COVID 19
RUMAH SAKIT HAJI KAMINO
TAHUN 2020
A. LATAR BELAKANG
Pemyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan (berpindah – pindah dari orang
yang satu ke orang yang lainnya, baik secara langsung maupun perantara). Penyakit menular
ditandai adanya agen atau penyebab penyakit yang hidup dan dapat berpindah. Penularan
penyakit disebabkan proses infeksi oleh kuman.
Coronavirus Disease 19 (COVID-19) merupakan penyakit infeksi saluran pernafasan
yang disebabkan oleh virus corona jenis baru (SARS-CoV-2), yang mulai teridentifikasi
pertama kali di Wuhan-China Desember 2019. Virus ini kemudian dengan cepatnya
menyebar ke daerah lainnya. Setelah hampir dua bulan virus ini mewabah, akhirnya pada 30
Januari 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan darurat global terhadap virus
corona karena virus ini sudah menyebar luas ke banyak negara. Di Indonesia sendiri kasus
pertama COVID-19 terkonfirmasi pada tanggal 2 Maret 2020 dan pada tanggal 10 April
2020 penyebarannya telah meluas di 34 provinsi di Indonesia. Sampai tanggal 30 Oktober
2020, kasus COVID-19 di Indonesia sudah mencapai angka 406.945 kasus, dengan jumlah
kesembuhan mencapai 334.295 kasus dan angka pasien yang meninggal sebanyak 13.782
kasus.
Pelayanan kesehatan sebagai sektor yang paling terdampak oleh situasi pandemik ini juga
harus bersiap untuk menghadapi adaptasi kebiasaan baru. Rumah Sakit harus mulai
memikirkan langkah yang akan diambil untuk tetap merawat pasien COVID-19 namun di
saat bersamaan juga memberikan pelayanan kepada pasien umum dengan risiko penularan
seminimal mungkin, sehingga disebut sebagai balancing act.
Program pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit memiliki beberapa
sasaran yaitu tenaga kesehatan, pasien, pengunjung atau keluarga pasien serta lingkungan
Rumah Sakit. Tenaga kesehatan merupakan sasaran yang paling berisiko karena infeksi
nosokomial (HAIs) terjadi karena berbagai faktor yang mempengaruhi peralatan medis.
Tenaga kesehatan merupakan tujuan utama dari program pencegahan dan pengendalian
infeksi di Ruamh Sakit. Berdasarkan keawaspadaan standar, salah satu uoaya untuk
menjamin putusnya rantai penularan infeksi serta upaya perlindungan bagi tenaga kesehatan
dalam melakukan pelayanan kesehatan adalah tersedianya ruang isolasi yang standar.
B. DEFENISI
Ruang Isolasi adalah ruangan yang terdapat sistem pengontrol aliran udara didalam ruangan
tersebut, sehingga jumlah partikel/mikroorganisme didalam udara tersebut daoat diturunkan
sampai batas tertentu, agar tidak terjadi kontaminasi silang dari pasien terhadap pekerja/staf
Ruamh Sakit.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum disusunnya panduan teknis ini adalah sebagai acuan bagi pemilik dan
pengelola Rumah Sakit dalam menyesuaikan kembali layanan Rumah Sakit dalam masa
adaptasi kebiasaan baru pandemik COVID-19 yang harus diterapkan agar layanan dapat
diberikan dengan aman.
2. Tujuan Khusus
1. Rumah Sakit dalam mempersiapkan manejemen layanan yang sesuai standar protokol
kesehatan nasional dan mendukung produktivitas kerja namun tetap memprioritaskan
kesehatan dan keselamatan dengan pencegahan dan pengendalian transmisi COVID-
19 sehingga dapat memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien,
masyarakat, lingkungan Rumah Sakit dan sumber daya manusia di Rumah Sakit.
2. Tim PPI di Rumah Sakit dalam meningkatkan mutu layanan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di masa adaptasi kebiasaan baru pandemik COVID-19.
3. Pemberi layanan kesehatan di Rumah Sakit dalam melakukan layanan kepada
masyarakat sesuai dengan standar protokol kesehatan nasional agar pemberi layanan
terjamin keselamatannya.
4. Pasien, petugas dan pengunjung rumah sakit yang membutuhkan layanan dan
kepentingan lainnya di Rumah Sakit agar dapat mengikuti protokol kesehatan yang
berlaku di Rumah Sakit untuk meminimalisir terpapar COVID-19.
BAB II
RUANG LINGKUP
Sistem aliran udara tersebut dinamakan tata kelola udara. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut
maka terdapat persyaratan yang harus dipenuhi yaitu antara lai n ;
Pengendalian kuantitas udara masuk( intake) dan udara keluar (exhoust)
Pengendalian perbedaan tekanan udara di antara ruang ruang yang ada.
Desain pola aliran udara berdasarkan prosedur khusus didalam ruang isolasi
Pengenceran partikel/mikroorganisme didalam udara, dengan penggantian volume udara
skala besar.
Penyaringan udara dengan menggunakan filter (penyaringan, misalnya : HEPA (High
Efficiency Particulate Air )
2. Ruang isolasi bertekanan Positif, ruangan ini disebut juga dengan ruangan isolasi
Protektif (Protektif Isolation Room). Mempunyai sistem aliran udara yang mengalir dari
ruangan pasien kearah luar/koridor. Udara yang masuk kedalam ruangan disaring terlebih
dahulu dengan filter HEPA, kemudian dihembuskan dengan perbedaan tekanan kerah
luar. Ruang isolasi ini disebut ruang isolasi Kelas P, ditujukan untuk merawat pasien –
pasien dengan problem immune-compromise, misal : pasien transplantasi organ, pasien .
Seperti halnya ruang isolasi lainnya, maka ruang isolasi kelas P ini harus dilengkapi
dengan :
Tempat cuci tangan (Westafel)
Kamar mandi dengan WC dan Shower didalamnya
Pintu yang dapat menutu sendiri (a-self closing door)
3. Ruang isolasi bertekanan Negatif atau disebut dengan ruang kelas N, ruangan ini
ditujukan untuk merawat pasien-pasien yang mempunyai resiko menyebarkan penyakit
melalui udara dan droplet ( Airborne dan Droplet Transmitted Deseases). Ruang ini
mempunyai perbedaan tekanan udara yang lebih kecil dibandingkan ruang disebelah
luarnya, sehingga udara akan mengalir dari luar ruangan kearah dalam ruangan pasien.
Tujuan dari tekanan udara negative ini adalah agar kuman atau virus dari pasien tidak
mencemari udara sehingga menularkan penyakit kepada orang lainnya. Ruang isolasi
tekanan negative disebut juga sebagai Airborne Infection Isolation room atau Infectious
Isolation Facilities. Ruangan ini harus mempunyai sistem back-up listrik, seandainya
terjadi pemadaman listrik sentral. Sistem data kelola udara harus dipastikan bekerja
dengan baik, perbedaan tekanan minimal adalah -15Pa (Pascal). Saluran udara tidak boleh
ada yang bocor dan dipastikan udara keluar disaring dengan filter HEPA dan ditambah
sinar UV-C untuk membunuh mikroorganisme yang keluar.
Seperti halnya ruang isolasi lainnya, maka ruangan ini harus dilengkapi dengan :
Ruang anteroom.
Ruang cuci tangan (Westafel) didalam anteroom dan Ruang pasien.
Kamar mandi dengan WC dan shower didalamnya.
Pintu yang dapat menutup sendiri (a-self closing door).
100 % udara dari luar mengalir masuk kedalam ruangan pasien, serta sistem
exhaust yang terletak dibawah (15-30 cm diatas lantai).
4. Ruang isolasi karantina atau disebut dengan ruang Kelas Q (Quarantine) ruang isolasi ini
mempunyai prinsip seperti ruang isolasi kelas N, namun mempunyai persyaratan
tambahan lainnya sebagai berikut :
Ruang anteroom mempunyai sistem airlock dan kedua pintu mempunyai
sistem interlocking, pintu akan terbuka setelah bertekanan udara mencapai
pada level yang dikehendaki. Kedua pintu tidak dapat terbuka pada saat yang
bersamaan, udara dari anteroom selalu mengalir kearah pasien.
Ruangan ini dllengkapi sistem alarm apabila tekanan disalah satu ruangan
tidak mencapai sesuai level yang dikehendaki. Sistem alarm juga akan
berbunyi jika pintu dapat terbuka disaat yang bersamaan.
Pintu mempunyai sistem kedap udara dan self-closing serta intercloking.
Dilengkapi dengan kamar mandi sendiri.
Tempat cuci tangan di anteroom dan dialam ruangan pasien.
Sistem saluran udara sesuai kelas N dan dipastikan tidak ada kebocoran.
Udara masuk melalui saluran yang terpisah dan dipastikan berasal dari udara
luar yang tidak terkontaminasi.
Terdapat sistem komunikasi antara ruangan pasien dengan ruang perawat.
Sistem sanitasi mudah dalam perawatannya..
BAB III
TATALAKSANA
Source : Victorian Advisory Commitlee on infection control : Guidelines for the classification
and design of isolation rooms in health care facilities, 2007.
Bad Pasien
Ruang
Bad Pasien
Tunggu
Ruang Petugas
Petugas
Ruang Pemakaian
APD & Anteroom
Ruang
Pelepasan
Bad Paaien
Bad Pasien
Tundakan
APD
Bad
W
es
Kamar ta
Kamar
fe
Mandi Mandi
Pintu Keluar
Petugas
3. Kriteria Pasien Masuk dan Keluar Kamar Isolasi
A. Kriteria masuk kamar isolasi
4. Pembersihan lingkungan kamar isolasi selama ditempati dan sesudah pasien pindah atau
pulang.
1. Pembersihan noda (ekskresi, sekresi pasien, kotoran, noda, dll) harus dilakukan
sebelum dilakukan disinfeksi menggunakan deterjen dan air.
2. Setelah dibersihkan dengan deterjen dan air dilap dengan larutan sodium
hipochlorit 0,05% - 0,5% ; Na DCC atau alcohol 95%.
3. Permukaan horizontal di ruang isolasi, terutama tempat tidur dan barang yang
sering disentuh oleh pasien harus dibersihkan setiap hari dan setelah pasien
meninggalkan rumah sakit.
4. Hindari pembersihan aerosolisasi patogen, harus dilakukan pembersihan lembab,
jangan menggunakan pembersihan kering atau menyapu.
5. Peralatan yang digunakan untuk pembersihan dan disinfeksi harus dibersihkan dan
dikeringkan setelah digunakan.
6. Untuk mempermudah pembersihan setiap hari, singkirkan persediaan dan peralatan
yang tidak perlu dari lokasi di sekitar pasien.
7. Petugas yang membersihkan kamar isolasi pasien menular melalui udara harus
menggunakan sarung tangan rumah tangga dan masker N 95.
6. Penanganan pasien dengan penularan airborne bila tidak tersedia ruangan tekanan
negatif.
1. Tempatkan pasien di ruang terpisah yang berventilasi baik.
2. Kamar harus terletak di tempat yang jelas terpisah dari tempat perawatan pasien
lainnya.
3. Prosedur yang menimbulkan aerosol yang berkaitan dengan penularan patogen harus
dilakukan menggunakan APD yang sesuai pencegahan patogen yang ditularkan
melalui udara.
8. Pelatihan dasar
1. Pelatihan penuh, seluruh materi diberikan.
2. Pelatihan ulangan (retraining), pelatihan formal yang dilakukan terhadap peserta
yang telah mengikuti pelatihan sebelumnya tetapi masih ditemukan banyak masalah
dalam kinerjanya, dan tidak cukup hanya dilakukan melalui supervisi. Materi yang
diberikan disesuaikan dengan inkompetensi yang ditemukan, tidak seluruh materi
diberikan seperti pada pelatihan penuh.
3. Pelatihan penyegaran, pelatihan formal yang dilakukan terhadap peserta yang telah
mengikuti pelatihan sebelumnya minimal 5 tahun atau ada up-date materi.
4. Pelatihan di tempat tugas/refresher (On the job training), diberikan terhadap petugas
yang telah mengikuti pelatihan sebelumnya, tetapi masih ditemukan masalah dalam
kinerjanya pada waktu supervisi.
5. Pelatihan lanjutan (continued training/advanced training) pelatihan untuk
mendapatkan pengetahuan dan keterampilan program yang lebih tinggi.
6. Materi pelatihan dan metode pembelajaran
Materi yang akan dipelajari dalam pelatihan harus disesuaikan dengan kebutuhan
program dan tugas peserta latih. Metode pembelajaran harus mampu melibatkan
partisipasi aktif peserta dan mampu membangkitkan motivasi peserta.
7. Evaluasi Pelatihan
Evaluasi harus dilakukan secara sistematis dalam setiap pelatihan dengan tujuan
untuk :
- Mengetahui apakah tujuan pelatihan telah tercapai atau tidak
- Mengetahui mutu pelatihan yang dilaksanakan dan meningkatkan mutu pelatihan
yang akan datang
8. Evaluasi Paska Pelatihan
Kegiatan yang sistematis untuk meningkatkan kinerja petugas dan mengetahui
tingkat pengetahuan, keterampilan, sikap dan motivasi petugas dalam bekerja.
9. Penempatan pasien
1. Air borne precautions
Tempatkan pasien di kamar tersendiri yang memiliki syarat sebagai berikut :
1. Bertekanan udata negatif dibanding dengan ruangan sekitarnya
2. Kali pergantian udara perjam
3. Memiliki saluran pengeluaran udara kelingkungan yang memadai
4. Pintu ke arah dalam harus selalu tertutup
5. Bila tidak tersedia kamar tersendiri, tempatkan pasien bersama pasien lain yang
terinfeksi aktif dengan mikroorganisme yang sama (Kohort).
2. Droplet precautions
1. Tempatkan pasien di kamar tersendiri.
2. Bila tidak tersedia kamar tersendiri, tempatkan pasien dalam kamar bersama dengan
pasien yang terinfeksi aktif dengan makroorganisme yang sama tetapi tidak boleh
dengan infeksi yang berbeda.
3. Bila tidak tersedia kamar tersendiri dan tidak ingin menggabungkan dengan pasien
lain, maka pisahkan dengan jarak sedikitnya 1 meter dengan pasien lainnya.
4. Tidak dibutuhkan penanganan udara dan ventilasi khusus dan pintu boleh tetap
terbuka.
3. Kontak precautions :
1. Tempatkan pasien di kamar tersendiri.
2. Bila tidak tersedia kamar sendiri, tempatkan pasien dalam kamar bersama dengan
pasien yang terinfeksi aktif dengan mikroorganisme yang sama tetapi tidak boleh
dengan pasien infeksi yang berbeda.
3. Bila tidak tersedia kamar tersendiri dan penggabungan dengan pasien lain tidak
diinginkan, pertimbangan sifat epidemiologi mikroorganisme dan populasi pasien
saat menempatkan pasien.
1. Petugas kesehatan yang mengambil specimen dari pasien harus mengenakan APD
sesuai kewaspadaan standar.
2. Spesimen yang akan dibawa harus dimasukan kantong spesimen anti bocor (kantong
plastik speimen biohazard).
3. Spesiumen harus dibawa dengan tangan bila memungkinkan, sistem tabung
pneumonik tidak boleh digunakan untuk membawa speimen.
4. Formulir permintaan harus menyatakan dengan jelas “Suspek ISPA yang dapat
menimbulkan kekhawatiran” dan laboratorium harus diinformasikan bahwa spesimen
tersebut dengan dalam perjalanan.
Demikian panduan isolasi ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagai acuan pelayanan
ruang isolasi terhadap penangan pasien covid 19.