Anda di halaman 1dari 4

INFECTION CONTROL RISK ASSESSEMENT (ICRA)

PEMBUANGAN LIMBAH

A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan dengan inti kegiatan pelayanan
preventif, kuratif, rehabilitatif dan promotif. Kegiatan tersebut akan menimbulkan dampak
positif dan negatif. Dampak positif adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat,
sedangkan dampak negatifnya antara lain adalah limbah infeksius maupun non infeksius yang
dapat menimbulkan penyakit dan pencemaran yang perlu perhatian khusus. Oleh karenanya
perlu upaya penyehatan lingkungan rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat
dan karyawan akan bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari sampah maupun
limbah rumah sakit. Sampah atau limbah rumah sakit dapat mengandung bahaya karena dapat
bersifat racun, infeksius dan juga radioaktif.
Di tempat ini dapat terjadi penularan baik secara langsung (cross infection), melalui
kontaminasi benda-benda ataupun melalui serangga (vector borne infection)sehingga dapat
mengancam kesehatan petugas maupun masyarakat umum.

B. Tujuan
1. Mengurangi resiko infeksi terkait pemilahan/pengumpulan limbah
2. Mengurangi resiko infeksi terkait pengangkutan limbah infeksius
3. Mengurangi resiko infeksi terkait pengolahan dan pembuangan limbah infeksius
4. Mengurangi resiko infeksi akibat mendaur ulang limbah non infeksius

C. Aplikasi
Kajian resiko pengolahan limbah ini diaplikasikan untuk:
1. Proses pemilahan/pengumpulan limbah
2. Proses pengangkutan limbah oleh petugas housekeeping
3. Proses pembuangan limbah oleh petugas housekeeping
4. Proses daur ulang limbah oleh petugas housekeeping

D. Kajian Resiko
Dalam hal pengelolaan limbah beberapa resiko dapat terjadi, diantaranya:
1. Infeksi
Dapat terjadi pada proses pemilahan, pengolahan dan pembuangan limbah infeksius
a. Infeksi yang disebabkan karena proses pemilahan limbah yang tidak sesuai
kriteria
b. Infeksi yang disebabkan karena proses pembuangan limbah yang tidak sesuai
persyaratan.
c. Infeksi yang disebabkan karena proses daur ulang yang tidak sesuai aturan.
2. Tertular penyakit
Dapat terjadi pada proses pengambilan dan pengangkutan limbah
a. Tertular penyakit yang dikarenakan saat pengambilan limbah tidak memakai alat
pelindung diri
b. Tertular penyakit yang dikarenakan tertusuk jarum bekas pasien infeksius.

Dalam pentabelan kajian resiko digambarkan sebagai berikut:


Resiko
Probabilitas (kesehatan, financial, Sistem yang ada
Potensial Risk/Problem legal, peraturan) Skor
5 4 3 2 1 0 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
Pemisahan/pengumpulan
√ √ √ 27
limbah
Penampungan sementara
√ √ √ 18
limbah
Pengangkutan limbah √ √ √ 4
Pengelolaan dan pembuangan
limbah √ √ √ 16

Proses daur ulang


√ √ √ 18

Keterangan:
Probabilitas Resiko Sistem yang ada
0 : Tidak pernah 1 : Klinis dan keuangan minimal 5 : Tidak ada
1 : Jarang 2 : Klinis dan keuangan sedang 4 : Jelek
2 : Kadang 3 : Masa perawatan memanjang 3 : Sedang
3 : Agak sering 4 : Berkurangnya fungsi 2 : Baik
4 : Sering 5 : Kehilangan nyawa 1 : Sangat baik

E. Kebijakan
Berdasarkan kajian resiko tersebut, standar perlakuan diperlukan dalam pemisahan dan
pengumpulan limbah baik oleh perawat/petugas unit maupun petugas housekeeping.

Standar pemisahan dan pengumpulan imbah dijabarkan sebagai berikut:


Karakteristik Limbah Rumah Sakit
1. Limbah Non Infeksius
Limbah non infeksius adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan yang tidak
terpapar oleh cairan tubuh pasien yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan
halaman seperti kertas, kardus, botol plastik, plastik kemasan dan lain-lain.
Pengelolaan limbah non infeksius adalah sebagai berikut :
a. Limbah non infeksius dimasukkan dalam tempat sampah yang diberi plastik
hitam
b. Pengambilan limbah infeksius di unit-unit petugas menggunakan alat pelindung diri
yaitu masker,sarung tangan rumah tangga.
c. Plastik hitam di ikat dan dimasukkan dalam troly khusus dan dibuang ditempat
penampungan limbah sementara
d. Limbah non infeksius dimusnahkan oleh petugas dinas kebersihan kota

2. Sampah/Limbah Infeksius
Limbah infeksius adalah limbah yang terpapar oleh cairan tubuh pasien seperti
darah, produk darah, urine, feses, sputum, dan lain-lain. Pengelolaan limbah infeksius
adalah sebagai berikut :
a. Limbah infeksius dimasukkan dalam tempat limbah yang diberi plastik
kuning
b. Pengambilan limbah infeksius di unit-unit petugas menggunakan alat pelindung
diri yaitu masker,sarung tangan rumah tangga.
c. Plastik kuning diambil dan diikat dimasukkan ke dalam troly khusus dan tidak
boleh dibuka.
d. Limbah infeksius dimusnahkan dengan incenerator dengan suhu 1000°C oleh
pihak ketiga.

3. Limbah Benda Tajam


Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi ujung atau
bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum,
perlengkapan intravena, pipet, pecahan gelas, pisau bedah yang memiliki potensi
bahaya dan dapat menyebabkan cidera melalui sobekan atau tusukan. Pengelolaan
limbah benda tajam adalah sebagai berikut :
a. Limbah benda tajam dimasukkan dalam wadah yang tidak tembus tusukan dan tidak
mudah rusak apabila terkena air
b. Waduh harus tertutup rapat dan bisa dijinjing
c. Pengisian wadah tempat benda tajam tidak boleh lebih dari ¾ bagian dan waktu
pengumpulan tidak lebih dari 24 jam.
d. Limbah benda tajam dimusnahkan dengan incenerator dengan suhu 1000°C
oleh pihak ketiga.

4. Limbah sitotoksik
Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama
peracikan, pengangkutan atau tindakan therapi. Pengelolaan limbah sitotoksik adalah
sebagai berikut :
a. Limbah sitotoksik dimasukkan dalam tempat limbah tertutup yang diberi
plastik ungu
b. Limbah dikumpulkan di TPS dan tidak boleh dibuka
c. Limbah sitotoksik dimusnahkan dengan incinerator dengan suhu 1000°C
oleh pihak ketiga

5. Sampah/Limbah Farmasi
Limbah Farmasi dapat berasal dari obat-obat kedaluwarsa, batch yang tidak
memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi atau obat-obat yang tidak
lagi diperlukan oleh rumah sakit.
a. Membuat usulan pemusnahan
b. Obat - obatan yang berupa tablet atau capsul di keluarkan dari kemasannya
c. Melakukan pemusnahan secara fisik dengan disaksikan oleh petugas store dan
SPI/Satuan Pengawas Intern
d. Mebuat berita acara pemusnahan

6. Penanganan insiden tertusuk jarum


a. Luka tertusuk jarum segera dicuci dengan air mengalir dan sabun antiseptik dan
di oles dengan alkohol.
b. Lapor kepada supervisor dan segera ke poliklinik karyawan pada jam kerja atau
ke UGD diluar jam kerja untuk mendapat penanganan medis lebih lanjut
c. Poliklinik karyawan melaporkan ke K3 RS dan HRD
d. Berikan profilaksis paska pajanan
e. Bila status infeksi sumber pajanan belum diketahui lakukan edukasi untuk
pemeriksaan lab HIV dan hepatitis kepada pasien dan petugas yang tertusuk
f. Bila status infeksi sumber pajanan sudah diketahui maka akan dirujuk ke dokter
penyakit dalam
g. Evaluasi terhadap petugas paska tertusuk jarum dilakukan pada 3 bulan, 6 bulan
dan 1 tahun dengan melakukan pemeriksaan laboratorium HIV dan HBsAg.

F. Quality Control
1. Petugas menggunakan APD Masker, sarung tangan rumah tangga, safety shoes,
celemek/apron
2. Plastik sampah infeksius tidak boleh dibuka
3. Audit pembuangan sampah
4. Audit kepatuhan pemakaian APD

Ketua Komite PPI


RSUD Dr. M. Ashari
Kabupaten Pemalang

Dr. Rosita Indriani, Sp.PK


NIP. 19720106 201412 2001

Anda mungkin juga menyukai