Panduan Isolasi 1
SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT SANTA CLARA
Nomor : 836/RSSC/XI/ 2017
Tentang
PEMBERLAKUAN PANDUAN ISOLASI
RUMAH SAKIT SANTA CLARA
Ditetapkan : Madiun
Pada tanggal : 9 November 2017
Direktur
A. Definisi
1. Ruang isolasi : adalah ruangan khusus yang terdapat di rumah sakit yang merawat
pasien dengan kondisi medis tertentu terpisah dari pasien lain ketika mereka mendapat
perawatan medis dengan tujuan mencegah penularan penyakit kepada sesama pasien
dan petugas.
2. Penyakit menular atau infeksius : adalah penyakit (infeksi) tertentu yang dapat
berpindah dari satu orang ke orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung.
3. Infeksi : merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi
(organisme), dimana terdapat respon imun, tetapi tidak disertai gejala klinik.
4. Penyakit infeksi : merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi
(organisme) yang disertai adanya respon imun dan gejala klinik.
5. Transmisi ( cara penularan ) : adalah mekanisme bagaimana transport agen infeksi
dari reservoir ke penderita ( yang suseptibel ).
B. Cara Penularan :
Ada beberapa cara penularan :
1. Kontak ( langsung dan tidak langsung )
2. Droplet
3. Airborne
4. Vehikulum ( makanan, air, minuman, darah )
5. Vektor ( serangga, binatang pengerat )
Panduan Isolasi 3
BAB II
RUANG LINGKUP
1. Penggunaan kamar isolasi diterapkan terhadap semua pasien rawat inap yang
mengidap penyakit infeksi menular, yang dianggap mudah menular, dan berbahaya
2. Pelaksana panduan ini adalah semua elemen rumah sakit beserta pasien dan keluarga.
Panduan Isolasi 4
BAB III
TATA LAKSANA
A. KATEGORI ISOLASI :
A. 1. KATEGORI A
Infeksi ini ditularkan melalui :
a. Kontak langsung maupun tidak langsung.
b. Darah dan ekskresi cairan tubuh pasien
Penyakit yang termasuk kategori ini, diantaranya Herpes, Hematemesis Melena,
Diare, Hepatitis (A,B,C) .
A.2. KATEGORI B
Kategori ini meliputi infeksi yang disebarkan dari saluran pernafasan, contohnya :
Measles, Mumps, Morbili, TBC.
Panduan Isolasi 5
e. Cuci tangan
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien merupakan tindakan
yang paling penting dalam mencegah penyebaran infeksi.
f. Pispot dan urinal
Pakai sarung tangan saat memegang pispot atau urinal. Desinfeksi dan
keringkan pispot atau urinal setelah dipakai
g. Limbah
Semua limbah harus dibuang sesuai label
h. Peralatan
Item-item perawatan pasien yang penting, mis : sphygmomanometer dan
stetoskop ditinggal di ruangan tersebut dan lakukan desinfeksi saat pasien
pulang atau sebelum digunakan untuk pasien lain. Permukaan yang keras
dibersihkan dengan mengelap menggunakan cairan hipoklorit. Peralatan lain
bisa didesinfeksi menggunakan alcohol 70 %. Cuff sphygmomanometer
didesinfreksi menggunakan pemanasan suhu rendah. Thermometer tetap
diletakkan di ruang isolasi sampai pasien pulang
i. Spuit dan jarum
Dibuang dalam kontainer limbah yang sesuai
j. Linen
Linen pasien infeksius dimasukkan kantong kuning.
k. Barang pecah belah dan peralatan makan
Jika tidak ada mesin pencuci piring dengan suhu > 80°C, gunakan peralatan
makan sekali pakai. Makanan sebaiknya terbungkus polythene
l. Specimen laborat
Tabung – tabung bekas specimen dibuang dalam tempat limbah yang sesuai.
m. Berkas rekam medis
Berkas rekam medis pasien tidak boleh dibawa masuk ruang perawatan
n. Transportasi pasien
Pasien keluar ruangan hanya untuk hal – hal yang penting. Ruangan nyang
dituju harus diberi informasi terlebih dahulu agar mereka dapat
mempersiapkan hal – hal yang diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi
o. Penanganan ekskresi, sekresi, dan eksudat :
p.
Panduan Isolasi 6
Oral
Pasien dianjurkan menggunakan tisu pada saat batuk atau bersin dan
segera membuangnya ke tempat limbah yang sesuai.
Eksudat
Gunakan teknik “ tanpa sentuhan “ menggunakan forceps / penjepit atau
sarung tangan disposable dan material terkontaminasi dimasukkan dalam
kantong limbah infeksius yang diikat.
Ekskresi
Untuk pasien enteric fever, desentri, cholera, dan penyakit – penyakit lain
yang ditularkan melalui urine, atau feces gunakan sarung tangan sekali
pakai dan apron saat menangani ekskresi, linen, atau membersihkan area
perineal pasien.
Panduan Isolasi 7
Masker Dipakai untuk isolasi kategori B
Panduan Isolasi 8
A.4. KATEGORI D ( ISOLASI KETAT )
Untuk penyakit – penyakit yang sangat menular, misalnya rabies, antrax, SARS,
viral haemorrhagic fever. Bila ditemukan pasien ini maka akan dirujuk.
B. PENEMPATAN PASIEN
2. Tempatkan pasien di ruangan sendiri. Jika tidak tersedia maka lakukan kohorting
dengan jarak antara tempat tidur lebih dari 2 m dan diantara tempat tidur harus ada
penghalang fisik ( tirai atau sekat ).
4. Saat ruangan bertekanan negatif tidak ada maka buat tekanan negatif dengan
memasang pendingin ruangan atau kipas angin / exhaust sedemikian rupa
sehingga aliran udara mengalir ke luar ruangan dan tidak mengarah ke area publik
3. Kamar terpisah atau kohort dengan ventilasi dibuang keluar dengan exhaust ke
area tidak ada orang lalu lalang, mis : TBC
Panduan Isolasi 9
4. Kamar terpisah dengan udara terkunci bila diwaspadai transmisi airborne luas,
mis : varicella
5. Kamar terpisah bila pasien kurang mampu menjaga kebersihan, mis : anak,
gangguan mental.
1. RUANG ISOLASI :
a. Untuk standar ruangan isolasi pada pasien yang resiko penularan lewat udara
adalah :
1. Ruangan bertekanan negatif termonitor (negative air flow) < - 2,5 Pascal
dan ada kamar mandi di dalam ruangan pasien
4. Ruang isolasi mempunyai pintu tertutup (selalu tertutup), pintu tidak boleh
dibuka bila tidak perlu
7. Bila tidak ada tempat tersendiri, tempatkan pasien dalam ruangan dengan
pasien lain yang terinfeksi mikroorganisme yang sama, dan tidak ada
infeksi lain.
Panduan Isolasi 10
b. Di dalam ruang isolasi, harus ada :
2. APD
2. PERAWATAN :
Dimana satu kamar tidak tersedia, pasien yang terpapar atau terinfeksi, dengan
mikro- organisme yang sama bisa dirawat dalam satu kamar dengan pasien lain
dengan jarak minimal 2 meter antar tempat tidur.
Ada informasi yang jelas menyatakan bahwa ruang tersebut adalah ruang isolasi,
bisa berupa tulisan atau tanda khusus pada pintu kamar pasien.
Panduan Isolasi 11
2. Prosedur keluar masuk ruangan
Setiap petugas atau pengunjung harus mengikuti prosedur ( SPO ) saat keluar
masuk ruang isolasi, misalnya tentang pemakaian APD maupun hand hygiene
4. Peralatan pasien
Setelah digunakan maka semua peralatan perawatan pasien medis maupun non
medis harus dilakukan dekontaminasi, desinfeksi atau sterilisasi sebelum
digunakan kembali. Untuk peralatan kritis dan semi kritis harus dilakukan
dekontaminasi sebelum dilakukan desinfeksi tingkat tinggi. Untuk peralatan non
kritis dilakukan pembersihan menyeluruh dan desinfeksi.
Tidak ada perlakuan khusus untuk alat makan pasien isolasi. Penggunaan air panas
dan detergen sesuai untuk dekontaminasi peralatan makan pasien isolasi
6. Transport pasien
a. Batasi transfer pasien hanya untuk hal – hal yang penting saja, misalnya untuk
pemeriksaan maupun tindakan penunjang yang tidak bisa dilakukan di
ruangan
b. Jika pasien perlu dirujuk ke ruang atau rumah sakit lain maka informasikan ke
ruang atau rumah sakit yang dituju bahwa pasien tersebut menderita penyakit
menular
Panduan Isolasi 12
c. Pasien diberi APD ( masker, gaun )
7. Pasien meninggal
a. Bila pasien dari ruang isolasi meninggal dunia, maka perawatan jenasah
dilakukan dengan memperhatikan prinsip kewaspadaan standar
b. Jenazah tidak boleh dibalsem atau disuntik pengawet.
c. Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka lagi.
d. Pindahkan sesegera mungkin ke kamar jenazah setelah meninggal dunia.
dan sebaiknya tidak lebih dari 4 (empat) jam disemayamkan di pemulasaraan
jenazah
8. Manajemen limbah
Apabila ada percikan darah atau tumpahan cairan tubuh pasien maka perlakukan
bahan infeksius tersebut menggunakan spill kit.
9. Manajemen linen
b. Hindari kontak langsung bagian tubuh atau pakaian kita dengan linen
kotor.
Panduan Isolasi 13
Semua peralatan kebersihan yang digunakan untuk membersihkan ruangan isolasi
harus didekontaminasi setelah selesai dipergunakan dan tidak boleh digunakan
untuk membersihkan ruangan atau area yang lain.
Lama pasien dirawat di ruang isolasi tergantung pada jenis penyakit, kuman penyebab
dan fasilitas laboratorium, yaitu :
1. Sampai biakan kuman negatif ( mis : difteri )
2. Sampai penyakit sembuh (khusus untuk luka atau penyakit kulit sampai tidak
mengeluarkan bahan menular)
3. Selama pasien dirawat di ruang rawat (misalnya hepatitis, leptospirosis)
4. Sampai 24 jam setelah dimulainya pemberian antibiotika yang efektif ( mis :
sifilis, konjungtivitis gonorhoe pada neonates )
Penentuan pasien isolasi bisa pindah ruang lain juga tergantung pertimbangan lain
dari dokter yang merawat.
Panduan Isolasi 14
BAB IV
DOKUMENTASI
2. SPO isolasi
Panduan Isolasi 15
Lampiran
1. Diare
2. Desentri
3. Difteri
4. Hematemesis - melena
5. Hepatitis
6. Ikterus
7. Hematochezia
8. Herpes
Yang termasuk kategori B ( transmisi droplet ) :
1. Measles
2. Mumps
3. Morbili
4. Varicella
5. Pneumonia
Yang termasuk kategori B ( transmisi airborne ) :
1. Tuberculosa
2. Hemoptoe curiga TB
Yang termasuk kategori C ( isolasi pencegahan ) :
1. Luka bakar
2. Steven Johnson syndrome
3. Px imunocompromised
Yang termasuk kategori E ( isolasi khusus )
1. Gangrene berbau 5. Px gaduh gelisah
2. Luka luas kotor, bau
3. Dekubitus bau
4. Tetanus
Panduan Isolasi 16