliran udara. Jaga pintu tertutup setiap saat dan
jelaskan kepada pasien mengenai perlunya tindakan pencegahan ini. Pastikan setiap orang yang
memasuki ruangan memakai APD yang sesuai : masker (bila memungkinkan masker efisiensi
tinggi harus digunakan, bila tidak digunakan masker bedah sebagai alternative), gaun, pelindung
wajah atau pelindung mata dan sarung tangan. Pakai sarung tangan bersih, non-steril ketika
masuk ruangan. Pakai gaun yang bersih, non-steril ketika masuk ruangan jika akan berhubungan
dengan pasien atau kontak dengan permukaan atau barang-barang di dalam ruangan. (Peraturan
Direktur Rumah Sakit, 2014).
Selain itu, hal-hal lain yang dapat digunakan dalam pertimbangan pada saat penempatan pasien
adalah :
a. Kamar terpisah bila dimungkinkan kontaminasi luaa terhadap lingkungan misal luka
lebar dengan cairan keluar, diare, perdarahan tidak terkontrol
b. Kamar terpisah dengan pintu tertutup diwaspadai transmisi melalui udara ke kontak,
misal : luka dengan infeksi kuman gram positif
c. Kamar terpisah atau kohort dengan ventilasi dibuang keluar dengan exhaust ke area tidak
ada orang lalu lalang, misal : TBC
d. Kamar terpisah dengan udara terkunsi bila diwaspadai transmisi airborne luas, misal
varicella
e. Kamar terpisah bila pasien kurang mampu menjaga kebersihan (anak, gangguan mental)
Bila kamar terpisah tidak memungkinkan dapat kohorting. Bila pasien terinfeksi dicampur
dengan non infeksi maka pasien, petugas, dan pengunjung menjaga kewaspadaan untuk
mencegah transmisi infeksi.
Keluarga pendamping pasien di rumah sakit harus diedukasi oleh petugas agar menjaga
kebersihan tangan dan menjalankan kewaspadaan isolasi untuk mencegah penyebaran infeksi
kepada mereka sendiri ataupun kepada pasien lain. (Kemenkes RI, 2013)

HEPA FILTER
HEPA filter merupakan salah satu komponen penting dalam sistem HVAC (Heating,
Ventilating, dan Air Conditioning). HEPA adalah kependekan dari “High Efficiency Particulate
Air” atau “High Efficiency Particulate Arrestance.” HEPA merupakan filter yang dibuat, diuji
dan disertifikasi sehingga sesuai dengan standar Institute of Environmental Sciences and
Technology (IEST). Kinerja dan sertifikasi dipublikasikan ke dalam IEST RP-CC001.3. (CPOB,
2012)

HEPA ini berfungsi menyaring udara dari lingkungan agar bersih. Dalam sistem HVAC,
udara sebelumnya disaring melalui prefilter kemudian melewati medium filter kemudian baru
disaring melalui HEPA filter. Penyaringan udara dilakukan secara bertahap agar efektif, bila
langsung disaring HEPA maka HEPA akan cepat ngeblok dan rusak. Dalam sistem HVAC, HEPA
berfungsi menyaring udara sehingga udara yang disalurkan ke ruangan akan bersih. Kebersihan
tersebut tergantung kelas kebersihan ruangan yang digunakan. Kelas kebersihan terdapat 5 kelas
yaitu kelas A,B,C,D dan E. Jumlah partikel yang berbeda ini akan menjadi panduan untuk
memilih tipe HEPA yang sesuai. (CPOB, 2012)

Saat telah terpasang HEPA filter perlu dibuktikan integritasnya dengan melakukan uji
integritas /uji kebocoran filter. Uji ini untuk membuktikan integritas media filter, segel dan
bingkai filter, hendaklah dilakukan oleh seseorang yang sudah berkompeten. Pengujian
dilakukan sesuai dengan ISO 14644-3 Aneks 6. (CPOB, 2012)

HEPA perlu dipelihara dan dipantau terus, jangan sampai rusak. Apabila HEPA rusak,
kebersihan ruangan bisa terganggu, sehingga perlu adanya pemantauan HEPA filter baik secara
fisik, visual atau dengan pemantauan beda tekanan. Pada unit HEPA biasanya dipasang alat
pemantau tekanan (manometer) untuk mengukur perbedaan tekanan sebelum dan sesudah
melewati HEPA filter. Perbedaan tekanan ini penting untuk mengetahui HEPA telah tersumbat
atau tidak tersumbat. Bila tersumbat dan tekanan telah melebihi syarat indikasi, HEPA perlu
diganti. Pemantauan ini perlu dicatat setiap hari untuk mengetahui riwayat dan performa filter.
Bila terjadi tekanan sudah mendekati batas, pengguna sudah tahu dan bersiap untuk melakukan
pergantian filter (CPOB, 2012)

RUANG ISOLASI TEKANAN NEGATIF (Class N)


Prinsip dasar tekanan untuk pengendalian kontaminan mikroba adalah untuk memastikan aliran
udara yang terkontaminasi yang kurang ke daerah yang terkontaminasi. Udara terbuka dalam
ruangan Class N, misalnya, harus mengalir dari koridor menuju ruang isolasi untuk mencegah
penyebaran kontaminan udara dari ruang isolasi ke daerah lain. (Victorian Advisory Committee
on Infection Control, 2007)
Tujuan dari desain ini adalah untuk menghilangkan penyebaran kontaminan menular dan patogen
ke lingkungan sekitarnya melalui jalur udara. Class N yang berlaku untuk semua ruang isolasi
infeksi di mana pasien yang diketahui atau dicurigai memiliki infeksi.

Pedoman AIA sebagai standar minimum di mana peraturan untuk desain dan konstruksi sistem
ventilasi udara pada Instalasi Ruang Isolasi (Victorian Advisory Committee on Infection Control,
2007)
Unsur yang diusulkan meliputi:
 Pastikan bahwa udara ruang isolasi menular dirancang untuk mempertahankan tekanan
negatif.
 Menjaga tekanan udara negatif terus menerus tidak kurang dari (2,5 Pa [0,01 inci air
pengukur]) dalam kaitannya dengan tekanan udara di koridor. Hal ini dilakukan melalui
sistem pembuangan yang terpisah berukuran untuk menghilangkan udara setidaknya 15%
lebih dari itu dari sistem pasokan udara.

 Perbedaan antara ruangan harus lebih kurang 15 Pa.

 Memantau Tekanan udara secara berkala, sebaiknya setiap hari, dengan manometer
terdengar atau tabung asap di pintu (untuk kamar AII yang ada), atau dengan mekanisme
pemantauan visual diinstal secara permanen.

 Supply ventilasi untuk memastikan> 12 ACH untuk kamar kamar baru, dan> 6 ACH
untuk kamar AII yang ada, saat pasokan atau filter exhaust udara pada tekanan
menurunkan.

 Sistem Ventilasi dibuat dengan sistem single sistem unit.

 Yang direkomendasikan penyaringan udara untuk Class N, udara ruang isolasi infeksi
adalah Merv 14 filter udara rating (90% debu tempat uji filter) pada sisi pasokan dan
HEPA (99,97% @ 0.3μm DOP) di sisi exhaust.

 Resirkulasi exhaust, mengaju pada Class N. Exhaust udara harus diarahkan ke luar, jauh
dari udara intake udara masuk/ fresh air. Namun, di mana resirkulasi dapat dianggap
diterima dalam beberapa keadaan, filter HEPA (99,97% @ 0.3μm DOP) mampu
menghilangkan kontaminan udara di sisi penawaran harus dimasukkan.

 Pembuangan udara kotor tidak boleh menbahayakan bagi orang-orang luar atau staf
mempertahankan sistem ini. Dimana teknik kontrol tambahan untuk membersihkan udara
diindikasikan dari penilaian risiko dari area "AII", di instal Ultraviolet Germicidal
Irradiation (UVGI) di saluran exhaut udara dari sistem HVAC terpasang Filter HEPA
untuk filtrasi. Misalnya di klinik TB, udara sering disaring HEPA dan dianjurkan
diberikan paparan UVGI sebelum dibuang ke luar, meskipun alasan untuk ini terutama
karena kekhawatiran litigasi dan tidak didasarkan pada realitas dampaknya.

 Pertimbangan perlengkapan UVGI pada atau dekat langit-langit untuk menyinari udara
ruang atas. Perhatikan bahwa UVGI, dapat digunakan dekat filter HEPA, tetapi tidak
dapat digunakan di tempat filter HEPA, sebagai efektivitas penyebaran udara pada ruang
isolasi.

 Supply udara harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga udara bersih terlebih dahulu
melewati staf / penghuni lain dan kemudian ke pasien.

 Distribusi udara harus mengurangi eksposur staf potensi udara terjadinya droplet nuklei
dari pasien menular, akuntansi untuk posisi staf dan pasien, dan prosedur yang dilakukan
di ruang isolasi.

 Didalam ruang pasien, Supply udara harus dari diffuser pada langit-langit yang terletak di
perimeter dekat ke entri dan pembuangan udara harus dibuat di tingkat bawah sekitar 6
inci di atas lantai di ruang.

 Saluran Exhaust udara harus independen dari sistem umum pembuangan udara gedung
untuk mengurangi risiko kontaminasi dari masuk kembali keruangan.

 Exhaust fan pada suatu titik dalam sistem saluran yang akan memastikan saluran berada
di bawah tekanan negatif selama menjalankan nya dalam gedung.

 Intake udara tambahan, sebaiknya ditempatkan jauh sehingga tidak ada udara yang
terkontaminasi dari udara exhaust terdekat atau sumber pencemar udara ditarik ke dalam
sistem udara tambahan.

 Pastikan saluran udara supply independen umum pada sistem pasokan udara gedung. Jika
berbagi saluran pasokan dengan ruang isolasi lainnya tidak dapat dihindari, menyediakan
saluran dengan terminal HEPA filter (atau failsafe kembali sistem pencegahan rancangan
lainnya).

 Pasang bag Pre filter efisiensi tinggi sebagai pre-filter untuk melindungi filter HEPA.
 Desain udara supply dan sistem exhaust untuk menjadi sebuah sistem volume konstan.
Volume udara variabel (VAV) sistem digunanak untuk pengaturan dan balancing harus
dipertimbangkan dan lebih digunakan dengan sistem inverter fan.

 Sebuah sistem pemantauan harus disediakan untuk memberikan sinyal apapun kerusakan
pada sistem supply udara / exhaust.

 Pastikan bahwa ruangan yang baik-disegel untuk menjaga dari tekanan yang pada
akhirnya juga akan mengurangi beban pada sistem tata udara. Pastikan kerapatan udara
dengan membuat jendela, pintu, dan intake dan exhaust port dengan benar.

 Menjaga langit-langit eternit yang halus dan bebas dari celah kebocoran,Tutup semua
kebocoran di dinding atas dan di bawah langit-langit.

 Pemantauan kebocoran dan melakukan perbaikan yang diperlukan.

 Instal self-closing devices pada semua ruangan 'AII' di pintu keluar mengingat arah ayun
pintu ayun ada hubungan dengan tekanan kamar.

 Menyediakan tempat mencuci tangan di ruang depan dan termasuk perlindungan


pernapasan pribadi untuk orang-orang yang memasuki kamar ini dan untuk staf yang
kurang kekebalan terhadap penyakit virus udara (misalnya, campak atau infeksi varicella
zoster virus [VZV]).

 Jangan gunakan kamar dengan ventilasi through-the-wall unit kecuali dapat menunjukkan
bahwa teknik kontrol semua yang dibutuhkan 'AII' terpenuhi.

 Menjaga peralatan ventilasi cadangan dengan menpersiapkan peralatan fortoble khusus


untuk Ruang Isolasi Kelas N. (misalnya unit portabel untuk fan atau filter) untuk
penyediaan darurat kebutuhan ventilasi untuk AII kamar, dan segera mengambil langkah
untuk mengembalikan sistem ventilasi tetap.

 Berikan Label daerah sebagai tekanan ruang isolasi negatif.

 Menggunakan sistem 100% dibuang keluar ruangan.

(Sumber : Victorian Advisory Committee on Infection Control, 2007)


DAFTAR PUSTAKA

Depkes, R. I., & Perdalin. (2009). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah
Sakit dan Fasiltas Pelayanan Kesehatan Lainnya. SK Menkes No 382/Menkes/2007. Jakarta:
Kemenkes RI

Victorian Advisory Committee on Infection Control. (2007). Guidelines for the classification
and design of isolation rooms in health care facilities

Peraturan Direktur Rumah Sakit. (2014). Kebijakan Penempatan Pasien dengan Penyakit
Menular Rumah Sakit. Nomor : 1040/PER/RS/I/2014.

Kemenkes RI. (2013). Seminar pencegahan infeksi nosokomial. Padang : Poltekkes Kemenkes
RI

CPOB. (2012). Petunjuk Operasional Penerapan Pedoman CPOB jilid 1-2. Badan Pengawas
Obat dan Makanan. Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai