Jl. Kalisari Baru No. 7 Telp (024) 8313543, Fax (024) 8313568 Kode Pos : 50245
Email : rsia.anugerah.smg@gmail.com web : www.rsia-anugerah.com
NOMOR : 59/DIR/RSIA/II/2019
TENTANG
MEMUTUSKAN:
MENETAPKAN :
KEDUA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan dilakukan
evaluasi setiap tahunnya.
Ditetapkan di : Semarang
NOMOR : 59/DIR/RSIA/II/2019
A. Pengertian
Penyakit Imunocompromised merupakan kasus penurunan ketahanan tubuh dimana faktor
penyebab terjadinya penurunan ketahanan tubuh karena rusaknya fungsi organ limfoid
(pabrik kekebalan) primer maupun sekunder, antara lain disebabkan oleh mikroorganisme
(virus, bakteri, mikroplasma, fungi, protozoa, parasit internal).
Tanda yang sering muncul antara lain respon terhadap vaksinasi yang tidak optimal, mudah
sakit, respon terhadap pengobatan buruk, seolah-olah obat tidak manjur dan organ-organ
limfoid mengecil (thymus dan bursa).
B. Kebijakan Umum
1. Memberlakukan kebijakan penanganan pasien immunocompromised sesuai dengan
strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit.
C. Kebijakan Khusus
1. Bahwa untuk penempatan pasien dengan langkah khusus harus berkoordinasi dengan
dokter dan perawat yang merawat pasien. Kriteria pasien dengan immunocompromised
adalah sebagai berikut :
a. AIDS
b. Kanker dengan pengobatan (immunosupresan, steroid, penyinaran, kemoterapi, serum
anti-limfosit)
c. Pasien dengan neoplasma leukosit < 1500 ul dan penyakit hematologic netrofil < 70%
(limfoma/ Hodgkin, Leukemia, Myeloma, neutropia, anemia aplastik, anemia sel sabit).
d. Pasien dengan luka bakar luas > 60%.
e. Pasien lainnya, seperti lupus eritematosus sistemik stadium akhir, gizi buruk.
f. HIV jika CD4 kurang dari 300.
2. Ketentuan kebutuhan pasien dalam perawatan ditentukan oleh dokter Penanggung Jawab
Pelayanan (DPJP) meliputi : jenis ruang perawatan yang dibutuhkan pasien, rencana
pelayanan, pengobatan dan tindakan yang dibutuhkan.
3. Pasien dengan immunocompromised dirawat di ruangan dengan tekanan positif jika
ruang dengan tekanan positif tidak tersedia, maka pasien dapat ditempatkan :
a. Ruang perawatan tersendiri ( VIP atau Utama)
b. Ruang perawatan biasa dengan ketentuan tidak digabung dengan pasien lain yang
menularkan (infeksi).
Jika ruang perawatan dengan kriteria tersebut diatas tidak tersedia maka pasien harus
dirujuk ke Rumah Sakit lain sesuai MOU yang telah ada.
4. Pengkajian awal pasien dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berkompeten, dalam hal ini
adalah dokter jaga ruangan dan tindakan perawatan dilakukan oleh perawat yang sudah
bekerja lebih dari 6 bulan dan sudah mendapatkan pelatihan perawatan pasien
immunocompromised.
5. Petugas kesehatan yang mempunyai tanda dan gejala infeksi saluran pernafasan dilarang
untuk merawat pasien immunocompromised. Perawat yang memberikan perawatan
terhadap pasien dengan immunocompromised dibatasi jumlahnya dan dibedakan dengan
perawatan penyakit menular.
6. Jika petugas kesehatan harus merawat pasien immunocompromised, maka harus
memakai masker dan membersihkan tangan sebelum masuk ruang pasien.
7. Pengunjung pasien dengan immunocompromised :
a. Jumlahnya harus dibatasi
b. Penunggu pasien dan pengunjung pasien harus diberi edukasi mengenai penyakit
pasien serta menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang dibutuhkan dan harus
mengikuti petunjuk kewaspadaan untuk pencegahan infeksi pada pasien
immunocompromised.
8. Pengunjung pasien harus dibatasi dan tidak diijinkan untuk berkunjung dengan kondisi
sebagai berikut :
a. Adanya tanda dan gejala infeksi penapasan dan atau konjungtivitis.
b. Dalam masa inkubasi terpapar penyakit menular, sebagai berikut : varicella, campak,
dan pertusis.
c. Jika tidak bisa melakukan prosedur kebersihan tangan.
9. Dalam merawat pasien dengan immunocompromised mengutamakan prinsip higienitas
(prosedur kebersihan tangan) serta petugas kesehatan senantiasa menggunakan Alat
pelindung Diri (APD) dalam memberikan pelayanan dan tindakan pada pasien.
10. Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Apabila dikemudian hari terdapat
perubahan dalam peraturan ini, maka akan diperbaiki sebagaimana mestinya.
Direktur