Anda di halaman 1dari 16

SURAT KEPUTUSAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT SANTA CLARA

Panduan Isolasi 1
SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT SANTA CLARA
Nomor : 836/RSSC/XI/ 2017
Tentang
PEMBERLAKUAN PANDUAN ISOLASI
RUMAH SAKIT SANTA CLARA

Direktur Rumah Sakit Santa Clara,


Menimbang :
a. Bahwa dalam upaya mencegah dan mengendalikan infeksi di Rumah Sakit harus selalu
berorientasi pada keselamatan pasien dan petugas dirumah sakit.
b. Bahwa untuk mencegah dan mengendalikan infeksi di Rumah Sakit Santa Clara diperlukan
Panduan Isolasi
c. Bahwa untuk maksud tersebut di atas perlu memberlakukan Panduan Isolasi Rumah Sakit
Santa Clara dengan surat Keputusan Direktur .
Mengingat :
1. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahiun 2017 Tentang pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
4. Surat Keputusan Pengurus Yayasan Nomor : 1171/YPB-U/VIII/2014 tentang Pengangkatan
Jabatan Struktural (Direktur) RS. Santa Clara
5. Surat Keputusan Pengurus Yayasan Nomor : 033/YPB-U/V/2017 tentang Struktur Organisasi
RS. Santa Clara Periode 1 Mei 2017 – 1 Mei 2020
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PANDUAN ISOLASI RUMAH SAKIT SANTA CLARA

Pertama : Memberlakukan Panduan Isolasi Rumah Sakit Santa Clara sebagaimana


terlampir dalam surat keputusan ini.

Panduan Isolasi sebagaimana dimaksud dalam dictum pertama agar


Kedua : digunakan sebagai acuan dalam pencegahan dan pengendalian infeksi di
Rumah Sakit Santa Clara

Ketiga : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan,apabila dikemudian


hari dijumpai adanya perubahan dan atau kekeliruan dalam keputusan ini
termasuk lampirannya,maka akan dilakukan peninjauan kembali dan
penyempurnaan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan : Madiun
Pada tanggal : 9 November 2017
Direktur

dr. FX. Budiarto, MPH


Panduan Isolasi 2
BAB I
DEFINISI

A. Definisi

1. Ruang isolasi : adalah ruangan khusus yang terdapat di rumah sakit yang merawat
pasien dengan kondisi medis tertentu terpisah dari pasien lain ketika mereka mendapat
perawatan medis dengan tujuan mencegah penularan penyakit kepada sesama pasien
dan petugas.
2. Penyakit menular atau infeksius : adalah penyakit (infeksi) tertentu yang dapat
berpindah dari satu orang ke orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung.
3. Infeksi : merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi
(organisme), dimana terdapat respon imun, tetapi tidak disertai gejala klinik.
4. Penyakit infeksi : merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi
(organisme) yang disertai adanya respon imun dan gejala klinik.
5. Transmisi ( cara penularan ) : adalah mekanisme bagaimana transport agen infeksi
dari reservoir ke penderita ( yang suseptibel ).
B. Cara Penularan :
Ada beberapa cara penularan :
1. Kontak ( langsung dan tidak langsung )
2. Droplet
3. Airborne
4. Vehikulum ( makanan, air, minuman, darah )
5. Vektor ( serangga, binatang pengerat )

Panduan Isolasi 3
BAB II
RUANG LINGKUP

1. Penggunaan kamar isolasi diterapkan terhadap semua pasien rawat inap yang
mengidap penyakit infeksi menular, yang dianggap mudah menular, dan berbahaya
2. Pelaksana panduan ini adalah semua elemen rumah sakit beserta pasien dan keluarga.

Panduan Isolasi 4
BAB III
TATA LAKSANA

A. KATEGORI ISOLASI :
A. 1. KATEGORI A
Infeksi ini ditularkan melalui :
a. Kontak langsung maupun tidak langsung.
b. Darah dan ekskresi cairan tubuh pasien
Penyakit yang termasuk kategori ini, diantaranya Herpes, Hematemesis Melena,
Diare, Hepatitis (A,B,C) .
A.2. KATEGORI B
Kategori ini meliputi infeksi yang disebarkan dari saluran pernafasan, contohnya :
Measles, Mumps, Morbili, TBC.

Hal – hal yang dilakukan pada isolasi kategori A dan B :


a. Ruang
Pintu dalam posisi tertutup setiap saat. Bisa dipasang exhausted fan. Jangan
meletakkan furniture yang tidak diperlukan di dalam ruangan.
b. Baju pelindung dan apron
Baju pelindung dari kain katun memberikan perlindungan yang terbatas
sehingga direkomendasikan apron disposable atau yang tahan air. Apron atau
baju pelindung harus digantung di ruangan dan diganti setiap hari atau lebih
sering diganti bila tampak sangat kotor.
c. Sarung tangan
Sarung tangan harus dipakai ketika menangani material terinfeksi. Sarung
tangan non steril bisa digunakan. Jika perlu gunakan sarung tangan yang
berlengan panjang.
d. Masker
Masker digunakan untuk menangani pasien kategori B dan beberapa kasus
kategori A. Masker yang digunakan seharusnya mempunyai efisiensi filter
tinggi selama kurang lebih 10 – 15 menit.

Panduan Isolasi 5
e. Cuci tangan
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien merupakan tindakan
yang paling penting dalam mencegah penyebaran infeksi.
f. Pispot dan urinal
Pakai sarung tangan saat memegang pispot atau urinal. Desinfeksi dan
keringkan pispot atau urinal setelah dipakai
g. Limbah
Semua limbah harus dibuang sesuai label
h. Peralatan
Item-item perawatan pasien yang penting, mis : sphygmomanometer dan
stetoskop ditinggal di ruangan tersebut dan lakukan desinfeksi saat pasien
pulang atau sebelum digunakan untuk pasien lain. Permukaan yang keras
dibersihkan dengan mengelap menggunakan cairan hipoklorit. Peralatan lain
bisa didesinfeksi menggunakan alcohol 70 %. Cuff sphygmomanometer
didesinfreksi menggunakan pemanasan suhu rendah. Thermometer tetap
diletakkan di ruang isolasi sampai pasien pulang
i. Spuit dan jarum
Dibuang dalam kontainer limbah yang sesuai
j. Linen
Linen pasien infeksius dimasukkan kantong kuning.
k. Barang pecah belah dan peralatan makan
Jika tidak ada mesin pencuci piring dengan suhu > 80°C, gunakan peralatan
makan sekali pakai. Makanan sebaiknya terbungkus polythene
l. Specimen laborat
Tabung – tabung bekas specimen dibuang dalam tempat limbah yang sesuai.
m. Berkas rekam medis
Berkas rekam medis pasien tidak boleh dibawa masuk ruang perawatan
n. Transportasi pasien
Pasien keluar ruangan hanya untuk hal – hal yang penting. Ruangan nyang
dituju harus diberi informasi terlebih dahulu agar mereka dapat
mempersiapkan hal – hal yang diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi
o. Penanganan ekskresi, sekresi, dan eksudat :
p.
Panduan Isolasi 6
 Oral
Pasien dianjurkan menggunakan tisu pada saat batuk atau bersin dan
segera membuangnya ke tempat limbah yang sesuai.
 Eksudat
Gunakan teknik “ tanpa sentuhan “ menggunakan forceps / penjepit atau
sarung tangan disposable dan material terkontaminasi dimasukkan dalam
kantong limbah infeksius yang diikat.
 Ekskresi
Untuk pasien enteric fever, desentri, cholera, dan penyakit – penyakit lain
yang ditularkan melalui urine, atau feces gunakan sarung tangan sekali
pakai dan apron saat menangani ekskresi, linen, atau membersihkan area
perineal pasien.

DESINFEKSI RUANG ISOLASI


1. Seluruh permukaan dan dinding, matras tempat tidur dan bantal dibersihkan
dengan air hangat dan detergen dan dikeringkan.
2. Semua linen termasuk gorden dikirim ke laundry dan ditandai dengan “ infeksius
“.
3. Semua peralatan yang tidak tahan panas dibersihkan menggunakan alkohol 70 %.
4. Semua peralatan disposable dibuang dalam limbah infeksius dan ruangan
sebaiknya dibiarkan terbuka dan bisa ditempati pasien baru setelah 24 jam.
5. Jika ruang isolasi merupakan kohorting maka tindakan desinfeksi dilakukan juga
pada bed dan lingkungan di sekitarnya.

TABEL KRITERIA ISOLASI A & B

Kategori Kebutuhan Keterangan

A atau B Pengunjung Lapor ke petugas sebelum kunjungan

Ruang khusus Perlu untuk semua infeksi yang ditularkan


lewat udara, dan lebih baik juga untuk infeksi
lainnya, pintu harus selalu tertutup

Baju pelindung Harus dikenakan ketika mengunjungi pasien

Panduan Isolasi 7
Masker Dipakai untuk isolasi kategori B

Tangan Harus dicuci saat meninggalkan ruangan

Sarung tangan Tidak diperlukan ( kecuali jika kontak dengan


area yang terinfeksi atau menangani ekskresi
atau sekresi )

Lain - lain Limbah dibuang dalam container limbah


infeksius

A.3 KATEGORI C ( ISOLASI PENCEGAHAN )


Digunakan untuk penyakit – penyakit dengan kecenderungan mudah terjadinya
infeksi, mis : neutropenia, pasien yang sedang mendapat kemoterapi, pasien
imunocompromised, pasien luka bakar, Steven Johnson Syndrome.

TABEL KRITERIA ISOLASI C

Kategori C Kebutuhan Keterangan

Pengunjung Lapor ke petugas sebelum kunjungan. Jika


sedang sakit maka dilarang berkunjung

Ruang khusus Perlu, pintu harus selalu tertutup; pasien tidak


boleh meninggalkan ruangan

Baju pelindung Harus dikenakan ketika mengunjungi pasien

Masker Harus dipakai

Tangan Harus dicuci sebelum menangani pasien dan


lingkungan sekitar pasien

Sarung tangan Harus dipakai saat akan menangani pasien


atau benda – benda lain yang berkaitan
dengan pasien

Lain - lain Untuk pasien imunosupresan semua hal,


termasuk makanan sebaiknya steril. Tidak ada
kewaspadaan khusus ketika barang – barang
dipindahkan dari ruangan ini

Panduan Isolasi 8
A.4. KATEGORI D ( ISOLASI KETAT )
Untuk penyakit – penyakit yang sangat menular, misalnya rabies, antrax, SARS,
viral haemorrhagic fever. Bila ditemukan pasien ini maka akan dirujuk.

A.5. KATEGORI E ( KHUSUS )


Yang termasuk disini adalah penderita gaduh gelisah, tetanus, gangrene.
Pada pasien kategori ini tidak diperlukan APD khusus. Pemakaian APD disesuaikan
dengan kebutuhan, misal pemakaian sarung tangan pada saat perawatan luka pasien
tetanus.

B. PENEMPATAN PASIEN

1. Laksanakan kewaspadaan standar maupun kewaspadaan berdasarkan transmisi


bila pasien dicurigai menderita penyakit yang masuk kriteria isolasi

2. Tempatkan pasien di ruangan sendiri. Jika tidak tersedia maka lakukan kohorting
dengan jarak antara tempat tidur lebih dari 2 m dan diantara tempat tidur harus ada
penghalang fisik ( tirai atau sekat ).

3. Untuk pasien menular lewat udara gunakan ruangan bertekanan negatif.

4. Saat ruangan bertekanan negatif tidak ada maka buat tekanan negatif dengan
memasang pendingin ruangan atau kipas angin / exhaust sedemikian rupa
sehingga aliran udara mengalir ke luar ruangan dan tidak mengarah ke area publik

Pertimbangan saat penempatan pasien :

1. Tempatkan pasien di kamar terpisah bila dimungkinkan kontaminasi luas


terhadap lingkungan, mis : luka luas dengan cairan yang banyak keluar, diare,
perdarahan tidak terkontrol

2. Tempatkan pasien di kamar terpisah dengan pintu tertutup diwaspadai


transmisi melalui udara ke kontak, mis : luka dengan infeksi kuman gram
negatif

3. Kamar terpisah atau kohort dengan ventilasi dibuang keluar dengan exhaust ke
area tidak ada orang lalu lalang, mis : TBC

Panduan Isolasi 9
4. Kamar terpisah dengan udara terkunci bila diwaspadai transmisi airborne luas,
mis : varicella

5. Kamar terpisah bila pasien kurang mampu menjaga kebersihan, mis : anak,
gangguan mental.

C. SYARAT PETUGAS MEMASUKI RUANG ISOLASI

1. Lakukan hand hygiene sebelum dan sesudah masuk ruang isolasi

2. Gunakan APD yang sesuai

3. Lepas APD sebelum keluar ruang isolasi

4. Petugas tidak dalam kondisi sakit.

D. PRINSIP KAMAR ISOLASI

1. RUANG ISOLASI :

a. Untuk standar ruangan isolasi pada pasien yang resiko penularan lewat udara
adalah :

1. Ruangan bertekanan negatif termonitor (negative air flow) < - 2,5 Pascal
dan ada kamar mandi di dalam ruangan pasien

2. Ruang isolasi harus mendapat paparan sinar matahari yang cukup.

3. Ruang isolasi tidak boleh memakai AC sentral, lebih baik memakai


exhausted fan.

4. Ruang isolasi mempunyai pintu tertutup (selalu tertutup), pintu tidak boleh
dibuka bila tidak perlu

5. Memiliki jendela yang dapat dibuka keluar atau ke udara bebas

6. Minimal pergantian udara 12 (dua belas) kali setiap jam yang


dipantau terus menerus.

7. Bila tidak ada tempat tersendiri, tempatkan pasien dalam ruangan dengan
pasien lain yang terinfeksi mikroorganisme yang sama, dan tidak ada
infeksi lain.

Panduan Isolasi 10
b. Di dalam ruang isolasi, harus ada :

1. Fasilitas hand hygiene

2. APD

3. Tempat pembuangan limbah medis dengan sistem injakan

4. Tempat linen kotor

5. Peralatan Pasien – tensimeter, termometer, stetoskop, dll

Jumlah peralatan yang dibutuhkan tersedia dalam jumlah cukup

c. Di luar ruang isolasi:

1. Trolley atau lemari tertutup untuk tempat peralatan

2. Jaga pintu kamar selalu tertutup.

3. Kertas catatan untuk mendokumentasikan semua intervensi

2. PERAWATAN :

Dimana satu kamar tidak tersedia, pasien yang terpapar atau terinfeksi, dengan
mikro- organisme yang sama bisa dirawat dalam satu kamar dengan pasien lain
dengan jarak minimal 2 meter antar tempat tidur.

E. MANAJEMEN PASIEN ISOLASI

1. Komunikasi dan Informasi

Petugas harus menginformasikan kepada pasien atau keluarga tentang alasan


untuk isolasi.

Ada informasi yang jelas menyatakan bahwa ruang tersebut adalah ruang isolasi,
bisa berupa tulisan atau tanda khusus pada pintu kamar pasien.

Panduan Isolasi 11
2. Prosedur keluar masuk ruangan

Setiap petugas atau pengunjung harus mengikuti prosedur ( SPO ) saat keluar
masuk ruang isolasi, misalnya tentang pemakaian APD maupun hand hygiene

Pengunjung, harus terlebih dahulu berkonsultasi dengan perawat yang bertanggung


jawab sebelum masuk berkunjung.

3. Alat Perlindungan Diri

Semua petugas harus memahami dan menerapkan kewaspadaan standar maupun


kewaspadaan berdasarkan transmisi ( droplet, airborne, kontak ). Setiap petugas
maupun pengunjung wajib memakai APD yang sesuai pada saat masuk ruang
isolasi

4. Peralatan pasien

Setelah digunakan maka semua peralatan perawatan pasien medis maupun non
medis harus dilakukan dekontaminasi, desinfeksi atau sterilisasi sebelum
digunakan kembali. Untuk peralatan kritis dan semi kritis harus dilakukan
dekontaminasi sebelum dilakukan desinfeksi tingkat tinggi. Untuk peralatan non
kritis dilakukan pembersihan menyeluruh dan desinfeksi.

5. Makanan dan peralatan makan

Tidak boleh ada makanan terbuka di ruang isolasi.

Tidak ada perlakuan khusus untuk alat makan pasien isolasi. Penggunaan air panas
dan detergen sesuai untuk dekontaminasi peralatan makan pasien isolasi

6. Transport pasien

Hal – hal yang perlu diperhatikan saat transport pasien infeksius :

a. Batasi transfer pasien hanya untuk hal – hal yang penting saja, misalnya untuk
pemeriksaan maupun tindakan penunjang yang tidak bisa dilakukan di
ruangan

b. Jika pasien perlu dirujuk ke ruang atau rumah sakit lain maka informasikan ke
ruang atau rumah sakit yang dituju bahwa pasien tersebut menderita penyakit
menular

Panduan Isolasi 12
c. Pasien diberi APD ( masker, gaun )

d. Jika pasien perlu dirujuk menggunakan ambulans maka lakukan pembersihan


menggunakan desinfektan pada ambulan tersebut

7. Pasien meninggal

a. Bila pasien dari ruang isolasi meninggal dunia, maka perawatan jenasah
dilakukan dengan memperhatikan prinsip kewaspadaan standar
b. Jenazah tidak boleh dibalsem atau disuntik pengawet.
c. Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka lagi.
d. Pindahkan sesegera mungkin ke kamar jenazah setelah meninggal dunia.
dan sebaiknya tidak lebih dari 4 (empat) jam disemayamkan di pemulasaraan
jenazah
8. Manajemen limbah

Buang limbah ke dalam kontainer limbah yang sesuai.

Apabila ada percikan darah atau tumpahan cairan tubuh pasien maka perlakukan
bahan infeksius tersebut menggunakan spill kit.

9. Manajemen linen

Prinsip penting penanganan linen :

a. Jangan mengibas – kibaskan atau menangani linen dengan cara apapun


yang menyebabkan aerosol.

b. Hindari kontak langsung bagian tubuh atau pakaian kita dengan linen
kotor.

c. Segera masukkan linen kotor ke dalam kantong limbah warna kuning.


Ikat erat atau tutup.

10. Pembersihan lingkungan

Pembersihan ruangan rutin dilakukan setiap hari terutama untuk permukaan


horizontal maupun item – item yang sering disentuh oleh petugas maupun pasien,
misalnya : handle pintu, bed rail switch. Pembersihan secara menyeluruh dilakukan
pada saat pasien sudah pulang atau pindah ruangan

Panduan Isolasi 13
Semua peralatan kebersihan yang digunakan untuk membersihkan ruangan isolasi
harus didekontaminasi setelah selesai dipergunakan dan tidak boleh digunakan
untuk membersihkan ruangan atau area yang lain.

F. LAMA PERAWATAN ISOLASI

Lama pasien dirawat di ruang isolasi tergantung pada jenis penyakit, kuman penyebab
dan fasilitas laboratorium, yaitu :
1. Sampai biakan kuman negatif ( mis : difteri )
2. Sampai penyakit sembuh (khusus untuk luka atau penyakit kulit sampai tidak
mengeluarkan bahan menular)
3. Selama pasien dirawat di ruang rawat (misalnya hepatitis, leptospirosis)
4. Sampai 24 jam setelah dimulainya pemberian antibiotika yang efektif ( mis :
sifilis, konjungtivitis gonorhoe pada neonates )
Penentuan pasien isolasi bisa pindah ruang lain juga tergantung pertimbangan lain
dari dokter yang merawat.

Panduan Isolasi 14
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Pencatatan diagnosa pasien yang masuk ruang isolasi

2. SPO isolasi

3. Audit kepatuhan pemakaian APD petugas

4. Pencatatan dilaporkan setiap bulan ke komite PPI untuk diteruskan ke Direktur

Panduan Isolasi 15
Lampiran

DAFTAR DIAGNOSA ISOLASI

Yang termasuk kategori A ( transmisi kontak ) :

1. Diare
2. Desentri
3. Difteri
4. Hematemesis - melena
5. Hepatitis
6. Ikterus
7. Hematochezia
8. Herpes
Yang termasuk kategori B ( transmisi droplet ) :
1. Measles
2. Mumps
3. Morbili
4. Varicella
5. Pneumonia
Yang termasuk kategori B ( transmisi airborne ) :
1. Tuberculosa
2. Hemoptoe curiga TB
Yang termasuk kategori C ( isolasi pencegahan ) :
1. Luka bakar
2. Steven Johnson syndrome
3. Px imunocompromised
Yang termasuk kategori E ( isolasi khusus )
1. Gangrene berbau 5. Px gaduh gelisah
2. Luka luas kotor, bau
3. Dekubitus bau
4. Tetanus

Panduan Isolasi 16

Anda mungkin juga menyukai