Anda di halaman 1dari 7

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA

DINAS KESEHATAN DAERAH


UPTD – RSJ Prof. Dr. V.L. RATUMBUYSANG
Desa Kalasey Dua Kecamatan Mandolang Kabupaten Minahasa Prov. Sulawesi Utara
Email : rsjratumbuysang53@gmail.com

PANDUAN PENEMPATAN PASIEN INFEKSIUS


DI RSJ. Prof. Dr. V.L. Ratumbuysang

BAB I
DEFINISI
Penempatan pasien penyakit infeksi adalah meletakkan atau menempatkan
pasien di dalam satu ruangan tersendiri. Penempatan pasien infeksi adalah
pengelompokkan kasus yang telah dikonfirmasi secara terpisah di dalam ruangan
atau bangsal dengan beberapa tempat tidur dari kasus yang belum dikonfirmasi
atau sedang didiagnosis (kohorting). Bila diempatkan dalam satu ruangan, jarak
antara tempat tidur harus lebih dari dua meter dan diantara tempat tidur harus
ditempatkan penghalang fisik seperti tirai atau sekat.

BAB II

SULUT MAJU SALAM SEHAT JIWA

DAN SEJAHTERA
RUANG LINGKUP
Pedoman ini memberi panduan bagi petugas kesehatan di RSJ Prof. Dr. V.L.
Ratumbuysang dalam melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi pada
pelayanan terhadap pasien yang menderita penyakit menular melalui udara (airborne).
Dengan pengalaman yang sudah ada dengan pelayanan pasien SARS, pedoman ini dapat
juga diterapkan untuk menghadapi penyakit-penyakit infeksi lainnya (Emerging Infectious
Diseases) yang mungkin akan muncul di masa mendatang, baik yang menular melalui
droplet, udara atau kontak.

BAB III
TATA LAKSANA
A. Penanganan pasien dengan penyakit menular/suspek
“Terapkan dan lakukan pengawasan terhadap Kewaspadaan standar”
Untuk kasus/dugaan penyakit menular melalui udara :
1. Letakkan pasien di dalam satu ruangan tersendiri. Jika ruangan
tersendiri tidak tersedia, kelompokkan kasus yang telah dikonfirmasi
secara terpisah di dalam ruangan atau bangsal dengan beberapa tempat
tidur dari kasus yang belim dikonfirmasi atau sedang didiagnosis
(kohorting). Bila ditempatkan dalam 1 ruangan, jarak antara tempat
tidur haru lebih dari 2 meter dan diantara tempat tidur harus
ditempatkan penghalang fisik seperti tirai atau sekat.
2. Jika memungkinkan, upayakan ruangan tersebut dialiri udara
bertekanan negative yang dimonitor (ruangan bertekanan negatif)
dengan 6-12 pergantian udara per jam dan system pembuangan udara
keluar atau menggunakan saringan udara pertikulasi efisiensi tinggi
(filter HEPA) yang termonitor sebelum masuk ke system sirkulasi
udara lain di Rumah Sakit.
3. Jika tersedia ruangan bertekanan negatif dengan system penyaringan
udara partilukasi efisiensi tinggi, buat tekanan negatof di dalam
ruangan pasien dengan memasang pendingin ruangan atau kipas angin
di jendela sedemikian rupa agar aliran udara ke luar Gedung melalui
jendela. Jendela harus membuka keluar dan tidak mengarah ke daerah
public. Uji untuk tekanan negatif dapat dilakukan dengan
menempatkan sedikit bedak tabur di bawah pintu dan amati apakah
terhisap ke dalam ruangan. Jika diperlukan kipas angin tambahan di
dalam ruangan dapat meningkatkan aliran udara.
4. Jaga pintu tertutup setiap saat dan jelaskan kepada pasien perlunya
Tindakan-tindakan pencegahan ini.
5. Pastikan setiap orang yang memasuki ruangan memakai APD yang
sesuai; masker (bila memungkinkan masker efisiensi tinggi harus
digunakan, bila tidak, gunakan masker bedah alternatif, gaun,
pelindung wajah atau pelindung mata dan sarung tangan.
6. Pakai sarung tangan bersih, non steril Ketika masuk ruangan.
7. Pakain gaun yang bersih, non steril Ketika masuk ruangan jika akan
berhubungan dengan pasien atau kontak dengan permukaan atau
barang-barang di dalam ruangan.
B. Pertimbangan pada saat penempatan pasien
1. Kamar terpisah bila dimungkinkan kontaminasi luas
terhadaplingkungan, missal; luka lebar dengan cairan keluar, diare,
perdarahan tidak terkontrol.
2. Kamar terpisah dengan pintu tertutup diwaspadai transmisi melalui
udara ke kontak, misal ; luka dengan infeksi kuman gram positif.
3. Kamar terpisah atau kohort dengan ventilasi dibuang keluar dengan
exhaust ke are tidak ada orang lalu Lalang, misal ; TBC
4. Kamar terpisah dengan udara terkunci bila diwaspadai transmisi
airbone luas misal : varicella
5. Kamar terpisah bila pasien kurang mampu menjaga kebersihan (anak,
gangguan mental)
Bila kamar terpisah tidak memungkinakan dapat kohorting. Bila pasien
terinfeksi dicampur dengan non infeksi maka pasien, petugas dan pengunjung
menjaga kewaspadaan untuk mencegh transmisi infeksi.
C. Transportasi pasien infeksius
1. Dibatasi, bila perlu saja.
2. Bila mikroba pasien virulen, 3 hal perlu diperhatikan :
a) Pasien diberi APD (Masker, Gaun)
b) Petugas di area tujuan harus diingatkan akan kedatangan pasien
tersebut melaksanakan kewaspadaan yang sesuai
c) Pasien diberi informasi untuk dilibatkan kewaspadaanya agar tidk
terjadi transmisi kepada orang lain.
D. Pasien yang didiagnosis menderita SARS (COVID)
1. Jangan izinkan mereka meningglakan tempat isolasi kecuali untuk
pelayanan kesehatan penting
2. Pindahkan pasien melalui alur yang dapat mengurangi kemungkinan
terpajarnya staf, pasien lain atau pengunjung
3. Bila pasien dapat menggunakan masker bedah petugas kesehatan
harus menggunakakn gaun pelindung dan sarung tangan
4. Bila pasien tidak dapat menggunakan masker, petugas kesehatan harus
menggunakan masker, gaun pelindung dan sarung tangan.
E. Pemindahan pasien yang dirawat di ruang isolasi
Batasi pergerakan dan transportasi pasien dari ruangan isolasi hanya untuk
keperluan penting. Lalukan hanya jika diperlukan dan diberi tahu tempat yang
akan menerima sesegara mungkin sebelum pasien tiba. Jika perlu dipindahkan
dari ruangan/area isolasi dalam rumah sakit, pasien harus dipakaikan masker dan
gaun. Semua petugas yang terlibat dalam transportasi pasien harus menggunaka
APD yang sesuai. Demikian pul jika pasien perlu dipindahkan keluar fasilitas
pelayanan kesehatan. Semua permukaan yang kontak dengan pasien harus
dibersihkan. Jika pasien dipindahkan menggunakan ambulans, maka sesudahnya
ambulans tersebut harus dibersihkan dengan desinfektan seperti alcohol 70% atau
larutan klorin 0,5%.
F. Keluarga pendamping pasien di Rumah Sakit
Perlu diedukasi oleh petugas agar menjaga kebersihan tangan dan
menjalankan kewaspadaan isolasi untuk mencegah penyebaran infeksi kepada
mereka sendiri ataupun kepada pasien lain. Kewaspadaan yang dijalankan seperti
yang dijalankan oleh petugas kecuali pemakaian sarung tangan.
G. Pemulangan Pasien
Upaya pencegahan infeksi harus tetap dilakukan sampai batas waktu masa
penularan.
1. Bila dipulangkan sebelum masa isolasi berakhir, pasien yang dicurigai
terkena penyakit menular melalui udara/airbone harus diisolasi di
dalam rumah selama pasien tersebut mengalami gejala sampai batas
waktu penularan atau sampai batas pasien tidak terinfeksi dengan
penyakit tersebut. Keluarga harus diajarkan cara menjaga kebersihan
diri, pencegahan dan pengendalian infeksi serta perlindungan diri.
2. Sebelum pemulangan pasien, pasien dan keluarganya harus diajarkan
tentang Tindakan pencegahan yang perlu dilakukan, sesuai dengan
cara penularan penyakit menular yang diderota pasien.
3. Pembersihan dan desinfeksi ruangan yang benar perlu dilakukan
setelah pemulangan pasien.
BAB IV
DOKUMENTASI
Dokumentasi dilakukan setiap ada pasien dengan penyakit infeksi terutama
yang beresiko transmisi droplet, airbone. Pelaporan ke direktur mengenai jumlah
kasus pasien dilakukan setiap tiga bulan sekali.
BAB V
PENUTUP
Dengan ditetapkannya Panduan Penempatan Pasien ini, aka diharapkan setiap
staf yang terlibat dapat melaksanakan prosedur tersebut dengan benar dan
konsisten agar mutu pelayanan meningkat dan angka infeksi nosocomial di
Rumah Sakit dapat tertekan.

Anda mungkin juga menyukai